“Jadi, apa yang sebenarnya kalian hingga bisa terdampar di sini dan dianggap telah mati oleh orang-orang di luar sana?” Hana tak lagi bisa menahan rasa penasarannya.Laki-laki itu menghela napas dalam. Lalu, ia kembali mengalihkan pandangan dan menatap satu titik abstrak di awang-awang.“Ini salah kami yang serakah. Karena keserakan itu kami rela berurusan dengan pihak-pihak yang mendominasi dunia hitam,” sesalnya lirih.Kedua mata Hana menyipit. “Dunia hitam?” Pikirannya segera menangkap kata kunci itu.Laki-laki itu mengangguk tanpa ragu. “Dan karena kesalahan yang kami lakukan, beberapa pihak ingin kami lenyap dari muka bumi.”Kening Hana mengernyit. Ia seperti mendengar hal yang begitu familiar dengan seseorang yang dekat dengannya.“Lalu, siapa yang membawa kalian ke sini?” desak Hana yang seperti menemukan benang merahnya.Laki-laki itu tersenyum. “Hanya laki-laki yang bernama Zanzard Ducan yang bisa membawa kami ke sini. Kamu juga ‘kan, Nak?”Kemudian, ia mengarahkan pandangan
Zan membawa Hana ke kamarnya. Ia merebahkan gadis itu di ranjangnya. “Istirahatlah!”Lalu, ia menarik meja kecil di mana di atasnya sudah tersedia beberapa makanan dan suplemen penambah energi.“Ini makanan yang disarankan Ann untukmu. Aku tadi mengambilnya di kota yang ada di dekat sini. Makanlah sebelum tidur! Besok tubuhmu pasti lebih sehat.” Zan mengusap puncak kepala Hana.Lalu, ia mengganjal punggung gadis itu dengan bantal, kemudian meninggalkan gadis itu sendiri.Hana menatap makanan di depannya dengan antusias meskipun ia merasa lemah. Informasi bahwa makanan itu akan membuat badannya sehat sekok hari membuatnya bersemangat.Dalam beberapa saat makanan itu lesap. Lalu, gadis itu berjalan pelan ke kamar mandi, membersihkan diri dan kembali ke ranjangnya.Tak lama kemudian, Zan masuk ke dalam kamar.Hana memejamkan mata, pura-pura tidur.“Ah ... cepat sekali dia tidur.” Zan tersenyum. Lalu, ia menarik selimut gadis itu hingga ke batas leher. “Padahal aku ingin sekali bicara den
Helikopter Bell mendarat di Helipad Tower Teta Tech.Zan disambut oleh Max dan dua orang teknisi.Dua orang teknisi itu mengambil alih helikopter, sedangkan Zan dan Max berjalan menuju lift yang akan membawa mereka ke lantai dasar.Max terlihat kesal. “Zan, kenapa baru datang setelah sehari dari pengiriman kode darurat?”Zan menghela napas dalam. “Aku harus berpura-pura bahwa kode daruratmu tidak begitu penting.”Max mengerutkan kening. “Kenapa?”“Gadis itu bersamaku,” balas Zan singkat.“Ah ...,” desah Max lirih.“Jadi, Veronika tertangkap? Kenapa bisa begitu?” Zan menahan kesal.Lift bergerak ke lantai dasar.“Karena akhirnya aku harus setuju denganmu bahwa mereka adalah kumpulan orang-orang bodoh! Dalam situasi segenting itu, mereka masih memikirkan kesenangan-kesenangan.” Max mengepalkan tangan.“Bukankah aku meminta untuk menjauhkan mereka dari gadget, media sosial dan apa pun yang mungkin yang bisa membuat mereka terendus wartawan?” Zan terheran-heran.“Aku sudah menyampaikannya
Zan mendongak.Semenit berlalu. Tapi, lampu itu masih menyala.Lalu, ia mengangkat telapak tangannya sebagai isyarat untuk membiarkan apa yang sedang terjadi. “Kita lanjutkan pembicaraan kita!”“Baik, Bos,” sahut Kepala IT patuh.Dan yang lain mengikuti apa yang dilakukan kepala timnya.“Apa kita bisa mencari cara lain untuk menemukan orang itu?” tanya Zan dengan penuh penekanan.“Ya. Jika kita menekukan hacker ini, kita bisa mengatasi gadis itu. Pertama-tamanya kita harus pisahkan dulu mereka,” sahut Max dengan yakin.Kepala IT menggeleng pelan dengan wajah sayu. “Maaf, Bos. Kita sudah melakukan segala cara. Bahkan, sejak sistem kita mendapat serangan pertama.”“Agh!” dengkus Max berang. “Kenapa kita selalu mendapat jalan buntu? Bukankah kita ini korporasi besar?!”Zan menatap Kepala IT. “Apakah ada cara untuk menghindari pelacakan semacam ini?”Kepala IT mengangguk. “Sepuluh digit angka merupakan blok pembuka bagi para peretas. Hindari ini dengan mengkonfirmasi email khusus yang tid
Helikopter Robinson 22 hitam mendarat dengan sempurna di helipad jasa penerbangan swasta.“Taksi sudah menunggu Anda, Nona.” Pilot itu menunjuk satu arah.Hana melihat ke arah yang ditunjuk dan melihat sebuah taksi warna putih sedang bergerak ke arahnya.Gadis itu mengucapkan terima kasih dan turun dari helikopter itu.Taksi berhenti di depan Hana.Dan ketika gadis itu masuk kedalamnya, “Ah ... Kamu nggak tahu betapa bahagianya aku melihatmu.”Hana mengangkat pandang dan melihat Alex tersenyum lebar. “Alex!” Ia menepuk bahu Alex dari jok penumpang.“Kita ngobrol sambil jalan.” Dan Alex menjalankan mobil itu keluar dari markas jasa penerbangan swasta itu.“Aku juga kangen ingin ngobrol denganmu.” Hana tersenyum.“Tapi, ada yang lebih kangen denganmu. Ia nggak sabar untuk mendengar suaramu.” Lalu, Alex menekan tanda speaker di layar kecil yang berada di dashboard mobilnya.“Hana!” teriak seseorang dari sambungan telepon itu.“Andro!” balas Hana antusias. Gadis itu mencondongkan badannya
“Ah ... Hana, Kamu nggak berpikir untuk-”“Ya, aku nggak bisa menunggu lebih lama lagi!” seru Hana tegas. “Tidak juga menunggu untuk-”Robot autonomus mendekat. Robot humanoid itu membawa nampan berisi makanan-makanan lezat.“Untuk ini.” Hana melihat isi nampan yang dibawa robot itu.“Ah ... padahal robot pintar ini baru kumasukan menu baru khusus untuk penyambutanmu,” sesal Neo lelah.Hana beranjak. “Aku akan melakukan semua yang Kamu sarankan setelah ini, Neo.”Dan Neo terpaksa mengikuti langkah gadis itu.Mereka berdua berjalan menuju ruang ANFIS.“Selamat datang Hanasta!” sambut beberapa tim orang laki-laki yang mengenakan jas dokter putih.Hana mengangguk hormat. “Terima kasih. Senang bertemu dengan kalian lagi.”“Kalian standby!” perintah Neo pada mereka.Mereka mengangguk patuh.“Sambungkan ke Xenon! Kita mulai sekarang!” pinta Hana tegas.Neo menjalankan permintaan itu.“Hana!” Suara riang Xenon seketika terdengar begitu panggilan itu tersambung.“Xenon! Terima kasih sudah men
Hana terdiam beberapa saat dengan tatapan menerawang. Sedangkan, Neo menunggunya dengan sabar.“Zan bekerja sama dengan orang-orang jahat itu. Dan jika mereka menginginkan salah satu orang yang melakukan kesalahan mati, Zan menyelamatkannya tanpa sepengetahuan mereka.” Hana kembali terdiam ketika teringat pengakuan orang-orang di The Hidden Slope.“Apa Kamu dibawa ke tempat penyelamatan itu?” Neo menatap penuh selidik.Hana mengangguk.“Tapi, di lain pihak, jika orang lain menginginkan mereka celaka, Zan juga berusaha melindunginya.” Kepala gadis itu sedikit meneleng dan raut wajahnya mencerminkan keheranan. “Sesungguhnya, apa yang diinginkan Ducan itu?”“Wah!” Neo menggeleng-nggelengkan kepala. “Ternyata Mr. Ducan adalah orang yang sangat menarik. Kita nggak tahu alasan personal apa dibalik tindakan-tindakannya, bukan?”“Drrt!”Telepon genggam Neo bergetar ketika Hana hendak menjawab pernyataan itu.Ia mengambil gadget itu dan melihat nama sekretaris pribadinya terpampang di layar. “
“Silakan!” balas Hana enteng.“Aku akan langsung pada inti masalah. Di sini, aku akan menuduhmu sebagai otak dari kebangkrutan mendadak dari Teta Tech, Blacksteel, Tencez dan beberapa korporasi yang mengalami nasib sama.” Zan menjeda tuduhannya.Hana diam.“Kamu nggak bisa mengelak karena korporasi-korporasi itu terkait dengan kasus informan ganda yang dilakukan oleh Henry Gail,” desak Zan tegas.Hana tersenyum. “Tepat. Aku memang melakukan itu.”Seketika Zan menoleh dengan cepat. Ia terkejut ketika gadis itu begitu saja mengakui itu.Hana melirik sinis. “Dan aku juga punya tuduhan yang sama. Kamu dan korporasi-korporasi brengsek itu ada dibalik penyerangan di dekat Hotel Majestic, termasuk penembakan yang mengakibatkan kematian ayahku!”Zan mengembuskan napas dalam. “Itu karena aku terlambat datang menolongmu. Seseorang telah menyadap informasi penjemputan itu.”“Apapun itu, sekarang ayahku sudah meninggal,” sesal Hana lirih.“Aku turut berduka cita. Aku sudah berusaha semampuku untu