Zura masih menunggu jawaban Anna, tetapi istri Kim Dae Jung itu hanya diam. Mimik wajahnya kebingungan. Dae Song yang merasa tidak nyaman, mencoba menjawabnya.
"Ruh? Ruh itu sudah di tempat masing-masing, ayo Anna, kita pulang," ajaknya.Zura mencegat tangan Anna, itu karena desakan Dae Jung padanya."Jangan pergi dulu, Nona. Saya mohon dengarkan dulu, percayalah, ketika keluarga kita ada yang koma ruhnya ada di sekitar kita," tutur Zura.Anna termangu, dia pernah mendengar hal ini di katakan oleh Bu Nas, bahwa ruh Dae Jung bisa saja mengawasinya setiap saat."Katakan pada Anna, aku selalu melihatnya dan anak-anakku," ujar Dae Jung pada Zura agar memberitahu Anna.
Zura menatap ke arah Dae Jung, " Aku mau jelaskan dulu," kesal Zura. Anna dan Dae Song menyerngit melihat Zura berbicara sendiri pada pandangan kosong di samping, Dae Song menggeleng-gelengkan kepala, perempuan bercadar itu sudah di anggapnya gila."Ayo Anna, kita pulang, mungkin dia sedang banyak masalah," ujar Dae Song menarik tangan untuk masuk ke dalam mobil."Hei, jangan sentuh istriku!" Umlat Dae Jung, meski suaranya begitu nyaring, namun tetap saja Anna dan Dae Song tak mendengarnya.Zura mematung. Dia paling tidak suka di ragukan kemampuan khususnya. "Zura, tolong jelaskan ke istriku, ku mohon," pinta Dae jung. Namun mobil mewah Dae Song sudah melaju meninggalkan mereka.Harapan Dae Jung hari ini pupus lagi. Matanya berkaca-kaca. Anna dan si kembarnya belum tahu dengan hadirnya setiap siang hari. Zura ibah merasa ibah pada ruh malang itu. Dia melangkah ke arah Dae Jung."Maaf, Kembaran itu sangat menyebalkan, aku tersinggung di buatnya," protes Zura.Dae Jung menghela nafas. Ini bukan akhir dari segalanya. Masih ada waktu untuk menjelaskan lagi pada Anna. Zura sudah berusaha membantunya, namun teori dunia metafisik kadang buat orang ragu akan hal itu, termasuk Anna dan Dae Song."Masih ada lain waktu, tapi kamu bisa bantu aku lagi, 'kan?" tanyanya."Iya, InshaAllah, tapi kalau aku ingin bertemu istrimu lagi, itu ketika kembaranmu tak ada di sampingnya."Ruh Dae Jung melemah, sinar matahari membakar habis tenaganya. Dia segera berlari untuk berteduh di lantai satu mesjid. Zura menyusulnya dari belakang, dia ingin banyak tahu tentang ruh tampan itu. Kehidupannya, karena bila mendengar tutur bicaranya, pria itu sangat beribawa."Kau kehilangan tenaga?" tanya Zura."Sedikit," sahut Dae Jung."Ah, istrimu cantik sekali, kau sangat beruntunh memilikinya, dia seperti bidadari surga," puji Zura bila mengingat raut wajah Anna meneduhkan.Dae Jung tersenyum. Ya, dari dulu dia sangat beruntung memiliki Anna, di antara banyaknya laki-laki menyukai Anna, dialah yang di percayakan untuk menjadi imam untuk jelmaan Yama di abab 21 itu."Anna sosok inspirasi korain bak musim semi di Pulau Jeju," lirih Dae Jung."Kau pria romantis, tapi kenapa kembaranmu sangat menyebalkan?!" Dae Jung tertawa, lesung pipi di sisi kanannya timbul sejenak. " Karakter kakakku memang seperti itu, tapi hatinya sangat baik, jika kamu mau setelah aku sadar, aku bisa jodohkan kamu nanti," kata Dae Jung."Sit! Tidak!" Zura menolak mentah-mentah tawaran Dae Jung. Dae Jung tahu, sampai sekarang Dae Song belum memiliki kekasih, kakaknya itu terlalu sibuk mengurus perusahaan juga menggantikan perannya sebagai penjaga Anna juga kedua anaknya. "Oh ya, biasanya orang koma punya alasan belum juga sadar, alasan kamu apa?" tanya Zura yang begitu penasaran."Paru-paru yang di donorkan padaku tidak cocok, paru-paru itu menolak kerja sama dengan tubuhku, makanya aku harus memberitahu Anna, aku bisa sadar kembali ketika paru-paru itu di ganti lagi dengan yang baru," jelas Dae Jung, itulah yang di katakam oleh salahsatu malaikat membawa wahyu yang menyampaikan pesan padanya.Zura terkesiap. Pria di hadapannya ini pasti tipe manusia yang sangat baik, bisa di beri kesempatan untuk hidup, itu kumpulan doa orang-orang yang baik pula padanya."Kau beruntung, di antara ruh yang berkeliaran mereka hanya bisa menangis gentayangan menyesali perbuatannya. Mereka tidak ikhlas karena banyak dosa," imbuh Zura bila melihat banyak ruh yang ia lihat meninggal secara tragis dan ruhnya pun menangis penuh penyesalan."Aku baik karena ajakan istriku, makanya aku tidak ingin meninggalkan dia, kami maish punya banyak janji dan tujuan untuk kebaikan hidup," tangkas Dae Jung meyakini dia akan kembali bersama Anna mendidik kedua anaknya menjadi anak yang bisa berguna pada orang-orang di sekitarnya.*********Di dalam mobil, Haneul dan Micha bermain di jok belakang. Anna dan Dae Song yang berada di depan saling mengunci mulut. perempuan berhijab itu masih memikirkan kalimat-kalimat Zura yang ia rasa benar adanya.
'Aku harus bertemu dia lagi,' lirih Anna dalam hati. Dia akan mengunjungi Zura esok hari. Melepas rasa penasaran yang mungkin saja tak bisa membuatnya tidur nyenyak.Sementara Dae Song, tak henti melirik ke perut Anna. Dia membayangkan bila Anna benar hamil, lalu "Ahhk!" Kakinya menginjak rem mendadak. Dae Song memekik sendiri buat Anna dan si kembar terkejut."Samchonga, kau kenapa?" tanya Haneul.Anna memberi tatapan menyelidik. Dia melihat ada yang aneh lagi pada kakak iparnya itu."Dari kemarin Kak Dae Song banyak pikiran," gumam Anna.
Dae Song membuang wajah. Dia tak ingin di pandangi Anna seperti itu, bisa-bisa jika sudah tak tahan lagi, dia akan jujur tentang peristiwa di hotel itu.
"Kak Dae Song punya masalah?" tanya Anna.
Dae Song mengeleng. 'Ini bukan masalahku sendiri, tapi juga akan jadi masalahmu,' ujarnya dalam hati
Dia kembaki melajukan mobilnya. Pikirannya sungguh kacau, bukan hanya Korain Group yang harus ia tanganu bersama Ji Yeong. Tetapi Anna pun ikut larut dalam masalah pribadinya, bayang-bayang kehamilan Anna akan menghnatuinya sebulan kedepan, hanya menunggu waktu saja. Apakah benihnya itu tumbuh di dalam rahim perempuan hebat itu atau gugur tak berarti untuk menjaga kerahasiaan intim keduanya saat itu.
"Tolong, mampirkan aku mini market nanti, Kak," pinta Anna.
"Untuk apa?" tanyanya.
"Mau belikan cemilan untuk Haneul dan Micha," sahut Anna.
Setelah mampir di mini market, Anna turun seorang diri, Dae Song dan si kembar hanya menunggu di dalam mobil. Beberapa menit berselang, Anna sudah kembali membawa satu plastik besar, berisikan cemilan dan minuman untuk mereka.
"Ini untuk anak-anaknya ibu, jangan sampai es krimnya tumpah ya," ujar Anna pada anaknya.
Dae Song melihat Anna membeli dua botol ramuan kewanitaan, terbersit di pikirannya untuk bertanya.
"Minuman itu apa?" tanyanya.
"Ini, ramuan kesehatan wanita, sebentar lagi aku ada tamu bulanan, ini penghilang rasa nyeri," jawab Anna lalu meneguk ramuan produk Indonesia itu.
Dae Song terkesiap. Dia kembali panik. Ternyata Anna belum menstruasi di bulan ini.
'Bagaimana kalau Anna? tenang Dae Song, jika kau makin panik, kau tidak bisa menyelesaikannya,' kata hati Dae Song bertegas.
Tiba di rumah, Anna langsung ke dapur meletakkan semua minuman kewanitaannya di kulkas. Dari jauh mata Dae Song mengamati adik iparnya itu. Dia bahkan lelah untuk berpikir dengan resiko nanti. Otaknya tak berfungsi lagi untuk yang lain, hanya Anna dan kehamilan yang menguasai pikirannya.'Aku benci diriku sendiri yang mesum ini!' Dae Song menghardik dirinya dalam hati.Micha menarik tangan pamannya. "Samchon, kau kenapa selalu melihat ibuku?" tanya gadis kecil itu.Dae Song tertegun. Anak sekecil Micha saja mampu menebak bahasa tubuhnya, dia pria yang memang tak pandai berlakon."Anak kecil, paman bukan melihat ibumu, paman melihat kulkas yang sudah tua itu," sahut Dae Song.Bu Nas juga mengamati gelagat Dae Song, suatu kesimpulan yang masih sama seprti dulu, 'Dae Song masih menyukai Anna,' batinnya.Dae Song beranjak naik kelantai dua, dia menuju ke ruang kerjanya. Tak ada niat melakukan sesua
Dae Jung perlahan melangkah ke Anna. Dengan tatapan meyendu, dia mengenyahkan butiran air mata itu dari pipi istrinya. Sama seperti dulu, tak rela bila harus melihat Anna bersedih, tak ingin kecantikan istrinya tertutupi oleh gelayut kesedihan."Katakan padanya, berhentilah menangis," pinta Dae Jung pada Zura."Kata suami Nona, berhentilah menangis," ucap Zura melanjutkan kalimat Dae Jung.Anna menutup wajag dengan kedua telapak tangannya. Zura baru ia kenal telah meliha kelemahannya sebagai seorang istri. Rasa lemah yang selama ini ia pendam bertahun-tahun. Tak menampakkan ke siapa pun, termasuk kepada kedua anaknya."Suamiku posisinya sekarang dimana?" tanya Anna."Di samping kanan, Nona, sedang mengusap air mata Nona," jawab Zura menunjuk ke arah kosong itu.Ponsel di saku Anna berdering, dia menyingkir sejenak. Sementara Dae Jung kembali ke Zura, "Terima kasih Zura, sudah membantuku,"
Suara Micha menyeru sembari mengetuk pintu. Anna mengerjap dengan panik, melirik ke jam dinding, waktu berlalu sudah tiga jam, saat itu Dae Jung masih tetap setia menjaga Anna ketika terlelap.Mata Anna memutar sana-sini, mencari udara hangat yang menandakan letak posisi suaminya."Apa kamu masih disini?" tanya Anna.Lagilagi Dae Jung menghembuskan nafas di leher Anna buat istrinya itu mengetahui keberadaannya."Micha memanggilku, ayo lihat anak kita," ujar Anna seraya turun dari ranjang.Pintu di buka Anna, mata Micha menyorot ruh ayahnya dari luar, dia terkesiap, mengira ruh itu adalah paman Dae Songnya."Oemma, tidur dengan samchon," lirih Micha dengan suara khasnya.Anna membungkam mulut anaknya. Dia terkejut putrinya bisa melihat sosok ruh Dae Jung. Tangan Micha ia tarik masuk ke kamar lalu mengunci pintu itu lagi."Micha bisa melihat ayah?" tanya Anna.Micha memandangi soso
Seminggu kemudian, Anna sudah bersiap-siap ke Kota Daegu. Di dampingi Jun Hyun, pemandu LPH (Lembaga Private High) sebagian telah berangkat terlebih dulu. Anna yang begitu antusias,l karena ia tahu ruh Dae Jung akan ikut bersamanya, pengulangan kenangan terulang, di Duryu Park tempat Dae Jung mengutarakan cinta dan janjinya.Dae Song dan Ji Yeong saat itu sedang di Singapura, mereka meninjau perusahaan Korain yang terancam pailit. Di rumah hanya akan ada Bu Nas dan pelayan lainnya menemani Haneul dan Micha di rumah, tentu menjaga raga Dae Jung yang masih berbaring lelap.Di bawah sudah ada Jun Hyun menunggu. Pria bermata sipit itu sangat tampan dengan jaket rajut, saat itu telah memasuki musim gugur."Apakah kau ingin mengikutiku?" tanya Anna pada ruh suaminya yang tak terlihat. Dae Jung menghembuskan udara hangat lagi di belakang telinga istrinya, menandakan keinginannya mengikuti setiap langkah Anna.
Anna di bawah ke klinik terdekat, Jun Hyun masih menunggu hasil pemeriksaan dokter, dia sudah menginformasikan itu pada Bu Nas. Pak Lee dan beberapa pengawal akan menjemputnya dengan menunggunakan jet pribadi. Dokter di klinik itu keluar dengan wajah senyum berbinar, dia membawa beberapa hasil catatan kesehatan Anna untuk di berikan pada Jun Hyun. " 그는 어때?""geuneun eottae?"("Bagaimana kondisinya?") "몸이 약하고 많이 쉬어야 하고, 임신 중이라 당연하다.""mom-i yaghago manh-i swieoya hago, imsin jung-ila dang-yeonhada"("Tubuhnya sangat melemah, dia harus banyak istirahat, itu wajar bila sedang hamil") "임신? 어떻게 그럴 수 있어? 불가능해, 확실히 틀렸어.""imsin? eotteohge geuleol su iss-eo? bulganeunghae, hwagsilhi teullyeoss-eo."("Hamil? bagaimana bisa? itu tidak mungkin") Jun Hyun terkejut, siapapun yang mengenal Anna akan bereaksi sama dengannya. Dae Jung menghampiri dokter itu juga. "그녀는 실제로 임신했습니다. 당신은 그녀의 남편이 아닌가요?""geu
Malam itu Anna terbangun dari pingsannya, saat itu juga Dae Jung tak ada kembali menyusup ke raganya untuk sementara, memulihkan tenaga sejenak.Dae Song yang tiba di rumah segera menemui Anna, di tangga dia berpapsan dengan Bu Nas."Bagaimana, Bu Nas?" tanya Dae Song berbisik."Nona Anna sudah sadar, dia ada di kamarnya," jawab Bu Nas."Apakah rahasia ini masih tersembunyi?" tanya Dae Song."Tuan, apakah anak yang di kandung Nona Anna itu anak--" kalimat Bu Nas di cegat oleh Dae Song."Iya, itu anakku, nanti aku jelaskan Bu Nas,"Dae Song berlari kecil menuju kamar Anna, Bu Nas terkesiap, mendengar jawaban Dae Song dia termangu, Bu Nas sudah kehilangan akal sehat memikirkan musibah baru korain. Ini sangat tidak masuk akal cinta segi tiga antara kedua anak Rifasya."Bagaimana bis aitu terjadi di antara mereka? oh Tuhan, Tuan Kim," gumam Bu Nas memikirkan nasib Dae
Bu Nas turun ke bawah, dia menuju ke dapur untuk membuatkan teh hangat buat Anna. Dari belakang ada Dae Song yang tak henti mengikuti setiap langkahnya. Dia berharap agar Bu Nas bisa memberikan pengertian pada Anna untuk menerima janin yang tak berdosa itu secara ikhlas. "Bu Nas, tolong.. bantu aku," pinta Dae Song memelas. Bu Nas yang masih terkejut dengan musibah ini belum bisa mengatakan apapun selain diam. Berkata juga sama dengan mengkhiantai Dae Jung yang saat ini terbaring lemah, Dae Jung dan Dae Song titipan amanah dari majikan sekaligus sahabatnya Rifasya Salim. Tak mungkin ia membeda-bedakan di antara anak kembar itu. "Bu Nas, aku sekarang butuh bantuan," keluh Dae Song dengan mimik tak berdaya. "Tuan Song, apa yang harus kita lakukan saat ini? ada? tidak ada, kita hanya bisa pasrah saja, menunggu anak itu lahir, menjadikan dia seperti Haneul dan Micha. Mereka sama-sama anak Anna juga cucu dari Korai
Pagi tiba, Anna terbangun karena matahari yang menyelinap dari kaca jendela mengusik tidurnya. Mengucek mata yang bengkak, sedikit perih, namun tak ada yang lebih perih dari hatinya yang begitu sakit dengan suratan takdir. Berdiri memandangi diri di depan cermin, menyorot perutnya yang masih rata. Kelak, perut itu akan semakin membesar, anak dari pria yang bukan suaminya akan tumbuh bersamanya. Sanggupkah dia mengikhlaskan ketetapan Tuhan, belum, tidak. Anna memukuli wajahnya sendiri, dia merasa imannya begitu lemah hingga dia tak bisa menjaga kehormatannya sebagai seorang istri. "Aku benci dengan diriku sendiri!" Anna memukul wajahnya sendiri. Menghardik tiada henti. Tangis Anna pecah menggema di rumah Korain. Seluruh pelayan yang saat itu tengah membersihkan kebingungan dengan sikap Anna yang tiba-tiba aneh di pagi hari. Di luar ada Bu Nas panik mendengar suara Anna yang mulai meronta lagi. "No
Dae Song dan anak buahnya menuju tempat tinggal Rini, dengan bantuan manajer di perusahaanya, Dae Song dapat mengetahui tempat tinggal Rini yang sebenarnya. Selama ini Rini hanya mencantumkan alamat kontrakannya menjadi riwayat pribadi untuk kantornya. Setiba di gang yang sulit di akses oleh kendaraan roda empat, salah seorang anak buah Dae Song keluar dari mobil untuk mencari cara, tetapi tak ada jalan lain selain jalan yang di depan mereka."Tidak ada jalan lain, Tuan. Hanya ini akses satu-satunya," ucapnya."Kalau begitu kita jalan kaki saja, kata kamu kamu rumahnya sudah tidak jauh lagi 'kan?""Iya Tuan, hanya jarak seratus meter lagi.""Kalau begitu kita turun, kita jalan kaki saja," usul Dae Song yang keluar dari mobilnya.Anak buahnya mengelilingi Dae Song agar tuan mereka tetap terjaga. Masyarakat disekitar gang itu mulai grasak-grusuk, mereka terheran dengan kedatangan pria yang amat menonjol sebagai bos besar. Dae Song dan anak buahnya tetap berjalan, tidak menanggapi sapaa
Di Indonesia, Dae Song masih setia menunggu hasil pemeriksaan dari dokter, Zura mulai membaik secra kesehatan, namun secara psikis butuh waktu yang panjang untuk menerima kenyataan bahwa dia telah kehilangan kesuciannya secara sadis. Zura bahkan seringkali terpikirkan untuk mengakhiri hidupnya, Dae Song yang selalu diliputi rasa bersalah, selalu saja Dae Song menyudutkan diirnya dengan peristiwa yang menimpa Zura. Dae Ssong tetap disamping Zura, memberi dukungan moril,selain itu Zura juga tidak memiliki keluarga lagi di Indonesia.Dae Song menganggap dirinya sebagai kakak bagi Zura saat ini . "Kamu akan baik-baik saja, Zura.. Ada aku disini," ucap Dae Song menenangkan Zura."Aku sudah tidak berharga lagi, aku suda hina.." Zura tetap mencaci-maki dirinya sendiri."Tidak begitu, Zura.Kamu tetap berharga, kok. Zura yang dulu dan yang sekarang tetaplah sama, tidak ada yang berubah, kesucian seperti itu hanya kiasan sema
Usai dari kebun binatang, mereka tidak langsung pulang ke rumah, sejenak Dae Jung mengajak Anna dan kedua anaknya mampir di restoran milik sahabatnya. Micha dan Haneul begitu bersemangat memasuki restoran milik sahabat Ayahnya."Hati-hati sayang, nanti kamu tersandung," ujar Anna.Dae Jung melirik ke Anna yang sedang membawa beban berat bayi dalam perutnya."Seharusnya kalimat itu ditujukan padamu, berhati-hatilah, kamu sedang membawa tanggungjawab," timpal Dae Jung. Ia cemburu, tapi bagaimanapun bayi di dalam kandungan Anna adalah keponakannya, yang ia sayangi seperti Micha dan Haneul.Anna tergugah, dia menyunggingkan senyuman lebar karena ucapan Dae Jung persis ucapan Dae Song sewaktu mengandung si kembar, yang pada kala itu Dae Jung terbaring koma."Kau telah melewati masa ngidammu?" Tanya Dae Jung."Ia, sepertinya," sahut Anna.Dae Jung mengangguk-anggukkan kepalanya, dia berlalu menghampiri sahabatnya yang pemilik restoran Jepang itu. Anna duduk bersama si kembar, Micha yang bah
Mereka sudah tiba di kebun binatang, Dae Jung sudah menyiapkan kamera untuk mengambil setiap momen Anna dan si kembarnya. Dae Jung berjalan disamping Anna yang sedang mengontrol anak-anaknya. Dae Jung dan Anna mengunci mulutnya masing-masing, liburan kali ini amat berbeda dari keluarga kawan-kawan Haneul dan Micha yang lain. Kedua orangtuanya malah kaku, bak seseorang yang baru saja saling kenal."Ayah, Ibu, lihat sana," teriak Micha menunjuk ke arah monyet yang bergelantungan.Anna berlari kecil ke arah kedua anaknya, takut jika anak-anaknya lepas kontrol dari guru yang mengawasi saat itu. Sementara Dae Jung berjalan tenang dibelakang sana, pikirannya tetap saja berkecamuk, dia berharap jika situasi itu segera berubah, bukan hanya sekedar sandiwara didepan kedua anaknya, melainkan mereka adalah keluarga utuh yang lengkap."Dia kenapa memilih berjalan di belakang?" Gumam Anna yang bingung melihat tingkah Dae Jung.Karena tak mampu mengawasi si kembar sendirian, Anna bergegas menghampi
"Saya akan jelaskan secara detail di kantor polisi, kita tidak bisa bicara disini, Pak Dae Song diharapkan sore ini ke kantor, setelah urusannya telah selesai," ucap salah seorang petinggi di kepolisian di kota itu."Baiklah, Pak. Saya sedang menyelesaikan masalah dengan kolegaku juga siang ini, mohon bantuannya agar masalah ini cepat selesai," sahut Dae Song.Dae Song dan polisi keluar dari ruangan dokter, dia berpisah jalan dengan pihak berwajib itu ketika menyusuri lorong rumah sakit, sesaat Dae Song ke depan ruangan ICU tempat Zura melakukan perawatan lanjutan sebelum dipindahkan ke ruangan pemulihan. Pria itu menatap pintu ruangan ICU dengan hembusan nafas lega, sedikit demi sedikit dia mengontrol masalah mental Zura yang hancur karena pemerkosaan."Tuan, mobil sudah siap, mari kita berangkat sekarang," ucap salah satu pengawalnya.Dae Song mengangguk, dia berjalan keluar dari rumah sakit itu di dampingi kelima bodyguardnya, para awak media tetap saja menunggu pernyataan Dae Song
Dae Song tercengang dengan penuturan Zura, dia tidak menyadari betapa pedulinya Zura terhadapnya walaupun hubungan mereka hanya sebatas sekretaris dan bos semata."Seharusnya kau tidak perlu peduli seperti itu, jika aku tahu, aku akan melarang mu,," ucap Dae Song.Zura tersenyum sinis, dia menghardik dirinya sendiri dalam hati, memang tidak seharusnya ia menuangkan perhatian lebihnya kepada Dae Song, pria yang sudah beristri. "Aku memang bodoh, karena kebodohanku, aku dihukum seperti ini, aku bodoh karena mengikuti perasaanku," gumamnya.Dae Song menelisik kalimat Zura, dia tidak mengerti makna dari ucapan sekretarisnya itu."Maksud kamu apa, Zura?""Tinggalkan aku sendiri, Pak. Aku bisa mengurus diriku sendiri, pergilah mengurus urusanmu, dan keluargamu," kata Zura tanpa menoleh ke Dae Song.Dae Song tetap ingin bertahan di ruangan rawat Zura, dia tidak ingin meninggalkan Zura yang sudah menjadi tanggungjawabnya, dia yang mengajak Zura untuk dinas ke Indonesia, Dae Song juga tahu Zu
Siang itu Dae Song dikejutkan oleh ketukan keras dari pintu kamarnya, dia yang kelelahan tak menyadari dia telah kesiangan, salat subuh pun terlewat olehnya. Dae Song membangunkan diri seraya mengerjapkan matanya."Hmm, tunggu," ujarnya pada seseorang yang mengetuk pintu.Setelah mencuci wajahnya, Dae Song beranjak membuka pintu, ternyata seseorang yang membangunkannya adalah Pak Ben, sopir pribadinya. "Maaf Tuan, ada berita dari rumah sakit, Zura katanya sudah siuman," ucap Pak Ben.Mata Dae Song yang tadinya menahan kantuk seketika nahterbelalak."Yang benar, Pak Ben?!""Saya juga kurang tahu, Tuan. ini hanya informasi dari bodyguard Tuan katanya dari pihak rumah sakit memberitahukan mereka, Tuan Dae Song diminta untuk ke rumah sakit," jelas pria berkulit sawo matang itu."Baik, tunggu saya dibawah Pak Ben, saya akan bergegas ke rumah sakit, mau mandi dulu," kata Dae Song.Tapan membuang waktu, Dae Song segera mandi, dia hanya memakai kaos oblong hitam dan jaket agar terlihat lebih
"Lupakan, aku tidak bisa diwawancarai saat ini," sergahnya.Pihak kepolisian yang turun tangan melayani wartawan, manager Dae Song ikut mendampingi, mereka menjelaskan rentetan peristiwa itu namun tidak secara gamblang mengungkapkan bahwa korban telah diperkosa. Dae Song tetap meminta kepada pihak kepolisian agar kehormatan Zura tetap terjaga."Kalian tetap disini, aku akan kembali ke rumah, jika penyelidikan pihak kepolisian suatu selesai, kalian boleh pulang," ucap Dae Song kepada managernya.Dae Song menuju ke mobilnya, disetiap langkahnya selalu saja berhasil dipotret oleh wartawan. Dae Song bahkan ngedumel didalam hati karena sikap wartawan yang kurang sopan."Sepertinya lebih enak hidup di Seoul jika seperti ini," gerutunya ketika berhasil masuk ke mobil.Sopirnya melajukan mobil, menerobos kerumunan wartawan yang seakan mencegat kepergian Dae Song. Pak Ben, sengaja membunyikan klakson berkali-kali. Dengan bantuan polisi, mobil yang tumpangi Dae Song dan kedua mobil pengawalnya
Dae Song menatap Rini penuh curiga, bukan menuduh karyawannya itu berbuat jahat kepada Zura, tetapi gelagat Rini menujukkan ketidaknyamanan ketika rekna lainnya menanyakan tentang Zura."Apakah kau pernah keluar bersama Zura diluar jam kerja?" Tanya Dae Song lagi."Ti-tidak pernah, Pak." Rini. tetap lada jawaban yang sama.Salah seorang rekan lainnya tak Terima, " Ini anak pelupa, aku pernah lihat dia bersama Zura di toko souvenir sana, sekali doang sih, Pak."Rini menundukkan kepala, dia tidak berani menyanggah pengakuan temannya. Dae Song tak berniat menanyakan tentang Zura."Baiklah, kalian lanjutkan makan kalian, aku ingin kembali mengecek keadaan Zura," ucap Dae Song.Dae Song mengeluarkan sejumlah uang untuk membayar makanan dan minuman para karyawannya."Jika ada yang ingin menambah makanan, silahkan," ujarnya.Dae Song memilih bubar dari perundingan bersama karyawannya, dia kembali menyusuri lorong rumah sakit. Namun dia terhenti ketika mendapatkan jalan persimpangan. Dae Song