Hari-berganti hari… detak-detak jarum jam menghantarkanku pada suasana yang baru, suasana yang berbeda dari hari-hari kemarin. Mentari pagi tampak tersenyum gembira seakan ingin menyapa. Aku siswi bersuami baru sampai di samping sekolah. Aku ingin tertawa sejenak ketika mengingat kejadian kemarin malam.
"Putri, bangun!"
"Apa?"
"Anterin saya ke kamar mandi."
"Pergi sendiri!" Pasalnya kamar Dafa tidak ada toilet nya.
"Ayolah, di luar gelap tau!" Pria ku itu menggerutu.
"Gamau!" Aku menolak dan melanjutkan tidur ku.
Aku menolak karena memang sangat mengantuk. Aku pikir pria itu akan pergi sendiri tapi dia malah melanjutkan tidurnya dengan menggenggam batu yang ia ambil di vas bunga miliknya.
Aku mencium punggung tangannya karena sudah kewajiban ku kepada yang lebih tua. Dia tersenyum sekilas lalu membuang muka. Dia marah? Tentu. Namun, aku? Tidak peduli sama sekali.
AUTHOR POV
Putri berjalan menyusuri koridor sendirian. Tidak ada yang berdampingan dengannya. Dia harap bisa menemukan pria yang dicari disini. Bukan Dafa melainkan Galih murid IPS. Sudah satu bulan ia dekat dengannya. Bahkan sampai sekarang hingga dia lupa apa statusnya sekarang. Mungkin Galih akan teramat kecewa ketika dia tau kalau wanitanya ini sudah bersuami.
"Putri!" Itu Galuh yang berteriak dari belakang Putri. Dia berlari menghampiri kekasihnya. Senyum terukir di kedua bibir anak itu. Melepas rindu dengan senyum.
"Kemana aja?" Putri menggerutu memukul kecil lengan Galih. Pria tampan yang lebih tinggi darinya itu tersenyum sambil mengelus rambut Putri.
"Kamu yang kemana aja! Kemaren aku cariin gak ada!" Galih membalas dengan lebih tegas.
Putri cengengesan. "Aku sakit kemaren." Putri berbohong. Gadis pintar.
"Yaudah ayo." Galih merangkul pundak Putri membuat Putri mendongak ketika ingin melihat wajah tampannya.
Putri dan Galih menduduki kursi panjang yang berada di taman samping sekolah. Disinilah tempat bisanya para siswa berpacaran. Putri menyenderkan kepalanya pada bahu Galih. Tangan kanan Galih ia rentangkan agar bisa merangkul Putri.
Seperti burung merpati yang sedang bercinta. Tanpa mereka ah tidak Putri sadari ada seseorang yang sedang memandangi mereka berdua dari kejauhan. Dafa berdiri dengan tenang. Tidak kini rahangnya mengeras melihat istrinya bermesraan dengan pria lain di depannya. Matanya memanas masih bisa ia tahan. Dafa tersenyum kecil dengan kekehan kemudian. Wajahnya sendu dan melangkah pergi meninggalkan pemandangan yang menyakitkan itu. Dia sudah tau kalau Putri tidak mencintainya, yah pada dasarnya pernikahan ini hanya terpaksa.
Tangannya mengepal, manik coklatnya memanas,bibirnya yang ia gigit menandakan kekesalan dalam jiwanya sedang memanas. Silva berdiri di balik pohon mangga sambil memandangi sahabatnya yang sedang berpegangan dengan pria yang ia sukai. Ingin sekali dia lari dan mengatakan pada Galih kalau wanita di depannya itu sudah menikah. Gadis itu tidak pikir panjang,dia melangkahkan kakinya menuju kedua insan itu.
Putri mendongak melihat ada kaki di sampingnya. Putri menatapi Silva yang sedang marah itu. Silva menatap Putri dengan tajam. "Follow me!" Silva berjalan meninggalkan Putri.
Putri menatap kepergian sahabatnya itu dan segera berpamitan pada Galih. Putri tersenyum terlebih dahulu pada Galih sebelum ia memulai langkahnya.
"Ada apa?" Terlintas banyak pertanyaan pada otak gadis itu. Putri duduk di samping Silva yang juga duduk di rumput.
"Jangan lupa statusmu!" Silva membuang muka selama berbicara.
Gadis itu mengerutkan dahinya lantaran tidak mengerti apa yang dimaksud sahabatnya itu.
"Tadi Dafa liatin dari jauh. Dia pergi dengan tatapan kosong dan hampa serta kecewa." Silva menekankan di setiap katanya. Pernyataan Silva membuat Putri terkejut hingga mulutnya sedikit terbuka.
"Yaudah biarin gue gak peduli,"jawab Putri dengan enteng membuat gadis di sebelahnya menoleh dengan wajah kesal.
"Lo yakin dia gak cemburu?" Lontaran kata Silva membuat Putri kaget lagi.
"Gue suka sama Galih." Silva berdiri lalu pergi meninggalkan Putri dalam keadaan dilema.
Ternyata sahabatnya itu juga menyukai kekasihnya. Apakah dia begitu jahat sehingga membuat sahabatnya pergi sambil menangis. Dia benar-benar merasa berdosa sekarang. Ini bukan salahnya sepenuhnya kan?
Dia selingkuh dan membuat sahabatnya menangis. Mungkin itu judul yang cocok.
****
Rintikan hujan begitu bergairah. Hembusan angin malam memang sangat luar biasa membuat dingin hingga menusuk ke tulang. Malam Putri hari ini ada menghabiskan waktu dengan buku. Sudah satu jam dia mempelajari buku yang di penuhi angka itu. Namun, dia masih tidak mengerti. Ibarat masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Rambut yang terurai ia acak-acak kesal. Meletakkan pulpen di meja dan menutup bukunya keras. Dia berjalan menuju jendela kamarnya, memainkan bunga itu. Putri pecinta bunga bahkan cita-citanya ingin menjadi seorang florist.
Dafa berjalan melewati kamar Putri. Dia melirik meja Putri dengan buku yang berantakan itu.
"Kenapa gak belajar?" Pria itu berbicara dengan ketus. Dia membenarkan bajunya yang basah.
Putri menoleh. "Percuma,"jawab Putri enteng.
Percuma. Kata itu membuat guru killer itu benci. Dia melenggang masuk ke kamar Putri. Dia menarik pelan rambut Putri yang digerai itu. "Belajar!" Sepertinya dia ada dendam.
Putri berbalik dan berdiri di hadapan Dafa. Dia melipat tangan di depan dadanya. "Gak mau. Percuma aku gak akan ngerti." Putri berlalu dia ingin beranjak pergi ke luar kamar.
Dafa menarik rambut Putri membuat tubuh Putri tertarik kebelakang. Putri meringis kesakitan sembari mengelus rambutnya.
"Belajar!" Dafa menunjuk meja belajar Putri membuat gadis itu ikut menoleh.
"Gak mau saya!" Putri mengelak dengan mengikuti logat bicara Dafa.
"Ck. Belajar!" Dafa menarik kepala Putri hingga sampai di meja.
Dafa menekan kepala Putri membuat gadis itu duduk di kursi. Dafa membuka buku pelajaran Putri lalu menyodorkannya pada Putri. Putri mendengus kesal sampai wajahnya menjadi panas. Putri pun mulai menatapi buku yang di penuhi angka itu. Melihatnya saja sudah riweh apalagi ah sialan.
Dafa melihat diantara jejeran buku-buku Putri ada buku yang bertuliskan DIARY PUTRI. Dafa pun mengambil buku itu. Putri hanya melirik Dafa karena tidak ada yang penting di buku itu. Buku yang sangat rahasia sudah ia simpan dengan aman.
Dafa menuju kasur lalu tengkurap di atasnya. Dia membuka buku itu dimulai dari yang paling depan. Halaman depan itu terdapat tiga foto bunga mawar yang diambil sendiri oleh Putri. Halaman kedua terdapat foto-foto bunga tulip. Dafa membaliknya lagi, terpapar gambar bunga sakura yang digambar oleh Putri.
"Ini hasil kamu semua?"tanya Dafa.
"Iya, kenapa?" Putri balik bertanya, dia masih fokus dengan bukunya dan mencoba mengerjakan beberapa soal.
"Kamu suka bunga?" Dafa bertanya lagi. Dia semakin tertarik dengan kebiasaan gadisnya itu. Dafa mendudukkan tubuhnya di tepi ranjang sambil menatapi punggung Putri yang sedang belajar.
Putri mengangguk. "Kalo kamu dapet nomor satu di kelas saya kasih kamu kebun bunga,"celetuk Dafa membuat Putri memutar kepalanya.
"Serius? Pasti boong." Putri berbalik ke posisinya semua. Palingan Dafa hanya wacananya doang. Pikir Putri.
"Nomor satu! Saya janji bakal kasih kamu taman bunga seluas yang kamu mau. Sekalian nanti kamu buka bisnis jadi kamu bisa jadi florist... "
"Florist itukan cita-cita kamu dulu."
Dafa mengingat masa mudanya dulu saat bermain bersama Putri.
Putri berdiri menghadap Dafa kecil itu. Mereka berdua sama-sama kecil. Dafa menyuruh Putri untuk tutup mata dan Putri pun mengikuti perintah dari Dafa.
"Jangan ngintip ya!" Dafa berucap sembari berjalan mengendap-endap untuk ke belakang Putri. Dengan kedua tangannya Dafa mendorong punggung gadis itu hingga Putri terjungkal ke depan sehingga kedua kakinya terbentur di aspal.
Dafa terkekeh geli mengingatnya. Dia mulai ingat alasan dia melakukan itu.
"Putri,bekas luka waktu saya dorong kamu dulu masih ada gak?"
Putri mendengar dan segera melihat lutut kanannya. Seperti terdapat bekas jahitan. "Ada. Kenapa? Mau ngelakuin lagi?"celetuk Putri membuat Dafa terkekeh pelan.
"Dulu kamu main sama cowok lain jadi saya marah,"ucap Dafa lemah. Seketika dia ingat kejadian tadi siang.
"Masih belum selesai kamu?" Dafa berdiri menghampiri Putri.
"Udah dibilang gak bisa." Putri meninggikan nada bicaranya.
"Yaudah sholat dulu sana! Jangan lupa nomor satu!" Dafa melangkah keluar kamar setelah itu.
"Janji ya!" Putri berteriak berharap mendapat jawaban dari pertanyaannya. Satu detik, lima detik tidak ada jawaban dari pria itu. Putri membereskan buku-bukunya dan bersiap untuk sholat.
Florist cantik. Mungkin toko bunga Putri akan sangat banyak pengunjung karena pemiliknya cantik.
Malam begitu tenang mengiringi keindahan suasana rumah di malam hari kecuali jika Dafa datang. Langit cerah dihiasi bintang-bintang bertebaran menemani gagahnya raja malam yang bersinar terang menebar cahaya berkilauan. Nyamuk juga tidak mau kalah, terbang kesana kemari berhamburan mencari hamparan kulit untuk mengobati kehausan.Putri sudah dibekali makanan ringan di meja serta laptop yang sudah siap. Di akan begadang untuk mengatasi insomnia nya. Dia memutuskan untuk melihat para suaminya. Film Korea dengan judul 'my little bride'.22.30Film itu sudah terputar setengah. Kedatangan tamu yang tak diundang. Dafa menghampiri Putri dengan muka bantalnya."Kenapa bangun?" Putri merasa sangat terganggu."Tadi denger suara teriakan,"gumam Dafa lirih."Oh, itu sangmin." Putri membalas sambil menunjuk laptop nya.Dafa meraih jajan yang ada dimeja dan memasukkan kedalam mulutnya. Dia melirik ke arah Putri. "Kenapa nangis
Langit yang masih kelabu dengan basahnya daun karena embun. Rintikan hujan terdengar merdu dan sopan masuk ke telinga. Sejuk membuat bulu kuduk merinding. Putri sedang berada di dapur, memasak untuk sang suami. Di memotong bawang sebab dia akan memasak nasi goreng. Sejauh ini hanya itu yang bisa dia buat. Dia mulai menumis bawang-bawang itu. Aroma harum sudah mulai semerbak membuat penganggu itu datang. Dafa datang dengan kaos oblong dan celana pendek di kakinya. Dia mengendus-endus wajan di depan Putri. Tangan Putri gatal ingin mendorong wajah suaminya ke wajan."Pergi duduk!" Putri mulai terganggu dengan kedatangan jiwa setan.Dafa melangkah mundur membiarkan istrinya menuangkan nasi ke wajan. Nasi, saos, kecap ia tuangkan bergantian tak lupa sejumput garam yang ia taburkan."Jangan banyak-banyak nanti asin." Dafa berkomentar sembari berdiri menonton Putri masak."Itu telornya jangan lupa di goreng nanti!" Pria itu memerintah mem
Hari ini dari pagi sampai siang hari cuaca terasa begitu panas. Seiring bertambahnya laju detak waktu langit pun semakin siang semakin membiru, tak terlihat awan berarak di sekitarnya. Matahari begitu panas berasa tepat di ubun-ubun kepala. Waktu terasa semakin lama bagi Dafa sebab istrinya itu sedang marah dengannya. Tadi pagi Putri berangkat sekolah sendiri begitu juga saat pulang. Dafa pulang terlebih dahulu dan tidak melihat pucuk hidung istrinya itu.Panas cuaca di luar di padu dengan es jeruk memang nikmat tingkat dunia. Dafa duduk di sofa menatap ke arah luar jendela menanti istrinya pulang sekolah.Tap tapSuara langkah terdengar dari arah luar. Dafa menajamkan pandangannya ke pintu.CeklekPintu itu terbuka lebar. Netra Dafa mendapati Putri bersama seseorang di belakangnya. Wendi dan Silva. Dafa terbelalak membuat kakinya bangun tegak. Putri membawa temannya, bukankah dia tidak ingin siapapun tau tentang pernikahann
Malam yang gaduh begitu berisik. Putri berada di kasur dengan telinga yang ia tutup dengan tangannya. Hampir depresi. Suara teriakan Dafa dan Wendi di ruang tengah memenuhi seluruh rumah. Putri menenggelamkan wajahnya di kasur."GOL...." Suara teriakan Dafa dan Wendi lagi. Suara para pria itu terlalu keras membuat film yang ditonton Putri tidak terdengar suaranya. Putri mendongak,dia geram menggigit giginya. Dia berdiri dengan tangan yang mengepal di kedua sisi tubuhnya.BrakSuara bantingan itu pun tidak mereka dengar. Putri berjalan dengan emosi yang sudah meluap."WOI!" Teriakan Putri membuat keduanya menoleh. Sejenak mereka berdua meninggalkan film bola itu. Dafa menghampiri Putri."Bisa gak jangan berisik?"tegur Putri."Gak bisa." Dafa membalas dengan suara ketus. Dia berniat ingin menggoda Putri.Putri merotasikan matanya lalu beralih menatap tajam Dafa. "Hih." Putri menggigit geram. Dia mengh
"PUTRI..... " Suara lantang Dafa terdengar sampai luar apartemen. Putri yang mendengarnya itu pun segera berdecak kesal dan melangkah dengan menghentakkan kakinya keras. Padahal dia hanya ingin mencari angin tapi Dafa itu tidak berhenti mengomel."Apa sih?"tanya Putri menggerutu saat sudah masuk ke dalam dan menghadap Dafa yang sudah siap di kamar Putri. Beberapa buku tebal berada di gendongan Dafa."Belajar! Besok loh tes nya,"ucap Dafa dengan lantang. Putri menggeleng membuat emosi Dafa semakin menguap. Kali ini peran Dafa adalah guru di rumah bukan sebagai seorang suami."Putri." Dafa memanggil sekali lagi membuat gadis itu menggeleng dengan cepat. Dafa membanting buku tebal itu di meja belajar Putri membuat Putri tersentak kaget. "Kebun bunga gak jadi." Dafa menekan lalu melangkah pergi membuat Putri membelalakkan matanya."Iya iya iya belajar,"ucap Putri dengan cepat sembari mendudukkan pinggulnya di kursi. Dafa itu kini berba
Malam ini Dafa disibukkan dengan kebingungan. Putri sembari tadi belum juga pulang padahal ia pamit untuk pergi ke supermarket dekat apartemen. Dafa bertanya pada pegawai supermarket tapi tidak ada satupun yang tau. Dafa membawa mobilnya untuk mengitari kota pada saat langit sudah gelap. Khawatir berada pada puncak. Pria itu mencoba menelfon istrinya tapi tak juga ada balasan.Sudah hampir dua jam Dafa mencari pucuk hidung Putri yang hilang. Dia sudah menghubungi Lastri tapi dia bilang tidak ada Putri di rumahnya. Semua keluarga itu dibuat panik dengan menghilangnya Putri. Dafa tidak bisa lapor pada pihak yang berwajib sebelum 24 jam. Dia terus melajukan mobilnya kencang sambil menoleh ke kanan-kiri. Sangat hancur.Dafa menghentikan mobilnya di jembatan. Lumayan sepi karena itu bukan jembatan umum. Dafa menenangkan dirinya sejenak menyenderkan tubuhnya pada pembatas jembatan. Dafa meremas rambutnya keras. "Aarrgghh." Dafa berteriak keras untung saja tidak a
Istrinya menghilang entah kemana dan dengan kebetulan dia mendapati seorang wanita yang di culik. Bantu selagi masih bisa. Sebenarnya Dafa tidak mau terlibat masalah orang lain, berhubung dia tau jadi ya ia bantu.Langkah kakinya berjalan mengendap-endap setelah lolos dari pandangan para penjaga yang berada di depan gerbang. Dafa memutuskan untuk memanjat pagar di bagian samping gudang. Dengan susah payah akhirnya dia sampai di dalam. Dafa berjalan seperti pencuri, sebuah celah persegi ia dapat dari netranya. Dia mendekat lalu mencoba memanjat beberapa tong yang menjulang tinggi sampai celah itu. Dafa sedikit menjinjitkan kakinya untuk bisa mengintip.Sedikit keyakinan yang dihilangkan ketidak percayaan. Netra Dafa mendapati gadis yang ia kenal, yang ia cari selama berjam-jam. Dia sedikit menyipitkan matanya, benar dia melihat Putri di dalam sana."Putri?""Kok dia ada di sini? Dia pingsan? Putri di culik?!"Dafa kaget bukan main
"Putri!" Suara teriakan Dafa menggema membuat Putri yang sedang belajar terlonjak kaget. "Apa?!" jawab Putri dengan teriakan. Dafa yang berada di ruang tengah itu berjalan menuju kamar. Dia membuka pintu dan menampakkan Putri yang sedang belajar. Raut wajahnya berubah lega ketika mendapati istrinya yang sedang membaca buku. "Pintar sekali, istriku," seru Dafa mendekat pada Putri. "Tapi kok sama rebahan baca bukunya." "Sejujurnya saya ini malas untuk membaca buku," timpal Putri. "Hobi kamu kan baca jadi seharusnya kamu seneng dong?" "Membaca novel bukan membaca buku pelajaran." Putri mendengus kesal pasalnya Dafa terus mengganggu dengan menanyai ini-itu. "Putri," "Mas, Putri ini mau belajar jangan di ganggu dong." "Maaf," ucap Dafa lirih lalu menundukkan Kepala nya. "Mending mas tidur aja deh." "Belum ngantuk." Dafa merebahkan dirinya di samping Putri. "Ya udah diem jangan ganggu!" Dafa ha
"Akhirnya sampai ...," ujar Putri girang.Tubuhnya berputar-putar seperti kipas angin. Tangan kanannya menarik tangan Dafa agar berjalan lebih cepat."Putri, kita harus ke penginapan dulu untuk menyimpan barang ini," ucap Dafa."Kan bisa dibawa," ketus Putri."Ya sudah, kamu aja yang bawa!" Dafa menyodorkan koper itu pada Putri."Ck, ya udah." Putri menghentakkan kakinya dengan kesal dan berjalan mendahului Dafa.Sampai di sebuah Villa yang sudah mereka pesan lewat online. Villa dikelilingi persawahan, bentuknya minimalis tapi mewah.Putri membanting tubuhnya di kasur. Melebarkan tangannya. Menikmati sensasi empuk dari kasur itu. Dafa melirik Putri dengan tajam. Dafa menyeringai lalu ikut berbaring di samping Putri.Tangan Putri ia gunakan sebagai bantal. Gadis di sampingnya itu melirik dengan sinis."Minggir!" ucap Putri sambil mendorong kepala Dafa.Put
Dua hari berlalu dengan cepat. Kini bus sudah melaju untuk pulang. Putri duduk di samping Dafa. Tidak saling berbincang, Putri hanya memandangi pohon-pohon yang terlintas. Semua orang sudah tahu, sudah tahu akan pernikahan Putri dan Dafa. "Putri," panggil Dafa membuat Putri menoleh ke arahnya. "Kamu mau bicara sama Galih?" tanya Dafa. Putri membulatkan matanya, lalu Dafa berdiri dan melangkah menuju belakang bis. Tidak lama, Galih datang dan duduk di samping Putri. "Hai." Putri hanya tersenyum, hingga membuka suara, "Maaf." Galih menatap Putri dibarengi dengan helaan nafas. "Gak apa," ujar Galih. Putri menunduk. "Aku jahat ya sama kamu," kata Putri diiringi tawa kecil. "Enggak, kok. Kamu hebat, kamu sembunyikan ini supaya aku gak sakit hati kan sama kamu," ucap Galih. Putri tersenyum lebar. "Kamu baik," kata Putri. Galih melemparkan senyum simpulnya pada Putri. "Iya, em... Sil
Langit perlahan menjadi gelap. Penglihatan Putri menjadi buram karena minimnya pencahayaan. Putri pasrah. Berdiam diri, tidak mau bergerak. Hal yang sangat ditakuti oleh Putri, sendiri dalam kegelapan.Putri duduk di bawah pohon besar dengan memeluk kedua kakinya sendiri. Hal yang menakutkan sejak tadi sudah terbayang olehnya. Detak jantung yang berdetak dengan cepat. Putri menyembunyikan wajahnya diantara kedua kakinya. Tidak mau melihat apapun.Suara asing masuk ke dalam pendengaran Putri membuatnya semakin mengeratkan pelukannya.Suara langkah kaki yang mendekat.Srek srek srekDedaunan yang jatuh menyebabkan gesekan hingga menimbulkan suara. Suaranya semakin mendekat. Apa itu hewan buas? Atau itu hantu?DumpJantung Putri seakan berhenti berdetak. Ada yang memeluk tubuhnya. Langkah kaki, lalu sekarang pelukan. Benar-benar tidak karuan. Rasanya ingin melompat.Putri tidak bersuara bahkan t
Terik matahari terasa begitu hangat tapi itu dikalahkan oleh dingin nya embun yang masih menyelimuti. Bayangan pohon bergoyang-goyang menambah keindahan suasana pagi.Putri sedang menyiapkan barang-barang keperluan untuk camping nanti. Tepat setelah ujian kenaikan kelas telah selesai. Semua siswa-siswi dinyatakan lulus meski ada sebagian yang mendapat nilai yang tidak memuaskan.Sejak tadi Putri sibuk di dapur tanpa melihat pukul berapa ini. Dengan kelihaian nya memasak ia hanya memasak mie dan telur. Tidak lupa ia memasukkan lima butir telur untuk bekal camping nanti. Beberapa ML air ia masukkan ke dalam tempat minum. Dia sudah melakukan semua nya dan dia pun akhirnya sempat melihat jam tangan.Mata nya membulat ketika melihat jam nya menunjukkan pukul 7.00 yang artinya dia akan ketinggalan bus. Dia mengingat sesuatu bahwa Dafa belum bangun. Putri berjalan dengan cepat menuju kamar Dafa. Membuka pintu nya tanpa permisi dan masih memperlihatkan
Satu minggu berlalu begitu juga ujian akhir semester satu Putri sudah selesai. Kini Putri duduk di bangkunya sembari menunggu hasil ujiannya dibagikan oleh suami sekaligus gurunya."Baik, sekarang bapak akan memberi tau kalian siapa yang mendapat nilai terbaik di semester akhir ini," kata Dafa.Dafa berjalan sambil membagikan beberapa lembar ujian pada muridnya. Dia memotong pembicaraan membuat para murid penasaran,kecuali Putri. Putri hanya yakin satu hal 'pasti bukan aku'."Silahkan dilihat dan saya akan memberi tau," ucap Dafa lagi. Pria itu begitu bertele-tele.Semua ekspresi murid terlihat biasa saja bahkan ada yang mengeluh akan nilainya. Berbeda dengan Putri yang sedang memelototi kertas yang ia pegang.'A-apa-apaan ini? Gak mungkin'"Dari ekspresi kalian saya bisa melihat siapa yang dapat nilai bagus," seru Dafa memandangi Putri."Putri, selamat." Semua pandangan kini tertuju pada Putr
"Putri!" Suara teriakan Dafa menggema membuat Putri yang sedang belajar terlonjak kaget. "Apa?!" jawab Putri dengan teriakan. Dafa yang berada di ruang tengah itu berjalan menuju kamar. Dia membuka pintu dan menampakkan Putri yang sedang belajar. Raut wajahnya berubah lega ketika mendapati istrinya yang sedang membaca buku. "Pintar sekali, istriku," seru Dafa mendekat pada Putri. "Tapi kok sama rebahan baca bukunya." "Sejujurnya saya ini malas untuk membaca buku," timpal Putri. "Hobi kamu kan baca jadi seharusnya kamu seneng dong?" "Membaca novel bukan membaca buku pelajaran." Putri mendengus kesal pasalnya Dafa terus mengganggu dengan menanyai ini-itu. "Putri," "Mas, Putri ini mau belajar jangan di ganggu dong." "Maaf," ucap Dafa lirih lalu menundukkan Kepala nya. "Mending mas tidur aja deh." "Belum ngantuk." Dafa merebahkan dirinya di samping Putri. "Ya udah diem jangan ganggu!" Dafa ha
Istrinya menghilang entah kemana dan dengan kebetulan dia mendapati seorang wanita yang di culik. Bantu selagi masih bisa. Sebenarnya Dafa tidak mau terlibat masalah orang lain, berhubung dia tau jadi ya ia bantu.Langkah kakinya berjalan mengendap-endap setelah lolos dari pandangan para penjaga yang berada di depan gerbang. Dafa memutuskan untuk memanjat pagar di bagian samping gudang. Dengan susah payah akhirnya dia sampai di dalam. Dafa berjalan seperti pencuri, sebuah celah persegi ia dapat dari netranya. Dia mendekat lalu mencoba memanjat beberapa tong yang menjulang tinggi sampai celah itu. Dafa sedikit menjinjitkan kakinya untuk bisa mengintip.Sedikit keyakinan yang dihilangkan ketidak percayaan. Netra Dafa mendapati gadis yang ia kenal, yang ia cari selama berjam-jam. Dia sedikit menyipitkan matanya, benar dia melihat Putri di dalam sana."Putri?""Kok dia ada di sini? Dia pingsan? Putri di culik?!"Dafa kaget bukan main
Malam ini Dafa disibukkan dengan kebingungan. Putri sembari tadi belum juga pulang padahal ia pamit untuk pergi ke supermarket dekat apartemen. Dafa bertanya pada pegawai supermarket tapi tidak ada satupun yang tau. Dafa membawa mobilnya untuk mengitari kota pada saat langit sudah gelap. Khawatir berada pada puncak. Pria itu mencoba menelfon istrinya tapi tak juga ada balasan.Sudah hampir dua jam Dafa mencari pucuk hidung Putri yang hilang. Dia sudah menghubungi Lastri tapi dia bilang tidak ada Putri di rumahnya. Semua keluarga itu dibuat panik dengan menghilangnya Putri. Dafa tidak bisa lapor pada pihak yang berwajib sebelum 24 jam. Dia terus melajukan mobilnya kencang sambil menoleh ke kanan-kiri. Sangat hancur.Dafa menghentikan mobilnya di jembatan. Lumayan sepi karena itu bukan jembatan umum. Dafa menenangkan dirinya sejenak menyenderkan tubuhnya pada pembatas jembatan. Dafa meremas rambutnya keras. "Aarrgghh." Dafa berteriak keras untung saja tidak a
"PUTRI..... " Suara lantang Dafa terdengar sampai luar apartemen. Putri yang mendengarnya itu pun segera berdecak kesal dan melangkah dengan menghentakkan kakinya keras. Padahal dia hanya ingin mencari angin tapi Dafa itu tidak berhenti mengomel."Apa sih?"tanya Putri menggerutu saat sudah masuk ke dalam dan menghadap Dafa yang sudah siap di kamar Putri. Beberapa buku tebal berada di gendongan Dafa."Belajar! Besok loh tes nya,"ucap Dafa dengan lantang. Putri menggeleng membuat emosi Dafa semakin menguap. Kali ini peran Dafa adalah guru di rumah bukan sebagai seorang suami."Putri." Dafa memanggil sekali lagi membuat gadis itu menggeleng dengan cepat. Dafa membanting buku tebal itu di meja belajar Putri membuat Putri tersentak kaget. "Kebun bunga gak jadi." Dafa menekan lalu melangkah pergi membuat Putri membelalakkan matanya."Iya iya iya belajar,"ucap Putri dengan cepat sembari mendudukkan pinggulnya di kursi. Dafa itu kini berba