Aku masih disini, di bawah pohon di seberang cafe tempat ku mengintai. Ya, mengintai buruan ku. Hihihi..
Terkadang, aku selalu insecure, aku sadar bahwa tak mungkin bisa mendapatkan nya tanpa ada usaha. Sikap cuek yang selalu terpasang di wajah nya membuat ku paham,tipe lelaki macam apa dia. Sesering apapun aku muncul di sekitar nya, dia tak akan memperhatikan aku walau sekilas.Bahkan mustahil bagi nya untuk melirik ku, gadis biasa yang berpakaian biasa dengan potongan rambut yang super biasa juga.Di samping itu, aku juga mengkhawatirkan sesuatu yang selalu ada dalam pikiran ku. Apa yang akan terjadi dua detik setelah aku menegur nya nanti? Apa kira-kira yang akan terlintas di pikiran nya tentang aku?Bagaimana nilaiku di matanya nanti? Apakah dia akan tetap cuek, sinis, galak atau malah senang?
Ahhh aku bisa gila memikirkannya. Perasaan ini benar-benar nyata, rasa suka yang menggebu. Eh bukan, ini tak bisa di katakan rasa suka lagi. Fix, ini cinta. Ya aku yakin rasa ini bukan hanya sekedar rasa suka tapi sudah berubah menjadi cinta. Rasa cinta yang setiap hari semakin tumbuh, hingga tak kusadari bisa sebesar ini.
Ya, aku yakin !! aku telah jatuh sejatuh jatuh nya pada pesona yang ia miliki. Hingga aku bertekad, suatu hari nanti aku harus mengalami dua detik menegangkan itu dan merasakan tarikan nafas lega merasuki paru-paru ku.Aku mengambil lollipop rasa vanila dari saku seragam ku. Ku buka plastik yang menutupi lollipop bulat itu, segera ku masukkan kedalam mulut ku. Aku memejamkan mata menikmati rasa manis yang kuat. Menyapu lidahku dengan manja, ahh entah kenapa aku sangat menyukai rasa manis. Menurutku, rasa manis bisa memperbaiki mood ku. Coba saja jika kalian sedang badmood, nikmati lollipop ini dengan sepenuh hati. Pasti mood kalian akan baik lagi. Percaya deh. Hehe..Aku menikmati lollipop itu dengan suka cita,ya lumayan lah untuk mengganti kan Arum manis kesukaan ku. Entah kemana penjual Arum manis yang selalu nongkrong di depan gerbang sekolah ku. Biasanya ia tak pernah absen berjualan disana. Harusnya aku tanyakan nomor telepon nya biar aku bisa menanyakan keberadaan nya. Apa bapak itu sedang Sakit kah? cuti kah? Atau lelah ? Ah mana ku tempe. Sudah, lupakan penjual Arum manis itu.
Sekarang kembali fokus pada lelaki incaran ku. Dia masih duduk disana, dengan berjuta pesona yang menyihir mata ku.
Yang selalu saja bisa membuat jiwa ku meronta-ronta karena pesonanya.Aku masih fokus pada satu titik di seberang sana, pada Mr. Ice.Hingga kurasakan ada sebuah tangan menarik telinga ku, hingga ku rasakan perih dan panas menjalar.
"Oh, pinter ya. Dicariin di sekolah nggak ada. Tau nya disini lagi." Suara kak Leo menggelegar bak petir di siang bolong.Aku meringis, menahan tangan nya yang masih setia bertengger di telinga ku. Diam-diam otak ku bekerja. Mencari seribu alasan yang akan aku lontarkan nanti nya. Kulihat wajahnya yang tak ramah sama sekali, membuat ku berpikir pasti kita berdua akan baju hantam karena masalah ini. Tapi, bukan Alexa namanya jika tidak bisa mengatasi hal kecil begini."Ampun kak, lepasin dong. Sakit nih." Rengek ku. Jiaah, jurus pertama !! Meminta belas kasihan.Dan yeah, jurus ku berhasil. Kak Leo melepaskan tangan nya dari telinga ku, segera aku mengusap telinga ku yang ku pastikan sudah memerah. Lumayan panas rasanya, karena kak Leo cukup keras menarik telinga ku yang imut."Kamu ngapain sih suka kesini? Mau jadi penunggu pohon ini?" Kak Leo berkacak pinggang memulai interogasi."Anu kak, itu.. anu." Aku kelabakan, bingung mencari alasan yang belum aku siapkan. Tiba-tiba otak ku lemot, mungkin karena otak ku sudah di penuhi oleh Mr. Ice.
"Apa?! Anu anu." Kak Leo mendelik. Seram juga kalau melihat kak Leo begini. Aku menggaruk kepala ku yang tidak gatal. Siapa tau dengan menggaruk kepala, ide cemerlang akan muncul. Hihihi..."Kamu pengen masuk cafe itu? Tapi nggak punya duit? Iya?" Tebak kak Leo asal.
"Nggak kok, nggak gitu." Aku tergagap, bingung harus menjawab apa.
"Terus apa? Naksir sama pelayan cafe itu?"
"Astaga kakak, kalau ngomong itu disaring dulu kenapa?"
"Ya abisnya, kamu setiap hari selalu kesini. Berdiri dibawah pohon besar ini. Nanti kesambet kan kakak juga yang repot."
"Nggak akan kak, pohon ini udah jadi sahabat terbaik aku. Dia nggak mungkin jahat sama aku."
"Dih, aneh! Pohon diajak sahabatan. Kayak nggak ada stok manusia aja di muka bumi ini."
"Aku kan emang aneh, rada sedikit gesrek plus sengklek. Tapi aku cantik dan sangat manis." Ujarku seraya tersenyum semanis mungkin seraya mengedipkan sebelah mataku. Membuat kak Leo berlagak ingin muntah.
"Hoeekk.. emang gula manis?" Cibirnya.
"Eh kakak tau nggak? Gula aja kalah manis dari aku."
"Ya Allah dek, beneran pengen muntah kakak dengernya. Punya adik kok gini amat ya." Kak Leo menepuk jidatnya pelan.
"Bersyukur aja kak, ikhlas menerima takdir. Ikhlas punya adik yang cantik dan manis nya nggak ketulungan."
"Nih anak bener-bener ya."
"Bener-bener apa? Bener-bener cantik ya?"
"Bener-bener gila!" Ketus kak Leo yang semakin membuat ku geli. Aku pun terkikik mengenang ucapan ku barusan.
"Kakak nungguin udah lama di gerbang sekolah, tau nya kamu keluyuran sampe kesini. Ngapain sih? suka banget disini? di culik penunggu pohon ini baru tau rasa kamu ! " Cerocos Kak Leo yang membuat kepala ku mendadak pusing."Kakak kayak emak emak deh. Ngoceh nya panjang banget, dah kayak rel kereta. Udah dibilang kan, kalo pohon ini sahabat aku." Aku bersungut-sungut. Tak terima di marahi meski sebenarnya aku memang salah. Yah, begitulah diriku. Hehe"Dih, nih anak di bilangin malah ngeyel.""Dih kakak, makin kayak Mak- Mak kompleks deh." Ujar ku tak mau kalah.Pletak..!!!Satu jitakan mendarat sempurna di kepala ku. Dengan refleks, tangan ku mengusap kepala yang lumayan sakit."Aduh, sakit tau." Protes ku tak terima."Makanya, kalo di bilangin itu jangan bandel." Kak Leo masih memasang wajah garang nya."Tadi di jewer, sekarang di jitak. Ini namanya kekerasan!! Mau kalo di laporin ke KOMNASHAM PERLINDUNGAN ANAK?" Teriakku kesal."Hilihh.. anak kecil sok-sok an. Ayo balik !!Dah sore nih. Nanti mommy khawatir." Ujar kak Leo dengan berjalan begitu saja meninggalkan ku yang masih merajuk."Nggak mau !!" Teriak ku dengan jengkel."Ya udah, kalo gitu selamat jalan kaki." Ucapnya tanpa menoleh dan terus berjalan menjauh meninggalkan ku."Kakak jahat !!" Teriak ku dengan kencang. Aku pun terpaksa mengikuti nya dengan kaki yang sengaja ku hentak kan ke aspal. Menyalurkan rasa kesal dan dongkol yang menyelimuti hatiku saat ini.Belum puas rasa nya aku menikmati wajah tampan sang Mr. ice pujaan ku. Dan kakak, selalu saja mengganggu kegiatan rahasia ku. "Tunggu aku Mr.ice" Seru ku dalam hati dengan senyum penuh damba. Aku berhenti sejenak untuk menoleh ke cafe dimana Mr. ice berada.Aku melambaikan tangan seolah say good bye padanya. Aku seperti orang yang tidak waras saja, hingga aku segera berlari ketika kudengar suara mesin motor kak Leo yang telah menyala.Dengan cepat aku berlari, takut jika kak Leo benar-benar akan meninggalkan ku."Kakak tunggu..!!" Teriak ku dengan sekuat tenaga, berlari dengan kecepatan penuh.Siang ini langit terlihat gelap, di hiasi awan hitam yang bergelayut tak mau pergi. Di iringi suara Guntur yang membuat ku merinding. Seberkas cahaya berkilatan dilangit, menambah seramnya cuaca sore ini. Guntur saling bersahutan tak mau kalah, menggelegar memekakkan telinga. Sesekali aku menutup telinga ku karena kaget dan takut.Aku duduk sendirian di salah satu bangku di dalam kelas, berada disudut dekat jendela. Netra ku melihat keluar jendela, memandangi setitik demi setitik air yang mulai turun membasahi bumi. Bukankah jatuh itu sakit? Tapi tidak dengan hujan. Ia berkali-kali jatuh, tapi tak pernah sedikitpun ia mengeluh dan tak berhenti memberikan ketentraman serta kesuburan pada bumi. Harusnya kita belajar pada hujan, meski ia jatuh berkali-kali tapi ia selalu berakhir baik untuk semua makhluk.Ku bingkai senyum tipis dengan tulus, tak lupa mengucap syukur pada Tuhan. Aku tak begitu menyukai hujan, karena saat ini membuat ku tertahan di dalam kelas
Hari ini aku bahagia sekali, Karena aku diperbolehkan membawa mobil sendiri.Aku melajukan mobil berwarna merah kesayanganku,hadiah dari Daddy ketika aku berulang tahun yang ke 17 tahun lalu. Aku menuju cafe dimana my Mr. ice berada. Ku parkikan mobil tak jauh dari cafe, kulirik jam berwarna putih yang setia melingkar di pergelangan tangan ku.Pukul 15.15 tapi kenapa Mr. Ice belum muncul?Aku masih setia berada dalam mobil ku tanpa berniat keluar sedikit pun, hingga aku mulai lelah menunggu. Karena tak ada tanda-tanda kemunculan dari sang Mr. ice,Tenggorokan ku mulai diserang rasa haus, aku melirik ke luar jendela mobil. Mencari pedagang minuman yang biasa berlalu lalang, namun tak jua aku temui.Hingga aku memutuskan untuk turun, melangkah menuju cafe biasa Mr. ice menghabiskan waktu.Hitung-hitung sekalian aku mencari tau keberadaan Mr. ice yang mungkin saja pindah tempat duduk. Hihihi...Aku memesan milkshake vanila kesukaaan ku
Aku belajar dengan giat untuk mencapai nilai tertinggi agar bisa masuk ke fakultas impian ku. Eh tunggu dulu...Semenjak aku melihat Mr.ice di kampus yang sama dengan kak Leo, haluanku jadi berubah. Kalian sudah pasti bisa menebak kemana haluanku sekarang.Ya, aku tak lagi ingin masuk ke fakultas impianku. Melainkan berpindah haluan ingin masuk ke fakultas di mana Mr. ice berada. Agak konyol memang, tapi ya... mendapatkan cinta Mr. ice merupakan impian ku juga bukan? Bukan kah mimpi harus di kejar? Aku tidak salah bukan? HihihiMemikirkan menjadi kekasih Mr. Ice... ahh... membuat hatiku lemas. Aku tak sabar menantikan hal itu. Dan aku harus mengalami hal yang membahagiakan itu. Harus...!!!!Hingga aku bertekad, akan masuk ke kampus itu. Karena itu langkah awal ku untuk lebih dekat dengan nya.Hari ini adalah hari kelulusan ku, dan yeahh... sudah ku tebak! Aku Lulus dengan nilai terbaik. Bukan nya sombong, tapi otakku lumayan lah... Hi
Hari ini tepat dua Minggu aku menginjak kan kakiku sebagai mahasiswa di kampus ini. Kampus kebanggaan kakak ku yang selama ini sama sekali tak pernah aku lirik dan tidak pernah ada didaftar kampus pilihanku. Tapi semuanya berubah semenjak aku tahu bahwa Mr. ice kuliah disini. Semuanya sudah aku pastikan jika benar dia anak kampus sini. Karena selama ini aku mengintainya sepanjang waktu. Eh, bukankah itu bukan rahasia lagi? Dan kalian semua tau itu. Hihihi...Aku berjalan menyusuri setapak demi setapak jalan menuju taman kampus. Tempat dimana aku melihat Mr. ice di kampus ini. Kepalaku tak mau diam, melihat ke kiri dan ke kanan mencari keberadaan sang pujaan. Berharap bisa menemukan wajah tampan nya hari ini. A
Mr ice berjalan perlahan tanpa memutuskan pandangan nya terhadap ku. Dan ini seketika membuatku gila! Aku bisa saja kehilangan akal sehatku jika saja Xylnacia sahabatku tidak segera menyadarkan ku."Alexa !!" Teriak Xylnacia tepat di telingaku yang seketika membuat aku kaget."Lu ngagetin gue aja ah." Protes ku tak terima. "Gendang telinga gue bisa pecah denger suara cempreng Lu!""Abisnya lu sih daritadi gue panggil kagak nyahut. Gue kira lu kesambet setan." Gerutu nya sambil memanyunkan bibir.iya gue kesambet setan. Eh bukan Ding! kesambet malaikat tampan tak bersayap. Ucapku dalam hati.Mr ice melewati
Terik nya sinar mentari menusuk kulit. Segera aku berlari mencari tempat yang teduh untuk menyelamatkan kulitku yang terasa terbakar. Tidak ada pohon apapun disini, hingga aku berlari menuju halte bus yang tak jauh dari kampus."Ini gara-gara kakak. Kalo aja nggak pergi sama temen nya, nggak mungkin aku kesusahan seperti ini." Gerutu ku seraya berlari perlahan.Aku bernafas lega karena mendapat tempat untuk menghalangi sinar mentari yang terik siang ini. Segera aku mendaratkan bokong ke bangku panjang yang tersedia di sana. Ku ayun kan kakiku seraya bersenandung kecil. Menghilang kan kejenuhan selagi menunggu bis datang.Ya, aku memutuskan untuk naik bis saja. Karena Bater
Author POV Alexa terbangun karena silau matahari yang menembus jendela yang di sengaja di singkap sebagian. Ia membuka matanya perlahan lalu beranjak duduk mengamati sekitar. Dilihatnya ada hanya ada Leo yang masih pulas dengan tidurnya. Ia meraih air putih yang ada di atas nakas, lalu meneguk nya sampai habis. Kembali ia letakkan gelas itu, menurunkan kaki jenjangnya ke lantai rumah sakit yang dingin. Mendorong tiang infus untuk pergi ke kamar mandi guna menunaikan hajatnya. Leo terbangun kal
Pagi yang cerah, secerah hati Alexa saat ini. Dengan sejuta harapan agar bisa bertemu kembali dengan Mr. ice yang selalu setia memenuhi hati dan pikiran gadis itu. Ia melangkahkan kaki jenjangnya ke arah bangku taman yang masih sepi. Senyum selalu menghiasi wajahnya yang manis. Senyum ceria dengan beribu kebahagiaan dan harapan yang selalu ia sematkan. Matanya berkeliling lincah mengitari seluruh taman. Siap memata-matai Mr ice yang biasanya nongkrong di taman kampus. Semenjak Alexa tahu Mr ice kuliah di kampus ini, jarang sekali ia melakukan aksi yang biasa ia lakukan semasa SMA. Tapi tidak di pungkiri juga ia akan ke cafe tempat pe
Aku dan Jin pergi lagi, kali ini pergi ke Taman ria. Aku ingin menepati janji yang ku ingkari tempo hari.Kami pergi ke taman Ria yang paling terkenal di kota ini. Taman yang di minati banyak orang, bahkan ada juga yang datang dari luar kota. Mulai dari taman, kolam renang arus, sampai berbagai wahana segala rupa memiliki daya tarik masing-masing bagi setiap pengunjung. Tempat ini menarik bayaran yang cukup mahal, namun tak sedikit orang yang datang.Kami bermain dan berenang bersama, tertawa dan menaiki wahana sampai rasanya ingin muntah. Yang paling seru adalah rollercoaster, permainan itu membuat jantungku terasa ingin lompat dari tempatnya. Hampir semua orang berteriak dan menjerit. Bahkan ada juga yang sampai menangis dan memohon untuk di turunkan.Aku dan Andy duduk bersebelahan, saling memejamkan mata karena takut. Kami sama-sama menjerit ketika rollercoaster itu bergerak dengan cepat, aku berdo’a dalam hati. Jika terjadi kecelakaan, pasti aku sangat menyesal. Dan yang paling a
Aku dan Jin menghabiskan waktu bersama hingga malam. Hanya sekedar bercerita di bawah pohon sebuah taman kota. Duduk berdua di bangku panjang dengan di temani beberapa camilan serta soda. Aku tidak terlalu suka dengan tempat yang ramai, karena menurutku di tempat seperti ini kita bisa bebas bercerita dan mendengarkan tanpa terganggu suara bising yang hanya akan mengganggu pembicaraan. Kami berbincang ringan di bawah pohon yang tidak terlalu besar, lampu taman yang berkerlipan membuat suasana menjadi lebih romantis menurutku. Tapi tetap saja, semua ini tidak bisa di bandingkan dengan lukisan maha karya Tuhan sewaktu bersama My mr. Ice waktu itu. Astaga, bayangan itu kembali berkelebat di benakku. Aku tersenyum pahit, dan mengusir jauh bayangan yang terasa menyakitkan itu. Jin paling pintar membuat lelucon yang super lucu. Sehingga wajahku terasa keram karena terlalu banyak tertawa. Inilah salah satu kelebihan yang membuatku tertarik padanya, dan harus aku akui bahwa aku nyaman berada
"Alexa, hey!!" "Alexa.. bangun!" Kurasakan tubuhku bergoyang. Aku membuka mataku, sinar keemasan menyilaukan mata. Hari apa ini? Ohya, kemarin hari Sabtu. Berarti sekarang aku bisa bermalas-malasan seharian. Ku lirik mom yang berdiri di samping ranjangku, terlihat gusar. Wajahnya terlihat tidak sabar. "Pagi,mom." Sapaku, kuberikan senyum imut dan senyum terbaik di pagi hari seraya duduk. "Akhirnya kamu bangun juga pemalas. Ini, ada telepon untukmu." Mom memberikan telepon padaku. Lalu keluar kamar setelah memberikanku tatapan peringatan terlebih dulu. "Halo?" Terdengar suara seorang pria di seberang telepon. "Eh, halo? Siapa ini?" aku bicara malas sambil menguap. "Alexa... Ini aku, Jin. Ada apa dengan ponselmu?" Aku mengerjapkan mata berulang kali supaya hilang rasa kantukku. "Umm.. ku rasa baterainya habis. Entahlah..." "Hari ini bisakah kita pergi
Bab 41"Aku harus ke toilet!" Aku segera meninggalkan meja kami dengan cepat. Bukannya ke toilet, tapi aku berbelok mengejar Dokter Beni. Di depan sana, aku melihat Dokter Beni sedang berjalan bersama seorang wanita."Dokter! Tunggu!"Dokter Beni dan wanita itu segera menoleh, menatapku dengan heran.Wajah wanita itu terlihat bingung, tapi tidak dengan Dokter Beni. Ia terlihat tenang dan hanya memandangku dengan datar."Ada apa?" tanya Dokter Beni dingin. Tidak ada basa basi dan langsung ke inti."Bisakah kita berbicara empat mata?" Aku memohon.Dokter Beni memandangku sejenak, lalu berpindah pada wanita yang ada di sebelahnya."Tunggu di mobil sebentar! Aku tidak akan lama." ucapnya pada wanita itu dan langsung di balas anggukan. Wanita itu segera berlalu keluar cafe melalui pintu samping. Apakah mereka bekerja disini? Mengapa mereka tidak lewat depan? Ah itu tidak penting. Aku harus berta
Beberapa hari kemudian aku pulang diantar Jin dengan mobilnya. Kami lewat cafe yang dulu seringkali Bintang kunjungi. Ingatan beberapa tahun lalu melintas di pikiranku, di balik pohon besar itu aku seringkali mengintai si Mr. Ice sampai berjam-jam. Aktivitas yang tak sebentar ku lakukan demi melihat pria dingin yang menyebalkan itu. Kini aku menyadari betapa bodohnya aku dulu. Aku terlalu bucin hingga menghabiskan waktu hanya untuk mengintai Mr. Ice dan mengaguminya dalam diam. Setelah cintanya ku dapatkan, semua berakhir begitu saja dan tak hubungan kami tak berlangsung lama. Tampaknya takdir sebercanda itu padaku.Jin menghentikan mobilnya tepat di depan cafe. Membuatku terkejut dan langsung menoleh padanya."Mengapa berhenti disini? Aku ingin pulang aja.""Aku ingin mencoba kopi yang terkenal itu. Katanya kopi disini sangat enak, dan aku ingin sekali mencobanya." ujar Jin."Baiklah, kita pesan kopi saja d
Semakin hari, aku semakin dekat dengan Jin. Kami sering menghabiskan waktu bersama, ia selalu menjemput dan mengantarkanku pulang. Sedikit demi sedikit, hatiku mulai pulih. Tak lagi meratapi kepergian Bintang .Hingga suatu hari saat itu datang juga. Saat Jin menyatakan cintanya kepadaku.Malam itu, di mobilnya. Jin memutar sebuah lagu instrumental yang aku tak tahu milik siapa di CD player mobil. Jin tak sekalipun membuang senyumannya sampai dia meraih sebuah tas kecil berwarna merah muda. Dari dalamnya, Jin mengeluarkan sesuatu. Ia membawakan aku sebuah apel merah yang mengkilap, di hiasi pita merah muda yang super cantik. Munculnya apel itu juga di iringi sebuah pisau yang tampak begitu tajam."Terima dan makanlah apel ini, jika aku layak berada di dekatmu. Tapi belah saja apelnya jika aku ini tak pantas untukmu."katanya seraya menatapku.Jujur, sebenarnya aku mulai menyukai Jin. Jadi ku pik
"Tersenyumlah, lupakan ia yang telah meninggalkan mu. Jangan sesali apa yang telah terjadi. Jadikan semua kenangan dan pembelajaran. Tersenyumlah, karena kamu berhak bahagia" Alexa POV Pria itu bernama Lee Hyun Jin, pria blasteran Indonesia Korea. Dia satu kelas denganku di kelas sastra. Dia tampan dan juga baik hati. Tubuhnya tegap dan atletis karena ia anggota klub basket di kampus. Rambutnya sedikit pirang dan ia mempunyai kumis tipis yang tersambung rapinke janggutnya. Dia menjadi idola di kampus, yah. Siapa yang tidak tertarik pada pria tampan blasteran yang tingkat ketampanannya di atas rata-rata dan mirip anggota boyband yang terkenal itu. Aku akui dia tampan, tidak pernah ada yang tau ia mempunyai kekasih atau tidak. Tapi yang ku lihat, ia tak pernah dekat dengan gadis manapun di kampus ini. Entahlah jika diluar, aku tak tahu. Aku pun tak pernah memperhatikannya karena selama ini
Bertemu Jin, lagi. Raganya memang telah pergi dari sisiku, Tapi cintanya akan selalu menetap dalam hatiku. Author POV Bintang tak pernah lagi datang ke kampus, bahkan di cafe yang sering ia kunjungi pun tak pernah terlihat sama sekali. Alexa semakin sedih ketika orang-orang menanyakan keberadaan Bintang padanya. Alexa seringkali menghubungi Bintang, tapi selalu di-reject. Bahkan ia mengirimkan ribuan chat, tapi pesannya hanya di baca tanpa ada yang di balsa satu pun. Bahkan, terakhir kali nomor Alexa di blok oleh Bintang. Alexa merasakan hatinya sangat sakit. Alexa sangat mencintai Bintang dan sangat menyesal kenapa hubungan mereka bisa berakhir hanya karena pertengkaran kecil. Alexa sering menangis,hingga membuat mommy pusing dan khawatir. Mommy bilang tak perduli sesedih apa Alexa, ia harus tetap makan. Terlebih lagi Alexa mempunyai penyakit lambung yang parah. Mommy tidak ingin terjadi apa-apa pa
Sesampainya di kampus, aku mencari keberadaan Bintang. Aku tak memperdulikan Yanti dan kak Leo yang meneriaki namaku. Yang ada dalam pikiranku hanya Bintang. Yah.. aku harus menemui nya dan berbicara dengannya. Aku tak ingin semuanya berakhir begitu saja hanya karena pertengkaran kecil kemarin. Aku sangat mencintainya, aku baru sebentar bersamanya setelah bertahun-tahun hanya bisa mengaguminya dari seberang cafe yang biasa Bintang kunjungi. Ia tidak akan melepaskan cintanya begitu saja. Ia harus berjuang untuk memperbaiki hubungannya dengan Bintang. Aku pergi menuju kelas Bintang, tapi aku tak dapat menemukannya. Bertanya pada mahasiswa yang ada disana, tapi tak ada satupun yang melihat Bintang pagi ini. Aku kembali mencarinya, menyusuri seluruh kampus yang tidak kecil ini. Tak ada satupun ruangan dan tempat yang terlewat. Tapi semuanya zonk. Aku tidak bisa menemukan pria itu dimanapun. Bintang seperti hilang di telan bumi. Ya Tuhan, aku harus m