Mike memasuki rumah bersama Jake. Mereka melintasi ruang tamu menuju meja makan, karena ini memang sudah jadwal makan malam. Keduanya merasa lapar setelah melakukan survey lapangan ke cabang MikeHill yang ada di sekitar kota itu, setidaknya ada tiga anak cabang MikeHill Corporate yang baru saja Mike awasi. Kesemua perusahan itu bergerak di bidang yang berbeda seperti percetakan kertas, perusahaan pembuatan produk furnitur dan cabang perusahaan MikeHill yang memproduksi parfum yang cukup terkenal.
"Aku tidak tahu kalau pria itu sangat berkompeten di bidang pemasaran," kata Mike memuji salah satu kar
Jake mengurut pelipis dan memperhatikan beberapa keterangan yang Rudith laporkan mengenai Diana. Dia bingung harus bagaimana mengatakannya pada Mike, karena Jake yakin Mike akan sangat tidak senang pada kabar yang akan dia sampaiakan.Suara pintu berderit mengalihkan perhatian Jake dari layar ponsel, dia menodongak dan mendapati Mike yang memasuki ruang kerjanya dengan wajah kusut. Dari kantung mata pria itu jelas terlihat bahwa Mike tidak tidur beberapa malam ini dan hal itu semakin membuatnya merasa aneh.
Cahaya putih menyilaukan membuat Diana membuka mata, dia terduduk dari posisi berbaring dan selama sepuluh menit ke depan Diana hanya berdiam diri tanpa melakukan apa-apa. Termenung dengan pikiran berkabut, seolah tidak percaya bahwa saat ini dia berada di rumah pria asing. Oh, akankah dia menganggap calon suaminya pria asing. Diana bahkan tidak mengerti harus bagaimana sekarang. Terjebak dalam rumah pria yang baru saja dia kenal bukanlah hal menyenangkan, bahkan dia tidak bisa bebas melakukan apa pun saat ini, karena Diana yakin sepenuhnya bahwa pria itu pasti mengawasi dan menaruh suruhannya di setiap sudut rumah yang baru saja Diana tempati.
Jake melihat Mike yang termenung di atas meja kerja sembari memutar ponsel, dan sikapnya ini sudah berlangsung selama empat hari sejak Diana memasuki kediaman Mike. Kerap kali Jake melihat Diana yang memasang wajah sendu ketika dia datang menyapa, dan bahkan Diana terang-terangan menatap Mike dengan tatapan penuh kebencian, tetapi Mike seolah tidak peduli, walau Jake sebenarnya menyadari bahwa Mike tidak suka dengan pandangan Diana padanya. Jake berdehem untuk menarik perhatian Mike, tetapi pria itu hanya diam sembari melirik dan kembali melakukan kegiatan tidak bergunanya. Jake merasa kesal karena Mike menyerahkan semua tugasnya hingga dia jadi lebih sibuk dari biasanya.“Mike, ada undangan dari Mr. Holand Ranaer dari Singapura. Dia mengundangmu untuk makan siang bersama di Villa pribadinya,”
Mike menarik kerah baju beberapa pria yang berjaga di depan pintu masuk rumahnya. Wajah mereka memar dan tampak luka serta noda darah yang membekas di sebagian baju yang mereka kenakan.“Kalian berlima dan dia sendiri! Apa sesulit itu melumpuhkan satu orang?!” bentak Mike pada lima pria yang terkapar di atas lantai.Rudith menatap penuh penyesalan. “Dia menyerang dengan tidak terduga, Sir. Awalnya dia mendatangi kami dengan baik-baik dan tiba-tiba memukul tanpa memberi kami waktu untuk
Mike membanting pintu perpustakaan pribadinya, dia melangkah lebar mendekati Steve dan Jake menahannya segera ketika mereka saling berhadapan. Steve duduk tenang di salah satu bangku putar berwarna merah terang dengan sandaranya yang empuk, kakinya menyilang di atas lutut dan saat ini dia menatap Mike dengan pandangan begitu merendahkan seolah dialah tuan rumah di sana.“Apa maumu sebenarnya?!” bentak Mike dengan kemarahan yang tidak ditutupi.Jake tertawa sarkastik, menghasilkan suara
Gadis itu menatap makanan di hadapannya dengan tidak berselera, dia menggenggam sendok stenlis di tangan kanan yang masih menggantung di udara. Reina yang sedari tadi berada di sebelah Diana hanya bisa mengawasi tanpa menyela, dia takut mengusik ketenangan Diana. Sejak dua hari yang lalu, pasca percobaan pelecehan seksual yang Diana alami, gadis itu lebih banyak diam. “Aku kenyang,” kata Diana sembari meny
Gelapnya ruangan membuat Diana semakin merasakan betapa nyata mimpi buruknya. Dia menangis dan panik, lalu bangkit dari tempat tidur. Di kamar itu dia sendiri dan semakin membuatnya takut, tubuhnya bergetar sembari terus terisak. Hatinya berbisik agar dia keluar dari sana dan mencari seseorang, namun ke mana. Dia tidak mungkin ke kamar pria itu karena insiden siang tadi, tetapi ...Kepala Diana terus dibayangi bayang-bayang yang saling berkejaran hingga membuat kepalanya sakit seakan ingin pecah rasanya, tak dipedulikannya lagi akal sehat yang terus menahannya untuk bertahan di kamar itu, sehingga tanpa sadar kakinya melangkah setengah berlari hingga ke
“Anda boleh keluar Nona,” ucap Reina dengan nada senang yang tidak ditutupi. Mendengar hal itu, nyaris saja Diana menumpahkan minuman di tangannya. Dia menatap Reina dengan binar bahagia dan tidak percaya secara bersamaan.“Benarkah?” tanyanya, untuk memastikan pendeng-arannya.Reina terkekeh. “Ya,” jawabnya cepat.
“DisneyLand”Jake tidak ikut ke mansionku, dia memilih langsung pulang ke rumahnya. Calon istrinya sedang menunggu di sana. Sayang sekali, padahal aku ingin mengajaknya untuk bertemu Jasmin dan Blair karena sudah lama dia tidak bertemu dengan keluarga kecilku, terutama Blair yang belum pernah dia temui.
“Paris, four Years Latter”Suara gaduh yang kurindukan, tawa dan keributan kecil dari putera-puteriku selalu menyambut pagi setiap kali kuterjaga. Tanganku meraba sisi di sebelahku berbaring yang kini telah kosong, terasa dingin seakan sudah lama ditinggalkan.Penciumanku disapa oleh nikmatnya aroma mentega dan manisnya madu bersama roti bakar, kurasa dia sudah memulai aktivitasnya di dapur. Aku bergegas bangun dan bersiap memulai kesibukan hari ini.
Salju di bulan Desember tampak menghiasi Avenue des Champs-Elysées, jalanan yang menghubungkan Concorde dan Arc de Triomphe, dijuluki sebagai belle avenue du monde—jalan terindah di dunia—kini ramai dikunjungi wisatawan, karena hari libur panjang untuk menyambut tahun baru.Seorang wanita dengan coat merah dan syal maroon tengah meniti langkah hati-hati di antara deretan lampu berpendar kuning keemasan dan jejeran pohon natal berhias lonceng, juga pita di setiap pertokoan sudut kota.Wanita itu tersenyum sumringah sembari mengelus perutnya yang tertutupi dengan baik melalui coat merahnya. Dia memasu
Diana memilih menghabiskan waktu siang itu dengan tiduran di atas kasur, dia sangat malu menunjukkan mukanya di depan anggota keluarga Hill yang lain. Mike bahkan kehabisan akal untuk membujuknya keluar.“Diana, apa kau di dalam?” Suara Savira membuat Diana terjaga.“Iya, ada apa?” tanyanya sembari berjalan membukakan pintu. Terlihat Savira sudah siap dengan kaus longgar selutut dan celana jeans pendek.“Ayo, aku ingin mengajakmu naik sepeda ke Place de la Concorde,” ajaknya.Diana mengerutkan
Cahaya matahari mengintip masuk ke kamar luas yang Diana tempati, membuat wanita itu menggeliat gelisah karena silau. Perlahan mata indah Diana terbuka, ia melihat jendela kamarnya yang sedikit terbuka dengan cahaya terang di tengah.Kepala Diana bergeser melirik ke sebelah, sisi kasur yang lain, tidak ada siapa-siapa di sana. Membuat Diana mengernyit heran. Dengan gerakan refleks Diana bangkit dari duduk dan mencari keberadaan suaminya di kamar luas tersebut, tapi tak ada tanda-tanda keberadaan Mike di sana.Diana bergegas turun dari kasur dan masuk ke kamar mandi, sekedar mencuci muka dan menggosok gigi sebelum turun ke bawah untuk bergabung bersama keluarga Hill lainnya. Di meja makan tampak Asley dan boneka b
Cuaca kota Paris pagi itu sangat cerah. Diana bersemangat dan menarik tangan Mike untuk bergegas jalan-jalan keluar.“Ke mana kita akan pergi pagi ini?” tanya Mike yang sama antusiasnya.Diana mengeluarkan senjata andalan, sebuah peta kota Paris dari tas tangan. Mike mengernyit menatap peta yang Diana pegang.“Diana, kenapa kau membawa benda itu?” tanya Mike tak suka.“Tentu saja untuk keliling Paris agar tidak tersesat,” sungutnya pada Mike.
Diana merentangkan tangan, menarik napas menghirup udara musim semi kota Paris. Sekarang sudah jam satu siang, mereka baru saja tiba dan sedang berdiri di luar pintu kedatang-an Bandara Charles de Gaulle. Empat belas jam di dalam pesawat membuatnya bosan. Berkali-kali dia mengganggu Mike yang tidur dalam pesawat hanya untuk mendengarkannya bercerita tentang rencana bulan madu yang telah ia persiapkan.“Apa kau lelah?” tanya Mike yang berjalan di belakang. Diana mengangguk dan menoleh pada Mike.“Kau tidak lelah?” Diana melihat Mike yang masih seg
Tatapan Diana jatuh pada Mike yang masuk begitu saja dari pintu depan. Wanita itu menegang di tempat hendak memarahinya, namun Mike tak peduli dan terus menerjang Diana, menarik wanita itu dalam pelukannya. Dia mencium puncak kepala Diana dan membuat wanita itu menjeritkan penolakan.“Kumohon, jangan menolakku kali ini. Biarkan aku memelukmu sebentar, beri aku waktu lima menit setelahnya aku akan pergi seperti yang kau inginkan,” bisik Mike tepat di telinga Diana. Wanita itu terisak dan menghentikan rontanya, dia membiarkan Mike mengelus lembut puncak kepala serta punggungnya.“Biarkan aku mewujudkan impianmu dan impian ayahmu, jadikan aku pria beruntung yang memilikimu.”
Hari pertama setelah kejadian tersebut. Mike mencari tahu siapa dalang di balik semua ini. Dia akan menuntaskannya hingga ke akar. Tangannya meremas ponsel hendak menghancur-kan benda tipis itu. Jake yang sedari tadi diam akhirnya menghirup udara dan mulai bersuara.“Mereka pasti akan menemukannya, Mike.”Orang yang diajak bicara hanya menatap datar dengan senyum sinis. Dia terus meremas ponselnya yang andaikan bisa berbicara pasti benda mati itu berteriak meminta lepas dari cengkraman Mike yang tampak tidak sabar sembari menahan amarah.“Aku akan me