+21!!!
"Kenapa, Ed?" Jesica semakin maju, mendekati Edward.
Edward yang sudah terpojok ke dinding tembok, merasakan panas di sekujur tubuhnya. Tenggorokannya terasa kering, keringat dingin mulai keluar membasahi pelipisnya. Miliknya mulai mengeras, itu membuat ngilu karena celana jeans yang ia kenakan hari ini, sedikit ketat.
"Bagaimana, Ed? Ada yang berubah dengan tubuhmu?" Jesica sudah mengungkung tubuh Edward, mereka mempunyai tinggi yang sama. Jesica adalah murid kelas 12, ia terkenal sebagai penakluk murid putra yang mempunyai kualitas tinggi untuk di jadikan pacar. Dari yang kaya, good looking, multi talent sampai murid yang bermodal otak pintar.
Edward adalah murid yang memenuhi empat kriteria tersebut, ia kaya karena putra tu
+21!!!"Berikan padaku, Ed? Berikan padaku, akan ku berikan kenikmatan yang tidak pernah kau dapatkan selama ini." Jesica mencium bibir Edward dengan sangat antusias. Tangannya mulai bergerilya meraba dada Edward. Bibirnya turun ke bawah menyusuri leher Edward."Kak, jangan membuat tanda. Mommyku akan marah." Edward mendorong tubuh Jesica."Baiklah, aku tidak akan meninggalkan jejak di tubuhmu." Jesica mengecupi dada Edward, lidahnya bermain-main dengan kulit Edward yang putih bersih. Bibirnya beralih ke perut rata Edward. Otot-otot yang belum terbentuk sempurna itu ia mainkan dengan lidahnya.Edward tidak bisa berhenti untuk tidak mendesah dan mengerang karena permainan lidah Jesica yang begitu lincah m
"Siapa kamu?" Edward kaget setelah tubuhnya seakan melayang. Seseorang menyeret tubuhnya dari belakang lalu dihempaskan secara kasar oleh Alex. "Alex, apa yang sedang kau lakukan?" Jesica terbelalak melihat kehadiran Alex di dalam kamar hotel yang dibooking untuk bersenang-senang dengan Edward. "Jadi dia yang membuatmu enggan untuk kembali padaku." Alex yang diam-diam mengikuti Jesica dan Edward langsung meradang ketika melihat orang yang sangat dicintainya masuk ke dalam hotel. Alex langsung menuju meja resepsionis, memberikan sejumlah uang. Tak berapa lama, pegawai hotel yang berada di meja resepsionis itu tersenyum dan mengeluarkan kartu duplikat kunci dan menyebutkan nomor kamar hotel. "Kak Jes, siapa dia?" Edward mengelus punggungnya yang terasa nyeri.
"Jauhi anak saya!" Casandra menatap tajam Jesica. "Jangan rusak masa depan anak saya dengan pikiran kotormu. Edward masih kecil, cari partner sex lainnya.""Tapi kami saling mencintai, Tante.""Cinta itu harus menjaga, bukannya merusak dan menjerumuskannya ke hal yang buruk. Aku rasa, Edward tidak mencintaimu, itu hanya obsesi semata dalam masa pubertas.Jesica tidak bisa berkata lebih lanjut. Ia terintimidasi dengan perkataan Casandra padanya."Pergi dari sini!""Bolehkah saya melihat Edward untuk yang terakhir kalinya, tante?" Jesica memohon."Tidak bisa!" Casandra menegaskan.
"I miss you, Ed. I miss you so much." Jesica menangis tersedu. Air mata yang ia tahan akhirnya luruh juga. Ia tidak peduli dengan make upnya. Terlalu emosional pertemuannya dengan Edward. "Shhhhh sudah jangan menangis." Edward tidak tega mendengar tangisan dari mahasiswi yang baru dikenalnya. Jesica melepaskan pelukannya, ia mengambil tisu lalu dengan cepat menghapus air matanya. Ia lalu….. "Emkhhhh," Edward membola matanya ketika Jesica mencium bibirnya dengan rakus, menyalurkan segala kerinduan di hatinya. Edward yang sudah berubah menjadi playboy sangat menikmati ciuman itu, ia bahkan membalas ciuman Jesica tak kalah panas. Setelah cukup lama berciuman,mereka saling melepaskan karena kehabisan oksigen. Edward tersenyum, dalam hatinya bersorak. 'Hari ini ada partner ons baru.' Sedangkan Jesica tersenyum bahagia, ia mengira Edward mengingat dan merindukannya. "Ed, I miss you." Jesica memandang Edward dengan tatapan penuh cinta. "Maaf Nona, apakah kita saling kenal sebelum
"Don't leave me, Ed!" Jesica mengejar Edward. Ia menghalangi Edward di depan tangga darurat.Edward menghela napasnya, tidak menyangka akan bertemu dengan Jesica kembali setelah tiga tahun berlalu."Kenapa, Ed. Apa yang salah, hem?" Aku sangat merindukanmu, selama ini aku sangat tersiksa karena perpisahan kita.""Dengar, Jes. Hubungan kita sudah berakhir. Kita jalani hidup kita masing-masing tanpa harus melibatkan perasaan lagi, oke?" Edward perlahan melepas cekalan tangan Jesica di lengannya."Tidak, tidak, itu tidak benar. Aku tidak percaya itu. Aku menunggumu selama tiga tahun, aku setia menjaga hati dan tubuhku hanya untuk menantimu kembali. Jangan patahkan hatiku, Ed. Kumohon jangan lakukan itu. Aku bisa gila jika kau
Matanya membulat dan mulutnya terbuka lebar melihat Edward dan Caroline sedang make out. Caroline duduk di atas wastafel dengan tubuh bagian atas yang sudah polos. Roknya menyingkap ke atas, dalaman nya sudah teronggok di atas lantai. Edward sedang menghisap dada Caroline. Caroline mendesah manja sambil meremas rambut tebal Edward. Pengaruh parfum Jesica sungguh sangat kuat sehingga membuat Edward sulit untuk mengendalikan Nafsunya. Beruntung Caroline datang tepat waktu jika tidak, mungkin sekarang Edward sudah berakhir bercinta dengan Jesica, masuk ke dalam perangkapnya lagi. "Apa yang sedang kalian lakukan!" Jesica sudah tidak tahan untuk membentak mereka. Mereka berdua kaget. Edward melepaskan buah dada Caroline dari mulutnya. "J-Jesica." Edward sudah menduga Jesica akan mengikutinya. "Hei apa yang kau lakukan, tidak sopan mengganggu kami." Caroline protes, sudah lama ia tidak main dengan Edward karena sibuk dengan kehidupan masing-masing. Walaupun kali ini Edward mengaj
"K-kenapa Kau buka baju?" Edward protes. "Karena ini satu-satunya jalan untuk menyembuhkanmu. Mengeluarkanmu dari rasa sakit yang menyiksamu saat ini." Jesica berjalan mendekati Edward yang masih berdiri terpaku menjaga jarak dengan Jesica. "Dengar Jes, yang kau butuhkan saat ini adalah dia bukan aku." "Apa maksudmu?" Jesica berhenti mencerna kata-kata Edward yang baru saja di dengarnya. "Ya dia yang mencintaimu dengan tulus, tidak peduli dengan masa lalumu bukan aku yang tidak bisa puas dengan satu wanita. Aku bukan Edward yang dulu, adik kelasmu yang penurut dan naif. Semuanya telah berubah, kembalilah padanya dia masih setia menunggumu." Edward makin menjauh dari jangkauan Jesica.
"Panggil pemilik mall dan hancurkan butik itu!" Edward mengetatkan rahangnya."Ed, tidak perlu. Kasihan mereka." Jenifer merayu Edward.Edward mengecup bibir Jenifer lalu mengelus punggungnya. "Mereka harus di beri pelajaran karena telah menghinamu.""Tapi, Ed." Wajah Jenifer terlihat resah"Shhh tenang saja nanti juga kamu tahu apa tujuanku.""Ayo masuk," Edward menggandeng Jenifer.Setelah masuk ke dalam butik, Edward langsung mengajak Jenifer untuk duduk di sofa tamu. Edward menyilangkan kakinya sambil memeluk Jenifer dari samping.Tony berdiri di samping Edward sibuk menyekrol l