Alexa Pov
Bel tanda pelajaran berakhir berbunyi, riuh suara siswa bergemuruh dipenjuru kelas. Waktu yang sangat ditunggu semua siswa termasuk aku. Ada siswa yang tak segan berteriak, "Yeay.. pulang." Jeritnya seraya berdiri, mengundang gelak tawa seisi kelas. Sedangkan guru mata pelajaran hanya bisa menggelengkan kepalanya. Tak lama kemudian Bu Ria, guru Fisika itu keluar kelas dengan beberapa buku ditangan nya. Membuat para siswa yang sudah tak tahan untuk pulang, segera berhamburan keluar.
Aku pun segera bergegas merapikan buku, ku masukkan ke dalam tas ransel berwarna hitam favoritku. Aku ingin segera pergi dari kelas untuk melakukan kegiatan rahasia ku. Aku siap akan berdiri ketika
Amel, teman sebangku menarik lengan ku saat melihat diriku hendak beranjak pergi."Buru-buru banget sih?" Tanya Amel penasaran. Ku urungkan niat untuk berdiri, menoleh ke arah sumber suara."Eh iya Mel, ada sesuatu yang harus aku kerjakan." Jawab ku cepat."Apa itu? apa aku boleh tau?" Tanya Amel antusias."Sorry Mel, but this ia top secret." Jawab ku sembari tersenyum."Ya udah deh kalo gitu." Ucap Amel kecewa,dengan sedikit mengerucutkan bibir tipisnya yang di poles lipglos."Aku duluan ya.. bye." Aku segera berdiri dan berlari keluar kelas. Menyusuri koridor sekolah yang menurut ku sangat panjang saat ini.Aku melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan. Pukul 15.20, berarti aku sudah telat 20 menit untuk melakukan misi rahasia ku. Aku melesat keluar gerbang sekolah, mengabaikan sapaan pak satpam yang biasa menyapa.Mata ku bergerak kesana kemari mencari penjual Arum manis kesukaan ku yang sering mangkal tak jauh dari sekolah. Tapi aku tak menemukan nya, hingga aku pun harus puas mengintai dengan tangan kosong tanpa bekal.Aku segera menghampiri pohon besar tempat persembunyian ku, bak sedang ditunggu pohon itu Aku berlari seolah akan memeluk pohon itu."I'm come back." Ujarku seraya merentangkan kedua tangan. Aku pun melakukan aksi konyol dan benar-benar memeluk pohon besar itu. Untung saja disana sepi, jika ada yang melihat kelakuan absurdku, bukan tidak mungkin mereka akan mengira aku tidak waras. Aku melepaskan pelukan lebay pada batang pohon itu, menepis baju putih abu-abu ku karena takut kotor. Takut jika mendapatkan ceramah singkat dari sang mommy karena kecerobohan ku.Mata ku mulai mengawasi cafe yang ada di seberang, dan langsung tertuju pada pria yang selalu duduk di meja nomor 05 yang kalian tau itu siapa."Oh God. Syukur lah ia masih ada disana." Ucap ku penuh syukur.Oops !! Dia melihat kesini ! Aku harus sembunyi !Hi..hi..hi..Aku menyembunyikan tubuh ku kebalik pohon besar yang setia menemani pengintaian rahasia ku.Aku memegangi dada ku yang naik turun, bagaikan ketahuan mencuri. Ya, aku memang sedang mencuri. Mencuri pandang pada pria misterius idaman ku.Entah siapa namanya, tapi setiap pulang sekolah aku selalu melihat nya disana. Pria itu akan selalu duduk di meja yang sama dan di jam yang sama.Rambut nya hitam ditata rapi dengan model spike. Matanya juga hitam, sungguh serasi. Terkadang pria itu memakai kacamata hitam berbingkai persegi yang membuat nya seratus kali lebih keren.Aku sampai hapal benar bagaimana lekuk wajahnya. Matanya teduh bersahaja, bibir nya tipis dan berwarna pink pucat. Alis nya rapi alami, hidung nya mancung. Dia manis sekali. Jika saja rambut nya panjang sebahu,pasti banyak yang mengira dia itu perempuan. Dia begitu tenang, dan terlihat hidup dalam dunia nya sendiri.Ku sebut dia Mr. ice. Dingin, beku dan dapat meleleh sewaktu-waktu.Tergantung suhu udara di sekitarnya.
Setahuku, dia hanya meleleh pada beberapa karyawan yang ada di cafe itu.Aku berharap dapat menjadi salah satu hawa panas yang bisa melehkannya suatu saat nanti.Aku terbiasa memata-matai nya sampai satu jam atau lebih dari seberang jalan di bawah pohon besar ini. Tapi jika aku bawa uang jajan lebih, aku suka masuk ke cafe itu untuk mencuri pandang lebih dekat sambil minum choco milshake kesukaan ku.Cafe itu terkenal dengan berbagai macam kopi aneka rasa yang memanjakan lidah dan bermacam-macam menu sarapan yang enak dan terjangkau. Dan yang menjadi favorit ku ialah choco milshake. Karena aku tidak menyukai kopi, menurut ku kopi itu pahit dan tidak enak di lidah ku yang terbiasa dengan rasa manis.Mr. ice sedang membaca buku dengan cover hitam yang tak terlalu tebal, serius sekali. Tak lama ia melepaskan kacamata dan meletakkan nya diatas meja. Seorang pelayan pria di cafe itu menghampiri nya dan ia tersenyum kepada pelayan pria itu !!Oh, beruntung nya aku bisa melihat senyum nya hari ini.Aku tersenyum sendiri seperti orang yang tidak waras. Duh, apakah ini rasanya jatuh cinta. Melihat nya dari kejauhan saja bisa membuat ku bahagia. Ditambah dengan keberuntungan bisa melihat senyumnya yang selalu saja menggetarkan hatiku.Mr. ice terlihat berbincang sebentar dengan pelayan cafe itu, setelah pelayan pria itu pergi Mr. ice pun mengambil secangkir kopi dan menyesapnya secara perlahan. Ah, lihatlah. Caranya minum kopi pun sangat mempesona. Oh Tuhan, mengapa dia sesempurna itu? Membuatku semakin menggila setiap harinya. Aku melihat sekeliling, seperti biasa tempat ini tidak terlalu ramai dan tidak terlalu sepi. Hanya ada segilintir orang yang berlalu lalang di tempat ini. Dan mereka tidak perduli dengan kegiatan gilaku ini.Karena mereka terburu- buru dengan urusan mereka masing-masing. Aku tersenyum lega bisa melakukan nya dengan tenang.Sifat penakut ku ini memang sangat menjengkelkan. Jika saja ada orang yang tau tentang aktivitas mata-mata ini, pastilah mereka tertawa dan mengejek betapa bodohnya aku.Itulah sebabnya aku merahasiakan hal ini dari keluarga, teman-teman dan semua orang. Tak perduli pada pendapat mereka nanti nya, bagiku mengagumi seorang laki-laki secara diam-diam adalah hal yang sangat menyenangkan dan luar biasa. Aku jatuh cinta pada lelaki itu. Sangat!!Dalam hati, aku sadar bahwa tak mungkin bisa mendapatkan nya tanpa ada usaha. Sikap cuek yang selalu terpasang di wajah nya membuat ku paham,tipe lelaki macam apa dia. Sesering apapun aku muncul di sekitar nya, dia tak akan memperhatikan aku walau sekilas.Bahkan mustahil bagi nya untuk melirik ku, gadis biasa yang berpakaian biasa dengan potongan rambut yang super biasa juga. Dan itu membuat ku semakin menyimpan rapat-rapat perasaan ini.Saat ini, memandangnya dari jauh sudah membuatku bahagia. Mencintainya dalam diam tanpa Mr. ice tau bahwa rasa ini semakin dalam. Semakin hari aku makin tenggelam, dalam rasa yang tak bisa ku kendalikan.
Entah sampai kapan aku begini, semua rasa ini tak bisa di jabarkan bahkan di ungkapkan. Hanya bisa ku rasakan, tanpa mendapatkan balasan. Semoga suatu saat nanti, ada sebuah keajaiban. Bersatu dalam sebuah cinta yang membahagiakan.
Aku masih disini, di bawah pohon di seberang cafe tempat ku mengintai. Ya, mengintai buruan ku. Hihihi..Terkadang, aku selalu insecure, aku sadar bahwa tak mungkin bisa mendapatkan nya tanpa ada usaha. Sikap cuek yang selalu terpasang di wajah nya membuat ku paham,tipe lelaki macam apa dia. Sesering apapun aku muncul di sekitar nya, dia tak akan memperhatikan aku walau sekilas. Bahkan mustahil bagi nya untuk melirik ku, gadis biasa yang berpakaian biasa dengan potongan rambut yang super biasa juga.Di samping itu, aku juga mengkhawatirkan sesuatu yang selalu ada dalam pikiran ku. Apa yang akan terjadi dua detik setelah aku menegur nya nanti? Apa kira-kira yang akan terlintas di pikiran nya tentang aku? Bagaimana nilaiku di matanya nanti? Apakah dia akan tetap cuek, sinis, galak atau malah senang? Ahhh aku bisa gila memikirkannya. Perasaan ini benar-benar nyata, rasa suka yang menggebu. Eh bukan, ini tak bisa di katakan rasa suk
Siang ini langit terlihat gelap, di hiasi awan hitam yang bergelayut tak mau pergi. Di iringi suara Guntur yang membuat ku merinding. Seberkas cahaya berkilatan dilangit, menambah seramnya cuaca sore ini. Guntur saling bersahutan tak mau kalah, menggelegar memekakkan telinga. Sesekali aku menutup telinga ku karena kaget dan takut.Aku duduk sendirian di salah satu bangku di dalam kelas, berada disudut dekat jendela. Netra ku melihat keluar jendela, memandangi setitik demi setitik air yang mulai turun membasahi bumi. Bukankah jatuh itu sakit? Tapi tidak dengan hujan. Ia berkali-kali jatuh, tapi tak pernah sedikitpun ia mengeluh dan tak berhenti memberikan ketentraman serta kesuburan pada bumi. Harusnya kita belajar pada hujan, meski ia jatuh berkali-kali tapi ia selalu berakhir baik untuk semua makhluk.Ku bingkai senyum tipis dengan tulus, tak lupa mengucap syukur pada Tuhan. Aku tak begitu menyukai hujan, karena saat ini membuat ku tertahan di dalam kelas
Hari ini aku bahagia sekali, Karena aku diperbolehkan membawa mobil sendiri.Aku melajukan mobil berwarna merah kesayanganku,hadiah dari Daddy ketika aku berulang tahun yang ke 17 tahun lalu. Aku menuju cafe dimana my Mr. ice berada. Ku parkikan mobil tak jauh dari cafe, kulirik jam berwarna putih yang setia melingkar di pergelangan tangan ku.Pukul 15.15 tapi kenapa Mr. Ice belum muncul?Aku masih setia berada dalam mobil ku tanpa berniat keluar sedikit pun, hingga aku mulai lelah menunggu. Karena tak ada tanda-tanda kemunculan dari sang Mr. ice,Tenggorokan ku mulai diserang rasa haus, aku melirik ke luar jendela mobil. Mencari pedagang minuman yang biasa berlalu lalang, namun tak jua aku temui.Hingga aku memutuskan untuk turun, melangkah menuju cafe biasa Mr. ice menghabiskan waktu.Hitung-hitung sekalian aku mencari tau keberadaan Mr. ice yang mungkin saja pindah tempat duduk. Hihihi...Aku memesan milkshake vanila kesukaaan ku
Aku belajar dengan giat untuk mencapai nilai tertinggi agar bisa masuk ke fakultas impian ku. Eh tunggu dulu...Semenjak aku melihat Mr.ice di kampus yang sama dengan kak Leo, haluanku jadi berubah. Kalian sudah pasti bisa menebak kemana haluanku sekarang.Ya, aku tak lagi ingin masuk ke fakultas impianku. Melainkan berpindah haluan ingin masuk ke fakultas di mana Mr. ice berada. Agak konyol memang, tapi ya... mendapatkan cinta Mr. ice merupakan impian ku juga bukan? Bukan kah mimpi harus di kejar? Aku tidak salah bukan? HihihiMemikirkan menjadi kekasih Mr. Ice... ahh... membuat hatiku lemas. Aku tak sabar menantikan hal itu. Dan aku harus mengalami hal yang membahagiakan itu. Harus...!!!!Hingga aku bertekad, akan masuk ke kampus itu. Karena itu langkah awal ku untuk lebih dekat dengan nya.Hari ini adalah hari kelulusan ku, dan yeahh... sudah ku tebak! Aku Lulus dengan nilai terbaik. Bukan nya sombong, tapi otakku lumayan lah... Hi
Hari ini tepat dua Minggu aku menginjak kan kakiku sebagai mahasiswa di kampus ini. Kampus kebanggaan kakak ku yang selama ini sama sekali tak pernah aku lirik dan tidak pernah ada didaftar kampus pilihanku. Tapi semuanya berubah semenjak aku tahu bahwa Mr. ice kuliah disini. Semuanya sudah aku pastikan jika benar dia anak kampus sini. Karena selama ini aku mengintainya sepanjang waktu. Eh, bukankah itu bukan rahasia lagi? Dan kalian semua tau itu. Hihihi...Aku berjalan menyusuri setapak demi setapak jalan menuju taman kampus. Tempat dimana aku melihat Mr. ice di kampus ini. Kepalaku tak mau diam, melihat ke kiri dan ke kanan mencari keberadaan sang pujaan. Berharap bisa menemukan wajah tampan nya hari ini. A
Mr ice berjalan perlahan tanpa memutuskan pandangan nya terhadap ku. Dan ini seketika membuatku gila! Aku bisa saja kehilangan akal sehatku jika saja Xylnacia sahabatku tidak segera menyadarkan ku."Alexa !!" Teriak Xylnacia tepat di telingaku yang seketika membuat aku kaget."Lu ngagetin gue aja ah." Protes ku tak terima. "Gendang telinga gue bisa pecah denger suara cempreng Lu!""Abisnya lu sih daritadi gue panggil kagak nyahut. Gue kira lu kesambet setan." Gerutu nya sambil memanyunkan bibir.iya gue kesambet setan. Eh bukan Ding! kesambet malaikat tampan tak bersayap. Ucapku dalam hati.Mr ice melewati
Terik nya sinar mentari menusuk kulit. Segera aku berlari mencari tempat yang teduh untuk menyelamatkan kulitku yang terasa terbakar. Tidak ada pohon apapun disini, hingga aku berlari menuju halte bus yang tak jauh dari kampus."Ini gara-gara kakak. Kalo aja nggak pergi sama temen nya, nggak mungkin aku kesusahan seperti ini." Gerutu ku seraya berlari perlahan.Aku bernafas lega karena mendapat tempat untuk menghalangi sinar mentari yang terik siang ini. Segera aku mendaratkan bokong ke bangku panjang yang tersedia di sana. Ku ayun kan kakiku seraya bersenandung kecil. Menghilang kan kejenuhan selagi menunggu bis datang.Ya, aku memutuskan untuk naik bis saja. Karena Bater
Author POV Alexa terbangun karena silau matahari yang menembus jendela yang di sengaja di singkap sebagian. Ia membuka matanya perlahan lalu beranjak duduk mengamati sekitar. Dilihatnya ada hanya ada Leo yang masih pulas dengan tidurnya. Ia meraih air putih yang ada di atas nakas, lalu meneguk nya sampai habis. Kembali ia letakkan gelas itu, menurunkan kaki jenjangnya ke lantai rumah sakit yang dingin. Mendorong tiang infus untuk pergi ke kamar mandi guna menunaikan hajatnya. Leo terbangun kal
Aku dan Jin pergi lagi, kali ini pergi ke Taman ria. Aku ingin menepati janji yang ku ingkari tempo hari.Kami pergi ke taman Ria yang paling terkenal di kota ini. Taman yang di minati banyak orang, bahkan ada juga yang datang dari luar kota. Mulai dari taman, kolam renang arus, sampai berbagai wahana segala rupa memiliki daya tarik masing-masing bagi setiap pengunjung. Tempat ini menarik bayaran yang cukup mahal, namun tak sedikit orang yang datang.Kami bermain dan berenang bersama, tertawa dan menaiki wahana sampai rasanya ingin muntah. Yang paling seru adalah rollercoaster, permainan itu membuat jantungku terasa ingin lompat dari tempatnya. Hampir semua orang berteriak dan menjerit. Bahkan ada juga yang sampai menangis dan memohon untuk di turunkan.Aku dan Andy duduk bersebelahan, saling memejamkan mata karena takut. Kami sama-sama menjerit ketika rollercoaster itu bergerak dengan cepat, aku berdo’a dalam hati. Jika terjadi kecelakaan, pasti aku sangat menyesal. Dan yang paling a
Aku dan Jin menghabiskan waktu bersama hingga malam. Hanya sekedar bercerita di bawah pohon sebuah taman kota. Duduk berdua di bangku panjang dengan di temani beberapa camilan serta soda. Aku tidak terlalu suka dengan tempat yang ramai, karena menurutku di tempat seperti ini kita bisa bebas bercerita dan mendengarkan tanpa terganggu suara bising yang hanya akan mengganggu pembicaraan. Kami berbincang ringan di bawah pohon yang tidak terlalu besar, lampu taman yang berkerlipan membuat suasana menjadi lebih romantis menurutku. Tapi tetap saja, semua ini tidak bisa di bandingkan dengan lukisan maha karya Tuhan sewaktu bersama My mr. Ice waktu itu. Astaga, bayangan itu kembali berkelebat di benakku. Aku tersenyum pahit, dan mengusir jauh bayangan yang terasa menyakitkan itu. Jin paling pintar membuat lelucon yang super lucu. Sehingga wajahku terasa keram karena terlalu banyak tertawa. Inilah salah satu kelebihan yang membuatku tertarik padanya, dan harus aku akui bahwa aku nyaman berada
"Alexa, hey!!" "Alexa.. bangun!" Kurasakan tubuhku bergoyang. Aku membuka mataku, sinar keemasan menyilaukan mata. Hari apa ini? Ohya, kemarin hari Sabtu. Berarti sekarang aku bisa bermalas-malasan seharian. Ku lirik mom yang berdiri di samping ranjangku, terlihat gusar. Wajahnya terlihat tidak sabar. "Pagi,mom." Sapaku, kuberikan senyum imut dan senyum terbaik di pagi hari seraya duduk. "Akhirnya kamu bangun juga pemalas. Ini, ada telepon untukmu." Mom memberikan telepon padaku. Lalu keluar kamar setelah memberikanku tatapan peringatan terlebih dulu. "Halo?" Terdengar suara seorang pria di seberang telepon. "Eh, halo? Siapa ini?" aku bicara malas sambil menguap. "Alexa... Ini aku, Jin. Ada apa dengan ponselmu?" Aku mengerjapkan mata berulang kali supaya hilang rasa kantukku. "Umm.. ku rasa baterainya habis. Entahlah..." "Hari ini bisakah kita pergi
Bab 41"Aku harus ke toilet!" Aku segera meninggalkan meja kami dengan cepat. Bukannya ke toilet, tapi aku berbelok mengejar Dokter Beni. Di depan sana, aku melihat Dokter Beni sedang berjalan bersama seorang wanita."Dokter! Tunggu!"Dokter Beni dan wanita itu segera menoleh, menatapku dengan heran.Wajah wanita itu terlihat bingung, tapi tidak dengan Dokter Beni. Ia terlihat tenang dan hanya memandangku dengan datar."Ada apa?" tanya Dokter Beni dingin. Tidak ada basa basi dan langsung ke inti."Bisakah kita berbicara empat mata?" Aku memohon.Dokter Beni memandangku sejenak, lalu berpindah pada wanita yang ada di sebelahnya."Tunggu di mobil sebentar! Aku tidak akan lama." ucapnya pada wanita itu dan langsung di balas anggukan. Wanita itu segera berlalu keluar cafe melalui pintu samping. Apakah mereka bekerja disini? Mengapa mereka tidak lewat depan? Ah itu tidak penting. Aku harus berta
Beberapa hari kemudian aku pulang diantar Jin dengan mobilnya. Kami lewat cafe yang dulu seringkali Bintang kunjungi. Ingatan beberapa tahun lalu melintas di pikiranku, di balik pohon besar itu aku seringkali mengintai si Mr. Ice sampai berjam-jam. Aktivitas yang tak sebentar ku lakukan demi melihat pria dingin yang menyebalkan itu. Kini aku menyadari betapa bodohnya aku dulu. Aku terlalu bucin hingga menghabiskan waktu hanya untuk mengintai Mr. Ice dan mengaguminya dalam diam. Setelah cintanya ku dapatkan, semua berakhir begitu saja dan tak hubungan kami tak berlangsung lama. Tampaknya takdir sebercanda itu padaku.Jin menghentikan mobilnya tepat di depan cafe. Membuatku terkejut dan langsung menoleh padanya."Mengapa berhenti disini? Aku ingin pulang aja.""Aku ingin mencoba kopi yang terkenal itu. Katanya kopi disini sangat enak, dan aku ingin sekali mencobanya." ujar Jin."Baiklah, kita pesan kopi saja d
Semakin hari, aku semakin dekat dengan Jin. Kami sering menghabiskan waktu bersama, ia selalu menjemput dan mengantarkanku pulang. Sedikit demi sedikit, hatiku mulai pulih. Tak lagi meratapi kepergian Bintang .Hingga suatu hari saat itu datang juga. Saat Jin menyatakan cintanya kepadaku.Malam itu, di mobilnya. Jin memutar sebuah lagu instrumental yang aku tak tahu milik siapa di CD player mobil. Jin tak sekalipun membuang senyumannya sampai dia meraih sebuah tas kecil berwarna merah muda. Dari dalamnya, Jin mengeluarkan sesuatu. Ia membawakan aku sebuah apel merah yang mengkilap, di hiasi pita merah muda yang super cantik. Munculnya apel itu juga di iringi sebuah pisau yang tampak begitu tajam."Terima dan makanlah apel ini, jika aku layak berada di dekatmu. Tapi belah saja apelnya jika aku ini tak pantas untukmu."katanya seraya menatapku.Jujur, sebenarnya aku mulai menyukai Jin. Jadi ku pik
"Tersenyumlah, lupakan ia yang telah meninggalkan mu. Jangan sesali apa yang telah terjadi. Jadikan semua kenangan dan pembelajaran. Tersenyumlah, karena kamu berhak bahagia" Alexa POV Pria itu bernama Lee Hyun Jin, pria blasteran Indonesia Korea. Dia satu kelas denganku di kelas sastra. Dia tampan dan juga baik hati. Tubuhnya tegap dan atletis karena ia anggota klub basket di kampus. Rambutnya sedikit pirang dan ia mempunyai kumis tipis yang tersambung rapinke janggutnya. Dia menjadi idola di kampus, yah. Siapa yang tidak tertarik pada pria tampan blasteran yang tingkat ketampanannya di atas rata-rata dan mirip anggota boyband yang terkenal itu. Aku akui dia tampan, tidak pernah ada yang tau ia mempunyai kekasih atau tidak. Tapi yang ku lihat, ia tak pernah dekat dengan gadis manapun di kampus ini. Entahlah jika diluar, aku tak tahu. Aku pun tak pernah memperhatikannya karena selama ini
Bertemu Jin, lagi. Raganya memang telah pergi dari sisiku, Tapi cintanya akan selalu menetap dalam hatiku. Author POV Bintang tak pernah lagi datang ke kampus, bahkan di cafe yang sering ia kunjungi pun tak pernah terlihat sama sekali. Alexa semakin sedih ketika orang-orang menanyakan keberadaan Bintang padanya. Alexa seringkali menghubungi Bintang, tapi selalu di-reject. Bahkan ia mengirimkan ribuan chat, tapi pesannya hanya di baca tanpa ada yang di balsa satu pun. Bahkan, terakhir kali nomor Alexa di blok oleh Bintang. Alexa merasakan hatinya sangat sakit. Alexa sangat mencintai Bintang dan sangat menyesal kenapa hubungan mereka bisa berakhir hanya karena pertengkaran kecil. Alexa sering menangis,hingga membuat mommy pusing dan khawatir. Mommy bilang tak perduli sesedih apa Alexa, ia harus tetap makan. Terlebih lagi Alexa mempunyai penyakit lambung yang parah. Mommy tidak ingin terjadi apa-apa pa
Sesampainya di kampus, aku mencari keberadaan Bintang. Aku tak memperdulikan Yanti dan kak Leo yang meneriaki namaku. Yang ada dalam pikiranku hanya Bintang. Yah.. aku harus menemui nya dan berbicara dengannya. Aku tak ingin semuanya berakhir begitu saja hanya karena pertengkaran kecil kemarin. Aku sangat mencintainya, aku baru sebentar bersamanya setelah bertahun-tahun hanya bisa mengaguminya dari seberang cafe yang biasa Bintang kunjungi. Ia tidak akan melepaskan cintanya begitu saja. Ia harus berjuang untuk memperbaiki hubungannya dengan Bintang. Aku pergi menuju kelas Bintang, tapi aku tak dapat menemukannya. Bertanya pada mahasiswa yang ada disana, tapi tak ada satupun yang melihat Bintang pagi ini. Aku kembali mencarinya, menyusuri seluruh kampus yang tidak kecil ini. Tak ada satupun ruangan dan tempat yang terlewat. Tapi semuanya zonk. Aku tidak bisa menemukan pria itu dimanapun. Bintang seperti hilang di telan bumi. Ya Tuhan, aku harus m