Share

BAB 118

Penulis: Ajeng padmi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-16 19:28:46

‘Nyonya memaksa melihat bayinya tuan.’

Pandu sudah menduga ini akan terjadi, bukan karena wanita itu ingin tahu seperti apa anaknya layaknya ibu-ibu lain yang baru saja melahirkan tapi Pandu curiga ada tujuan lain wanita itu.

Sekar memang belum tahu kalau bayinya sangat berbeda dari mereka, memang cepat atau lambat wanita itu akan tahu tapi tentu saja tidak sekarang, sebelum Pandu menyiapkan semua.

“Lalu bagaimana tindakan pihak rumah sakit?”

“Seperti yang tuan minta mereka melarang dengan alasan kesehatan bayi tak memungkinkan, tapi nyonya mengamuk dan sempat membuatnya hampir pingsan.”

Wow! Sepertinya dia harus segera menjalankan rencananya.

Begitu sambungan dengan anak buahnya di rumah sakit terputus, Pandu langsung menghubungi pengacaranya.

“Apa sudah siap semuanya?” tanyanya setelah mengucap salam. “Bagus lakukan apa yang aku pinta.”

Senyum lega menghiasi wajah Pandu, dia meraih jasnya dan melangkah keluar kantor dan menu
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Siti Nurvita Vita
aku bacanya sampai lompat ke bab terkhir.. gak sanggup baca kedzoliman yg di terima alisya... ada nggak di sini yg bisa ceritain .. poin pentingnya yg paling seru pliiiis..
goodnovel comment avatar
Roroh Siti Rochmah
makin seru,, aku ingin cepat2 mmbaca pas si sekar tidak bisa berkutik dg melihat bayiny yg pirang itu.
goodnovel comment avatar
Maria Margareth Bheni
penasaran....lanjut thor, biar Pabdu ceraikan saja si Sekar.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 119

    "Baiklah aku akan membawamu kesana."Pandu berdiri dan meraih kursi roda yang ada di sudut ruangan dan mendorongnya mendekati ranjang Sekar.Wanita itu menatap benci pada benda yang ada di tangan suaminya, dia bukan orang lumpuh."Naiklah.""Aku tidak mau naik itu!" kata Sekar keras kepala."Lalu?""Mas kan bisa gendong aku," kata Sekar tanpa rasa bersalah sedikitpun."Maaf aku sedang capek, jika kamu tidak mau ya sudah," kata Pandu tak mau repot-repot menuruti perintah istrinya.Sekar menatap Pandu dengan kesal. Tapi dia tidak punya pilihan lain, perlahan dia bangkit, dia berharap Pandu membantunya atau setidaknya menggendongnya ke kursi roda tapi laki-laki itu hanya menatap datar padanya yang terlihat kesusahan."Kenapa mas tidak

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-17
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 120

    Ini Tidak benar. Kenapa anak itu juga harus menambah kesialan Sekar. Sekar menarik napas panjang berusaha menenangkan dirinya, perjanjian kemarin dia baca sangat merugikannya dan tentu saja dia tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Dia harus menghubungi Andrew dan mengatakan semua. Bagaimanapun laki-laki itu ayah bayinya dia harus bertanggung jawab, meski bukan dengan menikahinya. “Drew!!! Hu...hu...” Seperti biasanya Andrew langsung mengangkat panggilannya di dering pertama, seolah panggilannya memang sudah ditunggu, meski itu tidak mungkin bukan Andrew orang sibuk.Andai saja laki-laki ini tidak menganut paham ‘no Marriage’ dan bisa bersikap lebih lembut , tentu Sekar akan mengejarnya meski hatinya tak memiliki rasa cinta. “Kamu kenapa?” tanya Andrew di seberang sana terdengar khawatir.“Aku di rumah sakit.. hu..hu... jatuh...di kamar karena mas Pandu cemburu kita bertemu... dan anak kita...hu...hu.” “Apa yang terjadi pada anak kita! Katakan Sekar!” kata Andrew di ujung

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 121

    Pandu ikut tersenyum saat melihat wanita itu tersenyum, tapi dia buru-buru bersembunyi saat tanpa sengaja Alisya menoleh ke belakang.Yah dia merindukan Alisya dan tak puas dengan hanya melihat laporan atau video yang dikirimkan anak buahnya tentang wanita itu.Wajah wanita itu makin cantik saja dimatanya, apalagi dengan perut membesar yang berisi anak-anaknya.Entah pikiran dari mana dulu Pandu meragukan anak yang dikandung wanita itu, padahal jelas-jelas dia merasakan dadanya berdebar kencang saat melihat wanita itu mengelus perutnya, dia juga ingin melakukan hal yang sama. Hal yang tak pernah dia rasakan pada kehamilan Sekar.Dia sudah berjanji pada Alisya memang untuk tidak menemui wanita itu tanpa diminta, tapi rasa rindu ini membuatnya mengabaikan semua, dia tidak menemui Alisya dia hanya ingin melihat wanita itu... meski dari jauh.

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 122

    “Bajingan sialan kamu! Pembunuh!” Pandu baru saja membuka pintu ruangan privat yang sudah dia pesan tapi bukannya sambutan hangat yang dia terima tapi makian dan juga bogeman mentah di wajahnya. Pandu yang tidak siap langsung terhuyung ke luar ruangan dan pegangannya pada gagang pintu terlepas untung saja seorang pelayan yang sedang membawa minuman sigap menghindar sehingga tidak tertabrak olehnya. Para pengunjung wanita yang kaget menjerit histeris. Andrew bahkan merangsek keluar menghampiri lawannya, wajahnya merah padam menahan amarah. Dia memang bukan laki-laki suci, dia bahkan memiliki kelainan yang tak banyak diketahui orang. Jiwanya gelap segelap malam yang sebentar lagi akan datang, tapi sebrengseknya dia dia tidak akan tega menyakiti bayi yang masih dalam kandungan ibunya. Dan laki-laki yang baru saja mendapat bogeman darinya tidak pantas sama sekali disebut manusia dia lebih rendah dari binatang. Membayangkan bayinya yang saat ini menderita karena lahir belum waktunya

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-19
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 123

    “Dimana bosmu!”Suara itu terdengar penuh kemarahan, membuat Pandu buru-buru berdiri dari duduknya. Kepalanya sedikit pusing karena semalaman tidak tidur dan menenggelamkan diri di ruangan ini tapi suara yang di dengarnya tak bisa dia abaikan begitu saja.Pekerjaan adalah caranya melarikan diri saat ini. supaya tidak lepas kendali dan melakukan hal-hal yang nantinya akan dia sesali.“Pa?”Pintu terjeblak dan sang ayah berdiri di sana dengan wajah merah dan sang sekretaris yang berdiri ketakutan di belakangnya.Ada apa lagi? tidakkah dia diberi kesempatan untuk bernapas barang sejenak saja?“Pergilah!” usir sang ayah pada sekeretarisnya, Pandu hanya mengangguk dan mempersilahkan ayahnya duduk, laki-laki paruh baya itu menghela napas dalam dan menatap putranya dengan putus asa.

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-19
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 124

    Sekar menolak Andrew mengambil anaknya dengan alasan anak itu masih membutuhkan asinya. “Kamu yang membuat anakku jadi seperti itu, perempuan gila!” maki Andrew pada perempuan yang telah melahirkan anaknya itu. Setelah konferensi pers yang mereka lakukan, laki-laki itu memaksa Pandu untuk mempertemukannya dengan bayinya. Dan Pandu yang tidak punya alasan untuk menolak tentu saja menyetujuinya lagi pula dia punya tujuan lain dengan membawa Andrew melihat bayi itu. Mata laki-laki itu berkaca-kaca saat melihat bayinya untuk pertama kali, hal yang membuat Pandu tertegun sejenak. Laki-laki ini memang brengsek dan kejam pada orang-orang disekitarnya tapi dia sudah sering bertemu orang dan mata itu tak mungkin bohong. Pandu melihat ketulusan di sana, hal yang membuatnya sedikit lega paling tidak ada orang yang benar-benar menyayangi anak itu. Bahkan laki-laki itu secara serius memohon pada Pandu untuk memberikan bayi itu padanya. “Jangan salahkan aku kamu yang mengajakku ketempat itu!”

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-20
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 125

    Pandu menatap cermin sambil melihat penampilannya secara keseluruhan. “Kamu mau kemana lagi mas?” tanya Sekar terlihat sangat tak terima. Ini hari libur seharusnya mereka bisa menghabiskan waktu bersama seperti sebelumnya, tapi ini bahkan sudah lebih dari lima bulan, Pandu tetap bersikap dingin padanya. Sekar juga sudah memenuhi permintaan Pandu untuk memberikan bayi merepotkan itu pada ayah kandungnya saja. Andrew.Dia memang jadi lebih bebas dan tak perlu lagi mendengar tangis bayi setiap malamnya, tapi dia juga tak punya alasan lagi untuk membuat Pandu tetap menemaninya, rengekan bayi itu terbukti mampu menahan Pandu di rumah meski bukan untuk menemaninya.Sekar kira dengan anak itu tidak ada lagi bersama mereka, sikap Pandu akan jadi seperti dulu, selalu memprioritaskannya dalam hal apapun tapi angannya ternyata terlalu tinggi. “Aku ada urusan,” kata Pandu singkat. Bersama Sekar memang terasa menyebalkan untukny

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-20
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 126

    Alisya bangun dengan lebih bersemangat hari ini. Usia kandungannya sudah menginjak minggu ke tiga puluh enam dan dia juga sudah cuti dari tempat kerjanya. Sehari-hari dia hanya di rumah dan tak melakukan apapun, beberapa tetangga juga sudah tidak memesan kue dan makanan lagi padanya, bukannya dia butuh banget uang hasil penjualannya, bukan. Alisya hanya menyukai kesibukannya memasak dan repot di dapur. Tak adanya pekerjaan juga membuatnya mengingat saat masih tinggal di rumah Pandu. Akan tetapi hari ini berbeda baik Pram maupun Laras sama-sama berjanji mengantarnya membeli keperluan untuk anaknya, sedikit telat memang tapi bukan masalah juga selama bayinya belum lahir. “Mau aku jemput?” Alisya membenahi letak ponsel yang dia jepit dengan bahunya saat Pram mengatakan hal itu, tangannya sibuk membuat susu hamil yang biasa diminum. “Aku naik taksi saja kita ketemuan di sana,” kata Alisya yang tahu kalau Pram ada acara terlebih dahulu sebelum menemaninya belanja, sebenarnya bisa

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-21

Bab terbaru

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 261

    Laki-laki di depannya memang bukan yang terbaik yang bisa membantunya, tapi setidaknya dia yang terbaik yang bisa temui untuk saat ini, tapi dia tidak suka mata sehitam jelaga itu menatapnya dengan penuh misteri.Entah mengapa firasatnya menjadi buruk, terutama karena ada orang lain dipertemuan kecil itu.Kasus yang membelitnya lumayan menjengkelkan.Dia tidak bersalah tentu saja dan semua orang juga tahu akan hal itu, tapi apalah arti segenggam kebenaran jika dihadapan orang yang berkuasa, apalagi Panji sialan itu sama sekali tidak sudi memberi uang pelicin untuknya bisa bebas dari jerat setan itu, padahal sebagai anak sulung dia berhak menggunakan uang itu.“Asisten saya sudah memesankan ayam tim dan juga salad buah, ibu tidak perlu repot memesan lagi,” kata sang petinggi dengan tenang begitu Nyonya Agnes ingin meraih buku menu untuk memesan.Perasaan nyonya Agnes makin tak enak, tidak semua orang tahu makanan kesukaannya itu, saat makan siang bersama orang lain seperti ini dia cend

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 260

    “Kenapa sih mas tantemu itu suka sekali bikin gara-gara dengan kita,” keluh Alisya tak habis pikir. Untuk mewujudkan sebuah keinginan kita memang harus bekerja dengan keras. Alisya sangat paham akan hal itu karena selama hidupnya dia berusaha keras untuk mencapai apa yang dia inginkan. Meski Alisya juga diajarkan untuk berusaha dengan jalan yang baik dalam artian tidak merugikan orang lain di sekitarnya, dan juga harus siap untuk menerima jika usaha keras kita mungkin saja gagal dan tak sesuai harapan. Sekarang saat dihadapkan pada kenyataan kalau ada orang yang melakukan apa saja supaya mendapat bantuan dari orang lain, bahkan tak peduli jika orang yang dia mintai bantuan akan hancur tentu membuatnya sangat geram. Apalagi sang tante yang mengaku berhak atas harta keluarganya karena merasa dialah anak pertama. “Mau bagaimana lagi, jelek-jelek begitu dia juga bagian dari keluarga kita,” kata Pandu dengan wajah kesal. “Kok dia kepikiran sih membuat isu seperti itu atau..” “Jang

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 259

    Sesiang ini Alisya masih santai nonton televisi di kamarnya dan Pandu. "Kamu nggak kerja?" tanya Pandu yang baru saja keluar dari kamar mandi. Laki-laki itu menatap jam di dinding lalu pada sang istri lagi yang masih sibuk memencet-mencet remote televisi dengan gemas. "Sayang," panggil Pandu lagi mungkin saja kan istrinya itu tidak mendengar pertanyaannya tadi karena sibuk dengan televisinya. "Mas kok ngusir sih," jawab Alisya menbuat laki-laki itu sedikit terkejut, padahal sebelum dia masuk kamar mandi istrinya masih baik-baik saja, tapi sekarang berubah seperti singa."Kok ngusir sih. Kan mas tanya," jawab Pandu lembut. Pandu sudah pernah bersama Sekar selama hampir sepuluh tahun, dia tahu kalau Sekar bukan orang yang mudah berkompromi meski dengan dirinya yang saat itu berstatus pacarnya. Sekar egois dan mau menang sendiri membuat Pandu harus banyak mengalah karena dia sangat berharap kalau Sekar adalah satu-satunya wanita dalam hidupnya sampai maut memisahkan mereka. Saat it

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 258

    Sejak ayah dan ibunya meninggal Alisya sering merasa sendiri tapi sekarang dia tidak merasa begitu lagi terutama setelah bertemu wanita paruh baya baik hati yang sekarang sedang menatapnya dengan mata berkaca-kaca. "Oalah, Nduk. Kamu baik-baik saja kan?" Bulek Par langsung memeluk Alisya dengan erat wanita itu bahkan membolak-balik tubuh Alisya untuk memastikan wanita muda di depannya ini baik-baik saja. Alisya tersenyum, hatinya menjadi gerimis bukan karena peristiwa yang  baru saja menimpanya tapi karena wanita paruh baya di depannya ini yang begitu tulus mengkawatirkannya seperti seorang ibu.Sejak ibunya meninggal Alisya pikir dia tidak akan lagi mendapatkan pelukan sehangat ini lagi, tanpa sadar air matanya menggenang, dia bahkan tak peduli, suami, anak juga para pegawai di rumah ini melihat semuanya, dia hanya ingin menikmati sekali lagi pelukan hangat seorang ibu yang begitu sangat dia rindukan. 

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 257

    Dua hari di rawat di rumah sakit kondisi Pandu sudah mulai membaik, dia sudah bisa tidur dengan telentang dan menggendong Bisma, meski masih selalu manja pada Alisya mengalahkan putranya. "Mau kita apakan bunga sebanyak ini, mas," kata Alisya dengan pandangan putus asa pada deretan bunga yang memenuhi ruang rawat Pandu. Alisya bukan orang romantis, sejak kecil dia terbiasa berhemat dan hanya membeli apa yang memang penting saja untuk dibeli dan tentu saja bunga bukan item yang akan dia beli apalagi jika tujuannya hanya untuk pajangan saja. Lagi pula dia tidak terlalu suka bunga, satu-satunya bunga yang dia suka adalah bunga deposito. Ayah mertuanya yang menempatkan penjaga di luar untuk mengantisipasi kejadian yang tidak diinginkan membuat rekan dan juga kerabat Pandu tidak bisa bebas menjenguk, jadi mereka hanya mengirimkan ucapan semoga lekas sembuh dengan bunga beraneka ragam, membuat ruangan ini berubah menjadi toko bunga. "Buang saja," kata Pandu gampang. Alisya m

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 256

    Ini adalah mimpinya sejak dulu. Dia akan menjadi orang nomer satu di kota ini, dia sangat yakin meski pemilihan belum berlangsung. Kekuatan nama besar keluarganya juga koneksi yang dia miliki tentu akan membuatnya bisa melenggang dengan tenang menduduki posisi itu. Sayang... Dia tidak memperhatikan satu kerikil kecil yang membuatnya tergelincir seperti ini. Tidak... Dia belum kalah, dia akan membuktikan kalau dia tidak bersalah dalam hal ini, dia akan menemui laki-laki tua itu, kalau perlu dia akan bersujud di kakinya untuk mendapatkan fasilitas dan dukungannya. Sudah saatnya bukan dia mendapatkan apa yang menjadi haknya selama ini, dia sudah banyak mengalah sejak usianya remaja. Panji yang diberi hak istimewa baik pendidikan bahkan kedudukan dalam keluarga, seharusnya pewaris adalah anak pertama, tidak peduli dia laki-laki atau perempuan, laki-laki tua kolot itu pasti akan menyesali keputusannya ini. Dia pasti akan membuatnya membuka mata dan melihat kenyataan yang sebenarny

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 255

    "Kenapa mas ngomong seram begitu." "Mas akan meminta beberapa orang untuk mengawalmu mulai sekarang." "Untuk apa?""Tentu saja untuk berjaga-jaga, apalagi Silvia pasti lebih nekad sekarang tadi saja dia berani datang kemari." Alisya terdiam dia menatap suaminya dalam, entah bagaimana reaksi Pandu mendengar berita kematian Silvia."Silvia tak akan bisa mencelakakan siapapun lagi, karena dia sudah meninggal," kata Alisya pelan tanpa memalingkan muka dari sang suami."Oh?" "Kenapa?" "Mas tidak penasaran kenapa dia bisa meninggal?" Pandu menghela napas panjang lalu menatap sang istri sambil tersenyum. "Dia bukan orang yang penting untukku, jadi tidak penting juga apa yang terjadi padanya," katanya ringan. "Mas yakin tidak punya perasaan lebih padanya, rasa simpati atau bela sungkawa seperti itu bagaimanapun kalian sudah lama saling kenal?" Alisya tahu pertanyaannya ini sangat konyol, dia bukan ingin meyakiti diri dengan mendengar suaminya perduli pada wanita lain sih, bukan sepert

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 254

    Rasanya seperti sedang menikmati pemandangan indah di puncak gunung tiba-tiba didorong ke dasar jurang.Itulah yang Alisya rasakan sekarang.Seharusnya Alisya tidak menaruh harap, apalagi pada manusia Agar dia selalu terlindung dari rasa kecewa. Tapi apa boleh dikata nasi sudah menjadi bubur tak akan bisa kembali lagi. "Silvia." Nama itu seperti penyakit yang menggerogotinya. Orangnya memang sudah meninggal tapi masih mampu memberikan rasa sakit untuknya. Kemarin saat melihat suaminya berlumuran darah Alisya bahkan tak mampu untuk mengeluarkan air mata, dia terlalu terkejut dengan ini semua, sangat berharap kalau sang suami segera bangun tapi begitu harapannya terkabul kenapa rasanya begitu sakit saat mendengar sang suami menyebut nama itu.Andaikan bisa Alisya ingin menghapus ingatan sang suami pada nama itu, sayangnya itu tak mungkin dia lakukan.Bersamaan dengan bibi yang datang bersama dokter jaga, kaki Alisya melangkah mundur, dia butuh waktu untuk menenangkan diri. Bahkan

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 253

    Alisya menghela napas lelah, dia menatap dua orang polisi di depannya dengan seksama. "Saya tidak tahu apa Silvia kecelakaan atau ada orang yang sengaja mensabotase mobilnya," kata Alisya tegas entah untuk yang ke berapa kalinya.Entah bukti apa yang sudah didapat oleh para polisi ini sampai mereka mencerca Alisya dengan berbagai pertanyaan yang nyudutkan, padahal bisa dibilang dia adalah korban dari keegoisan Silvia, meski wanita itu sudah meninggal sekarang, tapi sejak tadi tak ada pertanyaan kenapa suaminya bisa berakhir di rumah sakit seperti ini. "Apa ibu yakin tidak tahu akan hal itu?" tanya sang polisi lagi. Alisya tahu sih mereka hanya melakukan pekekerjaan mereka, tapi kok dia jadi kesal ya, kenapa seolah dia yang dijadikan tersangka, sedikit sesal di hati Alisya karena tidak menuruti saran bibi untuk menghubungi ayah mertuanya dan mendapatkan bantuan pengacara.Alisya pikir dia hanya perlu menceritakan kronologi kejadiannya saja, tapi ternyata... "Saat Silvia melajukan m

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status