Hari ini dari pagi sampai siang hari cuaca terasa begitu panas. Seiring bertambahnya laju detak waktu langit pun semakin siang semakin membiru, tak terlihat awan berarak di sekitarnya. Matahari begitu panas berasa tepat di ubun-ubun kepala. Waktu terasa semakin lama bagi Dafa sebab istrinya itu sedang marah dengannya. Tadi pagi Putri berangkat sekolah sendiri begitu juga saat pulang. Dafa pulang terlebih dahulu dan tidak melihat pucuk hidung istrinya itu.
Panas cuaca di luar di padu dengan es jeruk memang nikmat tingkat dunia. Dafa duduk di sofa menatap ke arah luar jendela menanti istrinya pulang sekolah.
Tap tap
Suara langkah terdengar dari arah luar. Dafa menajamkan pandangannya ke pintu.
Ceklek
Pintu itu terbuka lebar. Netra Dafa mendapati Putri bersama seseorang di belakangnya. Wendi dan Silva. Dafa terbelalak membuat kakinya bangun tegak. Putri membawa temannya, bukankah dia tidak ingin siapapun tau tentang pernikahannya? Tapi itu Wendi pria culun dengan mulut yang bisa dijaga 'mungkin'.
"Masuk!" Putri mendahului teman-temannya untuk masuk ke dalam.
"Tenang aja,"ucap Putri pada Dafa.
Kedua temannya itu terus menatap Dafa dengan intens. Keduanya melambaikan tangan pada Dafa saat berhadapan dengan Dafa.
"Hallo pak,"sapa Wendi. Dafa tersenyum dan mengangguk sebagai balasan.
"Gue ganti baju dulu ya,"kata Putri diangguki kedua temannya.
Putri melenggang pergi ke kamarnya. Dafa menyusul. Wendi dan Silva itu duduk di lantai sembari menunggu Putri.
Cermin adalah pantulan diri kita, meski kita terlihat jelek cermin itu akan jujur begitu juga dengan sebaliknya. Putri membuka kancing serangannya satu persatu. Dia berdiri membelakangi pintu. Perlahan bajunya ia tarik dengan tangan yang direntangkan.
Brak
Dafa membuka pintu tanpa mengetuk.
"Aaaaaaaa." Putri berteriak keras. Dafa melotot dengan bibir yang sedikit terbuka. Putri yang menghadap ke cermin itu membuat pantulan dirinya di lihat oleh Dafa. Kedua buah dadanya terlihat dan segera ia tutupi dengan bajunya. Dafa dengan segera menutup pintu itu kembali. Seketika tubuh Dafa menjadi gemetar. Dengan segera Putri mengganti bajunya.
Putri membuka pintunya kembali dan terpampang punggung lebar Dafa. Dafa sontak berbalik dengan bibirnya yang gemetar. Putri menatap tajam Dafa sedetik lalu melangkah.
"Putri,"kata Dafa menghentikan langkah Putri. "Maaf,"sambungnya terdengar lirih.
"Anggap gak pernah terjadi." Putri membenarkan hoodie nya lalu berlalu begitu saja. Suara sinis Putri membuat Dafa menelan ludah kasar. Dia akan mati.
Ketiga remaja itu sedang mengerjakan tugas kelompok. Bu sari itu memang hobi untuk memberikan tugas kelompok. Gelak tawa mengiringi di setiap tugas. Membuat peta Asia tidak semuda yang di bayangkan bahkan sudah hampir dua jam mereka bertiga belum menyelesaikan tugasnya.
"Hahahaha dia mendengkur, gue aja gak pernah,"ucapan Wendi diiringi tawa.
"Tau dari mana lo kalo lo gak ngedengkur kan lo lagi tidur,"tolak Silva.
"Gue pernah sengaja ngerekam diri gue pas lagi tidur,"celetuk Wendi membuat kedua gadis itu terbelalak.
"Gabut banget hidup lo." Itu Putri. Yah mereka bertiga sedang membicarakan Dafa.
Putri itu bercerita saat tidur bersama Dafa, suaminya itu mendengkur keras membuat tidur Putri terganggu. Bukan hanya mendengkur tapi air liur Dafa selalu menetes sedetik sekali membuat bantal Putri basah dan bau. Putri juga tidak segan-segan untuk menjadikan itu sebuah kenangan dengan merekam Dafa melalui ponselnya.
"Pantesan mata saya kedutan-" Dafa menyahuti membuat ketiganya menoleh ke arah Dafa. "-ternyata kalian lagi bicarain saya." Dafa melipat tangannya di depan dada. Tatapan tajam Dafa membuat Wendi dan Silva menunduk takut.
"Emang gitu." Bukan Putri namanya kalau tidak menjawab.
Dafa menurunkan tangannya dan memasukkan ke dalan saku celananya. Dia mendudukkan dirinya di samping Putri. "Kok masih dapat setengah perasaan udah dua jam?!" Dafa mengintimidasi.
"Diantara kita bertiga ini-" Putri menunjuk kedua teman dan dirinya. "-gak ada yang pinter buat peta."
Dafa memiringkan bibirnya. "Yaudah sini tak bantu."
"Beneran pak?"sahut Wendi dan Silva bersamaan.
****
Satu jam berlalu. Hari sudah mulai gelap. Senja itu Indah tapi sayang hanya datang sebentar tapi setidaknya dia akan datang kembali tidak seperti dia yang menaruh harapan lalu pergi dengan meninggalkan ketidak pastian. Suara kicauan burung membuat suasana semakin damai ditambah tidak ada kendaraan yang lewat. Burung-burung terbang menuju rumah untuk pulang. Bahu Dafa terlalu nyaman sehingga membuatnya terbang ke alam mimpi dengan damai. Wajah indahnya tidak membuat Dafa bosan. Teman-teman nya sudah pulang sejak tadi. Dafa membantu ah tidak, hanya Dafa yang mengerjakan.
Dafa menatapi wajah damai Putri. Gadis itu terlalu cantik bahkan saat tidur sekalipun. Antara tidak tega dan terpaksa Dafa harus membangunkan istrinya itu untuk mandi. "Putri, bangun,"ucap Dafa berbisik di telinga Putri. Putri malah berpindah ke dada Dafa membuat tangan Pria itu berada di pipinya. Pipi yang berisi dan lembut.
Senyum tipis terukir di bibir Dafa. "Putri bangun!" Dafa sedikit menaikkan nada suaranya. Tidak mendapat respond Dafa sedikit geram, ingin sekali dia berteriak kencang pada telinga gadis itu.
"Putri sayang bangun yuk mandi udah mau maghrib." Suara lembut Dafa kali ini membuat Putri langsung membuka matanya lebar. Putri duduk lalu menatap Dafa. Hatinya benar-benar malu, dimana harga diri itu? Putri berdiri dan berlari sambil membuang muka. Dafa itu hanya memandangi istrinya yang membuat hati menahan tawa.
Malam dingin ditemani secangkir kopi. Suara nyamuk terlalu nyaring di telinga Dafa. Pria itu duduk di sofa ruang tamu dengan pandangan yang tertuju ke pintu.
"Ngapain?" Putri datang dengan piyama yang ia kenakan. Dua duduk di samping Dafa. "Nungguin Bu Nonna? Ada janji sama dia?" Putri mengintrogasi.
Dafa menghela nafas berat. "Nungguin Galih mau nonton bola bareng,"ucap Dafa membuat Putri tersedak air minum.
Putri membelalakkan matanya. Dafa menatap Putri diiringi dengan senyum miring lalu Dafa itu tertawa keras. "Idiot." Putri mengumpat dia kembali menyeruput airnya.
"Wendi mau kesini nobar bola,"ungkap Dafa membuat Putri melirik Dafa kesal.
Dia sudah panik tapi ternyata Dafa menggodanya. Sialan. Bagaimana jika Galih tau kalau Putri sudah menikah? Mungkin pria itu akan kecewa dan memilih untuk meninggalkan Putri. Putri egois karena mempunyai kekasih padahal dia sudah menikah, itu namanya egois bukan?
Ayo bantu sambil menjadi saksi keegoisan Putri dan kesabaran seorang Dafa.
Malam yang gaduh begitu berisik. Putri berada di kasur dengan telinga yang ia tutup dengan tangannya. Hampir depresi. Suara teriakan Dafa dan Wendi di ruang tengah memenuhi seluruh rumah. Putri menenggelamkan wajahnya di kasur."GOL...." Suara teriakan Dafa dan Wendi lagi. Suara para pria itu terlalu keras membuat film yang ditonton Putri tidak terdengar suaranya. Putri mendongak,dia geram menggigit giginya. Dia berdiri dengan tangan yang mengepal di kedua sisi tubuhnya.BrakSuara bantingan itu pun tidak mereka dengar. Putri berjalan dengan emosi yang sudah meluap."WOI!" Teriakan Putri membuat keduanya menoleh. Sejenak mereka berdua meninggalkan film bola itu. Dafa menghampiri Putri."Bisa gak jangan berisik?"tegur Putri."Gak bisa." Dafa membalas dengan suara ketus. Dia berniat ingin menggoda Putri.Putri merotasikan matanya lalu beralih menatap tajam Dafa. "Hih." Putri menggigit geram. Dia mengh
"PUTRI..... " Suara lantang Dafa terdengar sampai luar apartemen. Putri yang mendengarnya itu pun segera berdecak kesal dan melangkah dengan menghentakkan kakinya keras. Padahal dia hanya ingin mencari angin tapi Dafa itu tidak berhenti mengomel."Apa sih?"tanya Putri menggerutu saat sudah masuk ke dalam dan menghadap Dafa yang sudah siap di kamar Putri. Beberapa buku tebal berada di gendongan Dafa."Belajar! Besok loh tes nya,"ucap Dafa dengan lantang. Putri menggeleng membuat emosi Dafa semakin menguap. Kali ini peran Dafa adalah guru di rumah bukan sebagai seorang suami."Putri." Dafa memanggil sekali lagi membuat gadis itu menggeleng dengan cepat. Dafa membanting buku tebal itu di meja belajar Putri membuat Putri tersentak kaget. "Kebun bunga gak jadi." Dafa menekan lalu melangkah pergi membuat Putri membelalakkan matanya."Iya iya iya belajar,"ucap Putri dengan cepat sembari mendudukkan pinggulnya di kursi. Dafa itu kini berba
Malam ini Dafa disibukkan dengan kebingungan. Putri sembari tadi belum juga pulang padahal ia pamit untuk pergi ke supermarket dekat apartemen. Dafa bertanya pada pegawai supermarket tapi tidak ada satupun yang tau. Dafa membawa mobilnya untuk mengitari kota pada saat langit sudah gelap. Khawatir berada pada puncak. Pria itu mencoba menelfon istrinya tapi tak juga ada balasan.Sudah hampir dua jam Dafa mencari pucuk hidung Putri yang hilang. Dia sudah menghubungi Lastri tapi dia bilang tidak ada Putri di rumahnya. Semua keluarga itu dibuat panik dengan menghilangnya Putri. Dafa tidak bisa lapor pada pihak yang berwajib sebelum 24 jam. Dia terus melajukan mobilnya kencang sambil menoleh ke kanan-kiri. Sangat hancur.Dafa menghentikan mobilnya di jembatan. Lumayan sepi karena itu bukan jembatan umum. Dafa menenangkan dirinya sejenak menyenderkan tubuhnya pada pembatas jembatan. Dafa meremas rambutnya keras. "Aarrgghh." Dafa berteriak keras untung saja tidak a
Istrinya menghilang entah kemana dan dengan kebetulan dia mendapati seorang wanita yang di culik. Bantu selagi masih bisa. Sebenarnya Dafa tidak mau terlibat masalah orang lain, berhubung dia tau jadi ya ia bantu.Langkah kakinya berjalan mengendap-endap setelah lolos dari pandangan para penjaga yang berada di depan gerbang. Dafa memutuskan untuk memanjat pagar di bagian samping gudang. Dengan susah payah akhirnya dia sampai di dalam. Dafa berjalan seperti pencuri, sebuah celah persegi ia dapat dari netranya. Dia mendekat lalu mencoba memanjat beberapa tong yang menjulang tinggi sampai celah itu. Dafa sedikit menjinjitkan kakinya untuk bisa mengintip.Sedikit keyakinan yang dihilangkan ketidak percayaan. Netra Dafa mendapati gadis yang ia kenal, yang ia cari selama berjam-jam. Dia sedikit menyipitkan matanya, benar dia melihat Putri di dalam sana."Putri?""Kok dia ada di sini? Dia pingsan? Putri di culik?!"Dafa kaget bukan main
"Putri!" Suara teriakan Dafa menggema membuat Putri yang sedang belajar terlonjak kaget. "Apa?!" jawab Putri dengan teriakan. Dafa yang berada di ruang tengah itu berjalan menuju kamar. Dia membuka pintu dan menampakkan Putri yang sedang belajar. Raut wajahnya berubah lega ketika mendapati istrinya yang sedang membaca buku. "Pintar sekali, istriku," seru Dafa mendekat pada Putri. "Tapi kok sama rebahan baca bukunya." "Sejujurnya saya ini malas untuk membaca buku," timpal Putri. "Hobi kamu kan baca jadi seharusnya kamu seneng dong?" "Membaca novel bukan membaca buku pelajaran." Putri mendengus kesal pasalnya Dafa terus mengganggu dengan menanyai ini-itu. "Putri," "Mas, Putri ini mau belajar jangan di ganggu dong." "Maaf," ucap Dafa lirih lalu menundukkan Kepala nya. "Mending mas tidur aja deh." "Belum ngantuk." Dafa merebahkan dirinya di samping Putri. "Ya udah diem jangan ganggu!" Dafa ha
Satu minggu berlalu begitu juga ujian akhir semester satu Putri sudah selesai. Kini Putri duduk di bangkunya sembari menunggu hasil ujiannya dibagikan oleh suami sekaligus gurunya."Baik, sekarang bapak akan memberi tau kalian siapa yang mendapat nilai terbaik di semester akhir ini," kata Dafa.Dafa berjalan sambil membagikan beberapa lembar ujian pada muridnya. Dia memotong pembicaraan membuat para murid penasaran,kecuali Putri. Putri hanya yakin satu hal 'pasti bukan aku'."Silahkan dilihat dan saya akan memberi tau," ucap Dafa lagi. Pria itu begitu bertele-tele.Semua ekspresi murid terlihat biasa saja bahkan ada yang mengeluh akan nilainya. Berbeda dengan Putri yang sedang memelototi kertas yang ia pegang.'A-apa-apaan ini? Gak mungkin'"Dari ekspresi kalian saya bisa melihat siapa yang dapat nilai bagus," seru Dafa memandangi Putri."Putri, selamat." Semua pandangan kini tertuju pada Putr
Terik matahari terasa begitu hangat tapi itu dikalahkan oleh dingin nya embun yang masih menyelimuti. Bayangan pohon bergoyang-goyang menambah keindahan suasana pagi.Putri sedang menyiapkan barang-barang keperluan untuk camping nanti. Tepat setelah ujian kenaikan kelas telah selesai. Semua siswa-siswi dinyatakan lulus meski ada sebagian yang mendapat nilai yang tidak memuaskan.Sejak tadi Putri sibuk di dapur tanpa melihat pukul berapa ini. Dengan kelihaian nya memasak ia hanya memasak mie dan telur. Tidak lupa ia memasukkan lima butir telur untuk bekal camping nanti. Beberapa ML air ia masukkan ke dalam tempat minum. Dia sudah melakukan semua nya dan dia pun akhirnya sempat melihat jam tangan.Mata nya membulat ketika melihat jam nya menunjukkan pukul 7.00 yang artinya dia akan ketinggalan bus. Dia mengingat sesuatu bahwa Dafa belum bangun. Putri berjalan dengan cepat menuju kamar Dafa. Membuka pintu nya tanpa permisi dan masih memperlihatkan
Langit perlahan menjadi gelap. Penglihatan Putri menjadi buram karena minimnya pencahayaan. Putri pasrah. Berdiam diri, tidak mau bergerak. Hal yang sangat ditakuti oleh Putri, sendiri dalam kegelapan.Putri duduk di bawah pohon besar dengan memeluk kedua kakinya sendiri. Hal yang menakutkan sejak tadi sudah terbayang olehnya. Detak jantung yang berdetak dengan cepat. Putri menyembunyikan wajahnya diantara kedua kakinya. Tidak mau melihat apapun.Suara asing masuk ke dalam pendengaran Putri membuatnya semakin mengeratkan pelukannya.Suara langkah kaki yang mendekat.Srek srek srekDedaunan yang jatuh menyebabkan gesekan hingga menimbulkan suara. Suaranya semakin mendekat. Apa itu hewan buas? Atau itu hantu?DumpJantung Putri seakan berhenti berdetak. Ada yang memeluk tubuhnya. Langkah kaki, lalu sekarang pelukan. Benar-benar tidak karuan. Rasanya ingin melompat.Putri tidak bersuara bahkan t
"Akhirnya sampai ...," ujar Putri girang.Tubuhnya berputar-putar seperti kipas angin. Tangan kanannya menarik tangan Dafa agar berjalan lebih cepat."Putri, kita harus ke penginapan dulu untuk menyimpan barang ini," ucap Dafa."Kan bisa dibawa," ketus Putri."Ya sudah, kamu aja yang bawa!" Dafa menyodorkan koper itu pada Putri."Ck, ya udah." Putri menghentakkan kakinya dengan kesal dan berjalan mendahului Dafa.Sampai di sebuah Villa yang sudah mereka pesan lewat online. Villa dikelilingi persawahan, bentuknya minimalis tapi mewah.Putri membanting tubuhnya di kasur. Melebarkan tangannya. Menikmati sensasi empuk dari kasur itu. Dafa melirik Putri dengan tajam. Dafa menyeringai lalu ikut berbaring di samping Putri.Tangan Putri ia gunakan sebagai bantal. Gadis di sampingnya itu melirik dengan sinis."Minggir!" ucap Putri sambil mendorong kepala Dafa.Put
Dua hari berlalu dengan cepat. Kini bus sudah melaju untuk pulang. Putri duduk di samping Dafa. Tidak saling berbincang, Putri hanya memandangi pohon-pohon yang terlintas. Semua orang sudah tahu, sudah tahu akan pernikahan Putri dan Dafa. "Putri," panggil Dafa membuat Putri menoleh ke arahnya. "Kamu mau bicara sama Galih?" tanya Dafa. Putri membulatkan matanya, lalu Dafa berdiri dan melangkah menuju belakang bis. Tidak lama, Galih datang dan duduk di samping Putri. "Hai." Putri hanya tersenyum, hingga membuka suara, "Maaf." Galih menatap Putri dibarengi dengan helaan nafas. "Gak apa," ujar Galih. Putri menunduk. "Aku jahat ya sama kamu," kata Putri diiringi tawa kecil. "Enggak, kok. Kamu hebat, kamu sembunyikan ini supaya aku gak sakit hati kan sama kamu," ucap Galih. Putri tersenyum lebar. "Kamu baik," kata Putri. Galih melemparkan senyum simpulnya pada Putri. "Iya, em... Sil
Langit perlahan menjadi gelap. Penglihatan Putri menjadi buram karena minimnya pencahayaan. Putri pasrah. Berdiam diri, tidak mau bergerak. Hal yang sangat ditakuti oleh Putri, sendiri dalam kegelapan.Putri duduk di bawah pohon besar dengan memeluk kedua kakinya sendiri. Hal yang menakutkan sejak tadi sudah terbayang olehnya. Detak jantung yang berdetak dengan cepat. Putri menyembunyikan wajahnya diantara kedua kakinya. Tidak mau melihat apapun.Suara asing masuk ke dalam pendengaran Putri membuatnya semakin mengeratkan pelukannya.Suara langkah kaki yang mendekat.Srek srek srekDedaunan yang jatuh menyebabkan gesekan hingga menimbulkan suara. Suaranya semakin mendekat. Apa itu hewan buas? Atau itu hantu?DumpJantung Putri seakan berhenti berdetak. Ada yang memeluk tubuhnya. Langkah kaki, lalu sekarang pelukan. Benar-benar tidak karuan. Rasanya ingin melompat.Putri tidak bersuara bahkan t
Terik matahari terasa begitu hangat tapi itu dikalahkan oleh dingin nya embun yang masih menyelimuti. Bayangan pohon bergoyang-goyang menambah keindahan suasana pagi.Putri sedang menyiapkan barang-barang keperluan untuk camping nanti. Tepat setelah ujian kenaikan kelas telah selesai. Semua siswa-siswi dinyatakan lulus meski ada sebagian yang mendapat nilai yang tidak memuaskan.Sejak tadi Putri sibuk di dapur tanpa melihat pukul berapa ini. Dengan kelihaian nya memasak ia hanya memasak mie dan telur. Tidak lupa ia memasukkan lima butir telur untuk bekal camping nanti. Beberapa ML air ia masukkan ke dalam tempat minum. Dia sudah melakukan semua nya dan dia pun akhirnya sempat melihat jam tangan.Mata nya membulat ketika melihat jam nya menunjukkan pukul 7.00 yang artinya dia akan ketinggalan bus. Dia mengingat sesuatu bahwa Dafa belum bangun. Putri berjalan dengan cepat menuju kamar Dafa. Membuka pintu nya tanpa permisi dan masih memperlihatkan
Satu minggu berlalu begitu juga ujian akhir semester satu Putri sudah selesai. Kini Putri duduk di bangkunya sembari menunggu hasil ujiannya dibagikan oleh suami sekaligus gurunya."Baik, sekarang bapak akan memberi tau kalian siapa yang mendapat nilai terbaik di semester akhir ini," kata Dafa.Dafa berjalan sambil membagikan beberapa lembar ujian pada muridnya. Dia memotong pembicaraan membuat para murid penasaran,kecuali Putri. Putri hanya yakin satu hal 'pasti bukan aku'."Silahkan dilihat dan saya akan memberi tau," ucap Dafa lagi. Pria itu begitu bertele-tele.Semua ekspresi murid terlihat biasa saja bahkan ada yang mengeluh akan nilainya. Berbeda dengan Putri yang sedang memelototi kertas yang ia pegang.'A-apa-apaan ini? Gak mungkin'"Dari ekspresi kalian saya bisa melihat siapa yang dapat nilai bagus," seru Dafa memandangi Putri."Putri, selamat." Semua pandangan kini tertuju pada Putr
"Putri!" Suara teriakan Dafa menggema membuat Putri yang sedang belajar terlonjak kaget. "Apa?!" jawab Putri dengan teriakan. Dafa yang berada di ruang tengah itu berjalan menuju kamar. Dia membuka pintu dan menampakkan Putri yang sedang belajar. Raut wajahnya berubah lega ketika mendapati istrinya yang sedang membaca buku. "Pintar sekali, istriku," seru Dafa mendekat pada Putri. "Tapi kok sama rebahan baca bukunya." "Sejujurnya saya ini malas untuk membaca buku," timpal Putri. "Hobi kamu kan baca jadi seharusnya kamu seneng dong?" "Membaca novel bukan membaca buku pelajaran." Putri mendengus kesal pasalnya Dafa terus mengganggu dengan menanyai ini-itu. "Putri," "Mas, Putri ini mau belajar jangan di ganggu dong." "Maaf," ucap Dafa lirih lalu menundukkan Kepala nya. "Mending mas tidur aja deh." "Belum ngantuk." Dafa merebahkan dirinya di samping Putri. "Ya udah diem jangan ganggu!" Dafa ha
Istrinya menghilang entah kemana dan dengan kebetulan dia mendapati seorang wanita yang di culik. Bantu selagi masih bisa. Sebenarnya Dafa tidak mau terlibat masalah orang lain, berhubung dia tau jadi ya ia bantu.Langkah kakinya berjalan mengendap-endap setelah lolos dari pandangan para penjaga yang berada di depan gerbang. Dafa memutuskan untuk memanjat pagar di bagian samping gudang. Dengan susah payah akhirnya dia sampai di dalam. Dafa berjalan seperti pencuri, sebuah celah persegi ia dapat dari netranya. Dia mendekat lalu mencoba memanjat beberapa tong yang menjulang tinggi sampai celah itu. Dafa sedikit menjinjitkan kakinya untuk bisa mengintip.Sedikit keyakinan yang dihilangkan ketidak percayaan. Netra Dafa mendapati gadis yang ia kenal, yang ia cari selama berjam-jam. Dia sedikit menyipitkan matanya, benar dia melihat Putri di dalam sana."Putri?""Kok dia ada di sini? Dia pingsan? Putri di culik?!"Dafa kaget bukan main
Malam ini Dafa disibukkan dengan kebingungan. Putri sembari tadi belum juga pulang padahal ia pamit untuk pergi ke supermarket dekat apartemen. Dafa bertanya pada pegawai supermarket tapi tidak ada satupun yang tau. Dafa membawa mobilnya untuk mengitari kota pada saat langit sudah gelap. Khawatir berada pada puncak. Pria itu mencoba menelfon istrinya tapi tak juga ada balasan.Sudah hampir dua jam Dafa mencari pucuk hidung Putri yang hilang. Dia sudah menghubungi Lastri tapi dia bilang tidak ada Putri di rumahnya. Semua keluarga itu dibuat panik dengan menghilangnya Putri. Dafa tidak bisa lapor pada pihak yang berwajib sebelum 24 jam. Dia terus melajukan mobilnya kencang sambil menoleh ke kanan-kiri. Sangat hancur.Dafa menghentikan mobilnya di jembatan. Lumayan sepi karena itu bukan jembatan umum. Dafa menenangkan dirinya sejenak menyenderkan tubuhnya pada pembatas jembatan. Dafa meremas rambutnya keras. "Aarrgghh." Dafa berteriak keras untung saja tidak a
"PUTRI..... " Suara lantang Dafa terdengar sampai luar apartemen. Putri yang mendengarnya itu pun segera berdecak kesal dan melangkah dengan menghentakkan kakinya keras. Padahal dia hanya ingin mencari angin tapi Dafa itu tidak berhenti mengomel."Apa sih?"tanya Putri menggerutu saat sudah masuk ke dalam dan menghadap Dafa yang sudah siap di kamar Putri. Beberapa buku tebal berada di gendongan Dafa."Belajar! Besok loh tes nya,"ucap Dafa dengan lantang. Putri menggeleng membuat emosi Dafa semakin menguap. Kali ini peran Dafa adalah guru di rumah bukan sebagai seorang suami."Putri." Dafa memanggil sekali lagi membuat gadis itu menggeleng dengan cepat. Dafa membanting buku tebal itu di meja belajar Putri membuat Putri tersentak kaget. "Kebun bunga gak jadi." Dafa menekan lalu melangkah pergi membuat Putri membelalakkan matanya."Iya iya iya belajar,"ucap Putri dengan cepat sembari mendudukkan pinggulnya di kursi. Dafa itu kini berba