Beranda / Fantasi / MR. D / Penghabisan

Share

Penghabisan

Penulis: Cacak Endik
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Sebuah altar langit terhampar tanpa batas di atas kota Jombang. Di antara bumi dan langit namun tak sampai melampaui atmosfer, hanya berada di sela-sela antara mendung dan awan putih yang akhir-akhir ini tertambat tak mau pergi di atas kota Jombang.

Di bawah sinar rembulan merah dengan segala mitos dan legendanya. Tertambat dua sosok petapa bersila berhadapan, ya mereka adalah guru dan murid, Wahyu dan petapa Effendik tengah berdiskusi keras teramat alot mengenai sebuah akhir dari riwayat kota Jombang di bawahnya.

“Guru sang raja dari raja siluman sudah muncul rupanya. Dia Kebo Marcuet kakak dari Adi Yasa seorang siluman yang hanya bisa aku kalahkan dengan sosokku sebagai satria langit. Namun sosokku sebagai Wahyu tak kan mampu mengatasi kesaktiannya,” celetuk Wahyu terus berpikir mengurai jawaban dari segala masalah kota Jombang dan ia tak mengira kalau musuh-musuhnya di masa lalu akan terbangun satu-persatu.

“Satria walau tubuhmu sekarang ter

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • MR. D   Dek Nur

    Malam ini malam satu suro suasana kota Jombang tengah mencekam kebakaran dimana-mana. Kesurupan masal terjadi di beberapa tempat, kekacauan dan penjarahan terjadi di beberapa tempat. Jalanan menjadi tempat pemerkosaan sejumlah wanita kini keadaan kota Jombang seakan menjadi kota mati.Tangisan dan teriakan kengerian di setiap sudut gang darah tertumpah dimana-mana. Warna aspal tak lagi hitam menjadi semerah darah bergeleparan nyawa dimana-mana. Malam ini seperti biasa sebagai pertanda awal kehancuran hujan deras dan badai mengguyur serta menyapu kota menambah kehancuran semakin hancur untuk kota yang berjuluk kota beriman bersih indah dan nyaman yang kini tak lagi elok dihuni.Di sudut-sudut kota terjadi peperangan antara anggota T O H dan para setan atau siluman. Dari mulai anggota T O H ring paling lemah hingga terkuat semua bertarung. Banyak pula dari mereka yang telah gugur mempertahankan kota Jombang.Di sudut pojok desa Mojokembang tepatnya di ujung

  • MR. D   Dava Bin Kardi

    Gerimis masih terus berjatuhan di pelataran rumah Haji Kardi. Menyapu darah yang meluber di setiap sudutnya. Beberapa tempat menggenang pula bekas luberan di sudut-sudut ruang kental merah matang bercampur lumpur dan tanah basah serta rerumputan.Dalam area belakang hingga jalanan depan rumah Haji Kardi tergeletak beberapa mayat dari anggota T O H yang telah gugur sebagai syuhada. Tubuhnya pun ada dari beberapa mayat yang sudah tak berbentuk, karena yang mereka lawan bukanlah manusia tapi sebuah pasukan dari kerajaan setan terkuat di kota mereka.Kondisi rumah Haji Kardi sudah tidak utuh lagi bagaikan yang tersisa hannyalah puing-puing sisa dari robohnya dinding rumah yang semula kokoh kini berantakan tak menyisakan satu pun pilar penyangga untuk menopang semuanya roboh.Habis sudah keluarga Haji Kardi dengan segala kejayaannya tak bersisa kini tinggallah Dava berdiri mematung di tengah-tengah rumah yang sudah rata oleh tanah. Tetap lekat menatap dua sosok

  • MR. D   1000 Pasukan Kegelapan

    Jaka tengah meletakkan jasad kedua orang tuanya di atas ranjang yang tak ikut hancur. Bersama hancurnya fondasi rumahnya yang selama ini kokoh tak tergoyahkan malam ini runtuh jua.Dengan mata yang begitu tegar setegar batu karang hasil dari tempaan keadaan selama ini. Sehingga sesulit apa pun keadaan yang dihadapi sorot matanya tetap tajam tak tergoyahkan. Walau dalam hatinya tetap tercabik-cabik penuh kesedihan dan aroma balas dendam.Jaka lalu mengecup kening kedua orang tuanya yang sudah terbujur kaku tak bernyawa. Gugur menjadi syuhada membela kebenaran di kota Jombang tercinta.“Abah, Umi, terima kasih telah mengantarkan Jaka sampai hari ini dan maaf di akhir kalian aku tak mampu menolong kalian hingga semua ini terjadi beristirahatlah Abah, Umi. Aku berjanji akan membawa pulang menantumu Putri,” terucap kata-kata terakhir teruntuk kedua orang tuanya dari Jaka mengalir perih melalui bibirnya yang sudah mulai memutih pucat sayu terlalu lel

  • MR. D   Pemuda Majapahit

    Mendung sedang bergulung-gulung pekat di atas langit kota Jombang tepatnya di atas desa Mojokembang. Sebuah desa area kecamatan Mojowarno sebelah timur kota.Mendung hitam tertambat tak mau pergi bahkan terus bertambah sesekali tampak menjulurkan lidah-lidah petir meraung hingga ke bawah langit. Tak jarang petir menyambar apa pun yang ia lintasi hingga menapak tanah.Hujan semakin deras tertumpah dari awan hitam yang terus berkumpul dari segala penjuru kota menjadi satu. Di tambah angin berembus tak beraturan sekiranya bolehlah saat ini, hari ini, detik ini kota Jombang bisa di sebut sebagai kota siaga satu bencana badai.Dari luar kota Jombang yakni dari kota-kota sekitarnya yang tampak aman-aman saja tak terjadi satu peristiwa aneh apa pun. Karena itu penduduk kota lain sangat heran kenapa hanya kota Jombang yang layaknya kota mati seakan ada kabut gelap memagari pinggiran kota tiada yang berani melintas untuk melewatinya.Di daerah kota Mojokerto tepat

  • MR. D   Ormas Mataram

    Di sebuah tempat di barat kota Jombang tepatnya di daerah perbatasan antara kota Jombang dan kota Kertosono. Di dalam sebuah Musala sederhana bernama Al Hidayah di seberang jalan raya Kayen masuk daerah kecamatan Kertosono.Dua sosok pemuka agama kota Kertosono tengah berbincang di dalam Musala. Tentang sebuah dinding kabut aneh yang menyelubung tebal bersaf-saf tinggi pas di samping timur Musala Al Hidayah.Karena pagar Musala Al Hidayah juga berfungsi sebagai batas akhir kota Jombang. Lalu di sebelah barat pagar sudahlah masuk wilayah Kertosono. Sudah sewindu lebih pagar terselimut dinding kabut pekat hitam seakan kota Jombang terkurung di dalamnya.Namun banyak santri yang rumahnya di desa balik dinding sisi timur termasuk santri dari dua sosok pemuka agama Kertosono tersebut yang tak bisa keluar dari belenggu dinding kabut sehingga berbulan-bulan tak ada kabar berita.Sedangkan Masyarakat di sisi barat dinding tak berani masuk ke sisi timur takut deng

  • MR. D   Laskar Lamongan dan Wong Kediri

    Krik, krik,Kingkung, kingkung,Suara-suara jangkrik mengerik dan kodok mengorek terdengar leluasa mengisi seluruh sisi hutan Ndawar Belandong. Sebuah nama hutan disisi paling utara kota Jombang di antara perbatasan kota Jombang dan kota Lamongan.Alas Ndawar begitulah julukannya sebuah hutan lebat di atas bukit di atas dataran tinggi namun bukanlah sebuah gunung hanya sebuah dataran tinggi. Alas Ndawar terkenal pula dengan perkebunan rakyat di sisi area Lamongan dengan belasan hektar ditanami pohon kayu putih.Berbeda dengan perbatasan kota Jombang dengan kota disisi yang lain di sisi utara ini berbatasan langsung dengan kota Lamongan dan bersekat hutan lebat bukan pemukiman ataupun jalan raya.Di area ini kota Jombang di serang pasukan jerangkong hidup yang di pimpin oleh panglima Jerangkong. Pasukan jerangkong hidup yang mengambil bentuk serupa tengkorak hidup terkenal sangat beringas dan tak pernah memandang area lawan. Bahkan sering mereka kelua

  • MR. D   Titik Terang

    Di atas awan gelap pas di atas desa Mojokembang, langit masih begitu gelap dengan badai petir tiada hentinya menyambar ke bawah langit. Hujan deras serta angin rebut terus mengguyur dan menderu kencang.Saat di bawah langit kota Jombang terjadi pertempuran sengit di mana-mana pertempuran akhir kota. Dimanah nasib kota Jombang di pertaruhkan dalam pertempuran atau perang kali ini. Di atas langit jua tiada sepi dari perang besar kali ini, di atas awan tampak beberapa kali benturan cahaya kilat memercikkan api dan sesekali menciptakan ledakan dahsyat sehingga percikan dari benturan tersebut sampai terlihat hingga ke bawah.Benturan antara dua kekuatan besar yang sedang bertarung yakni antara Wahyu dan Kebo Marcuet begitu sengitnya. Kali ini keadaan tengah berimbang Wahyu yang terus melancarkan pukulan dan ajian kepada Kebo Marcuet dapat di patahkan mentah-mentah olehnya. Begitu pula sebaliknya Kebo Marcuet walau beberapa kali melayangkan serangan pada Wahyu jua dapat di p

  • MR. D   Pendekar 5 kota

    Petapa tanpa nama berjalan perlahan menuju Petapa Effendi dan Haji Rusdi yang terbengong-bengong dengan kedatangan petapa tanpa nama. Meninggalkan Wahyu yang seakan terduduk lemas tak berdaya setelah pundaknya di sentuh petapa tanpa nama.“Assalamualaikum guru,” ujar Petapa Effendik seraya sungkem memberi hormat.“Waalaikumsalam Warahmatullahi wabarakatuh, apa kabar Effendik murid kesayanganku?” ucap Petapa tanpa nama.Seraya mengentakkan tongkat putih di genggamannya dengan teriakan Allahuakbar. Sekali bentakan di atas ujung langit kota Jombang seakan menghentikan keseluruhan aktivitas perang yang ada di bawahnya. Ribuan pasukan kegelapan yang semula meraung-raung, membunuh dan tak bisa di hancurkan kini berlari kocar-kacir ketakutan mendengar satu lengkingan benturan antara tongkat dan atap langit dari petapa tanpa nama.Walaupun mereka berlarian sampai ujung dunia tetap mereka tersapu badai pasir dahsyat yang di timbulkan dari a

Bab terbaru

  • MR. D   Gagang Sapu

    Tengah malam lewat 15 menit sudah Jaka baru pulang dan baru sampai di teras rumahnya pas berdiri di depan pintu depan rumah berbentuk kupu-kupu atau orang Jawa menyebutnya pintu berbentuk kupu tarung. Entah apa maksudnya kupu tarung yang kalau di buat menjadi arti bahasa Indonesia artinya kupu berkelahi mungkin bentuknya yang seperti kupu-kupu saling berhadapan.“Eh ketok enggak ya, ah terobos sajalah,” gerutu Jaka melewati Pintu dengan gampangnya seakan Jaka selalu dengan mudah menembus pintu tebal yang terbuat dari pohon jati hasil karya Mbah Raji tersebut.“Hehe, sudah masuk dong ke dalam rumah, eh percuma dong istriku mengunci pintu kalau aku gampang masuk. Dan oh tidak orang yang bisa kayak aku juga gampang masuk dong. Haduh Putri jadi ngeri meninggalkan kamu lama-lama sayang, ah kok jadi parno begini ya cus ke kamar,” gerutu Jaka melangkah ke kamar dengan langkah di percepat.Sampai pintu kamar ternyata keadaan pintu tak tertutup se

  • MR. D   Regenerasi

    Krek..., blek...,Suara pintu kamar Vivi terbuka perlahan dari luar oleh Jaka dan Bagus yang hendak mengecek keadaan Vivi dan Wahyu.“Rupanya mereka sudah pulas Mas,” ucap Jaka tersenyum kecil melihat tingkah lucu anaknya yang tengah memeluk erat Vivi sambil terus mengusap perut Vivi sambil terus mengigau Mas Dewa.“Eh sebentar deh Dek Jaka coba dengar igauan anakmu itu,” kata Bagus masih berdiri di depan pintu bersama Jaka.“Sebentar Mas, diam lah dulu aku tidak begitu jelas coba aku dengar sekali lagi,” ujar Jaka mendekatkan daun telinganya agak menjorok ke dalam pintu sambil melonggokkan kepala ke dalam kamar.“Mas Dewa cepat lahir ya,” kembali igauan Wahyu terdengar kali ini agak jelas.“Eh benar kan firasatku Mas,” celetuk Jaka menatap Bagus dan Bagus yang tak tahu menahu akan maksud dari Jaka hanya bengong tak mengerti.“Maksudnya bagaimana ini Dek aku jadi penasa

  • MR. D   Mas Kecil

    “Tante, tante Vivi, halo dimanakah dirimu Tanteku yang cantik dan perutnya gendut, hehe. Namanya hamil ya memang gendut ya ah aku ini bagaimana,” teriak Wahyu sambil menggerutu menertawakan diri sendiri terus berlari ke arah kamar Vivi.“Nah ini kamar Tante sama Om ini, gedor ah kerjai Tante biar langsung bangun tidur melulu Si Tante ah aku kan kangen,” gerutu Wahyu mulai usil dengan rencana-rencana nakalnya.“Duor,” sekali tendang pas di tengah dengan kakinya membuat suara sangat kencang namun tetap tak terbuka pintu tetap tertutup rapat terkunci dari dalam.“Loh kok enggak bangun juga ini Tante wah tidur apa pingsan sih ini orang, Tante aku kangen!” teriak Wahyu di depan pintu kamar Vivi.“Pakai apa ya biar bunyinya jadi kayak ada ritmenya gitu pas mukul-mukul ini pintu, hem, ahay ini ada palu ini di atas meja kok pas ya ada palu namanya juga novel campur komedi ia kan haha, eh jangan deh nanti

  • MR. D   Tentang Kemungnan

    “Brem, brem, tengteng teng, sit hop stop,” celetuk Wahyu langsung lompat dari atas motor bergegas lari menuju dalam rumah Pak Bupati Bagus yang memang sudah terbuka pintu depannya.“Hey, Wahyu hati-hati Nak jangan lari nanti jatuh,” teriak Jaka namun Wahyu tak menggubris dan terus berlari dengan kaki-kaki kecilnya yang menggemaskan.“Assalamualaikum tante, oh tante,” teriak Wahyu sambil terus berlari melewati Omnya yakni Pak Bupati Bagus beserta petinggi T O H yang lain yang tengah asyik mengobrol di ruang tamu.“Eh Wahyu jangan lari-lari Nak nanti jatuh,” teriak Bagus mengingatkan Wahyu namun Wahyu melewatinya begitu saja karena saking rindunya pada tantenya Vivi.Sebentar kemudian Wahyu kembali ke tempat para peringgi T O H yang sedang duduk-duduk seraya menyalami satu persatu dari mereka. Sampai pada tempat bagus duduk Wahyu menyalami Bagus sambil mencium punggung tangannya seraya bertanya, “Om tant

  • MR. D   Rengek Bayi Setan

    Kelompok Hendrik Wijaya dari golongan hitam telah pergi beberapa menit yang lalu. Tapi masyarakat kota Jombang yang sudah kadung melihat tontonan yang begitu mengerikan menjadi trauma tik sangat ketakutan akan adanya perang kembali.Sejenak Wahyu mengamati ada yang aneh dari kejauhan tempatnya berdiri. Setelah mengalahkan Hendra Wijaya dengan hanya sekali sentuh. Wahyu tampak gelisah, karena sekejap ia seperti melihat sepasang mata menyeramkan yang tengah mengintainya.Wahyu terus memandang ke arah timur jauh tempatnya berdiri agak bingung mematung. Melihat apa sebenarnya yang ia rasakan benar adanya. Si kecil Wahyu yang masih begitu polos tak mengerti bentuk makhluk apa yang membuat desir dalam dadanya sampai bergetar kencang. Seperti ada sesuatu benturan hawa atau aura antara dia dengan makhluk tak kasat mata lain.Sedangkan para petinggi T O H yang sangat senang dapat membatalkan perang setidaknya damai akan tercipta sampai sepuluh tahun ke depan. Masih teram

  • MR. D   Perang Batal

    “He, apa itu?” kata ibu-ibu yang berkerumun di pinggir trotoar.“He, iya kenapa itu ada orang berhadapan di tengah jalan?” sahut ibu satunya.“Eh, itu bukannya Bupati kita ya Pak Bagus?” timpal bapak-bapak yang ikut nimbrung bersama ibu-ibu.“Loh itu di sampingnya bukannya Mas Haji Lurah Dava dari desa Mbanjar Kerep ya?" teriak ibu-ibu yang lain.“Eh ada apa ini Ya Allah, bahaya apa lagi yang akan terjadi di kota kita ini, kenapa para petinggi T O H berkumpul. Lalu siapa mereka yang berpakaian seperti dukun itu. Jangan-jangan mau hendak perang lagi, haduh mbok yo jangan lagi,” ucap beberapa ibu-ibu saling menyahut pertanyaan dengan kekhawatiran akan adanya perang lagi seperti sepuluh tahun yang lalu.“Hei, Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu sudah-sudah agak menjauh ya ini sangat berbahaya lebih baik pulang deh,” celetuk Gus Pendik yang tiba-tiba ada duduk santai di trotoar di antara kerumunan w

  • MR. D   Guyonan Wahyu

    Sumilir Angin wengi kang tumetesAnnambaih kangen ku sangsoyo gediTitipan Rindu Iki sangsoyo akehAmung biso dedungo angenku nggo koweSlirahmu siji Tresnoku Yo mung sijiTak simpen lan tak jogo tekaning patiPanyuwunku kanggo Riko njogo tresno nisunSayang... Aku tulus Tresno slirahmu... HuuuTresno Ra bakal ilyangKangen sangsoyo mbekasTembang rindu kanggo rikoJanji suci tekaning patiSalam Tresno di jogoSnadyan adoh panggonanmuSumpah tulus kanggo rikoSalam rindu neng slirahmu***Petikan dawai gitar dari jemari Halilintar mengalun menyeberangi pintu ke pintu dan mengetuk kaca pintunya. Merayu-rayu penuh ritme agar beberapa orang yang tengah membuka kaca selaras dengan harapan Halilintar mengulurkan sedikit rezeki untuknya makan hari ini.Gitar klasik warna hitam tua terus setia menemani perjuangan sang musisi jalanan. Setia menemani kala hujan tiba atau panas

  • MR. D   Romantisme Bagus

    Sore ini bunga anggrek di halaman rumah Bagus masih saja segar dari air yang disiramkan oleh bik Amanah sejam yang lalu. Mekarnya sangat sempurna dan harumnya semakin semerbak menempel anggun pada inang induknya batang pohon mangga.Tertata rapi bak kebun bunga istana raja dibalut bekas kupasan kulit kelapa yang sering disebut orang sepet di tali rapi dengan tali sejenis kawat kecil. Bunga anggrek lurus tertanam di depan rumah seindah sang pemilik yang selalu memperhatikannya setiap sore sebelum magrib menjelang ayu sama cantiknya.Namun kali ini sang pemilik tampak bermuka murung, gundah gulana dan terpaut seribu pikiran dengan pengembaraan lamunan di atas awang langit senja yang sudah mulai tampak memerahkan langit.Di atas kursi roda Vivi merenung memandang sang bunga lekat menatapnya berlama-lama. Andai saja aku seperti bunga anggrek itu begitu terlihat sempurna di mata siapa saja yang memandangnya menarik hati, ujar dalam hati Vivi yang semakin hari semakin

  • MR. D   Pesan kurang waras

    Pagi gelisah tergambar pada raut wajah Halilintar. Iya masih terpikir seraut wajah dengan senyum anggun. Seorang ibu muda di dalam sebuah mobil warna merah maru, dimanah sang ibu muda tengah di sopiri seorang yang gagah rupawan. Entah itu sopirnya atau sang suami Halilintar tak mau berpikir jauh ke arah sana.Wajah Si Ibu muda membuatnya semakin gelisah. Otaknya semakin pening terpikir siapakah Si Ibu muda tersebut kenapa iya begitu baik dan yang paling membuatnya bingung seorang bapak-bapak yang juga masih muda yang menyopiri Si Ibu muda tersebut sempat memanggil namanya. Padahal iya sangat yakin tak pernah bertemu walau sekejap.Pagi ini Halilintar semakin resah duduk di atas trotoar lampu merah pas perempatan sebelah utara kebun raja. Matanya memang menatap beberapa kendaraan yang berhenti saat lampu tengah menyala merah namun seluruh badan serasa kaku tak ingin beranjak dari lamunan.Ada apa denganku ujarnya dalam benak, seharusnya aku berdiri memainkan gita

DMCA.com Protection Status