TITI POV
Sudah seminggu Chocho menghilang, aku stress sekali! Tiap hari aku tak bisa tidur. Peristiwa itu selalu terbayang di benakku.
Flashback on
Aku menangis saat sadar Chocho telah menghilang. Aku telah mencarinya kemana-mana, tapi dia tak ada di seantero rumah. Akhirnya aku menangis keras disamping mobil Mami mertuaku.
"Chocho... Chocho, kenapa kamu pergi begitu saja? Kamu tega meninggalkan Kak Titi disini sendirian?" kataku di sela-sela tangisanku.
Sayup-sayup aku mendengar suara lirih seseorang memanggil namaku. Itu suara Chocho.
"Chocho! Chocho! Itu kamu kan?" Aku menoleh ke sekelilingku, tapi tak kulihat keberadaan suamiku. Yang muncul justru Mami mertuaku yang mendorongku menjauhi mobilnya.
"Minggir! Kau mengotori mobilku saja
Titi tak sadar kalau Chocho mulai berubah. Gemas gak sih? Hehehe...
TITI POV Mestinya pagi ini kami pulang ke rumah, tapi Chocho merengek tak mau langsung pulang. Dia ingin menghabiskan waktunya bersenang-senang dengan teman barunya sebelum berpisah. "Kak Titi, ntar ya. Ntar ya. Pulang ntar. Chocho mau sama teman-teman dulu. Teman-teman baik. Teman-teman sayang," Chocho merengek sambil bergelendot manja di lenganku. Duh, menggemaskan kan my baby. Mana bisa aku menolak permintaannya. Kucubit kedua belah pipinya dan kugoda dia. "Boleh, tapi mana ciumnya?" Aku menyodorkan pipi kananku. Kalau tahu hubungan kami, mungkin orang-orang bakal mencemoohku yang memperlakukan suami sendiri seperti anak kecil. Tapi bagaimana lagi? Aku suka kebablasan. Abis Chocho imut dan manja seperti balita. Cupppp. Bukannya mencium pipiku, ciuman Chocho justru singgah ke bibirku. Terkadang heran, balitaku suka modus deng
XANDER POVApakah adikku yang mengalami degradasi mental sejak kecil ini sudah sembuh?! Akal sehatku menolaknya! Tak mungkin. Bahkan psikiater yang paling handal saja tak bisa menyembuhkannya!Aku terus mengamati ekspresi di wajah tampan adikku. Perlahan kemarahannya surut, rautnya kembali terlihat polos."Kak Ander kaget? Rasain! Abis kak Ander nakal! Gak boleh gituin Kak Titi! Kak Titi punya Chocho!" omelnya dengan gaya kekanakan seperti biasanya.Nah, sekarang dia berubah lagi! Ini aneh sekali. Kurasa bukan cuma aku yang merasa begitu, Titikoma yang merasa keheranan langsung bertanya tak sabar."Chocho, yang tadi.. bagaimana bisa Chocho bicara seperti itu?""Kak Titi, Chocho niru dari film. Bagus kan?"Chocho nyengir dengan wajah manjanya yang membuatku gerah. Apa raut manja menggemaskan itu yang menyebabkan Titikoma men
TITI POVChocho kangen teman-teman barunya yang ada di panti asuhan. Tapi tak mungkin kan aku membawanya kesana? Tempatnya jauh. Apa kubawa dia ke TK yang dekat perumahan sini? Tak jauh kok, cuma selisih beberapa rumah doang. Chocho butuh bersosialisasi, dan cuma anak-anak kecil nan polos yang bisa menerima Chocho dengan segala kekurangannya.Tapi membawa Chocho kesana diam-diam bisa membuat perkara. Aku harus ijin dulu pada Mas Aro."Mas..."Aku memanggilnya saat Mas Aro menuju mobilnya. Seperti biasa Mas Aro berangkat kerja sangat pagi dan istrinya tak pernah mengantarnya sampai ke mobil."Ada apa?" tanya Mas Aro datar."Ehmm, tentang Chocho. Bukannya dia tanggungjawabku mulai sekarang?" pancingku.Mas Aro menatapku tajam sebelum menjawab, "apa kamu yang membiayai hidup Chocho?"Aku menggelengkan kepalaku. Bagaimana aku sanggu
TITI POVAkhirnya aku dan Chocho dipindahkan kevilla keluarga Edisson yang berada di kaki bukit. Dih, letak villa ini betul-betul terpencil.Di belakang villa ada perkebunan anggur yang amat luas. Yang dibatasi pagar yang besar dan amat tertutup. Pokoknya villa ini sangatlah terkucil. Mau masuk ke villa saja kita harus melewati taman yang memerlukan waktu sepuluh menit untuk melaluinya. Itu pun dengan menggunakan mobil.Mengapa bulu kudukku jadi bergidik? Villa ini seram! Mirip villa-villa yang pernah muncul di film horror."Pak Bas, apa villa ini pernah dipinjam untuk keperluan syuting film hantu?" tanyaku kepo.Pak Bastian tersenyum geli sebelum menjawab pertanyaanku, "tidak, Nyonya kecil. Keluarga Edisson tak butuh uang hingga harus menyewakan villa kepada pihak lain. Lagipula, Nyonya kan tahu, keluarga ini amatlah tertutup."Iya juga, sih. Ken
TITI POVSuara kukuruyuk ayam tak berhasil membangunkan diriku. Tapi tangan Chocho yang mengguncang bahuku berhasil membuatku terbangun."Kak Titi, Kak Titi! Chocho takut!"Aku membuka mata malas. Jam berapa sekarang? Aku baru tidur jam tiga subuh, setelah selesai memberi obat maag pada Chocho sekaligus menyuapinya bubur. Lalu nidurin dia. Elah, nidurin dalam arti sebenarnya loh. Jangan berpikir yang tidak-tidak.Ternyata sekarang pukul delapan. Berarti aku telah tertidur selama lima jam. Lumayan lah."Takut apaan, Sayang. Udah terang juga. Gak ada hantu di siang bolong!"Chocho tak menjawab, tapi dengan wajah ketakutan ia menunjuk ke suatu arah. Anjrit, kupikir ada hantu betulan! Ternyata yang ditunjuk Chocho adalah Bik Tinah! Dih, seenaknya saja dia main nyelonong ke kamar orang. Gak sopan banget!"Bibik, mau apa masuk k
XANDER POVRumah terasa berbeda setelah adikku, Chocho, dan Titi dibawa pergi. Seakan ada sesuatu yang kurang lengkap disini. Ada yang kosong di relung hatiku. Aku merindukan mereka.Mereka? Ya, bukan cuma pada Titi, tapi aku juga merasa kehilangan Chocho. Seakan tak pernah ada perseteruan diantara kami sebelum ini. Kepergian mereka membuatku sadar bahwa aku masih mencintai mereka.Kemarin aku menelpon Titi, dengan hangat Titi menerima panggilanku. Kami berbincang selama setengah jam lebih seakan tak pernah ada masalah diantara kami sebelumnya. Titi menanyakan tentang hantu di vila kuno kami. Ah, ada-ada saja dia! Tapi pembicaraan lewat telepon itu membuat kami kembali dekat. Ganjalan didalam hatiku mulai berkurang.Justru bersama Gladhys yang sering menyebabkan dadaku sesak. Entah mengapa setiap melihatnya membuatku kesal. Seperti sekara
TITI POVKami terlunta-lunta di jalanan.Matahari dengan angkuhnya bertahta diatas membuat cuaca semakin panas. Kami berkeringat, capek dan kelaparan. Aku aja kepayahan, apalagi Chocho. Pasti dia merasa tak nyaman, tapi suami bocahku ini sama sekali tidak mengeluh. Mungkin dia takut kuanggap merepotkan kalau merengek seperti anak kecil. Hanya saja, aku yang tak tega melihatnya kecapaian dengan wajahnya yang pucat."Chocho, kita istirahat di sana yuk.” Aku menunjuk teras satu toko yang masih tertutup.Chocho menggeleng lemah."Tidak, Kak Titi. Chocho masih kuat. Ayo kita jalan!"Dasar, dia sudah kepayahan tapi sok kuat. Biar bocah, Chocho ini tetap lelaki yang gengsinya besar."Mbak, adiknya diajak istirahat dulu saja. Terus kasih makan. Masa berani mengajak anak orang jalan-jalan, nggak dirawat dengan baik!" tegur seo
CHOCHO POVAku dah jual jam itu. Jam pemberian daddy, saat aku ultah. Dari uang hasil jual jam, aku dan Kak Titi bisa ngekos. Sekamar aja. Uangnya harus dihemat, jangan sewa dua kamar! Lagian, aku suka sekamar sama Kak Titi. Dia istriku. Suami istri harus bobok seranjang kan.Jadi menghemat itu bagus. Dan enak! Karena bisa sekamar ama Kak Titi, seranjang ama Kak Titi, sepiring ama Kak Titi. Semua-mua serba berdua, aku suka. Romantis. Eh, betul romantis seperti itu artinya? Tidak tahu. Susah mengartikan, aku cuma bisa merasakan.Pagi ini juga romantis. Kak Titi masak nasi goreng, lalu kami makan berdua. Kak Titi menyuapi aku."Chocho pinter!" Kak Titi menepuk kepalaku pelan.Apanya yang pinter? Cuma masukin makanan ke mulut, bayi juga bisa begituan. Tapi seperti biasa aku gak mau protes. Aku mau j
SETAHUN KEMUDIAN... TITI POV Akhirnya setelah setahun, hati Chocho luluh juga. Dia mau menemui Mommy, di rumah sakit. Yah, penyakit Mommy semakin kronis, dia sedang kritis dan ingin bertemu Chocho di penghujung hidupnya. Meski bersedia datang, Chocho masih terlihat enggan. “Haruskah kita kemari?” tanya sembari menggigit kuku tangannya. Aku menghela napas panjang. Ini ketiga kalinya dia bertanya hal yang sama padaku. “Hanya sekali, temui dia sebentar Chocho. Please..” Aku memohon padanya bukan hanya sekedar demi Mommy mertua, tapi demi Chocho. Supaya di kemudian hari tak ada peny
XANDER POV “Om...” panggil Gladhys yang langsung meralatnya begitu aku melotot padanya, “Xander, aku cuma sekedar mengingatkan.. tak memaksa. Jika kamu ada waktu, kamu boleh mendampingiku kontrol ke dokter kandungan.” Dia mengangkat dagunya angkuh saat aku menatapnya datar. Ck, lagaknya seperti nyonya besar saja. Tapi bukannya kesal, aku justru gemas padanya. Kutowel dagunya hingga wajahnya menghadap padaku. “Apa yang kau harapkan? Aku mengantarmu atau tidak?!” desisku sembari menatapnya lekat. Bibir mungilnya bergerak seakan ingin mengatakan sesuatu yang frontal, namun kembali ter
TITI POV Belakangan ini Chocho sibuk sekali. Entah apa yang dikerjakannya. Dia sering mengadakan meeting bersama orang-orang kepercayaannya. Di satu pihak aku bangga melihat kesuksesan Chocho, tapi di lain pihak aku nyaris tak mengenali Chocho yang sekarang. Bukan berarti cintanya padaku berubah. Aku yakin dia masih mencintaiku seperti dulu. Hanya saja, aku kehilangan sosok Chocho yang polos dan berhati hangat. Dia menjadi keras, dingin, dan sulit mempercayai orang lain. Hanya padaku Chocho masih bisa bersikap hangat dan penuh kasih. Malam ini dia pulang larut, dan segera menemukanku yang tertidur di sofa menungguinya. Dia memandangku penuh cinta, lalu mengecup dahiku.&
GLADHYS POVAku hamil.Tapi tak ada yang menyambut kehamilanku dengan riang gembira. Papa mertuaku hanya mengucapkan selamat dengan wajah datarnya. Sebelas duabelas dengan anaknya yang sekaligus suamiku."Jaga kandunganmu baik-baik."Uni mengangkat sebelas alisnya, gemas."Hanya itu yang dia ucapkan?" cetus Uni menanggapi ucapanku sebelumnya.Aku mengangguk, "mending. Awalnya kupikir dia tak menghendaki bayi kami."Bukan aku yang kesal, malah Uni yang panas hati."Eyke dah bilang, jangan bucin Say. Keluarga suami lo emang gak beres semua! But btw, dimana mom mertua lo. Mestinya dia yang antusias kalau tahu lo hamil."Seharusnya begitu. Tapi udah lama aku gak melihat Mommy."Itulah, dia menghilang. Aku juga heran. Kemana dia gerangan?""Jangan-jangan..." Uni men
XANDER POV Kabar itu sangat mengagetkanku. Titikoma mengalami musibah. Aku juga tak jelas musibah seperti apa yang menimpanya, tapi sepertinya ada kaitannya dengan keterlibatan Mommy di dalamnya. Kali ini Mommy sungguh keterlaluan! Aku harus menegurnya. Namun untuk saat ini aku memutuskan untuk memastikan keadaan Titi. Apakah Chocho dapat mengurusnya dengan baik? Bergegas aku meraih kunci mobilku dan melangkah meninggalkan rumah. Menuju ke mobilku. "Tunggu!" Aku mendengus mendengar seseorang yang berusaha menahan kepergianku. "Om, aku ikut!" Eh, dia bukan berniat memintaku tinggal? Aku tersenyum sinis padanya. "Jangan sembarangan meminta ikut bila kau tak tahu tujuanku hendak kemana! Bagaimana seandainya aku berniat pergi ke tempat pelacuran?" Gladhys balas tersenyum mencemooh, bibirnya yang manyun membuatku gemas ingin meng
TITI POVSudah malam.Chocho masih belum menyusul tidur. Aku penasaran, apa sih yang dilakukannya sedari tadi? Main game di laptop? Secara Chocho asik sekali berkutat dengan laptopnya sejak siang tadi.Kuhampiri Chocho sambil membawakannya camilan tengah malamnya, sate buah."Hei cowok gantengku, bisakah kau berhenti sebentar dari apapun yang kau kerjakan untuk menikmati sate buah manis ini bersamaku?" tanyaku dengan mata mengerling kenes.Chocho melirik dengan gaya menggoda."Ya, buahnya terlihat manis dan menantang."Menantang? Sepertinya itu bukan istilah yang tepat untuk menggambarkan sate buah yang kubawa. Kecuali yang Chocho maksud.. Aku melirik dadaku sendiri. Buah dada? Chocho tertawa terbahak melihat respon yang kutunjukkan. Ohhhhhh, pasti itu yang dimaksudnya!! Astaga, bocah ini berubah jadi mesum sekali! Dengan gemas k
TITI POVChocho pulang dengan wajah muram. Aku balas memeluknya ketika ia memelukku dan menaruh kepalanya di bahuku. Pasti ada sesuatu yang terjadi, seharusnya ia belum saatnya pulang."Chocho, ada sesuatu yang terjadi?" tanyaku lembut."Yang kukhawatirkan terjadi juga, mereka sudah bertindak."Maksudnya mereka itu siapa?"Chocho, siapa yang menganggumu?" tanyaku to the point."Siapa lagi? Mommy!" dengus Chocho kesal.Dia mengangkat wajahnya dan menatapku galau."Titi, apapun yang terjadi jangan lepaskan aku.. seperti Titi melepas Kak Xander!"Oh, dia mulai ketakutan lagi gegara masalah ini. Perpisahanku dengan Mas Aro begitu membekas di hatinya dan menimbulkan trauma. Aku mengelus rambutnya lembut, kutatap dia intens."Kali ini aku akan berjuang, Chocho. Demi cinta kita!" tandasku mantap.Mata Chocho berpijar penuh kebahagiaan men
XANDER POVHari ini Gladhys nampak beda. Dia yang biasanya bersikap acuh padaku, kini berlagak mau jadi istri yang baik. Aku hanya tersenyum sinis menanggapinya. Ada mommy datang menginap ke rumah kami, paling dia hanya pencitraan didepan mertua. Tapi biarlah, kuikuti saja permainannya. Aku menikmati perlakuan manis nan munafik dari istriku.Hari ini Mommy minta diantar ke supermarket, Gladhys merayuku mengantar mereka. Dan disinilah kami, berada di supermarket yang cukup jauh dari rumah kami."Apa tidak ada supermarket yang buka di sekitar rumah kita?" dengusku sinis.Gladys tersenyum manis seraya menepuk pelan pahaku."Sayang, aku sengaja mencari yang lokasinya jauh. Supaya bisa menikmati perjalanan penuh kemesraan bersamamu."Mesra apanya, hah! Istriku sungguh munafik. Namun aku juga tak kalah munafiknya."Baiklah, Sayang. Aku akan menikm
TITI POVKehidupan kami mulai membaik. Berkat pendapatan yang diperoleh Chocho sebagai model, kami bisa menyewa rumah dengan kondisi yang lebih baik. Hari ini kami pindahan, Mas Gino dan Ginuk khusus datang membantu proses pindahan kami. Tapi barang-barang kami gak banyak, jadinya Ginuk malah bantuin makan doang. Hehehe.."Haishhhh, iki toh jajanan yang ta lihat di tivi. Ternyata begini rasanya, enakan jemblem!" komentar Ginuk sambil mengunyah telo kekinian yang diolah secara modern."Bilangnya ndak enak, tapi ya kamu abisno, Dek," timpal Mas Gino, meledek adiknya yang gembul."Eman toh, daripada mubazir! Yang kurus-kurus macam Chocho sama Titi pasti ndak sanggup makan banyak," kilah Ginuk."Halah, alasan! Bilang aja doyan," aku ikut menggoda Ginuk.Kucubit pipi tembemnya, hingga dia greget. Ginuk mengejarku yang berlari menghindari cubitan balasannya. Jiahhhh, aku