Raline sudah menyatakan cinta nya kepada Tristan kemarin. Dengan menahan malu raline memberanikan diri untuk memberikan surat cinta yang ditulisnya sendiri lebih dari dua tahun yang lalu, saat dirinya masih duduk dikelas satu SMA kepada lelaki pujaannya.
Tetapi, apa yang diharapkannya musnah seketika..
********
Mengingat kejadian kemarin, membuat Raline malu. Lala sahabat Raline, melihat perubahan sikap Raline yang biasanya ceria tiba-tiba tertunduk lesu dan hanya diam.
"Kamu akan mendapatkan yang lebih baik" ujar Lala
Helaan nafas Raline terdengar berat dan sesak, seketika air matanya menetes membasahi pipinya.
Tangisan Raline semakin menjadi saat dia menceritakan kepada Lala bahwa surat yang ia berikan kepada Tristan dibuang begitu saja oleh lelaki yang sangat ia cintai itu.
Lala yang tidak tahan dengan kesedihan sahabat nya berusaha menghibur Raline. Lala juga mencoba untuk menghindari Raline bertemu tristan yang berada di satu kelas yang sama dengan mereka.
Tristan yang tanpa dosa, terlihat acuh kepada Raline yang terus saja menatapnya sejak tadi, yang dipedulikan oleh Tristan hanyalah Kanaya. Gadis yang sudah akrab dengannya sejak masih berada di sekolah dasar.
Wajah Raline terlihat masam dan sayup, ia hanya tertunduk lesu dan tidak menggubris penghiburan yang diberikan oleh Lala sedari tadi.
Raline yang masih terlihat sedih karena kejadian kemarin duduk diam di taman sekolah. Lala yang melihat Raline hanya bisa menatapnya dari kejauhan dan ikut bersedih dengan apa yang terjadi kepada sahabatnya tersebut.
Sejak pertama masuk ke sekolah ini Raline sudah menyukai Tristan saat pertemuan pertama mereka di Depan Aula sekolah dan sewaktu pertama kali melihat Tristan bermain di lapangan basket. Raline yang tidak menyukai olahraga, merubah kebiasaanya demi Tristan dan sering mendatangi lapangan basket hanya untuk memberi semangat untuk lelaki pujaannya. Walaupun, Raline tahu Tristan hanya menatap Kanaya. Dirinya tidak pernah mempermasalahkan tentang itu, karena mengagumi dari jauh sudah membuat Raline bahagia.
Tetapi, setelah mereka naik ke kelas tiga dan berada di satu kelas yang sama dengan Tristan, dirinya tidak mampu hanya menahan perasaannya dalam hati.
Di lapangan basket beberapa hari lalu..
"Tristan, ini buat kamu" dengan gugup Raline memberikan surat dengan amplop merah muda. surat itu sudah ia tulis dua tahun lalu dan selalu disimpannya di bagian Novel yang selalu ia baca.
Wajah dingin Tristan terlihat jelas, ia hanya meninggalkan Raline tanpa kata setelah Raline memberikan Surat itu. Mata bulat Raline tiba-tiba langsung meneteskan air mata, saat surat yang ia berikan di buang begitu saja di kotak sampah yang berada di lapangan.
***************
Hari ini adalah hari terakhir sebelum ujian nasional, para guru mengadakan rapat untuk menyiapkan dengan maksimal ujian siswa kelas tiga. tampak beberapa guru bolak balik ruang rapat untuk mengambil dokumen. Sedangkan, beberapa murid kelas satu dan dua sibuk menata beberapa bangku dan meja yang ada di ruangan yang akan dilaksanakan ujian Nasional.
Raline tampak sudah tidak terlalu memikirkan penolakkan Tristan dua minggu lalu. Ia hanya sibuk mempersiapkan ujian bersama Lala sahabat baiknya beberapa hari ini.
Raline hari ini datang ke sekolah untuk membaca buku di perpusatakaan.
Padahal murid kelas tiga diberikan libur selama seminggu sebelum ujian nasional diadakan. Raline sendiri ingin memberikan hasil terbaik untuk Ayah yang sangat ia sayangi.
Satu persatu buku yang tersusun apda rak kayu ini dipilihnya sebagai bahan belajar nya untuk hari ini.
Tetapi, hatinya mulai kembali terkoyak saat melihat Tristan belajar bersama Kanaya di tempat duduk paling sudut di perpustakaan ini. Tanpa ia sadari air matanya mengalir membasahi pipi nya.
*
keesokan hari..
Semua murid terlihat serius mengisi lembar jawaban..
*********
PENGUMUMAN KELULUSAN...
Hari ini pengumuman kelulusan di umum kan, setelah satu bulan menunggu para siswa akhirnya mengetahui hasil belajar mereka selama ini dan hasilnya sangat memuaskan semua siswa dinyatakan lulus seratus persen.
Tristan yang selalu mendapat peringkat pertama di sekolah kembali bisa mengukir prestasi dengan mendapatkan nilai terbaik dalam ujian nasional kali ini. Sedangkan, Raline yang juga merupakan salah satu murid terbaik mendapatkan peringkat kedua dalam ujian kali ini.
"Selamat ya, line" ucap beberapa teman sekolahnya.
Lala yang sedang bersama juga memberikan ucapan selamat untuk sahabat baiknya ini.
Wajah Raline tidak lagi terlihat murung. dirinya sudah mengikhlaskan Tristan walaupun, ia masih mencintainya di dalam hati.
"Raline, ayo kita foto" tarik Lala yang akan berfoto bersama tema-teman satu angkatan mereka.
CEKLEKK !
Senyum merekah indah tersimpul di bibir mereka.
7 TAHUN KEMUDIAN.... Raline yang terlihat elegan mengenakan blazer hitam dan memakai sepatu high heels berwarna merah dengan tinggi 5 cm baru menjabat sebagai direktur di perusahaan elektronik terbesar yang dimiliki oleh ayahnya. Walaupun usia nya masih tergolong sangat muda, 25 tahun. Dia tampak sedang memimpin rapat pemegang saham yang rutin dilakukan setiap tahun dan juga sekaligus hadir untuk peresmian dirinya sebagai direktur utama di perusahaan pada hari ini. Sosok raline yang pintar dan juga tegas dalam memimpin perusahaan membuat para karyawannya sangat menghormati dan segan terhadapnya. Setelah semua prestasi yang ia hasilkan diperusahaan cabang di singapura yang mampu membuat perubahan yang sangat besar. Bahkan, perusahaan mengalami peningkatan dalam segi keuntungan dan mengukuhkan perusahaan milik ayahnya menjadi perusahaan Elektronik terbesar nomor satu di Asia. Sang ayah akhirnya memberikan keputusan untuk mengalihkan kepemimpinannya kepada anak perempuannya satu-
Raline yang masih mematung, Melihat sang ayah sedang menggandeng seorang wanita yang seumuran dengan nya dan tampak mesra,membuat darahnya mendidih dan kepalanya dipenuhi pertanyaan mengenai keberadaan wanita yang pernah membuat ia kehilangan cinta pertamanya itu. Raline tidak ingin menaikkan intonasi suaranya di depan para kolega perusahaannya,dia harus menjadi Raline yang elegan dan berwibawa. Darmawan admotjo mendekati Raline dan berniat mencium kening dan memeluk anak gadis nya ini. Tetapi, karena Raline sudah merasakan kekecewaan, sebelum sang ayah memeluk dirinya ia langsung masuk dan mengajak beberapa kolega perusahaan untuk segera makan di meja makan. Semangat Raline dari kemarin,buyar seketika. Nafsu makannya hilang,wajahnya tampak dingin. ditambah Ayahnya memperkenalkan wanita ini sebagai Istrinya. Dengan sopan Raline meminta izin untuk masuk ke kamar,karena sakit kepala. walaupun secara tersirat semua Mengetahui bahwa Raline tidak menyukai
Murid lelaki dengan nama Tristan Handoko di panggil ke atas podium.. Hari ini dirinya kembali mendapatkan juara pertama dalam lomba yang ia ikuti. Sedangkan, Raline menatap dengan senyuman melihat lelaki yang ia sukai mendapatkan prestasi. Wajah nya tidak lepas dari senyum. "Awas ngiler" canda Lala yang ada di sampingnya. ********** Di dalam Lift Pintu Masih terbuka Tristan masuk perlahan,kaki nya yang jenjang masuk ke dalam lift yang sama dengan Raline. Seketika Raline tampak canggung,dia tidak menyapa lelaki yang ada didepan yang sedang berdiri memunggungi dirinya. Raline yang memiliki tinggi 168 cm, menatap punggung yang tampak tegap ini dengan canggung. "Kenapa kesini?" tanya lelaki yang memiliki tinggi 185 cm ini kepada nya yang ada di belakang, seketika Tristan menoleh menatap Raline yang sedari tadi hanya diam di belakangnya. "Oh,aku tinggal disini" ucap Raline singkat. Wa
"Calon suami siapa?" Tanya Raline yang menurunkan intonasi suaranya.. "Tristan adalah calon suamimu sekarang, Sweety"ucap ayah Raline bingung dengan apa yang ayahnya ucapkan sekarang. "Maksud ayah?" Tanya nya sedikit menahan emosi. "Bukan kah kamu menyukai Tristan?" Tanya Ayah. Raline tambah tidak mengerti dengan apa yang ayahnya ucapkan. "Aku menyukainya? itu sudah 7 tahun lalu?" gumam Raline dalam hati. "Ayah salah paham" ucap Raline menolak "Tristan bicara!!!" Raline menaikan intonasinya menyuruh Tristan untuk menjelaskan apa yang terjadi. Tristan tampak tidak menolak apa yang dikatakan oleh Pimpinanya sehingga ia tidak membantah sama sekali. "Tristan menyukai mu Sweety dan kamu juga menyukainya" Tegas ayah. Perbincangan di meja makan tampak sedikit ngawur pikir Raline,walaupun ia pernah menyukai Tristan dulu tetapi dia sudah tidak menginginkan Tristan lagi ditambah dengan Sikap Tristan yang membuat Raline menaru
Raline tampak melihat lekat-lekat kepada dua orang yang duduk di depan kelas yang ada di seberang kelasnya. kedua orang tersebut adalah Kanaya dan Tristan. Mereka tampak sedang menikmati bekal dari kotak makan siang berwarna merah muda itu. "Sepertinya itu buatan kanaya" gumam Raline yang sedang duduk sendiri dan melihat dari luar jendela keakraban mereka berdua. Di lihatnya, Sesekali Kanaya menyuapi Tristan Sandwich yang ada di kotak makan siang itu. ********************* Dalam perjalanan menuju Kantor.. Raline yang sedang fokus menyetir mobil terganggu dengan suara ponselnya, yang ternyata dari My enemy yang tidak lain adalah Tristan. "Jangan ganggu aku sedang sibuk menyetir" jawab Raline ketus,setelah menerima panggilan dari Tristan. "Setelah ini belok kiri" ucap Tristan yang membimbing Raline yang sebelumnya sudah salah jalan. Mau tidak mau Raline mendengarkan perkataan Tristan melalui sambungan telpon yang sudah ia loudspe
Raline perlahan melangkahkan kakinya kearah mereka berdua. Wajahnya dingin tetapi mengguratkan kebencian teramat sangat dengan apa yang ia lihat sekarang. Tristan yang sedang asyik mengobrol dengan Kanaya terdiam melihat Raline yang sudah ada di depannya. Raline tidak berbicara apapun, dia hanya menatap sesaat mereka berdua kemudian pergi masuk ke dalam rumah. Raline adalah tipe wanita yang akan diam jika ia benar-benar marah dengan seseorang dan yang paling memahami hal ini adalah Sang ayah dan juga Pak Anton. Tristan yang tadinya ada disamping Kanaya mengejar Raline yang pergi tanpa kata. Dia memahami bahwa Raline terlihat sangat marah dengan apa yang ia lihat. Tangan Raline ia raih dan ia pegang erat-erat, ia tidak ingin Raline menduga yang bukan-bukan dengan apa yang ia lihat tadi. Tatapan dingin dan tajam Raline jelas terlihat, Sesaat dirinya memandang wajah wanita yang ada di depannya ini. "Lepaskan" Ucap Raline dingi
Tristan yang baru saja mengucapkan kata-kata ancaman untuk Raline, tiba-tiba merangkul calon istrinya ini dengan mesra. "Apa kau sinting, jangan sentuh aku"celetuk Raline. Pak Anton yang berada di belakang mereka mendekati dan menegur Tristan. "Ini Calon istri saya pak" ucap Tristan dan terus merangkul mesra Raline menuju ke apartemen nya. Raline mencoba sekuat tenaga untuk melepaskan rangkulan Tristan tapi tidak berhasil karena kalah kuat dibandingkan Tristan yang memiliki tubuh yang tinggi dan berotot ini. Wajah Raline tampak masam di dalam dekapan Tristan, yang terus menerus mendekapnya di dalam Lift. "Aku sesak" gerutu Raline Mendengar Kalimat itu yang keluar dari Raline sontak membuat Tristan melepaskan dekapannya dan membiarkan Raline untuk bernafas. "Lelaki gila" Gerutu Raline. Tristan mendekati Raline perlahan. "Ini di dalam lift, aku bisa melakukan apa saja terhadap mu" bisik Tristan di telinga Raline. Sontak saja Raline menjauh dari Tristan yang sedang tersenyum Simp
Raline Tampak sangat cantik dengan balutan Gaun pengantin bertabur Swarovski itu. Tristan Menatapi Calon pengantin nya itu dengan Tatapan kekaguman. "Cantik sekali, istriku" Gumamnya Dalam Hati. Langkah kaki Raline bersama Sang ayah mendekati meja Ijab Qabul. Semua yang hadir, memberikan pujian mereka untuk kecantikan Pengantin perempuan Ini. Tangan Tristan lalu menyambut Tangan Raline yang diberikan oleh ayah yang sedari tadi menggenggam tangan anak gadisnya ini. Prosesi Ijab Qabul berjalan dengan lancar hanya dengan satu kali helaan Nafas. Kedua pengantin Tampak meminta restu kepada Masing-masing Orang tua mereka. Sedangkan, Tristan Yang sejak kecil sudah menjadi Yatim piatu membawa Paman dan juga Tantenya yang Sudah membesarkannya untuk memberikan restu. Suara pembawa acara kembali terdengar, Lala sedang Sibuk mengarahkan jalannya Acara hari ini. "Baiklah sekarang saatnya Pengantin pria mencium pengantin wanitanya" Ucap Lala yang terdengar seperti mengerjai Raline. Sontak S
Hi, Terimakasih untuk para pembaca My Enemy My Husband,yang sudah mengikuti kisah cinta manis antara Raline dan juga Tristan. Terimakasih juga atas Support nya dengan memberikan bintang dan juga memberikan Review yang membuat saya semakin bersemangat untuk menyelesaikan novel pertama saya di GoodNovel.Semoga cerita ini bisa memberikan inspirasi dan membuat kalian menghargai akan keberadaan orang-orang terkasih yang selalu berada bersama kalian, selalu mencintai, dan memberikan yang terbaik untuk kalian.Jangan lupa katakan cinta untuk keluarga, pasangan, dan teman-teman kalian.Jika ada pertanyaan, atau hal lain, kalian bisa kirim melalui komentar.Stay terus untuk menunggu novel kedua saya di GoodNovel ^_^Thank you so much,...Nellamuni
Ballroom Hotel, Pukul 11.00.Baru saja prosesi ijab qabul dilaksanakan, Lala dan juga suami nya Roy tengah mengambil gambar dengan buku nikah yang ada di tangan mereka. Mereka saling merangkul dan memeluk dengan mesra hingga membuat Raline terus tersenyum bahagia melihat kedua sahabatnya itu akhirnya di persatukan dalam ikatan pernikahan.Tristan yang berada disamping sang istri,terus menemani dan menggenggam tangan Raline, yang sudah sibuk sejak tadi pagi hingga menjelang siang ini mengurusi setiap persiapan,karena ia tidak mau pernikahan sahabatnya terjadi satu saja kesalahan."Sayang,duduk dulu" Ucap Tristan yang terus menemani Raline berdiri.Mereka lalu duduk di kursi tamu, Tristan dengan cepat berjongkok dan melepaskan sepatu Raline dengan tinggi 3 cm ini."Sudah aku katakan, jangan pakai High heels. lihat kaki kamu jadi bengkak" Gerutu Tristan."Cuma 3 cm sayang" Jawab Raline"Ya tapi kamu yang susah" Gerutu Tristan sembari mem
Di dalam kamar Apartemen, Pukul 20.30.Raline yang sedang bersender di kasur, sedang memegangi ponselnya. Ia sedang merekam video saat Tristan yang tengah memijat telapak kaki nya.“Tristan Handoko, menurut anda siapa wanita paling cantik di dunia?” Tanya Raline dengan terus memegangi ponsel merah nya ini.Tristan terkekeh, ia ambil minyak zaitun di dalam botol yang terletak diatas nakas lalu ia tuangkan di tangannya. Kemudian ia pijatkan dengan lembut di telapak kaki sang istri.“Ehmm,nama nya Raline Putri Darmawan” Jawab Tristan.Raline mencicit senang, ia lalu mendekatkan ponselnya ke wajah sang suami, lalu ia perlihatkan Tristan yang tampak menggemaskan dengan piyama pasangan yang ia beli tadi sore bersama dengan Lala.Raline lalu membalik ponselnya,lalu ia rekam dirinya sendiri.“Ini dia Raline Putri Darmawan” Ucapnya sembari tersenyum malu.Ia rekam kembali suaminya yang sedang memijat
Di dalam Butik Gaun Pengantin,Pukul 13.30. Raline sudah tampak bosan duduk di sofa hitam,tepat di depan ruang ganti calon mempelai perempuan. Ia tidak henti nya menguap, menunggu Lala yang sejak tadi terlalu banyak protes mengenai gaun nya yang kekecilan. Tidak berapa lama,Lala keluar kembali dengan gaun putih yang sudah diperbaiki. Gaun putih berlengan panjang, dengan Garis leher yang memperlihatkan pundak nya. Sahabatnya itu yang sudah cantik, Semakin mempesona dengan gaun pernikahan dengan bahan terbaik yang ditaburi batu swarovski yang sudah di rancang sejak dari empat bulan lalu ini. Dengan mengacungkan ponsel nya,Raline memeperlihatkan Kecantikan Lala melalui panggilan video ini untuk Roy yang sekarang sedang berada di Amerika. Calon suami Lala itu, sedang melakukan perjalanan bisnis sekaligus akan menjemput Nenek nya untuk menghadiri pesta pernikahan mereka yang akan diadakan dua minggu lagi. "Cantik sekali,pengantin ku" Gumam Roy.
"Raline aku akan membunuh mu !!"Pekik Kanaya.Nafas Raline terasa sesak, hampir saja wanita itu mencengkeram lehernya. Beruntung sang suami, bersama dengan Pengawal pribadi mereka terus menjaganya.Teriakan Kanaya tidak terkendali, entah apa yang membuat ia berpikir kalau semua ini adalah salah Raline. Hingga kedua petugas polisi wanita itu,harus mengamankan Kanaya kembali ke dalam mobil."Kamu tidak apa-apa,sayang?"Tanya Tristan.Raline mengangguk,ia hanya terkejut dengan serangan mendadak dari Kanaya.Tidak lama kemudian Tante Debby dan Om Reinald keluar dari rumah ini. Tante Debby langsung memeluk Raline,sedangkan Om Reinald mendekati Tristan untuk mengetahui tentang apa yang sudah terjadi. Tristan menjelaskan semuanya kepada Paman dan Tante nya ini, lalu ia meminta tolong agar Raline segera di bawah ke rumah lama mereka yang tepat berada di sebelah. karena Tristan akan mengurusi Kanaya terlebih dahulu.***Di dalam Rumah Kanaya..
Lala baru saja masuk ke ruang kerja Presiden perusahaan ini, Raline Putri Darmawan. Ia dengan senyuman khas nya mengajak Sahabat tercinta nya ini untuk segera memeriksakan kandungan nya siang hari ini.Raline yang masih memeriksa beberapa dokumen, langsung menghentikan pekerjaannya.Ia melangkahkan kaki untuk mengambil Blazer panjangnya yang tergantung di pengait pakaian yang ada di ruangan ini, lalu ia kenakan ditubuhnya."Ayo" Ucap Lala,langsung merangkul tangan sahabatnya ini.Mereka berjalan menyusuri lantai 30 ini hingga berpapasan dengan Tristan yang sepertinya baru saja akan menuju ke ruang kerja Raline. Untuk kali ini Tristan akan lebih keras kepala, ia akan ikut untuk memeriksakan kandungan istrinya."La,biar aku saja" Ucap Tristan, lalu ia gantikan Lala menggenggam tangan Istrinya.Raline menatap Lala dengan tajam, dengan bahasa rahasia yang hanya diketahui oleh kedua sahabat ini mengisyaratkan bahwa Raline akan memarahinya nanti.
Dua bulan kemudian..Rumah kediaman Keluarga Darmawan, Pukul 07.00Drrt...Drrt..Drrt..Pesan masuk !Raline yang masih tertidur diatas kasur empuknya, terbangun lalu ia buka pesan yang biasanya dari sang suami yang selalu membangunkannya di pagi hari. Walaupun pesan-pesan yang dikirimkan Tristan tidan pernah ia balas, Raline selalu rutin membaca pesan masuk itu."Good morning, Sayang. Aku hari ini bingung akan memakai Jas yang mana" Pesan masuk dari Tristan.Drrt..Pesan masuk kembali !Tristan mengirimkan foto beberapa Jas yang sudah ia letakkan di atas ranjang besar di kamar Apartemen mereka."Yang Biru malam" Gumam Raline, tanpa ia balas pesan tersebut.Setelah menerima pesan dari sang suami, biasanya ia akan bersemangat untuk mengawali aktifitas pagi ini. Tidak lama setelah ia terbangun, pelayan mengetuk pintu kamarnya."Masuk"Sahut Raline yang masih duduk di atas Ranjang besarnya.Pelayan ini me
Tidak berapa lama setelah itu, Lala mendatangi Tristan dan Raline yang sudah berada di ruangan rawat inap VIP.Pintu Kamar ini ia buka, lalu ia melangkahkan kaki untuk melihat Raline. Tapi, saat ia sudah masuk ke dalam ruangan ini ada pemandangan yang membuatnya harus menarik nafas dalam-dalam. Di lihatnya Raline terus menangis, dan meminta Tristan untuk keluar dari Kamar ini."Aku tidak mau melihat mu Tristan !" Pekik Raline sembari menangis terisak-isak.Tristan terus menjauh dari Istrinya, tetapi kakinya tidak berani melangkah untuk meninggalkan Raline di ruangan ini sendiri. Hingga Lala mendekati Raline yang sedang memarahi suaminya itu. Lala spontan memeluk tubuh Raline dengan erat, ia tenangkan Sahabatnya ini."Line, tenang..Tenang Sweety"Gumam Lala sembari mengusap kepala Raline.Raline semakin menjadi menangis dalam pelukkan Lala, Tristan yang melihat Istrinya yang sedari tadi menangis tanpa sadar meneteskan air mata."La, Ayah menin
Tristan berjalan dengan terburu-buru sembari menggendong tubuh Raline dalam dekapan nya.Setelah masuk Ke rumah sakit, ia langsung membawa Raline menuju ke Ruangan unit gawat darurat.Tangannya bergetar, jantung nya berdetak dengan kencang, ia terus memikirkan hal terburuk yang akan terjadi kepada Istrinya dan calon bayinya.Sejak di dalam mobil tadi, Raline belum juga sadarkan diri.Setelah masuk ke unit gawat darurat, Tristan langsung merebahkan tubuh Raline di atas kasur rumah sakit. Perawat berdatangan, tidak lama kemudian Dokter yang berjaga datang dan langsung memeriksa keadaan Raline."Anda sebaik nya menunggu di luar" Ucap Perawat dengan seragam putih ini.Tristan melangkahkan kaki nya sedikit menjauh, Kevin yang ikut dengannya mendekati Tristan."Langsung lakukan" Ucap Tristan memberi perintah pada Kevin.Kevin segera pergi setelah Tristan Perintahkan, sedangkan Tristan terus gelisah menunggu hasil pemeriksaan is