TITI POV
Hari demi hari aku mengamati kelakuan Chocho dengan seksama. Aku harus siap bila di pagi hari yang cerah saat kami bangun, kutemukan Chocho versi ‘My Baby’. Tapi sampai hari terakhir kami di desa Nenek, Chocho masih kembali seperti yang dulu. Dia tambah mempesona, hingga kurasa aku semakin jatuh cinta padanya.
Bukan cuma aku, Ginuk juga makin kagum padanya. Nyaris tergila-gila andai dia gak sungkan padaku.
"Titi, kalau kamu dah bosan sama suamimu, bolehlah oper padaku. Aku ndak masalah dapat duda, asal yang keren seperti gini," cetusnya sambil menatap Chocho dengan pandangan memuja.
Emang baju bisa dioper?! Enak aja! Kucubit pipi chubby Ginuk dengan gemas untuk menunjukkan protesku. Gadis itu cuma mengaduh lirih dan tersenyum nyengir.
Chocho tengah berbincang berdua dengan Mas Gino. Aku gak tau mereka ngomongin apa, tapi nampak serius
GLADHYS POVAku seakan menyaksikan drama di depan mataku. Cewek itu yang menciptakan drama, sayang tak berjalan sesuai skenario yang dikehendakinya. Kejutan yang ia harapkan bisa membuat kami shock justru menghantamnya kembali.Miris...Kulihat Om tersenyum sinis memandang Titi yang menggandeng tangan Chocho yang tadi ngompol di celananya. Apa aku harus ikut tersenyum? Atau tertawa terbahak-bahak? Nyatanya aku cuma mengelus dada. Kenapa pula aku kasihan pada pasangan naas itu?"Om, om," aku menjawil tangan Om yang duduk di lengan sofa yang kududuki.Mom mertua melirik heran padaku."Gladhys sayang, kenapa kamu memanggil suamimu Om?" protesnya lembut."Maaf Mom. Lalu Gladhys harus memanggil apa?" tanyaku bingung."Panggil saja.... ah, terserah kalian! Asal jangan Om. Mungkin Kakak, Hubby, atau.. entahlah!"Tuh kan, Mom mertua sa
GLADHYS POV Semalam kami melakukannya lagi, namun di puncak kemesraan kami aku merasa tersakiti. Bukan secara fisik, tapi psikis. Bagaimana enggak, si Om menyebut nama wanita itu saat menyentuhku. Jadi dia melakukannya denganku tapi sambil membayangkan wanita itu! Lalu apa bedanya aku dengan pelacur? Si Om hanya butuh lubangku, sedang hatinya selalu tertuju pada wanita itu! "Uni, aku benci pada wanita itu," keluhku sambil meletakkan kepalaku di meja makan. "Who?" tanya Uni menanggapi. "Siapa lagi, tuh orangnya!" Aku menunjuk orang itu dengan ujung daguku. Disana terlihat Titi tengah sibuk menyiapkan makan siang kami. Untung Om enggak memintaku mengerjakan kerjaan rumah tangga seperti Titi. Demi Lord, aku gak becus melakukannya! Kulihat si Titi cukup terampil melakukan semuanya, maklum babu! Pikirku sirik. Baby sitter sama aja dengan bab
TITI POV Mataku membelalak mengetahui Mas Aro pingsan dan jatuh telungkup diatas lantai. Dari balik tubuh Mas Aro yang merosot kebawah aku melihat oknum dibalik kasus pemukulan kepala Mas Aro dengan panci teflon. Ya, pakai panci teflon yang besar dan berat itu. "Maafkan saya, Nyonya kecil. Saya terpaksa." Pak Bas menatapku prihatin, kurasa dia melakukan ini karena ingin menolongku. "Tak apa Pak, tapi sekarang.. apa yang harus kita lakukan?" tanyaku kelu. "Sebaiknya kita taruh Tuan Muda Xander di sofa." Kami memindahkan tubuh Mas Aro di sofa ruang tengah. Mungkin besok aku akan bilang dia pingsan kejatuhan panci penggorengan. Setidaknya aku tak berbohong 100%. "Ada perlu apa Pak Bas kemari?" Dia kan supir Papa mertua, jadi Pak Bas tak tinggal serumah dengan kami. "Oh, Bapak ada perlu dengan seseorang. Sekarang sud
CHOCHO POVAku gak tahu. Apa yang kulakukan ini sudah tepat? Aku hanya mengikuti naluri. Akhir-akhir ini pikiranku kacau. Seperti ada yang membuka pintu otakku dan bilang 'Bangun Chocho!'Semua ini berawal saat aku dan Kak Titi ke desa.Flashback onKami minum air manis yang rasanya getir. Pertama aku minum, lidahku seperti tersetrum. Ctes. Ctesssss...Aku cuek saja. Abis rasanya enak. Kuhabiskan minuman itu. Malam itu Kak Titi menjadi aneh. Lebih nakal. Tapi aku suka dinakalin. Hehehe..Paginya saat bangun aku merasa pikiranku jadi terang. Aku melihat segala sesuatu dengan cara yang berbeda. Aku terbangun dengan tubuh telanjang bulat, demikian pula dengan Titi (nah kenapa pula aku sekarang memanggil hanya namanya, tanpa embel-embel 'Kak'!). Kami berdua telanjang bulat diatas r
TITI POV Sudah seminggu Chocho menghilang, aku stress sekali! Tiap hari aku tak bisa tidur. Peristiwa itu selalu terbayang di benakku. Flashback on Aku menangis saat sadar Chocho telah menghilang. Aku telah mencarinya kemana-mana, tapi dia tak ada di seantero rumah. Akhirnya aku menangis keras disamping mobil Mami mertuaku. "Chocho... Chocho, kenapa kamu pergi begitu saja? Kamu tega meninggalkan Kak Titi disini sendirian?" kataku di sela-sela tangisanku. Sayup-sayup aku mendengar suara lirih seseorang memanggil namaku. Itu suara Chocho. "Chocho! Chocho! Itu kamu kan?" Aku menoleh ke sekelilingku, tapi tak kulihat keberadaan suamiku. Yang muncul justru Mami mertuaku yang mendorongku menjauhi mobilnya. "Minggir! Kau mengotori mobilku saja
TITI POV Mestinya pagi ini kami pulang ke rumah, tapi Chocho merengek tak mau langsung pulang. Dia ingin menghabiskan waktunya bersenang-senang dengan teman barunya sebelum berpisah. "Kak Titi, ntar ya. Ntar ya. Pulang ntar. Chocho mau sama teman-teman dulu. Teman-teman baik. Teman-teman sayang," Chocho merengek sambil bergelendot manja di lenganku. Duh, menggemaskan kan my baby. Mana bisa aku menolak permintaannya. Kucubit kedua belah pipinya dan kugoda dia. "Boleh, tapi mana ciumnya?" Aku menyodorkan pipi kananku. Kalau tahu hubungan kami, mungkin orang-orang bakal mencemoohku yang memperlakukan suami sendiri seperti anak kecil. Tapi bagaimana lagi? Aku suka kebablasan. Abis Chocho imut dan manja seperti balita. Cupppp. Bukannya mencium pipiku, ciuman Chocho justru singgah ke bibirku. Terkadang heran, balitaku suka modus deng
XANDER POVApakah adikku yang mengalami degradasi mental sejak kecil ini sudah sembuh?! Akal sehatku menolaknya! Tak mungkin. Bahkan psikiater yang paling handal saja tak bisa menyembuhkannya!Aku terus mengamati ekspresi di wajah tampan adikku. Perlahan kemarahannya surut, rautnya kembali terlihat polos."Kak Ander kaget? Rasain! Abis kak Ander nakal! Gak boleh gituin Kak Titi! Kak Titi punya Chocho!" omelnya dengan gaya kekanakan seperti biasanya.Nah, sekarang dia berubah lagi! Ini aneh sekali. Kurasa bukan cuma aku yang merasa begitu, Titikoma yang merasa keheranan langsung bertanya tak sabar."Chocho, yang tadi.. bagaimana bisa Chocho bicara seperti itu?""Kak Titi, Chocho niru dari film. Bagus kan?"Chocho nyengir dengan wajah manjanya yang membuatku gerah. Apa raut manja menggemaskan itu yang menyebabkan Titikoma men
TITI POVChocho kangen teman-teman barunya yang ada di panti asuhan. Tapi tak mungkin kan aku membawanya kesana? Tempatnya jauh. Apa kubawa dia ke TK yang dekat perumahan sini? Tak jauh kok, cuma selisih beberapa rumah doang. Chocho butuh bersosialisasi, dan cuma anak-anak kecil nan polos yang bisa menerima Chocho dengan segala kekurangannya.Tapi membawa Chocho kesana diam-diam bisa membuat perkara. Aku harus ijin dulu pada Mas Aro."Mas..."Aku memanggilnya saat Mas Aro menuju mobilnya. Seperti biasa Mas Aro berangkat kerja sangat pagi dan istrinya tak pernah mengantarnya sampai ke mobil."Ada apa?" tanya Mas Aro datar."Ehmm, tentang Chocho. Bukannya dia tanggungjawabku mulai sekarang?" pancingku.Mas Aro menatapku tajam sebelum menjawab, "apa kamu yang membiayai hidup Chocho?"Aku menggelengkan kepalaku. Bagaimana aku sanggu
SETAHUN KEMUDIAN... TITI POV Akhirnya setelah setahun, hati Chocho luluh juga. Dia mau menemui Mommy, di rumah sakit. Yah, penyakit Mommy semakin kronis, dia sedang kritis dan ingin bertemu Chocho di penghujung hidupnya. Meski bersedia datang, Chocho masih terlihat enggan. “Haruskah kita kemari?” tanya sembari menggigit kuku tangannya. Aku menghela napas panjang. Ini ketiga kalinya dia bertanya hal yang sama padaku. “Hanya sekali, temui dia sebentar Chocho. Please..” Aku memohon padanya bukan hanya sekedar demi Mommy mertua, tapi demi Chocho. Supaya di kemudian hari tak ada peny
XANDER POV “Om...” panggil Gladhys yang langsung meralatnya begitu aku melotot padanya, “Xander, aku cuma sekedar mengingatkan.. tak memaksa. Jika kamu ada waktu, kamu boleh mendampingiku kontrol ke dokter kandungan.” Dia mengangkat dagunya angkuh saat aku menatapnya datar. Ck, lagaknya seperti nyonya besar saja. Tapi bukannya kesal, aku justru gemas padanya. Kutowel dagunya hingga wajahnya menghadap padaku. “Apa yang kau harapkan? Aku mengantarmu atau tidak?!” desisku sembari menatapnya lekat. Bibir mungilnya bergerak seakan ingin mengatakan sesuatu yang frontal, namun kembali ter
TITI POV Belakangan ini Chocho sibuk sekali. Entah apa yang dikerjakannya. Dia sering mengadakan meeting bersama orang-orang kepercayaannya. Di satu pihak aku bangga melihat kesuksesan Chocho, tapi di lain pihak aku nyaris tak mengenali Chocho yang sekarang. Bukan berarti cintanya padaku berubah. Aku yakin dia masih mencintaiku seperti dulu. Hanya saja, aku kehilangan sosok Chocho yang polos dan berhati hangat. Dia menjadi keras, dingin, dan sulit mempercayai orang lain. Hanya padaku Chocho masih bisa bersikap hangat dan penuh kasih. Malam ini dia pulang larut, dan segera menemukanku yang tertidur di sofa menungguinya. Dia memandangku penuh cinta, lalu mengecup dahiku.&
GLADHYS POVAku hamil.Tapi tak ada yang menyambut kehamilanku dengan riang gembira. Papa mertuaku hanya mengucapkan selamat dengan wajah datarnya. Sebelas duabelas dengan anaknya yang sekaligus suamiku."Jaga kandunganmu baik-baik."Uni mengangkat sebelas alisnya, gemas."Hanya itu yang dia ucapkan?" cetus Uni menanggapi ucapanku sebelumnya.Aku mengangguk, "mending. Awalnya kupikir dia tak menghendaki bayi kami."Bukan aku yang kesal, malah Uni yang panas hati."Eyke dah bilang, jangan bucin Say. Keluarga suami lo emang gak beres semua! But btw, dimana mom mertua lo. Mestinya dia yang antusias kalau tahu lo hamil."Seharusnya begitu. Tapi udah lama aku gak melihat Mommy."Itulah, dia menghilang. Aku juga heran. Kemana dia gerangan?""Jangan-jangan..." Uni men
XANDER POV Kabar itu sangat mengagetkanku. Titikoma mengalami musibah. Aku juga tak jelas musibah seperti apa yang menimpanya, tapi sepertinya ada kaitannya dengan keterlibatan Mommy di dalamnya. Kali ini Mommy sungguh keterlaluan! Aku harus menegurnya. Namun untuk saat ini aku memutuskan untuk memastikan keadaan Titi. Apakah Chocho dapat mengurusnya dengan baik? Bergegas aku meraih kunci mobilku dan melangkah meninggalkan rumah. Menuju ke mobilku. "Tunggu!" Aku mendengus mendengar seseorang yang berusaha menahan kepergianku. "Om, aku ikut!" Eh, dia bukan berniat memintaku tinggal? Aku tersenyum sinis padanya. "Jangan sembarangan meminta ikut bila kau tak tahu tujuanku hendak kemana! Bagaimana seandainya aku berniat pergi ke tempat pelacuran?" Gladhys balas tersenyum mencemooh, bibirnya yang manyun membuatku gemas ingin meng
TITI POVSudah malam.Chocho masih belum menyusul tidur. Aku penasaran, apa sih yang dilakukannya sedari tadi? Main game di laptop? Secara Chocho asik sekali berkutat dengan laptopnya sejak siang tadi.Kuhampiri Chocho sambil membawakannya camilan tengah malamnya, sate buah."Hei cowok gantengku, bisakah kau berhenti sebentar dari apapun yang kau kerjakan untuk menikmati sate buah manis ini bersamaku?" tanyaku dengan mata mengerling kenes.Chocho melirik dengan gaya menggoda."Ya, buahnya terlihat manis dan menantang."Menantang? Sepertinya itu bukan istilah yang tepat untuk menggambarkan sate buah yang kubawa. Kecuali yang Chocho maksud.. Aku melirik dadaku sendiri. Buah dada? Chocho tertawa terbahak melihat respon yang kutunjukkan. Ohhhhhh, pasti itu yang dimaksudnya!! Astaga, bocah ini berubah jadi mesum sekali! Dengan gemas k
TITI POVChocho pulang dengan wajah muram. Aku balas memeluknya ketika ia memelukku dan menaruh kepalanya di bahuku. Pasti ada sesuatu yang terjadi, seharusnya ia belum saatnya pulang."Chocho, ada sesuatu yang terjadi?" tanyaku lembut."Yang kukhawatirkan terjadi juga, mereka sudah bertindak."Maksudnya mereka itu siapa?"Chocho, siapa yang menganggumu?" tanyaku to the point."Siapa lagi? Mommy!" dengus Chocho kesal.Dia mengangkat wajahnya dan menatapku galau."Titi, apapun yang terjadi jangan lepaskan aku.. seperti Titi melepas Kak Xander!"Oh, dia mulai ketakutan lagi gegara masalah ini. Perpisahanku dengan Mas Aro begitu membekas di hatinya dan menimbulkan trauma. Aku mengelus rambutnya lembut, kutatap dia intens."Kali ini aku akan berjuang, Chocho. Demi cinta kita!" tandasku mantap.Mata Chocho berpijar penuh kebahagiaan men
XANDER POVHari ini Gladhys nampak beda. Dia yang biasanya bersikap acuh padaku, kini berlagak mau jadi istri yang baik. Aku hanya tersenyum sinis menanggapinya. Ada mommy datang menginap ke rumah kami, paling dia hanya pencitraan didepan mertua. Tapi biarlah, kuikuti saja permainannya. Aku menikmati perlakuan manis nan munafik dari istriku.Hari ini Mommy minta diantar ke supermarket, Gladhys merayuku mengantar mereka. Dan disinilah kami, berada di supermarket yang cukup jauh dari rumah kami."Apa tidak ada supermarket yang buka di sekitar rumah kita?" dengusku sinis.Gladys tersenyum manis seraya menepuk pelan pahaku."Sayang, aku sengaja mencari yang lokasinya jauh. Supaya bisa menikmati perjalanan penuh kemesraan bersamamu."Mesra apanya, hah! Istriku sungguh munafik. Namun aku juga tak kalah munafiknya."Baiklah, Sayang. Aku akan menikm
TITI POVKehidupan kami mulai membaik. Berkat pendapatan yang diperoleh Chocho sebagai model, kami bisa menyewa rumah dengan kondisi yang lebih baik. Hari ini kami pindahan, Mas Gino dan Ginuk khusus datang membantu proses pindahan kami. Tapi barang-barang kami gak banyak, jadinya Ginuk malah bantuin makan doang. Hehehe.."Haishhhh, iki toh jajanan yang ta lihat di tivi. Ternyata begini rasanya, enakan jemblem!" komentar Ginuk sambil mengunyah telo kekinian yang diolah secara modern."Bilangnya ndak enak, tapi ya kamu abisno, Dek," timpal Mas Gino, meledek adiknya yang gembul."Eman toh, daripada mubazir! Yang kurus-kurus macam Chocho sama Titi pasti ndak sanggup makan banyak," kilah Ginuk."Halah, alasan! Bilang aja doyan," aku ikut menggoda Ginuk.Kucubit pipi tembemnya, hingga dia greget. Ginuk mengejarku yang berlari menghindari cubitan balasannya. Jiahhhh, aku