Share

Bab 117

Author: Ajeng padmi
last update Last Updated: 2024-11-16 18:05:01

“Nyonya minum vitaminya dulu, ini dibeli khusus oleh tuan di luar negeri agar nyonya cepat sembuh,” kata Bu Titin, tangannya terulur memberikan satu butir pil berwarna bening.

Sekar menerimanya dengan senyum lebar di bibirnya. “Mas Pandu belum datang, Bu?” tanyanya.

“Tuan harus ke kantor, jadi tidak sempat mampir kemari,” kata bu Titin dengan ketengangan seperti biasa.

“Tadi malam dia juga tidak datang,” jawab Sekar dengan kesal.

Bu Titin terdiam tak tahu apa yang harus dia katakan karena sejak kemarin Pandu memang tak menampakkan batang hidungnya. Dia yang  sejak kemarin menjaga Sekar tanpa ada yang menggantikan, sebenarnya sebagai kepala rumah tangga di rumah Pandu, bu Titin bisa meminta salah satu asisten rumah tangga menunggui Sekar di sini, tapi Pandu sudah berpesan kalau dia sendiri yang harus menjaga sang nyonya.

Bukannya dia mengeluh menjaga istri tercinta Pandu, tapi usianya yang tak lagi muda membuatnya cepat lelah dan Sekar
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   BAB 118

    ‘Nyonya memaksa melihat bayinya tuan.’ Pandu sudah menduga ini akan terjadi, bukan karena wanita itu ingin tahu seperti apa anaknya layaknya ibu-ibu lain yang baru saja melahirkan tapi Pandu curiga ada tujuan lain wanita itu. Sekar memang belum tahu kalau bayinya sangat berbeda dari mereka, memang cepat atau lambat wanita itu akan tahu tapi tentu saja tidak sekarang, sebelum Pandu menyiapkan semua. “Lalu bagaimana tindakan pihak rumah sakit?” “Seperti yang tuan minta mereka melarang dengan alasan kesehatan bayi tak memungkinkan, tapi nyonya mengamuk dan sempat membuatnya hampir pingsan.” Wow! Sepertinya dia harus segera menjalankan rencananya. Begitu sambungan dengan anak buahnya di rumah sakit terputus, Pandu langsung menghubungi pengacaranya. “Apa sudah siap semuanya?” tanyanya setelah mengucap salam. “Bagus lakukan apa yang aku pinta.” Senyum lega menghiasi wajah Pandu, dia meraih jasnya dan melangkah keluar kantor dan menu

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 119

    "Baiklah aku akan membawamu kesana."Pandu berdiri dan meraih kursi roda yang ada di sudut ruangan dan mendorongnya mendekati ranjang Sekar.Wanita itu menatap benci pada benda yang ada di tangan suaminya, dia bukan orang lumpuh."Naiklah.""Aku tidak mau naik itu!" kata Sekar keras kepala."Lalu?""Mas kan bisa gendong aku," kata Sekar tanpa rasa bersalah sedikitpun."Maaf aku sedang capek, jika kamu tidak mau ya sudah," kata Pandu tak mau repot-repot menuruti perintah istrinya.Sekar menatap Pandu dengan kesal. Tapi dia tidak punya pilihan lain, perlahan dia bangkit, dia berharap Pandu membantunya atau setidaknya menggendongnya ke kursi roda tapi laki-laki itu hanya menatap datar padanya yang terlihat kesusahan."Kenapa mas tidak

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 120

    Ini Tidak benar. Kenapa anak itu juga harus menambah kesialan Sekar. Sekar menarik napas panjang berusaha menenangkan dirinya, perjanjian kemarin dia baca sangat merugikannya dan tentu saja dia tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Dia harus menghubungi Andrew dan mengatakan semua. Bagaimanapun laki-laki itu ayah bayinya dia harus bertanggung jawab, meski bukan dengan menikahinya. “Drew!!! Hu...hu...” Seperti biasanya Andrew langsung mengangkat panggilannya di dering pertama, seolah panggilannya memang sudah ditunggu, meski itu tidak mungkin bukan Andrew orang sibuk.Andai saja laki-laki ini tidak menganut paham ‘no Marriage’ dan bisa bersikap lebih lembut , tentu Sekar akan mengejarnya meski hatinya tak memiliki rasa cinta. “Kamu kenapa?” tanya Andrew di seberang sana terdengar khawatir.“Aku di rumah sakit.. hu..hu... jatuh...di kamar karena mas Pandu cemburu kita bertemu... dan anak kita...hu...hu.” “Apa yang terjadi pada anak kita! Katakan Sekar!” kata Andrew di ujung

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 121

    Pandu ikut tersenyum saat melihat wanita itu tersenyum, tapi dia buru-buru bersembunyi saat tanpa sengaja Alisya menoleh ke belakang.Yah dia merindukan Alisya dan tak puas dengan hanya melihat laporan atau video yang dikirimkan anak buahnya tentang wanita itu.Wajah wanita itu makin cantik saja dimatanya, apalagi dengan perut membesar yang berisi anak-anaknya.Entah pikiran dari mana dulu Pandu meragukan anak yang dikandung wanita itu, padahal jelas-jelas dia merasakan dadanya berdebar kencang saat melihat wanita itu mengelus perutnya, dia juga ingin melakukan hal yang sama. Hal yang tak pernah dia rasakan pada kehamilan Sekar.Dia sudah berjanji pada Alisya memang untuk tidak menemui wanita itu tanpa diminta, tapi rasa rindu ini membuatnya mengabaikan semua, dia tidak menemui Alisya dia hanya ingin melihat wanita itu... meski dari jauh.

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 122

    “Bajingan sialan kamu! Pembunuh!” Pandu baru saja membuka pintu ruangan privat yang sudah dia pesan tapi bukannya sambutan hangat yang dia terima tapi makian dan juga bogeman mentah di wajahnya. Pandu yang tidak siap langsung terhuyung ke luar ruangan dan pegangannya pada gagang pintu terlepas untung saja seorang pelayan yang sedang membawa minuman sigap menghindar sehingga tidak tertabrak olehnya. Para pengunjung wanita yang kaget menjerit histeris. Andrew bahkan merangsek keluar menghampiri lawannya, wajahnya merah padam menahan amarah. Dia memang bukan laki-laki suci, dia bahkan memiliki kelainan yang tak banyak diketahui orang. Jiwanya gelap segelap malam yang sebentar lagi akan datang, tapi sebrengseknya dia dia tidak akan tega menyakiti bayi yang masih dalam kandungan ibunya. Dan laki-laki yang baru saja mendapat bogeman darinya tidak pantas sama sekali disebut manusia dia lebih rendah dari binatang. Membayangkan bayinya yang saat ini menderita karena lahir belum waktunya

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 123

    “Dimana bosmu!”Suara itu terdengar penuh kemarahan, membuat Pandu buru-buru berdiri dari duduknya. Kepalanya sedikit pusing karena semalaman tidak tidur dan menenggelamkan diri di ruangan ini tapi suara yang di dengarnya tak bisa dia abaikan begitu saja.Pekerjaan adalah caranya melarikan diri saat ini. supaya tidak lepas kendali dan melakukan hal-hal yang nantinya akan dia sesali.“Pa?”Pintu terjeblak dan sang ayah berdiri di sana dengan wajah merah dan sang sekretaris yang berdiri ketakutan di belakangnya.Ada apa lagi? tidakkah dia diberi kesempatan untuk bernapas barang sejenak saja?“Pergilah!” usir sang ayah pada sekeretarisnya, Pandu hanya mengangguk dan mempersilahkan ayahnya duduk, laki-laki paruh baya itu menghela napas dalam dan menatap putranya dengan putus asa.

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 124

    Sekar menolak Andrew mengambil anaknya dengan alasan anak itu masih membutuhkan asinya. “Kamu yang membuat anakku jadi seperti itu, perempuan gila!” maki Andrew pada perempuan yang telah melahirkan anaknya itu. Setelah konferensi pers yang mereka lakukan, laki-laki itu memaksa Pandu untuk mempertemukannya dengan bayinya. Dan Pandu yang tidak punya alasan untuk menolak tentu saja menyetujuinya lagi pula dia punya tujuan lain dengan membawa Andrew melihat bayi itu. Mata laki-laki itu berkaca-kaca saat melihat bayinya untuk pertama kali, hal yang membuat Pandu tertegun sejenak. Laki-laki ini memang brengsek dan kejam pada orang-orang disekitarnya tapi dia sudah sering bertemu orang dan mata itu tak mungkin bohong. Pandu melihat ketulusan di sana, hal yang membuatnya sedikit lega paling tidak ada orang yang benar-benar menyayangi anak itu. Bahkan laki-laki itu secara serius memohon pada Pandu untuk memberikan bayi itu padanya. “Jangan salahkan aku kamu yang mengajakku ketempat itu!”

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 125

    Pandu menatap cermin sambil melihat penampilannya secara keseluruhan. “Kamu mau kemana lagi mas?” tanya Sekar terlihat sangat tak terima. Ini hari libur seharusnya mereka bisa menghabiskan waktu bersama seperti sebelumnya, tapi ini bahkan sudah lebih dari lima bulan, Pandu tetap bersikap dingin padanya. Sekar juga sudah memenuhi permintaan Pandu untuk memberikan bayi merepotkan itu pada ayah kandungnya saja. Andrew.Dia memang jadi lebih bebas dan tak perlu lagi mendengar tangis bayi setiap malamnya, tapi dia juga tak punya alasan lagi untuk membuat Pandu tetap menemaninya, rengekan bayi itu terbukti mampu menahan Pandu di rumah meski bukan untuk menemaninya.Sekar kira dengan anak itu tidak ada lagi bersama mereka, sikap Pandu akan jadi seperti dulu, selalu memprioritaskannya dalam hal apapun tapi angannya ternyata terlalu tinggi. “Aku ada urusan,” kata Pandu singkat. Bersama Sekar memang terasa menyebalkan untukny

Latest chapter

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 127

    “Aku sudah memeluknya dengan erat mereka pasti baik-baik saja kan,” kata Alisya dengan suara yang makin lama makin melemah.Disebelahnya Laras menangis terisak-isak merasa sangat bersalah andai saja dia tidak perlu ke kamar mandi dan membiarkan Alisya berjalan sendiri...Gadis itu menggeleng dengan putus asa, tangannya menggenggam erat tangan Alisya dan berusaha mencegah wanita itu pingsan, darah mengalir dari luka di pundaknya juga... jalan lahirnya.“Si kembar pasti baik-baik saja, Al. kamu harus kuat jangan menyerah,”kata Laras di sela tangisnya.Tadi saat baru berjalan beberapa langkah Laras terkejut mendengar suara benturan di belakangnya, dia sama sekali tak tahu bagaimana kejadiannya tahu-tahu Alisya sudah terkapar dengan tangan yang memeluk erat perutnya dan Pram yang berlari dengan panik menghampiri wanita itu.Lutut Laras

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 126

    Alisya bangun dengan lebih bersemangat hari ini. Usia kandungannya sudah menginjak minggu ke tiga puluh enam dan dia juga sudah cuti dari tempat kerjanya. Sehari-hari dia hanya di rumah dan tak melakukan apapun, beberapa tetangga juga sudah tidak memesan kue dan makanan lagi padanya, bukannya dia butuh banget uang hasil penjualannya, bukan. Alisya hanya menyukai kesibukannya memasak dan repot di dapur. Tak adanya pekerjaan juga membuatnya mengingat saat masih tinggal di rumah Pandu. Akan tetapi hari ini berbeda baik Pram maupun Laras sama-sama berjanji mengantarnya membeli keperluan untuk anaknya, sedikit telat memang tapi bukan masalah juga selama bayinya belum lahir. “Mau aku jemput?” Alisya membenahi letak ponsel yang dia jepit dengan bahunya saat Pram mengatakan hal itu, tangannya sibuk membuat susu hamil yang biasa diminum. “Aku naik taksi saja kita ketemuan di sana,” kata Alisya yang tahu kalau Pram ada acara terlebih dahulu sebelum menemaninya belanja, sebenarnya bisa

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 125

    Pandu menatap cermin sambil melihat penampilannya secara keseluruhan. “Kamu mau kemana lagi mas?” tanya Sekar terlihat sangat tak terima. Ini hari libur seharusnya mereka bisa menghabiskan waktu bersama seperti sebelumnya, tapi ini bahkan sudah lebih dari lima bulan, Pandu tetap bersikap dingin padanya. Sekar juga sudah memenuhi permintaan Pandu untuk memberikan bayi merepotkan itu pada ayah kandungnya saja. Andrew.Dia memang jadi lebih bebas dan tak perlu lagi mendengar tangis bayi setiap malamnya, tapi dia juga tak punya alasan lagi untuk membuat Pandu tetap menemaninya, rengekan bayi itu terbukti mampu menahan Pandu di rumah meski bukan untuk menemaninya.Sekar kira dengan anak itu tidak ada lagi bersama mereka, sikap Pandu akan jadi seperti dulu, selalu memprioritaskannya dalam hal apapun tapi angannya ternyata terlalu tinggi. “Aku ada urusan,” kata Pandu singkat. Bersama Sekar memang terasa menyebalkan untukny

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 124

    Sekar menolak Andrew mengambil anaknya dengan alasan anak itu masih membutuhkan asinya. “Kamu yang membuat anakku jadi seperti itu, perempuan gila!” maki Andrew pada perempuan yang telah melahirkan anaknya itu. Setelah konferensi pers yang mereka lakukan, laki-laki itu memaksa Pandu untuk mempertemukannya dengan bayinya. Dan Pandu yang tidak punya alasan untuk menolak tentu saja menyetujuinya lagi pula dia punya tujuan lain dengan membawa Andrew melihat bayi itu. Mata laki-laki itu berkaca-kaca saat melihat bayinya untuk pertama kali, hal yang membuat Pandu tertegun sejenak. Laki-laki ini memang brengsek dan kejam pada orang-orang disekitarnya tapi dia sudah sering bertemu orang dan mata itu tak mungkin bohong. Pandu melihat ketulusan di sana, hal yang membuatnya sedikit lega paling tidak ada orang yang benar-benar menyayangi anak itu. Bahkan laki-laki itu secara serius memohon pada Pandu untuk memberikan bayi itu padanya. “Jangan salahkan aku kamu yang mengajakku ketempat itu!”

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 123

    “Dimana bosmu!”Suara itu terdengar penuh kemarahan, membuat Pandu buru-buru berdiri dari duduknya. Kepalanya sedikit pusing karena semalaman tidak tidur dan menenggelamkan diri di ruangan ini tapi suara yang di dengarnya tak bisa dia abaikan begitu saja.Pekerjaan adalah caranya melarikan diri saat ini. supaya tidak lepas kendali dan melakukan hal-hal yang nantinya akan dia sesali.“Pa?”Pintu terjeblak dan sang ayah berdiri di sana dengan wajah merah dan sang sekretaris yang berdiri ketakutan di belakangnya.Ada apa lagi? tidakkah dia diberi kesempatan untuk bernapas barang sejenak saja?“Pergilah!” usir sang ayah pada sekeretarisnya, Pandu hanya mengangguk dan mempersilahkan ayahnya duduk, laki-laki paruh baya itu menghela napas dalam dan menatap putranya dengan putus asa.

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 122

    “Bajingan sialan kamu! Pembunuh!” Pandu baru saja membuka pintu ruangan privat yang sudah dia pesan tapi bukannya sambutan hangat yang dia terima tapi makian dan juga bogeman mentah di wajahnya. Pandu yang tidak siap langsung terhuyung ke luar ruangan dan pegangannya pada gagang pintu terlepas untung saja seorang pelayan yang sedang membawa minuman sigap menghindar sehingga tidak tertabrak olehnya. Para pengunjung wanita yang kaget menjerit histeris. Andrew bahkan merangsek keluar menghampiri lawannya, wajahnya merah padam menahan amarah. Dia memang bukan laki-laki suci, dia bahkan memiliki kelainan yang tak banyak diketahui orang. Jiwanya gelap segelap malam yang sebentar lagi akan datang, tapi sebrengseknya dia dia tidak akan tega menyakiti bayi yang masih dalam kandungan ibunya. Dan laki-laki yang baru saja mendapat bogeman darinya tidak pantas sama sekali disebut manusia dia lebih rendah dari binatang. Membayangkan bayinya yang saat ini menderita karena lahir belum waktunya

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 121

    Pandu ikut tersenyum saat melihat wanita itu tersenyum, tapi dia buru-buru bersembunyi saat tanpa sengaja Alisya menoleh ke belakang.Yah dia merindukan Alisya dan tak puas dengan hanya melihat laporan atau video yang dikirimkan anak buahnya tentang wanita itu.Wajah wanita itu makin cantik saja dimatanya, apalagi dengan perut membesar yang berisi anak-anaknya.Entah pikiran dari mana dulu Pandu meragukan anak yang dikandung wanita itu, padahal jelas-jelas dia merasakan dadanya berdebar kencang saat melihat wanita itu mengelus perutnya, dia juga ingin melakukan hal yang sama. Hal yang tak pernah dia rasakan pada kehamilan Sekar.Dia sudah berjanji pada Alisya memang untuk tidak menemui wanita itu tanpa diminta, tapi rasa rindu ini membuatnya mengabaikan semua, dia tidak menemui Alisya dia hanya ingin melihat wanita itu... meski dari jauh.

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 120

    Ini Tidak benar. Kenapa anak itu juga harus menambah kesialan Sekar. Sekar menarik napas panjang berusaha menenangkan dirinya, perjanjian kemarin dia baca sangat merugikannya dan tentu saja dia tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Dia harus menghubungi Andrew dan mengatakan semua. Bagaimanapun laki-laki itu ayah bayinya dia harus bertanggung jawab, meski bukan dengan menikahinya. “Drew!!! Hu...hu...” Seperti biasanya Andrew langsung mengangkat panggilannya di dering pertama, seolah panggilannya memang sudah ditunggu, meski itu tidak mungkin bukan Andrew orang sibuk.Andai saja laki-laki ini tidak menganut paham ‘no Marriage’ dan bisa bersikap lebih lembut , tentu Sekar akan mengejarnya meski hatinya tak memiliki rasa cinta. “Kamu kenapa?” tanya Andrew di seberang sana terdengar khawatir.“Aku di rumah sakit.. hu..hu... jatuh...di kamar karena mas Pandu cemburu kita bertemu... dan anak kita...hu...hu.” “Apa yang terjadi pada anak kita! Katakan Sekar!” kata Andrew di ujung

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 119

    "Baiklah aku akan membawamu kesana."Pandu berdiri dan meraih kursi roda yang ada di sudut ruangan dan mendorongnya mendekati ranjang Sekar.Wanita itu menatap benci pada benda yang ada di tangan suaminya, dia bukan orang lumpuh."Naiklah.""Aku tidak mau naik itu!" kata Sekar keras kepala."Lalu?""Mas kan bisa gendong aku," kata Sekar tanpa rasa bersalah sedikitpun."Maaf aku sedang capek, jika kamu tidak mau ya sudah," kata Pandu tak mau repot-repot menuruti perintah istrinya.Sekar menatap Pandu dengan kesal. Tapi dia tidak punya pilihan lain, perlahan dia bangkit, dia berharap Pandu membantunya atau setidaknya menggendongnya ke kursi roda tapi laki-laki itu hanya menatap datar padanya yang terlihat kesusahan."Kenapa mas tidak

DMCA.com Protection Status