“Hana?” Suara Xenon kembali terdengar saat Hana tengah fokus pada ketidaksukaannya.“Apa akan aman menerima panggilan Zan di tempat ini?” Hana menjawab dengan cepat.“Aman. Panggilan itu akan dilaihkan ke tempat lain,” jelas Xenon tanpa ragu.“Oke. Kalau begitu aku akan menerimanya,” putus Hana dengan cepat.“Tunggu!” perintah Xenon membuat Hana menurunkan telepon genggam yang tengah menempel di telinganya.Dalam jeda tunggu itu, Hana melihat Dans masuk kembali ke rumah itu.“Sudah?” Hana heran.Dans mengangguk. “Aku hanya mengirimkan pesan teks bahwa melapor akan membahayakan jiwaku.”“Begitu?” Hana mengernyit.“Hei! Apa Kamu bilang?” Andro yang baru saja dari dapur mendekat.“Kamu membahayakanku.” Lalu, Dans mengedikan bahu.“Hei! Hei! Tak tau diuntung manusia satu ini!” Lalu Andro menghambur ke arah Dans dan memitingnya.Tapi, pitingan becanda itu membuat Dans tertawa-tawa.“Ah ....” Hana menghela napas dalam. “Sepertinya Zan Ducan bakal pusing dengan perubahan dari salah satu anak
“Ah, dari reaksimu, sepertinya apa yang kuduga benar.” Suara Neo terdengar melalui speaker yang bocor.Andro menoleh ke arah telepon genggam yang sejengkal berjarak dari telinganya. “Iya, benar.” Ia menjawab dengan polos.“Kalau saat ini Kamu berada dekat dengan Hana, tolong berikan telepon ini! Aku akan bicara dengannya sebentar,” pinta Neo dengan santun.“Oh,” sahut Andro singkat. Lalu, ia menyerahkan telepon genggamnya pada Hana.Hana menyusut air matanya, kemudian beranjak dan berjalan menuju kamarnya.Sementara itu, Andro dan ayah gadis itu hanya bisa memandanginya dalam diam.“Sepertinya apa yang sedang kita kerjakan berhasil dengan baik.” Neo memulai penjelasannya.“Ha? Tentang apa ini?” Hana yang masih terfokus pada kesedihannya sedikit bingung. Ia membaringkan tubuhnya di atas kasur.“Ini tentang alat kendali jarak jauh,” balas Neo pelan.“Oh.” Hana mengangguk paham meskipun saat itu Neo sama sekali nggak melihat keadaannya secara langsung. “Aku siap mendengarkan.”“Seperti y
“Project baru yang sedang kita jalankan bersama dengan Tencez dan beberapa korporasi lain mengalami perkembangan pesat. Grafik keuntungan terus bergerak ke atas secara signifikan.” Kemudian seorang laki-laki mengganti slide pada layar besar dan menunjukan grafik yang ia maksud. Para petinggi Teta Tech yang berada di ruang rapat itu dengan serius menyimak paparan dari pegawai laki-laki itu. Pun, Zan dan Max. Lalu, pada satu momen, sekretaris pribadi Zan yang berdiri di dekat Zan menerima telepon. Ia menjauh beberapa langkah dari Zan dan menerima telepon itu selama sekian detik. Kemudian, ia mendekat ke arah Zan dan berbisik. Seketika mengepalkan tangan. Mendadak wajahnya berubah membesi. “Tunda meeting!” “Heh?!” Max yang duduk di sampingnya menoleh ke arah Zan dan melihat perubahan raut wajah pemilik Teta Tech itu. “Ada apa?” Tapi, alih-alih menjawab pertanyaan Max, Zan justru beranjak dan bergegas keluar ruangan. “Siapkan mobil!” “Heh?! Ada apa ini?” Seperti peserta rapat yang l
“A-” Hana yang ternganga menoleh. Gadis yang baru saja melempar ke arah para penembak itu belum menyadari apa yang terjadi.Dan begitu fokusnya kembali, ia melihat wajah ayahnya yang sedang panik. Lalu, ia mengalihkan pandangannya ke arah apa yang membuatnya panik. Dan ia melihat seorang pengendara motor dengan helm hitamnya yang tengah mengacungkan pistol ke arahnya.Dan sebelum ia bergerak-“Dor!”Moncong pistol itu mengeluarkan bunga api ketika menyalak. Dan peluru yang meluncur dari moncong pistol itu meluncur ke arah Hana.Mata Hana melotot. Ia hendak menghindar, tapi peluru itu tak terhentikan.Dan tiba-tiba-“Agh!” Tanpa ragu Henry bergerak. Ia menghalangi peluru yang memburu Hana.“A-” Hana membeku ketika peluru itu menebus punggung ayahnya dan tembus ke jantung.Andro dan Dans yang mendengar suara tembakan dari belakang menoleh dengan cepat. Mereka melihat ketika tubuh Henry roboh ke tanah.Suara tubuh Henry yang bergedebum di tanah membuat orang-orang yang dikirim Neo menole
“Max ...,” keluh Zan lelah. Lalu, ia menghela napas dalam. “Tidak sekarang.”Max menelan kejengkelannya.“Saat ini aku belum bisa mengatakan apa pun. Semuanya masih belum jelas.” Zan menambahkan. “Untuk sekarang, akan lebih baik jika mobil ini segera sampai di Teta Hospital.”“Ugh!” Max mengeluarkan sedikit yang mengganjal di dadanya. Lalu, dia mempercepat laju mobil mereka.Sekilas ia melihat ke belakang dan melihat bagaimana Zan memeluk Hana. Tapi, sekali lagi, ia harus menahan apa yang berkecamuk dalam pikirannya. “Ini pertama kalinya dalam hidupku melihat Zan memperlakukan seorang gadis selembut itu.”Sedangkan, Zan yang duduk di bagian belakang menatap wajah Hana yang seolah sedang tertidur pulas dengan lembut.Bebarapa saat kemudian mobil mereka memasuki halaman Teta Hospital.“Agh ...!” dengkus Max kesal ketika melihat salah satu rumah sakit milik Teta Tech itu dalam keadaan kacau.Listrik di rumah sakit itu padam dan penerangan hanya di beberapa titik yang terpasang lampu emer
Pembicaraan di bawah penerangan lampu emergency itu sesaat hening.Kemudian, laki-laki berkepala botak itu sedikit mengangkat pandang. “Begitu jenazah Henry tiba di Teta Hospital, seorang laki-laki muda mengklaim jenazah itu dan membawanya pulang untuk dimakamkan.”“Begitu tiba?” Kening Zan berkerut.“Ya, Bos. Begitu ambulance yang membawanya memasuki halaman rumah sakit Teta. Bahkan, laki-laki sudah berdiri di sana,” jelas salah satu orang Zan itu dengan lebih detail.“Bagaimana dia bisa tahu secepat itu?” Tatapan mata Zan menajam.“Seseorang yang berada di tempat kejadian merekam video dan mengunggahnya di media sosial. Seperti yang ia katakan, ia mengenali seorang laki-laki tua yang keluar dari mobil yang terguling itu sebagai seorang yang dulu tinggal di bangunan Halle.” Laki-laki botak itu sejenak menjeda ucapannya.“Ia mengaku bahwa Henry adalah ayah dari teman dekatnya,” pungkas laki-laki itu.Kening Zan kembali berkerut. “Laki-laki itu menyebutkan namanya?”“Alex,” balas orang
Mobil Neo yang melaju kencang berbelok di persimpangan. Dan bersamaan dengan itu iring-iringan mobil mewah milik Teta memasuki area pemakaman.Neo yang memperhatikan itu dari dalam mobilnya menghela napas lega.Sementara itu, di dalam salah satu mobil mewah yang berada di iring-iringan itu, Zan sedang kembali menyaksikan sebuah video pendek yang berdasarkan laporan anak buahnya di The Bodyguard telah menjadi petunjuk untuk seseorang bernama Alex dalam mengklaim jenazah Henry.Tayangan video pendek itu memberitahukan bahwa ada seorang laki-laki muda lain yang membersamai Hana ketika mobil yang ditumpanginya terguling.“Apa sopir mobil ini sudah teridentifikasi?” tanya Zan pada Max yang duduk di sampingnya.“Belum. Orang-orang kita kesulitan melakukan perintahmu. Apalagi, di tengah sistem Teta yang shutdown,” balas Max tanpa basa-basi. “Apa ada kemungkinan orang itu adalah satu dari orang-orang yang dekat dengan Hana?”Max menoleh ke arah Zan.Tapi, Zan menggeleng pelan. “Laporan sebelu
“Ini ...?” Suara Xenon masih terdengar bingung.“Meskipun bentuknya sangat kecil, chip memiliki gelombangnay sendiri. Yang Kamu lihat di layarmu adalah kode-kode chip yang berada di tubuh Hana. Kamu bisa menggunakan itu untuk melacak gelombangnya,” papar Neo dengan suara yang masih antusias.“Oke.” Jawaban itu menjadi akhir dari percakapan mereka.Neo berharap pelacakan Xenon akan membuahkan hasil.***Hari berganti.Di sebuah penthouse yang berada tak jauh dari Teta Hospital, Zan baru saja mengganti bajunya.“Ke mana?” tanya Max dengan melayangkan tatap curiga.“Apa aku harus melapor sebelum pergi?” balas Zan tak acuh.“Hufft.” Max mengembuskan napas dalam. “Semua orang mencarimu. Mereka ingin bicara denganmu.”“Oh, semua orang-orang bodoh yang bebal itu?” Zan berjalan ke arah pintu keluar dengan santai.“Ya, semua orang-orang bodoh dan bebal yang korporasinya bernasib sama dengan Teta Tech,” balas Max lemah.“Aku sudah memperingatkan mereka untuk nggak sembarangan dengan gadis itu,
“Zan, para pengunjung adalah orang-orang penting yang juga pemeganga saham Teta Tech Corporation. Apa Kamu nggak khawatir jika mereka menganggap Victory ini salah kelola?” Melanie duduk di sofa tunggal yang ada di samping Zan.Zan diam, sedangkan pendapat itu direspon oleh Max dengan tawa sinis.“Melanie, meskipun Victory terkait dengan Teta Tech, tapi klub ini sepenuhnya ada dalam pengelolaanku. Siapa di antara pengunjung yang berani menghujatku sebagai si salah kelola.” Max menunjukkan telunjukanya dari tangan yang sedang memegang gelas.Melanie mengedikan bahu. “Kalau begitu, bisakah dijelaskan kenapa klub dengan pengelolaan top ini bisa mati lampu.”“Itu karena kesalahan teknis,” sahut Zan dengan cepat.Dan dengan cepat juga Max menoleh ke arah Zan, ia ternganga tak percaya dengan apa yang didengarnya karena ia yakin lampu mati itu berkaitan dengan penggerudukan yang dilakukan oleh gadis bernama Hana itu. “Zan!”“Ah ... Max.” Zan sedikit menelengkan kepala seraya menatap penuh art
Kenangan itu membuat mata Hana merebak dan air mata mengalir tanpa bisa ditahan lagi.Ia terisak.“Hana ....” Zan meregangkan pelukannya dan melihat wajah Hana dengan bingung. “Apa yang membuatmu menangis?”Hana menatap mata Zan. Kesedihan menggayut di wajahnya. “Kamu tahu? Bahkan, Henry bukan ayah kandungku.”“Ah, itu kenapa catatan tentang hubungan darah kalian nggak ditemukan oleh orang-orangku,” ucap Zan dalam hati di tengah keterkejutannya.“Tapi, lihat apa yang ayah lakukan untukku!” Hana menangis.Zan memeluk gadis itu.Hana mengusap air matanya. “Setelah menemukanku, ia berusaha mencari orang tuaku. Tapi, karena cinta yang ia berikan, aku meminta ia menghentikan itu dan memilih untuk menjadi anaknya.”Zan mempererat pelukannya.“Dan setelah aku dewasa, ia nggak hanya berjuang untuk membuat aku meraih cita-citaku, tapi juga mengorbankan nyawanya untukku.” Hana kembali menangis.“Meskipun fakta bahwa Kamu bukan anak biologis Henry, tapi sekarang aku paham kenapa Kamu merobohkan
Hana bergeming ketika pintu ruang operasi terbuka.Petugas medis mendorong ranjang yang membawa Zan yang masih belum sadar.Max menyambut Zan dan mengikuti para petugas medis itu ke bangsal rawat yang akan ditempati laki-laki itu.Hana menatap wajah Zan yang masih terlihat seperti sedang tertidur pulas dan bahu yang dibebat perban ketika ranjang itu lewat di depannya.Max berhenti dan menatap Hana yang masih bergeming di tempatnya.Gadis itu sadar dan segera mengikuti para petugas medis yang membawa Zan. Dan ia harus menahan diri untuk mengatakan apa yang ia tahu karena suaminya itu belum sadar.Gadis menunggu di sofa dengan memeluk lututnya. Sedangkan, Max duduk di samping ranjang pasien.Menit berlalu.Zan tersadar.Max menyambutnya dengan senyum. “Apa karena sekarang sudah punya istri jadi satu peluru saja membuatmu terlihat lemah?” Ia tersenyum mengejek.Zan tersenyum. Ia mengedarkan pandangan untuk mencari Hana. Dan ia tersenyum ketika melihat gadis itu sedang duduk seraya menatap
Zan melihat Max yang berusaha mengejar mobil yang kedua daun pintu bagian belakangnya belum itu.“Zara, kita selesaikan urusan kita nanti!” Zan menjatuhkan diri seraya mengambil pistol di lantai. Dan ia menodongkan pistol itu ke arah Zara.Zara yang kembali hendak menerjang mengurungkan niat.“Aku nggak punya waktu untuk main-main.” Zan beranjak dan berjalan dengan tergesa.“Set!”Sebuah pisau melesat ke arah Zan. Pisau itu menyasar punggung laki-laki itu.Dengan cepat Zan menoleh, merunduk dan-“Dor!”Peluru dari pistol Zan menyasar dada Zara.“Agh!”Zara menghindar, tapi peluru itu menembus bahunya.Zan tahu jika luka tembak itu nggak akan menghentikan mantan pembunuh bayaran itu.“Dor!”“Dor!”Zan menembak kedua paha Zara.“Agh!”Mantan kepala The Bodyguard itu ambruk.“Orang kita akan segera mengurusmu Zara.” Dan Zan bergerak ke arah mobil anak buahnya yang semula membawa Hana ke tempat itu.Ia melarikan mobil itu dengan kecepatan penuh.Dan sekian meter dari gedung terbengkelai i
“Dor!”Tembakan dari orang-orang yang menghindar dengan panik itu mengenai kaca depan mobil Zan.Kondisi tanpa pembatas itu justru dimanfaatkan Max untuk menghabisi para penyerang yang berada dalam jangkauan tembaknya.“Dor!”“Dor!”“Agh!”Beberapa penyerang itu roboh di jalan ketika peluru-peluru Max menembus kepala mereka.“Dor!”“Agh! Setan!” Max mengumpat ketika sebuah peluru mengenai bingkai jendela mobil di dekatnya.Dan sisi lain, Zan juga menyasar beberapa penyerang yang berada dalam jangkauan tembaknya.“Dor!”“Agh!”Peluru-peluru Zan tidak terbuang sia-sia. Mangsa-mangsanya bertumbangan di jalan.Dan-“Brak!!”Mobil Zan menabrak sebuah mobil penyerang yang merintangi jalan tanpa ampun. Mobil itu bergeser ke samping jalan.Dan mobil Zan berhasil lolos dari rintangan.“Kejar!” Perintah pengejaran itu terdengar dari arah belakang.Zan mempercepat laju mobilnya.Max menekan earpiece-nya. Lalu, “Orang-orang kita sudah dekat.”“Bagus!” Tapi, kekhawatiran di wajah Zan makin pekat.
“Segera, Mr. Ducan. Dan saya meminta Anda terhubung secara khusus dengan saya dan tim untuk perkembangannya,” balas Neo tegas.Zan menyanggupi itu.Max mengamati ketegangan di wajah Zan. “Apa yang terjadi?”“Zara menghilang bersama dengan hilangnya Hana.” Zan menjelaskan itu seraya berjalan keluar ruangan. Langkahnya tergesa menuju lift.Max mengejarnya. “Aku agak bingung. Zara bukan jenis orang yang memiliki dendam pribadi.”“Tapi, dia jenis orang yang akan menjalankan apa yang diperintahkan oleh penyuruhnya dengan sempurna,” timpal Zan cepat.Lift bergerak pelan ke lantai dasar.Zan berharap lift itu bisa lebih cepat bergerak.Lalu, keduanya masuk ke mobil tanpa bicara.Zan memacu mobil itu dengan kecepatan penuh.“Kita akan ke mana?” Max yang berada di samping kemudi menatap Zan yang mengemudi dengan tegang.“The Bodyguard. Aku nggak tahu apa mungkin kita dapat sesuatu di sana. Hanya saja aku nggak tahu harus ke mana kita untuk menemukan titik awal mencari Hana.” Mendung menggelap
Wanita berwajah dingin itu berdiri tepat di hadapan Hana. Ia menatap sinis. “Kali ini kupastikan nggak akan ada lagi yang menolongmu,” sumbarnya dengan penuh keyakinan.Hana mencoba tetap tenang.Tapi-“Hat!” Mendadak tendangan sabit wanita itu menyasar kepala Hana.Dengan cepat Hana mengelak.Wanita itu tak membiarkan serangannya tanpa hasil. Ia terus melancarkan serangan pada titik-titik kritis di tubuh gadis itu.Hana terus berusaha mengelak tanpa bisa membalas serangan bertubi-tubi itu. Ia tak mampu mengimbangi kecepatan serangan maut itu.Gadis itu harus mengakui bahwa perkelahian itu cukup membuatnya ketar-ketir karena ia sama sekali tak memiliki back up seperti perkelahian sebelumnya.Hana terus berusaha bertahan. Tapi, wanita yang memang bukan tandingannya itu menghabiskan energinya dengan cepat. Dan-“Aaa!” Hana menjerit ketika satu tendangan membobol pertahanannya. Tendangan itu membuatnya terlempar beberapa langkah.Gadis itu menahan sakit ketika tubuhnya mendarat di lantai
Hana menahan keterkejutannya. Ia makin mencondongkan badannya ke depan untuk lebih memastikan temuan itu.Tapi, berapa kali pun ia memastikan itu, gadis itu makin yakin kalau pengawal yang sedang membawa mobil mewah itu adalah wanita yang dokter Ann sebut sebagai The Black Poisson.Hana kembali menyandarkan tubuhnya dengan tegang. Ia mulai bertanya-tanya dalam hati apakah pengawal Zan yang duduk di depannya mengetahui fakta itu atau ia juga salah satu dari kaki tangan Si Racun Hitam itu.Alarm tanda bahaya di hati gadis itu menyala.Gadis itu menyentuh layar di gelang pipihnya untuk mengaktifkan alat pelacak. Ia juga mengirim tanda bahaya pada Xenon.Mobil hitam mewah itu menambah kecepatannya hingga dalam waktu sekian menit kendaraan roda empat itu meninggalkan kota.Hana meminta sopir itu untuk membuka jendelanya begitu mobil itu memasuki kota yang berada di tepi pantai itu.Jantung gadis itu berdetak tak karuan seiring dengan angin laut yang menerpa wajahnya.Ia memperhatika bangun
Zan menelisik wajah Hana. Ia menyeringai penuh arti dan segera menarik tangan gadis itu dengan lembut.Tarikan lembut itu membuat gadis itu terpaksa berdiri.Lalu, Zan memeluknya dari belakang dan mendekatkan mulutnya di telinga gadis itu. “Jangan sekali pun berpikir untuk berlari dari pernikahan ini! Orang-orang yang mendukungmu itu jaminannya,” bisik Zan lirih.Seketika mata Hana terbelalak. Ia menoleh ke arah dengan cepat ke arah suami barunya itu. “Bagaimana Kamu tahu?!”“Aku bisa membaca pikiranmu,” seloroh Zan santai.Hana hanya bisa menatapnya dengan heran.Lalu, Zan membawa gadis itu ke arah teman-temanya. “Maaf atas ketidaknyamanan ini. Resepsi akan diadakan di Victory beberapa waktu lagi. Aku harap kalian bisa menghadirinya.”Ia mengangguk hormat.Orang-orang Hana beranjak dan membalas anggukan hormat itu.Zan menyentuh puncak kepala Hana dengan lembut. “Aku akan meninggalkan Kamu bersama dengan teman-temanmu. Ada hal penting yang harus kulakukan.”Lalu, ia mengkode Max. Tan