Hari ini aku bahagia sekali, Karena aku diperbolehkan membawa mobil sendiri.
Aku melajukan mobil berwarna merah kesayanganku,hadiah dari Daddy ketika aku berulang tahun yang ke 17 tahun lalu. Aku menuju cafe dimana my Mr. ice berada. Ku parkikan mobil tak jauh dari cafe, kulirik jam berwarna putih yang setia melingkar di pergelangan tangan ku.Pukul 15.15 tapi kenapa Mr. Ice belum muncul?Aku masih setia berada dalam mobil ku tanpa berniat keluar sedikit pun, hingga aku mulai lelah menunggu. Karena tak ada tanda-tanda kemunculan dari sang Mr. ice,Tenggorokan ku mulai diserang rasa haus, aku melirik ke luar jendela mobil. Mencari pedagang minuman yang biasa berlalu lalang, namun tak jua aku temui.Hingga aku memutuskan untuk turun, melangkah menuju cafe biasa Mr. ice menghabiskan waktu.Hitung-hitung sekalian aku mencari tau keberadaan Mr. ice yang mungkin saja pindah tempat duduk. Hihihi...Aku memesan milkshake vanila kesukaaan ku, dengan mata yang terus mencari keberadaan sang pujaan hati yang belum aku jumpai hari ini.Oh, betapa aku sangat merindukan nya.Bisa-bisa aku tidak tidur malam ini karena rasa rindu yang menyerang hingga ke ubun-ubun. Setelah membayar pesanan ku, aku segera keluar dengan perasaan kecewa. Tak ada satu pun tanda-tanda keberadaan My Mr. ice.Dimana dia? Apa dia sakit? atau kah dia sedang bersama kekasih nya?Ahhh.. Semua ini membuat ku frustasi. Andai saja aku tau dimana rumah nya, di mana ia bersekolah. Ahh andai saja ... Mungkin aku tak sefrustasi ini.Aku kembali masuk kedalam mobil ku, dengan membawa sejuta pertanyaan dan rasa penasaran.Aku duduk kembali dibelakang kemudi, baru saja aku mau menikmati milshake yang ku pesan tadi, ku dengar suara panggilan di ponselku.
Nama kak Leo tertera di layar benda berbentuk pipih itu, aku mengernyitkan dahi ku heran.Tapi aku pun mengangkat panggilan itu juga, bisa ngamuk dia jika aku tak menerima panggilannya."Halo, ada apa kak?" Tanya ku langsung tanpa berbasa-basi."Ini bocah, bukan nya ngucapin salam.""Iya iya, Assalamualaikum." Ucapku akhirnya."Waalaikumsalam. Nah gitu dong,"Aku memutar bola mata ku jengah, dimana-mana kak Leo selalu menggangguku."Kenapa nelpon?""Kamu dimana sekarang?""Di sekolah." Jawab ku bohong."Bohong." Tudingnya."Ya udah kalo nggak percaya!""Jemput kakak sekarang di kampus.""Hahh..? bukan nya kakak bawa motor?" Tanyaku terkejut."Ban motor kakak bocor, jadi orang bengkel yang akan membawa nya nanti. Jemput kakak sekarang!""Hayo lah kak, kau mengangguku saja.""Oh, berani membantah ya sekarang?""Aku bukan membantah.""Lalu apa? memberontak?""Haisshh...""Jemput sekarang dan jangan pakai lama.""Tapi kak..." belum selesai aku mengajukan protes, kak Leo sudah memutuskan sambungan telepon."Ahh kakak, kau selalu saja mengganggu ku." Erang ku frustasi.Mau tidak mau, aku melajukan mobil ku menuju kampus kak Leo yang lumayan dekat dengan lokasi ku saat ini.Mengabaikan milkshake kesukaan ku yang belum sempat aku cicipi. Kesal sudah pasti.Beberapa menit berikutnya, aku sampai di pelataran kampus. Tanpa turun dari mobil, aku kembali menghubungi kak Leo karena ingin segera cepat pergi dari sana."Halo kak, kau dimana?""Tunggu lah sebentar lagi, aku ada kelas tambahan.""WHAT...???" Aku menjerit tak percaya."Sudah lah, tunggu sebentar aja. Bentaran doang kok. Atau kamu bisa berkeliling kampus terlebih dahulu. Siapa tau kamu tertarik melanjutkan kuliah disini.""No, aku tidak tertarik untuk kuliah disini. Aku akan masuk ke fakultas impian ku.""Terserah kau saja. Yang penting kau harus menungguku !"Kak Leo kembali memutuskan sambungan telepon secara sepihak. Yang membuatku kesal bukan main. Berlipat-lipat sudah kekesalan ku hari ini."Ahh, kau menyebalkan kak." Umpatku kesal.Aku meraih minuman yang sempat ku abaikan sedari tadi. Mennyesap nya perlahan, berharap bisa menghilangkan sedikit kekesalan yang kini menguasai diri.Ku buka jendela mobil, meraih jaket jeans di jok belakang. Segera aku mengenakannya untuk menutupi seragam putih abu-abu yang melekat di tubuhku. Aku memutuskan untuk turun sekedar melihat-lihat kampus kebanggaan kakak ku itu.Aku berdiri bersandar di kap depan mobil. Sembari menikmati milkshake yang tinggal setengah, mengamati situasi kampus yang menuruku biasa-biasa saja."Hhmm... nggak ada yang menarik." Gumamku pelan.Mataku berkeliaran kesana kemari, mengawasi keadaan sekitar kampus. Mataku menyipit kala menangkap pergerakan dari seseorang yang berada tak jauh dari ku. Aku berjalan selangkah untuk memastikan pandangan ku, takut jika salah menerka."OMG, apakah itu dia? Dia anak kampus sini?" Wajahku berbinar bagai menemukan harta Karun yang hilang.Aku pun kembali melanjutkan langkah agar dapat melihat dari dekat."Oh God, itu benar dia. Penglihatan ku pasti tak salah, dia yang ku cari sedari tadi." Pekik ku kegirangan.Seorang pria duduk di bangku taman kampus, tampak serius mengerjakan sesuatu di laptop yang berada di pangkuan nya. Kacamata bertengger manis di hidung mancung nya. Membuat nya seratus kali lebih keren.Aku sampai terpesona melihatnya, tak ku sangka aku menemukan nya disini. Kalau tau dia ada disini, sudah sejak tadi aku meluncur kesini. Tapi tenang, aku masih belum terlambat. Aku punya kesempatan untuk memandangi wajah tampan nya disini. "I found you, my Mr. ice." jerit ku dalam hati.Aku bersembunyi di balik tembok bangunan yang tak jauh dari taman itu. Aku sedikit kesal karena minuman ku tak terasa telah habis."Ahh, kok abis sih." Gerutu ku kesal.Aku pun membuang gelas plastik minuman ku kedalam tong sampah yang ada di dekat ku. Tanpa sengaja aku menendang tong sampah itu karena kesal.Hingga tak ku sadari Mr. ice melihat ke arah ku, aku pun kembali melihat ke arah nya tanpa mengetahui jika Mr. ice sudah mengetahui tempat persembunyian ku.Deg...Mata kami bertemu...Jantung ku seakan berhenti. Aku tak bisa berkata-kata. Aku bagai tersihir oleh tatapan nya. Hingga sebuah tepukan mendarat di bahu ku yang langsung membuat ku tersadar."Kakak." Aku terlonjak kaget."Ngapain sih, bengong disini?""Aku..." Aku menoleh ke arah Mr. ice berada. Tapi bangku itu sudah kosong, aku tak menemukan nya. Hati ku sedikit kecewa mendapati nya tak ada lagi disana."Nyari apaan?" Kak Leo ikut menoleh ke arah bangku taman yang kosong."Nggak, bukan apa-apa." Jawab ku cepat."Kakak sudah selesai?" Tanyaku mengalihkan perhatian."Sudah, Yok balik." Ajak nya meraih tangan ku dan menarik nya. Aku mengikuti langkah kakak ku, sesekali menoleh ke belakang berharap agar bisa menemukan wajah yang selalu ku rindukan itu. Tapi nihil, aku tak menemukan nya lagi. Aku pun meninggalkan kampus itu dengan sejuta perasaan yang tak bisa ku gambarkan.Aku belajar dengan giat untuk mencapai nilai tertinggi agar bisa masuk ke fakultas impian ku. Eh tunggu dulu...Semenjak aku melihat Mr.ice di kampus yang sama dengan kak Leo, haluanku jadi berubah. Kalian sudah pasti bisa menebak kemana haluanku sekarang.Ya, aku tak lagi ingin masuk ke fakultas impianku. Melainkan berpindah haluan ingin masuk ke fakultas di mana Mr. ice berada. Agak konyol memang, tapi ya... mendapatkan cinta Mr. ice merupakan impian ku juga bukan? Bukan kah mimpi harus di kejar? Aku tidak salah bukan? HihihiMemikirkan menjadi kekasih Mr. Ice... ahh... membuat hatiku lemas. Aku tak sabar menantikan hal itu. Dan aku harus mengalami hal yang membahagiakan itu. Harus...!!!!Hingga aku bertekad, akan masuk ke kampus itu. Karena itu langkah awal ku untuk lebih dekat dengan nya.Hari ini adalah hari kelulusan ku, dan yeahh... sudah ku tebak! Aku Lulus dengan nilai terbaik. Bukan nya sombong, tapi otakku lumayan lah... Hi
Hari ini tepat dua Minggu aku menginjak kan kakiku sebagai mahasiswa di kampus ini. Kampus kebanggaan kakak ku yang selama ini sama sekali tak pernah aku lirik dan tidak pernah ada didaftar kampus pilihanku. Tapi semuanya berubah semenjak aku tahu bahwa Mr. ice kuliah disini. Semuanya sudah aku pastikan jika benar dia anak kampus sini. Karena selama ini aku mengintainya sepanjang waktu. Eh, bukankah itu bukan rahasia lagi? Dan kalian semua tau itu. Hihihi...Aku berjalan menyusuri setapak demi setapak jalan menuju taman kampus. Tempat dimana aku melihat Mr. ice di kampus ini. Kepalaku tak mau diam, melihat ke kiri dan ke kanan mencari keberadaan sang pujaan. Berharap bisa menemukan wajah tampan nya hari ini. A
Mr ice berjalan perlahan tanpa memutuskan pandangan nya terhadap ku. Dan ini seketika membuatku gila! Aku bisa saja kehilangan akal sehatku jika saja Xylnacia sahabatku tidak segera menyadarkan ku."Alexa !!" Teriak Xylnacia tepat di telingaku yang seketika membuat aku kaget."Lu ngagetin gue aja ah." Protes ku tak terima. "Gendang telinga gue bisa pecah denger suara cempreng Lu!""Abisnya lu sih daritadi gue panggil kagak nyahut. Gue kira lu kesambet setan." Gerutu nya sambil memanyunkan bibir.iya gue kesambet setan. Eh bukan Ding! kesambet malaikat tampan tak bersayap. Ucapku dalam hati.Mr ice melewati
Terik nya sinar mentari menusuk kulit. Segera aku berlari mencari tempat yang teduh untuk menyelamatkan kulitku yang terasa terbakar. Tidak ada pohon apapun disini, hingga aku berlari menuju halte bus yang tak jauh dari kampus."Ini gara-gara kakak. Kalo aja nggak pergi sama temen nya, nggak mungkin aku kesusahan seperti ini." Gerutu ku seraya berlari perlahan.Aku bernafas lega karena mendapat tempat untuk menghalangi sinar mentari yang terik siang ini. Segera aku mendaratkan bokong ke bangku panjang yang tersedia di sana. Ku ayun kan kakiku seraya bersenandung kecil. Menghilang kan kejenuhan selagi menunggu bis datang.Ya, aku memutuskan untuk naik bis saja. Karena Bater
Author POV Alexa terbangun karena silau matahari yang menembus jendela yang di sengaja di singkap sebagian. Ia membuka matanya perlahan lalu beranjak duduk mengamati sekitar. Dilihatnya ada hanya ada Leo yang masih pulas dengan tidurnya. Ia meraih air putih yang ada di atas nakas, lalu meneguk nya sampai habis. Kembali ia letakkan gelas itu, menurunkan kaki jenjangnya ke lantai rumah sakit yang dingin. Mendorong tiang infus untuk pergi ke kamar mandi guna menunaikan hajatnya. Leo terbangun kal
Pagi yang cerah, secerah hati Alexa saat ini. Dengan sejuta harapan agar bisa bertemu kembali dengan Mr. ice yang selalu setia memenuhi hati dan pikiran gadis itu. Ia melangkahkan kaki jenjangnya ke arah bangku taman yang masih sepi. Senyum selalu menghiasi wajahnya yang manis. Senyum ceria dengan beribu kebahagiaan dan harapan yang selalu ia sematkan. Matanya berkeliling lincah mengitari seluruh taman. Siap memata-matai Mr ice yang biasanya nongkrong di taman kampus. Semenjak Alexa tahu Mr ice kuliah di kampus ini, jarang sekali ia melakukan aksi yang biasa ia lakukan semasa SMA. Tapi tidak di pungkiri juga ia akan ke cafe tempat pe
Alexa povAku berdiri di tengah keramaian, diantara lalu-lalang anak kampus yang bertebaran di kantin. Aku bingung, ekor mata ku berkeliaran mencari tempat duduk yang kosong. Tegak berdiri seraya memegang nampan berisi bakso kesukaan ku di sanding dengan es teh tawar.Aku berdiri cukup lama, di temani dengan riuhnya suara perutku yang sudah berdendang minta isi. Wajar saja, aku belum makan dari pagi. Hihihi... kebiasaan ku selalu telat makan. Makanya penyakit lambung enggan untuk menjauhi ku. Kebiasaan yang tidak baik sebenarnya. Orang-orang terdekat ku pasti tau itu.Mata ku terpaku pada satu meja di sudut kantin. Ada seorang pria yang sedang duduk disana, sendirian. Dan kursi di se
Sejak hari itu, aku mulai menyadari bahwa Mr. ice bukan lah laki-laki sembarangan. Aku selalu membayangkan nya sangat hangat dan ramah, tapi ternyata kebalikannya. Dia selalu bersikap dingin meski cuaca terik. Sangat cuek meski aku berusaha ramah padanya.Tapi aku tak boleh menyerah. Kemarin aku memang sangat kesal padanya, tapi aku disini untuk nya. Aku disini karena nya. Ini semua tak boleh sia-sia. Aku harus bersemangat !!!"Hai, aku boleh kan duduk disini?" Sapa ku pada Mr. ice siang itu. Dia menoleh, menatapku dengan pandangan tidak suka sama sekali. Wajahnya sangat tidak ramah, membuat ku agak kikuk sebenarnya. Tapi aku mencoba untuk bersikap masa bodoh.Aku mendarat kan bokong
Aku dan Jin pergi lagi, kali ini pergi ke Taman ria. Aku ingin menepati janji yang ku ingkari tempo hari.Kami pergi ke taman Ria yang paling terkenal di kota ini. Taman yang di minati banyak orang, bahkan ada juga yang datang dari luar kota. Mulai dari taman, kolam renang arus, sampai berbagai wahana segala rupa memiliki daya tarik masing-masing bagi setiap pengunjung. Tempat ini menarik bayaran yang cukup mahal, namun tak sedikit orang yang datang.Kami bermain dan berenang bersama, tertawa dan menaiki wahana sampai rasanya ingin muntah. Yang paling seru adalah rollercoaster, permainan itu membuat jantungku terasa ingin lompat dari tempatnya. Hampir semua orang berteriak dan menjerit. Bahkan ada juga yang sampai menangis dan memohon untuk di turunkan.Aku dan Andy duduk bersebelahan, saling memejamkan mata karena takut. Kami sama-sama menjerit ketika rollercoaster itu bergerak dengan cepat, aku berdo’a dalam hati. Jika terjadi kecelakaan, pasti aku sangat menyesal. Dan yang paling a
Aku dan Jin menghabiskan waktu bersama hingga malam. Hanya sekedar bercerita di bawah pohon sebuah taman kota. Duduk berdua di bangku panjang dengan di temani beberapa camilan serta soda. Aku tidak terlalu suka dengan tempat yang ramai, karena menurutku di tempat seperti ini kita bisa bebas bercerita dan mendengarkan tanpa terganggu suara bising yang hanya akan mengganggu pembicaraan. Kami berbincang ringan di bawah pohon yang tidak terlalu besar, lampu taman yang berkerlipan membuat suasana menjadi lebih romantis menurutku. Tapi tetap saja, semua ini tidak bisa di bandingkan dengan lukisan maha karya Tuhan sewaktu bersama My mr. Ice waktu itu. Astaga, bayangan itu kembali berkelebat di benakku. Aku tersenyum pahit, dan mengusir jauh bayangan yang terasa menyakitkan itu. Jin paling pintar membuat lelucon yang super lucu. Sehingga wajahku terasa keram karena terlalu banyak tertawa. Inilah salah satu kelebihan yang membuatku tertarik padanya, dan harus aku akui bahwa aku nyaman berada
"Alexa, hey!!" "Alexa.. bangun!" Kurasakan tubuhku bergoyang. Aku membuka mataku, sinar keemasan menyilaukan mata. Hari apa ini? Ohya, kemarin hari Sabtu. Berarti sekarang aku bisa bermalas-malasan seharian. Ku lirik mom yang berdiri di samping ranjangku, terlihat gusar. Wajahnya terlihat tidak sabar. "Pagi,mom." Sapaku, kuberikan senyum imut dan senyum terbaik di pagi hari seraya duduk. "Akhirnya kamu bangun juga pemalas. Ini, ada telepon untukmu." Mom memberikan telepon padaku. Lalu keluar kamar setelah memberikanku tatapan peringatan terlebih dulu. "Halo?" Terdengar suara seorang pria di seberang telepon. "Eh, halo? Siapa ini?" aku bicara malas sambil menguap. "Alexa... Ini aku, Jin. Ada apa dengan ponselmu?" Aku mengerjapkan mata berulang kali supaya hilang rasa kantukku. "Umm.. ku rasa baterainya habis. Entahlah..." "Hari ini bisakah kita pergi
Bab 41"Aku harus ke toilet!" Aku segera meninggalkan meja kami dengan cepat. Bukannya ke toilet, tapi aku berbelok mengejar Dokter Beni. Di depan sana, aku melihat Dokter Beni sedang berjalan bersama seorang wanita."Dokter! Tunggu!"Dokter Beni dan wanita itu segera menoleh, menatapku dengan heran.Wajah wanita itu terlihat bingung, tapi tidak dengan Dokter Beni. Ia terlihat tenang dan hanya memandangku dengan datar."Ada apa?" tanya Dokter Beni dingin. Tidak ada basa basi dan langsung ke inti."Bisakah kita berbicara empat mata?" Aku memohon.Dokter Beni memandangku sejenak, lalu berpindah pada wanita yang ada di sebelahnya."Tunggu di mobil sebentar! Aku tidak akan lama." ucapnya pada wanita itu dan langsung di balas anggukan. Wanita itu segera berlalu keluar cafe melalui pintu samping. Apakah mereka bekerja disini? Mengapa mereka tidak lewat depan? Ah itu tidak penting. Aku harus berta
Beberapa hari kemudian aku pulang diantar Jin dengan mobilnya. Kami lewat cafe yang dulu seringkali Bintang kunjungi. Ingatan beberapa tahun lalu melintas di pikiranku, di balik pohon besar itu aku seringkali mengintai si Mr. Ice sampai berjam-jam. Aktivitas yang tak sebentar ku lakukan demi melihat pria dingin yang menyebalkan itu. Kini aku menyadari betapa bodohnya aku dulu. Aku terlalu bucin hingga menghabiskan waktu hanya untuk mengintai Mr. Ice dan mengaguminya dalam diam. Setelah cintanya ku dapatkan, semua berakhir begitu saja dan tak hubungan kami tak berlangsung lama. Tampaknya takdir sebercanda itu padaku.Jin menghentikan mobilnya tepat di depan cafe. Membuatku terkejut dan langsung menoleh padanya."Mengapa berhenti disini? Aku ingin pulang aja.""Aku ingin mencoba kopi yang terkenal itu. Katanya kopi disini sangat enak, dan aku ingin sekali mencobanya." ujar Jin."Baiklah, kita pesan kopi saja d
Semakin hari, aku semakin dekat dengan Jin. Kami sering menghabiskan waktu bersama, ia selalu menjemput dan mengantarkanku pulang. Sedikit demi sedikit, hatiku mulai pulih. Tak lagi meratapi kepergian Bintang .Hingga suatu hari saat itu datang juga. Saat Jin menyatakan cintanya kepadaku.Malam itu, di mobilnya. Jin memutar sebuah lagu instrumental yang aku tak tahu milik siapa di CD player mobil. Jin tak sekalipun membuang senyumannya sampai dia meraih sebuah tas kecil berwarna merah muda. Dari dalamnya, Jin mengeluarkan sesuatu. Ia membawakan aku sebuah apel merah yang mengkilap, di hiasi pita merah muda yang super cantik. Munculnya apel itu juga di iringi sebuah pisau yang tampak begitu tajam."Terima dan makanlah apel ini, jika aku layak berada di dekatmu. Tapi belah saja apelnya jika aku ini tak pantas untukmu."katanya seraya menatapku.Jujur, sebenarnya aku mulai menyukai Jin. Jadi ku pik
"Tersenyumlah, lupakan ia yang telah meninggalkan mu. Jangan sesali apa yang telah terjadi. Jadikan semua kenangan dan pembelajaran. Tersenyumlah, karena kamu berhak bahagia" Alexa POV Pria itu bernama Lee Hyun Jin, pria blasteran Indonesia Korea. Dia satu kelas denganku di kelas sastra. Dia tampan dan juga baik hati. Tubuhnya tegap dan atletis karena ia anggota klub basket di kampus. Rambutnya sedikit pirang dan ia mempunyai kumis tipis yang tersambung rapinke janggutnya. Dia menjadi idola di kampus, yah. Siapa yang tidak tertarik pada pria tampan blasteran yang tingkat ketampanannya di atas rata-rata dan mirip anggota boyband yang terkenal itu. Aku akui dia tampan, tidak pernah ada yang tau ia mempunyai kekasih atau tidak. Tapi yang ku lihat, ia tak pernah dekat dengan gadis manapun di kampus ini. Entahlah jika diluar, aku tak tahu. Aku pun tak pernah memperhatikannya karena selama ini
Bertemu Jin, lagi. Raganya memang telah pergi dari sisiku, Tapi cintanya akan selalu menetap dalam hatiku. Author POV Bintang tak pernah lagi datang ke kampus, bahkan di cafe yang sering ia kunjungi pun tak pernah terlihat sama sekali. Alexa semakin sedih ketika orang-orang menanyakan keberadaan Bintang padanya. Alexa seringkali menghubungi Bintang, tapi selalu di-reject. Bahkan ia mengirimkan ribuan chat, tapi pesannya hanya di baca tanpa ada yang di balsa satu pun. Bahkan, terakhir kali nomor Alexa di blok oleh Bintang. Alexa merasakan hatinya sangat sakit. Alexa sangat mencintai Bintang dan sangat menyesal kenapa hubungan mereka bisa berakhir hanya karena pertengkaran kecil. Alexa sering menangis,hingga membuat mommy pusing dan khawatir. Mommy bilang tak perduli sesedih apa Alexa, ia harus tetap makan. Terlebih lagi Alexa mempunyai penyakit lambung yang parah. Mommy tidak ingin terjadi apa-apa pa
Sesampainya di kampus, aku mencari keberadaan Bintang. Aku tak memperdulikan Yanti dan kak Leo yang meneriaki namaku. Yang ada dalam pikiranku hanya Bintang. Yah.. aku harus menemui nya dan berbicara dengannya. Aku tak ingin semuanya berakhir begitu saja hanya karena pertengkaran kecil kemarin. Aku sangat mencintainya, aku baru sebentar bersamanya setelah bertahun-tahun hanya bisa mengaguminya dari seberang cafe yang biasa Bintang kunjungi. Ia tidak akan melepaskan cintanya begitu saja. Ia harus berjuang untuk memperbaiki hubungannya dengan Bintang. Aku pergi menuju kelas Bintang, tapi aku tak dapat menemukannya. Bertanya pada mahasiswa yang ada disana, tapi tak ada satupun yang melihat Bintang pagi ini. Aku kembali mencarinya, menyusuri seluruh kampus yang tidak kecil ini. Tak ada satupun ruangan dan tempat yang terlewat. Tapi semuanya zonk. Aku tidak bisa menemukan pria itu dimanapun. Bintang seperti hilang di telan bumi. Ya Tuhan, aku harus m