Texas, tujuh tahun lalu.
"Saudara Anthony Gonzalez, bersediakah kamu, menjadikan saudari Jenifer Watson sebagai istrimu untuk saling memiliki dan menjaga dari sekarang sampai selama-lamanya, pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, dan pada waktu sehat maupun sakit untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan."
"Ya, saya bersedia."
"Saudari Jenifer Watson-------------"
"Ya, saya bersedia."
"May the groom to kiss the bride." Suara riuh tepuk tangan, menggema di gereja.
Pesta pernikahan telah berakhir, Jenifer dan Anthony adalah teman bermain sejak kecil, mereka hidup bertetangga. Kedua belah pihak orang tua mereka bersahabat baik dan sangat dekat.
Jenifer sudah menyukai Anthony sejak kecil, Anthony dengan garis keturunan dari Spanyol tumbuh menjadi pemuda yang tampan, rambut hitam legam, rahang yang tegas, m
tij
21+!!! Sudah satu minggu, sejak pertemuan dengan Anthony di pesta, Jenifer menjadi pribadi yang pendiam dan murung, bahkan ia mulai jarang mengunjungi Edward di jam istirahatnya, biasanya ia rajin berkunjung terutama ketika jadwal Edward sangat padat, ia akan datang membawa makan siang dan kopi kesukaanya Edward. Jenifer akan memberikan perhatian kecil seperti memijat kepala atau menerima tuntutan Edward untuk bermanja-manja di sela jam istirahat. Edward butuh mendinginkan otaknya di kala ia benar-benar sibuk. Ia adalah orang yang workaholic dan sangat disiplin dalam bekerja. Selama ia mengenal Jenifer, Jenifer'lah tempat merefresh pikirannya. Edward mendesah kesal karena Jenifer tidak kunjung datang atau menelpon duluan, menanyakan khabarnya. Ketika jam kantor usaipun Edward bertambah kesal karena Jenifer selalu termenung ketika ia menjemputnya, terlebih lagi bagaimana ia bisa bermanja tidur di pangkuaanya jika mood Jenif
21+!!! Edward membaringkan Jenifer di atas ranjang, ia melumat bibir Jenifer dengan lembut. Bibirnya turun, menyusuri dagu Jenifer, bagaikan seorang vampir, Edward menghisap leher Jenifer meninggalkan beberapa tanda kissmark. "Engkhhhh." Lenguhan keluar dari bibir Jenifer ketika Edward mulai mengulum pucuk dada Jenifer, bulatan yang berwarna soft pink itu Edward mainkan dengan bibir dan lidahnya, sebelah tangannya tidak tinggal diam, meremas dan memijat buah dada yang ukurannya sangat di sukai oleh sebagian besar laki-laki. "Edddd." Jenifer memekik saat Edward sedikit menggigit pucuk dadanya. Edward hanya terkekeh pelan, melihat Jenifer memejamkan matanya dengan mulut yang terbuka. Puas bermain-main dengan kedua benda kenyal tersebut, Edward menggerakkan bibirnya mencium perut J
"Sini." Edward melambaikan tangan kepada Jenifer, menepuk sofa panjang yang sedang di dudukinya.Mereka benar-benar dimanjakan oleh pelayanan hotel. Pantas saja di sebut presidental suit, segala di dalam kamar ini terlihat sempurna dan sangat memanjakan penghuninya, bagaikan seorang raja.Jenifer melihat Edward hanya mengenakan kimono handuk, bulu- bulu di dagunya yang tidak di cukur terlihat manly, rambut coklatnya masih setengah basah. Edward tersenyum manis kepada Jenifer, setiap detik, rasa cinta Jenifer kepadanya semakin bertambah dalam. Edward tidak hanya tampan, sikap manisnya tidak pernah ia dapatkan dari Anthony maupun Gustav, dua mantan yang menyebalkan, memandang rendah dirinya karena berat badan berlebih. Kebalikan dari sikap Edward yang selalu menyanjungnya, bahkan Edward sangat memanjakannya dengan menyentuhnya tanpa rasa ji
"Ka, kamu janda?" Edward memastikan tidak salah dengar. Jenifer mengangguk. "Ya, statusku janda." Edward memeluk Jenifer erat. "Kau tidak masalah?" "Apa lah arti sebuah status, yang terpenting, kita saling mencintai, jangan berpikir untuk berpisah, ingat itu. "Edward menegaskan. "Terima kasih, Ed. Kau sudah mau menerimaku yang sudah-----" "Aku yang seharusnya, berterima kasih padamu." Jenifer menatap Edward. "Di bandingkan dirimu, aku lebih itu." Edward menyugar rambutnya. "Sudah berapa banyak wanita yang ku kencani dan ken
21+!!!!"69." Jenifer meneguk salivanya, melihat kejantanan Edward yang sudah tegak, mengarah ke wajahnya. "Ed, aku----""Lakukan seperti di film, Jen. Kau pernah melihat film dewasa, bukan? Aku nikmati milikmu dan kau nikmati milikku.""Ehmmm," Jenifer membuka mulutnya, menerima kejantanan Edward. Ia berusaha menikmati gaya baru yang tidak pernah ia lakukan."Awww, Jen." Edward terpekik, ketika kejantanannya di gigit oleh Jenifer."Ehmmm maaf, Ed. Aku tidak sengaja, tadi aku sedikit kaget karena kau menyedot milikku.""Oh, oke, hati-hati, kalau terluka, kita tidak akan bisa mempunyai keturunan, kedepannya." Edward
"Yeah it's me, Jesica Hall."Edward mengernyit, wanita berambut pirang sebahu, mempunyai ciri-ciri mirip Jenifer, tersenyum manis mengulurkan tangannya."Akh hai, Jes." Edward terlihat kikuk.Jenifer menatap interaksi mereka berdua, selama dua bulan kebersamaanya dengan Edward, Jenifer tidak pernah melihat Edward, salah tingkah di depan seorang wanita. Seberapa cantik dan seksi, wanita itu, Edward bisa tenang dan elegan menghadapinya, namun kini ---- Jenifer teringat, tadi wanita ini memperkenalkan diri dengan nama Jesica Hall, mungkinkah Jesica, kakak kelas Edward yang menjadi wanita pertama, bagi Edward. Mendadak hati Jenifer menjadi tidak nyaman berada di antara mereka berdua.Sebenarnya, hati Edward tidak lagi merasakan, debaran aneh kepada Jesica.
+21!!!"Kenapa, Ed?" Jesica semakin maju, mendekati Edward.Edward yang sudah terpojok ke dinding tembok, merasakan panas di sekujur tubuhnya. Tenggorokannya terasa kering, keringat dingin mulai keluar membasahi pelipisnya. Miliknya mulai mengeras, itu membuat ngilu karena celana jeans yang ia kenakan hari ini, sedikit ketat."Bagaimana, Ed? Ada yang berubah dengan tubuhmu?" Jesica sudah mengungkung tubuh Edward, mereka mempunyai tinggi yang sama. Jesica adalah murid kelas 12, ia terkenal sebagai penakluk murid putra yang mempunyai kualitas tinggi untuk di jadikan pacar. Dari yang kaya, good looking, multi talent sampai murid yang bermodal otak pintar.Edward adalah murid yang memenuhi empat kriteria tersebut, ia kaya karena putra tu
+21!!!"Berikan padaku, Ed? Berikan padaku, akan ku berikan kenikmatan yang tidak pernah kau dapatkan selama ini." Jesica mencium bibir Edward dengan sangat antusias. Tangannya mulai bergerilya meraba dada Edward. Bibirnya turun ke bawah menyusuri leher Edward."Kak, jangan membuat tanda. Mommyku akan marah." Edward mendorong tubuh Jesica."Baiklah, aku tidak akan meninggalkan jejak di tubuhmu." Jesica mengecupi dada Edward, lidahnya bermain-main dengan kulit Edward yang putih bersih. Bibirnya beralih ke perut rata Edward. Otot-otot yang belum terbentuk sempurna itu ia mainkan dengan lidahnya.Edward tidak bisa berhenti untuk tidak mendesah dan mengerang karena permainan lidah Jesica yang begitu lincah m