Anna terbangun. Dia sudah kembali rapi dengan style formal sebelumnya. Kepalanya masing agak pusing. Mata menyorot Dae Song dan Minzi duduk mematung. Kembaran Dae Jung itu tak berani memandang ke Anna. Minzi pun hanya bisa memilinkan jemari karena gugup. Dia tahu, perempuan berhijab itu menguasai teknik beladiri, bila istri presdir korain tahu ulahnya, tulang-belulangnya pasti di patahkan.
"Apa aku tadi tertidur?" tanya Anna."Ya, Nona," jawab Minzi.Anna beranjak ingin turun dari ranjang, tetapi dia merasa ada aneh di kemaluannya. Agak perih, juga membuatnya tidak nyaman. Dia segera berlalu ke toilet, meraba bagian bawahnya. Ada cairan kering menempel di miss V nya."Apa karena tadi aku mimpi Dae Jung .. Ah, kotornya aku," Anna mengerutu lalu segera membersihkan sisi kemaluannya.Di luar, Dae Song tak henti melotot tajam ke Minzi, mata sipitnya mengisyarakat dia ingin membunuh sekertaris asal Indoensia itu. Namun dia kembali seolah-olah bersikap tanpa salah ketika Anna nampak keluar dari toilet."Aku ingin pulang, Haneul dan Micha pasti menungguku," ajak Anna yang bergegas merapikan tas jinjitnya."Kita semua pulang," ujar Dae Song.Mereka segera kembali ke Soeul. Di perjalanan, Dae Song yang berada duduk di samping Anna tak pernah berhenti mencuri pandang ke tubuh adik iparnya itu.'Apakah benar, aku sudah menikmati tubuh Anna? oh Tuhan, apa aku menumpahkannya di dalam? bagaimana jika Anna hamil? aku bisa di bunuh kakek,' batin Dae Song.Anna memalingkan wajah ke Dae Song. Dalam sekejap pria berhidung lancip itu membuang pandangan keluar jendela mobil. "Kak, besok aku harus menemani Haneul dan Micha ke Mosque, disana juga ada pertemuan sesama penulis Indonesia, aku tidak ingin ikut meeting lagi, ya," ujar Anna.Dae Song berusaha mengasah bakat aktingnya lagi kali ini. Dia harus berpura-pura polos tanpa salah. Meniadakan beban pikiran yang padahal itu tetap menghantuinya setiap saat."Sudah tidak ada meeting lagi, besok aku antar kamu, lagi pula aku juga off dari kantor besok," sahut Dae Song.
Dia tak henti menguras memorinya. Dia tidak ingat bahwa apa saja yang mereka lakukan, gaya apa saja yang dia peragakan, tapi dia ingat rasa itu, rasa nikmat yang luar biasa. 'Ah, andaikan Anna wanita lain aku akan menikahinya malam ini juga, tapi dia istri adikku, kejamnya aku ini padamu Dae Jung,' lirihnya dalam hati. **********.Setiba mereka di rumah korain. Anna di sambut oleh kedua anak kembarnya. Seharian tak bertemu buat Anna rindu celoteh si kembar.
Dae Song memberikan mainan kesekian kalinya untuk kedua ponakannya itu."Ini untuk kalian, jangan suka menangis lagi atau marah pada ibumu dan Bu Nas," kata Dae Song yang beraut wajah tegas. Ini cara agar kedua ponakannya itu tak selalu tantrum.
Dae Song berlari kecil menyusuri tangga. Dia ke kamarnya. Menghempaskan tubuhnya di atas kasur. Tak henti memutar memori atas kejadian tadi siang menimpanya dengan Anna.Ada moment yang tiba-tiba menggeliat di benaknya. Moment di saat dia mencium Anna penuh kelembutan. Pria itu mulai lagi memfantasikan adik iparnya."Anna, aku ingin mengulang itu sekali lagi," gumamnya yang tidak normal lagi berpikir.Tok! Tok! Tok!Ada yang mengetuk pintu kamarnya.
"Shamcon, ayo makan .." suara Haneul memanggilnya.
Dae Song beranjak membuka pintu, di luar sudah ada Haneul di gendong pelayan."Paman ganti baju dulu, ya," kata Dae Song.
Beberapa menit berselang, dia sudah turun ke bawah. Di meja makan sudah ada kakek, Anna, juga si kembar. Melihat Anna, Dae Song bergetar lagi. Takut bila Anna mengingat sedikit moment indah mereka di hotel Inchaeon."Samchonga ..kami dari tadi menunggu," protes Haneul.Dae Song tersenyum mendengar guyonan keponakannya. Dia ikut duduk di kursi kebiasaannya, tepat di depan Anna. Pada saat itu Anna sudah memakai baju terusan dan kerudung instant. Sudah polos tanpa make up, sangat sahaja.Anna sibuk makan sesekali menyuapi anak kembarnya di sisi kiri dan kanan. Bu Nas di biarkan untuk makan lebih leluasa, karena beliau sudah seharian menjaga si kembar bersama kedua pengasuh.Tiba-tiba Micha berkata mengejutkan pada semua pasang telinga saat itu."Oemma, aku mimpi melihat adik bayi, adik bayi ada di perut oemma," kata Micha dengan polosnya.Dae Song langsung tersedak mendengar celetuk keponakannya itu. Dia mulai parno lagi dengan ucapan Micha yang berkata demikian. Sementara itu Anna tertawa mendengarnya."Micha jika ayah sudah bangun, Haneul dan Micha akan punya adik bayi," tukas Anna.Dae Song menelan paksa makanannya. Sangat jelas kepanikan itu teraut di wajahnya. Mata kakek Hang menyelidik."Dae Song, kau sedang ada masalah?" tanya Kakek Hang dengan berbahasa Korea.Dae Song gelagapan. Ah, dia mulai terjebak di situasi yang akan menciptakan kebohongan kecil lagi demi menutupi aib besarnya."Aku melihat ibu hamil," lanjut Micha lantang. Anak Dae Jung itu memang memiliki kelebihan melihat yang terjadi di masa akan datang lewat mimpi.Dae Song meneguk habis air di gelasnya."Aku sudah makan, aku lelah mau tidur," pamitnya naik ke atas kamar.
Tapj sebelum ke kamar, dia mampi ke ruang perawatan Dae Jung. Di sana dia memandangi adiknya dengan setumpuk rasa bersalah. Ini bukan kesalahan dia sepenuhnya, dia hanya mendapat musibah karena obat yang salah alamat, tapi bagaimana pun dia sudah mengerayangi istri adiknya sendiri. "Aku minta maaf ..bagunlah segera agat kita bisa menyelesaikan masalah ini," lirih Dae Song pada Dae Jung yang terlelap.Tidak lama kemudian, ada Anna yang memasuki ruangan rawat suaminya pula. Dae Song tersentak bila ada Anna di dekatnya."Kak, ada disini ternyata," sapa Anna.Dae Song hanya melempar senyum. Anna menarik kursi untuk duduk di samping suaminya."Sayang, tadi Micha mengatakan dia akan punya adik, aku tahu itu pertanda kamu akan segera bangun," tutur Anna.Dae Song mendongakkan wajah ke atas. Mengelabui rasa paniknya. Tapi ada sesuatu yang ingin ia pastikan, bertanya adalah solusi terbaik untuk mengetahui itu."Anna, jika menggunakan alat kontrasepsi, apa wanita masih bisa hamil?" tanya Dae Song memberanikan diri.Sebenarnya Anna agak geli ingin menjawab itu. Namun di pikirannya Dae Song sedang memiliki hubungan dengan perempuan yang mengharuskannya memakai alat penunda kehamilan itu."Tidak akan bisa hamil, Kak. Itu cara menunda kehamilan," jawab Anna.Ada satu kalimat lagi yang harus ia Anna jawab untuk menepis keraguannya."Anna, kau juga memasang alat itu? oh ya, bagaimana caranya?"
Anna memasang mimik masam. Baginya itu hal lancang, tapi dia harus menjawab, mungkin saja jawabannya sangat di butuhkan kakak iparnya. Pikir Anna."Buat apa aku pasang, lagi pula aku tidak pernah berhubungan dengan suamiku, aku tidak memakai itu."Deg!Dae Song keluar dari ruang rawat adiknya tanpa pamit dari Anna. Dia langsung ke kamarnya lalu mengunci rapat-rapat."Ya, Anna pasti akan hamil, dia akan mengandung anakku, semua orang pasti akan tahu kejadian di hotel itu. Tuhan ..aku bisa gila ini," Dae Song meremas rambutnya sendiri.Ini hanya menunggu waktu, dalam hitungan dua bulan ke depan, dia akan mengetahui hasil perbuatannya itu, apa akan membuahkan hasil atau malah meredam musibah, lalu menyimpannya sebagai hadiah terbaik dari Anna.*************Keesokan pagi, Anna bersiap-siap menghadiri acara pertemuan sesama penulis Indonesia. Haneul dan Micha juga sudah rapi. Seperti janji pamannya, Haneul dan Micha menunggu Dae Song di ruang tamu.
Kembaran ayahnya itu turun dengan kaos santai. Dari jauh matanya menyorot Anna yang sedang merapikan kerudungnya di cermin dinding."Kita berangkat sekarang," kata Dae Song menenteng kedua tangan keponakannya.Setiba di mesjid Seoul, mereka segera turun dari mobil. Dae Song menggedong Haneul sementara Anna menggendong Micha. Di atas lantai dua, sudah banyak para penulis menunggu Anna. Sembari menggendong kedua keponakannya, Dae Song mengantar Anna ke atas lantai dua."Aku tunggu kalian di bawah," kata Dae Song."Disini saja kak, sekalian dengar siraman qalbu," imbu Anna.Dae Song senyum masam. "Lain kali saja, aku malu," cetusnya."Kali aja di dalam ada yang buat Kak Dae Song naksir," imbuh Anna.Dae Song senyum masam, 'kamu akan hamil anakku Anna, bagaimana bisa kau inginkan aku dengan orang lain,' lirihnya dalam hati."Kak, ayo masuk," pinta Anna."Nanti saja, aku turun dulu, kalian berdua jangan susahkan ibumu," ucap Dae Song pada si kembar.Di berlalu turun ke bawah lagi. Duduk menepi kursi sudut di kantor federal. Dari arah belakang, dia di kagetkan dengan k
Zura masih menunggu jawaban Anna, tetapi istri Kim Dae Jung itu hanya diam. Mimik wajahnya kebingungan. Dae Song yang merasa tidak nyaman, mencoba menjawabnya."Ruh? Ruh itu sudah di tempat masing-masing, ayo Anna, kita pulang," ajaknya.Zura mencegat tangan Anna, itu karena desakan Dae Jung padanya."Jangan pergi dulu, Nona. Saya mohon dengarkan dulu, percayalah, ketika keluarga kita ada yang koma ruhnya ada di sekitar kita," tutur Zura.Anna termangu, dia pernah mendengar hal ini di katakan oleh Bu Nas, bahwa ruh Dae Jung bisa saja mengawasinya setiap saat."Katakan pada Anna, aku selalu melihatnya dan anak-anakku," ujar Dae Jung pada Zura agar memberitahu Anna.Zura menatap ke arah Dae Jung, " Aku mau jelaskan dulu," kesal Zura.Anna dan Dae Song menyerngit melihat Zura berbicara sendiri pada pandangan kosong di samping, Dae Song menggeleng-gelengkan kepala, perempuan bercadar itu sud
Tiba di rumah, Anna langsung ke dapur meletakkan semua minuman kewanitaannya di kulkas. Dari jauh mata Dae Song mengamati adik iparnya itu. Dia bahkan lelah untuk berpikir dengan resiko nanti. Otaknya tak berfungsi lagi untuk yang lain, hanya Anna dan kehamilan yang menguasai pikirannya.'Aku benci diriku sendiri yang mesum ini!' Dae Song menghardik dirinya dalam hati.Micha menarik tangan pamannya. "Samchon, kau kenapa selalu melihat ibuku?" tanya gadis kecil itu.Dae Song tertegun. Anak sekecil Micha saja mampu menebak bahasa tubuhnya, dia pria yang memang tak pandai berlakon."Anak kecil, paman bukan melihat ibumu, paman melihat kulkas yang sudah tua itu," sahut Dae Song.Bu Nas juga mengamati gelagat Dae Song, suatu kesimpulan yang masih sama seprti dulu, 'Dae Song masih menyukai Anna,' batinnya.Dae Song beranjak naik kelantai dua, dia menuju ke ruang kerjanya. Tak ada niat melakukan sesua
Dae Jung perlahan melangkah ke Anna. Dengan tatapan meyendu, dia mengenyahkan butiran air mata itu dari pipi istrinya. Sama seperti dulu, tak rela bila harus melihat Anna bersedih, tak ingin kecantikan istrinya tertutupi oleh gelayut kesedihan."Katakan padanya, berhentilah menangis," pinta Dae Jung pada Zura."Kata suami Nona, berhentilah menangis," ucap Zura melanjutkan kalimat Dae Jung.Anna menutup wajag dengan kedua telapak tangannya. Zura baru ia kenal telah meliha kelemahannya sebagai seorang istri. Rasa lemah yang selama ini ia pendam bertahun-tahun. Tak menampakkan ke siapa pun, termasuk kepada kedua anaknya."Suamiku posisinya sekarang dimana?" tanya Anna."Di samping kanan, Nona, sedang mengusap air mata Nona," jawab Zura menunjuk ke arah kosong itu.Ponsel di saku Anna berdering, dia menyingkir sejenak. Sementara Dae Jung kembali ke Zura, "Terima kasih Zura, sudah membantuku,"
Suara Micha menyeru sembari mengetuk pintu. Anna mengerjap dengan panik, melirik ke jam dinding, waktu berlalu sudah tiga jam, saat itu Dae Jung masih tetap setia menjaga Anna ketika terlelap.Mata Anna memutar sana-sini, mencari udara hangat yang menandakan letak posisi suaminya."Apa kamu masih disini?" tanya Anna.Lagilagi Dae Jung menghembuskan nafas di leher Anna buat istrinya itu mengetahui keberadaannya."Micha memanggilku, ayo lihat anak kita," ujar Anna seraya turun dari ranjang.Pintu di buka Anna, mata Micha menyorot ruh ayahnya dari luar, dia terkesiap, mengira ruh itu adalah paman Dae Songnya."Oemma, tidur dengan samchon," lirih Micha dengan suara khasnya.Anna membungkam mulut anaknya. Dia terkejut putrinya bisa melihat sosok ruh Dae Jung. Tangan Micha ia tarik masuk ke kamar lalu mengunci pintu itu lagi."Micha bisa melihat ayah?" tanya Anna.Micha memandangi soso
Seminggu kemudian, Anna sudah bersiap-siap ke Kota Daegu. Di dampingi Jun Hyun, pemandu LPH (Lembaga Private High) sebagian telah berangkat terlebih dulu. Anna yang begitu antusias,l karena ia tahu ruh Dae Jung akan ikut bersamanya, pengulangan kenangan terulang, di Duryu Park tempat Dae Jung mengutarakan cinta dan janjinya.Dae Song dan Ji Yeong saat itu sedang di Singapura, mereka meninjau perusahaan Korain yang terancam pailit. Di rumah hanya akan ada Bu Nas dan pelayan lainnya menemani Haneul dan Micha di rumah, tentu menjaga raga Dae Jung yang masih berbaring lelap.Di bawah sudah ada Jun Hyun menunggu. Pria bermata sipit itu sangat tampan dengan jaket rajut, saat itu telah memasuki musim gugur."Apakah kau ingin mengikutiku?" tanya Anna pada ruh suaminya yang tak terlihat. Dae Jung menghembuskan udara hangat lagi di belakang telinga istrinya, menandakan keinginannya mengikuti setiap langkah Anna.
Anna di bawah ke klinik terdekat, Jun Hyun masih menunggu hasil pemeriksaan dokter, dia sudah menginformasikan itu pada Bu Nas. Pak Lee dan beberapa pengawal akan menjemputnya dengan menunggunakan jet pribadi. Dokter di klinik itu keluar dengan wajah senyum berbinar, dia membawa beberapa hasil catatan kesehatan Anna untuk di berikan pada Jun Hyun. " 그는 어때?""geuneun eottae?"("Bagaimana kondisinya?") "몸이 약하고 많이 쉬어야 하고, 임신 중이라 당연하다.""mom-i yaghago manh-i swieoya hago, imsin jung-ila dang-yeonhada"("Tubuhnya sangat melemah, dia harus banyak istirahat, itu wajar bila sedang hamil") "임신? 어떻게 그럴 수 있어? 불가능해, 확실히 틀렸어.""imsin? eotteohge geuleol su iss-eo? bulganeunghae, hwagsilhi teullyeoss-eo."("Hamil? bagaimana bisa? itu tidak mungkin") Jun Hyun terkejut, siapapun yang mengenal Anna akan bereaksi sama dengannya. Dae Jung menghampiri dokter itu juga. "그녀는 실제로 임신했습니다. 당신은 그녀의 남편이 아닌가요?""geu
Malam itu Anna terbangun dari pingsannya, saat itu juga Dae Jung tak ada kembali menyusup ke raganya untuk sementara, memulihkan tenaga sejenak.Dae Song yang tiba di rumah segera menemui Anna, di tangga dia berpapsan dengan Bu Nas."Bagaimana, Bu Nas?" tanya Dae Song berbisik."Nona Anna sudah sadar, dia ada di kamarnya," jawab Bu Nas."Apakah rahasia ini masih tersembunyi?" tanya Dae Song."Tuan, apakah anak yang di kandung Nona Anna itu anak--" kalimat Bu Nas di cegat oleh Dae Song."Iya, itu anakku, nanti aku jelaskan Bu Nas,"Dae Song berlari kecil menuju kamar Anna, Bu Nas terkesiap, mendengar jawaban Dae Song dia termangu, Bu Nas sudah kehilangan akal sehat memikirkan musibah baru korain. Ini sangat tidak masuk akal cinta segi tiga antara kedua anak Rifasya."Bagaimana bis aitu terjadi di antara mereka? oh Tuhan, Tuan Kim," gumam Bu Nas memikirkan nasib Dae
Dae Song dan anak buahnya menuju tempat tinggal Rini, dengan bantuan manajer di perusahaanya, Dae Song dapat mengetahui tempat tinggal Rini yang sebenarnya. Selama ini Rini hanya mencantumkan alamat kontrakannya menjadi riwayat pribadi untuk kantornya. Setiba di gang yang sulit di akses oleh kendaraan roda empat, salah seorang anak buah Dae Song keluar dari mobil untuk mencari cara, tetapi tak ada jalan lain selain jalan yang di depan mereka."Tidak ada jalan lain, Tuan. Hanya ini akses satu-satunya," ucapnya."Kalau begitu kita jalan kaki saja, kata kamu kamu rumahnya sudah tidak jauh lagi 'kan?""Iya Tuan, hanya jarak seratus meter lagi.""Kalau begitu kita turun, kita jalan kaki saja," usul Dae Song yang keluar dari mobilnya.Anak buahnya mengelilingi Dae Song agar tuan mereka tetap terjaga. Masyarakat disekitar gang itu mulai grasak-grusuk, mereka terheran dengan kedatangan pria yang amat menonjol sebagai bos besar. Dae Song dan anak buahnya tetap berjalan, tidak menanggapi sapaa
Di Indonesia, Dae Song masih setia menunggu hasil pemeriksaan dari dokter, Zura mulai membaik secra kesehatan, namun secara psikis butuh waktu yang panjang untuk menerima kenyataan bahwa dia telah kehilangan kesuciannya secara sadis. Zura bahkan seringkali terpikirkan untuk mengakhiri hidupnya, Dae Song yang selalu diliputi rasa bersalah, selalu saja Dae Song menyudutkan diirnya dengan peristiwa yang menimpa Zura. Dae Ssong tetap disamping Zura, memberi dukungan moril,selain itu Zura juga tidak memiliki keluarga lagi di Indonesia.Dae Song menganggap dirinya sebagai kakak bagi Zura saat ini . "Kamu akan baik-baik saja, Zura.. Ada aku disini," ucap Dae Song menenangkan Zura."Aku sudah tidak berharga lagi, aku suda hina.." Zura tetap mencaci-maki dirinya sendiri."Tidak begitu, Zura.Kamu tetap berharga, kok. Zura yang dulu dan yang sekarang tetaplah sama, tidak ada yang berubah, kesucian seperti itu hanya kiasan sema
Usai dari kebun binatang, mereka tidak langsung pulang ke rumah, sejenak Dae Jung mengajak Anna dan kedua anaknya mampir di restoran milik sahabatnya. Micha dan Haneul begitu bersemangat memasuki restoran milik sahabat Ayahnya."Hati-hati sayang, nanti kamu tersandung," ujar Anna.Dae Jung melirik ke Anna yang sedang membawa beban berat bayi dalam perutnya."Seharusnya kalimat itu ditujukan padamu, berhati-hatilah, kamu sedang membawa tanggungjawab," timpal Dae Jung. Ia cemburu, tapi bagaimanapun bayi di dalam kandungan Anna adalah keponakannya, yang ia sayangi seperti Micha dan Haneul.Anna tergugah, dia menyunggingkan senyuman lebar karena ucapan Dae Jung persis ucapan Dae Song sewaktu mengandung si kembar, yang pada kala itu Dae Jung terbaring koma."Kau telah melewati masa ngidammu?" Tanya Dae Jung."Ia, sepertinya," sahut Anna.Dae Jung mengangguk-anggukkan kepalanya, dia berlalu menghampiri sahabatnya yang pemilik restoran Jepang itu. Anna duduk bersama si kembar, Micha yang bah
Mereka sudah tiba di kebun binatang, Dae Jung sudah menyiapkan kamera untuk mengambil setiap momen Anna dan si kembarnya. Dae Jung berjalan disamping Anna yang sedang mengontrol anak-anaknya. Dae Jung dan Anna mengunci mulutnya masing-masing, liburan kali ini amat berbeda dari keluarga kawan-kawan Haneul dan Micha yang lain. Kedua orangtuanya malah kaku, bak seseorang yang baru saja saling kenal."Ayah, Ibu, lihat sana," teriak Micha menunjuk ke arah monyet yang bergelantungan.Anna berlari kecil ke arah kedua anaknya, takut jika anak-anaknya lepas kontrol dari guru yang mengawasi saat itu. Sementara Dae Jung berjalan tenang dibelakang sana, pikirannya tetap saja berkecamuk, dia berharap jika situasi itu segera berubah, bukan hanya sekedar sandiwara didepan kedua anaknya, melainkan mereka adalah keluarga utuh yang lengkap."Dia kenapa memilih berjalan di belakang?" Gumam Anna yang bingung melihat tingkah Dae Jung.Karena tak mampu mengawasi si kembar sendirian, Anna bergegas menghampi
"Saya akan jelaskan secara detail di kantor polisi, kita tidak bisa bicara disini, Pak Dae Song diharapkan sore ini ke kantor, setelah urusannya telah selesai," ucap salah seorang petinggi di kepolisian di kota itu."Baiklah, Pak. Saya sedang menyelesaikan masalah dengan kolegaku juga siang ini, mohon bantuannya agar masalah ini cepat selesai," sahut Dae Song.Dae Song dan polisi keluar dari ruangan dokter, dia berpisah jalan dengan pihak berwajib itu ketika menyusuri lorong rumah sakit, sesaat Dae Song ke depan ruangan ICU tempat Zura melakukan perawatan lanjutan sebelum dipindahkan ke ruangan pemulihan. Pria itu menatap pintu ruangan ICU dengan hembusan nafas lega, sedikit demi sedikit dia mengontrol masalah mental Zura yang hancur karena pemerkosaan."Tuan, mobil sudah siap, mari kita berangkat sekarang," ucap salah satu pengawalnya.Dae Song mengangguk, dia berjalan keluar dari rumah sakit itu di dampingi kelima bodyguardnya, para awak media tetap saja menunggu pernyataan Dae Song
Dae Song tercengang dengan penuturan Zura, dia tidak menyadari betapa pedulinya Zura terhadapnya walaupun hubungan mereka hanya sebatas sekretaris dan bos semata."Seharusnya kau tidak perlu peduli seperti itu, jika aku tahu, aku akan melarang mu,," ucap Dae Song.Zura tersenyum sinis, dia menghardik dirinya sendiri dalam hati, memang tidak seharusnya ia menuangkan perhatian lebihnya kepada Dae Song, pria yang sudah beristri. "Aku memang bodoh, karena kebodohanku, aku dihukum seperti ini, aku bodoh karena mengikuti perasaanku," gumamnya.Dae Song menelisik kalimat Zura, dia tidak mengerti makna dari ucapan sekretarisnya itu."Maksud kamu apa, Zura?""Tinggalkan aku sendiri, Pak. Aku bisa mengurus diriku sendiri, pergilah mengurus urusanmu, dan keluargamu," kata Zura tanpa menoleh ke Dae Song.Dae Song tetap ingin bertahan di ruangan rawat Zura, dia tidak ingin meninggalkan Zura yang sudah menjadi tanggungjawabnya, dia yang mengajak Zura untuk dinas ke Indonesia, Dae Song juga tahu Zu
Siang itu Dae Song dikejutkan oleh ketukan keras dari pintu kamarnya, dia yang kelelahan tak menyadari dia telah kesiangan, salat subuh pun terlewat olehnya. Dae Song membangunkan diri seraya mengerjapkan matanya."Hmm, tunggu," ujarnya pada seseorang yang mengetuk pintu.Setelah mencuci wajahnya, Dae Song beranjak membuka pintu, ternyata seseorang yang membangunkannya adalah Pak Ben, sopir pribadinya. "Maaf Tuan, ada berita dari rumah sakit, Zura katanya sudah siuman," ucap Pak Ben.Mata Dae Song yang tadinya menahan kantuk seketika nahterbelalak."Yang benar, Pak Ben?!""Saya juga kurang tahu, Tuan. ini hanya informasi dari bodyguard Tuan katanya dari pihak rumah sakit memberitahukan mereka, Tuan Dae Song diminta untuk ke rumah sakit," jelas pria berkulit sawo matang itu."Baik, tunggu saya dibawah Pak Ben, saya akan bergegas ke rumah sakit, mau mandi dulu," kata Dae Song.Tapan membuang waktu, Dae Song segera mandi, dia hanya memakai kaos oblong hitam dan jaket agar terlihat lebih
"Lupakan, aku tidak bisa diwawancarai saat ini," sergahnya.Pihak kepolisian yang turun tangan melayani wartawan, manager Dae Song ikut mendampingi, mereka menjelaskan rentetan peristiwa itu namun tidak secara gamblang mengungkapkan bahwa korban telah diperkosa. Dae Song tetap meminta kepada pihak kepolisian agar kehormatan Zura tetap terjaga."Kalian tetap disini, aku akan kembali ke rumah, jika penyelidikan pihak kepolisian suatu selesai, kalian boleh pulang," ucap Dae Song kepada managernya.Dae Song menuju ke mobilnya, disetiap langkahnya selalu saja berhasil dipotret oleh wartawan. Dae Song bahkan ngedumel didalam hati karena sikap wartawan yang kurang sopan."Sepertinya lebih enak hidup di Seoul jika seperti ini," gerutunya ketika berhasil masuk ke mobil.Sopirnya melajukan mobil, menerobos kerumunan wartawan yang seakan mencegat kepergian Dae Song. Pak Ben, sengaja membunyikan klakson berkali-kali. Dengan bantuan polisi, mobil yang tumpangi Dae Song dan kedua mobil pengawalnya
Dae Song menatap Rini penuh curiga, bukan menuduh karyawannya itu berbuat jahat kepada Zura, tetapi gelagat Rini menujukkan ketidaknyamanan ketika rekna lainnya menanyakan tentang Zura."Apakah kau pernah keluar bersama Zura diluar jam kerja?" Tanya Dae Song lagi."Ti-tidak pernah, Pak." Rini. tetap lada jawaban yang sama.Salah seorang rekan lainnya tak Terima, " Ini anak pelupa, aku pernah lihat dia bersama Zura di toko souvenir sana, sekali doang sih, Pak."Rini menundukkan kepala, dia tidak berani menyanggah pengakuan temannya. Dae Song tak berniat menanyakan tentang Zura."Baiklah, kalian lanjutkan makan kalian, aku ingin kembali mengecek keadaan Zura," ucap Dae Song.Dae Song mengeluarkan sejumlah uang untuk membayar makanan dan minuman para karyawannya."Jika ada yang ingin menambah makanan, silahkan," ujarnya.Dae Song memilih bubar dari perundingan bersama karyawannya, dia kembali menyusuri lorong rumah sakit. Namun dia terhenti ketika mendapatkan jalan persimpangan. Dae Song