Share

Part 87

Author: vivi vanila
last update Last Updated: 2021-09-22 10:45:14

Orang bilang, patah hati itu ibarat cermin yang pecah. Lebih baik ditinggalkan dalam keadaan hancur, daripada akan melukai diri sendiri jika diperbaiki.

Bagi seseorang yang patah hati tanpa permisi, seharusnya Pram melakukan itu. Balik badan, meninggalkan, lalu melupakan.

Namun sepertinya ia terlalu menikmati rasa sakitnya. Sehingga ia sama sekali tak mampu untuk menghapus bayang-bayang Cinta dari ingatan.

Meskipun ada wanita cantik yang dijuluki ‘bunga’ di hadapan, tetap saja wanita itu tak sanggup meluruhkan pesona Cinta dari lamunan.

Hingga Natalie si’bunga’ itu terpaksa menepuk punggung tangannya dan membuyarkan bayangan indah yang sejak tadi menari-nari di dalam pikiran.

“Ya sudah, aku balik ke ruangan. Dihabiskan ya.” Natalie beranjak dari duduknya setelah menggeser kotak makan yang bertumpuk dua lebih dekat ke hadapan Pram.

Seolah sudah menjadi rutininitas, wanita cantik mirip Bae Suzy itu selalu me

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • MR. CINDERELLA (INDONESIA)   Part 88

    Pramudya.Iya, itu suara Cinta.Hasrat hati ingin memanggil nama itu dan berseru sekencang-kencangnya bahwa ia rindu, namun yang ada justru suara jantungnya kian menderu. Keheningan itu hanya diiringi suara binatang malam yang terdengar dari luar jendela kamarnya yang terbuka.Tiba-tiba ia mendengar pintu kamar diketuk dari luar. Ia pun lantas menoleh cepat, masih bersama gawai yang menempel di telinga.“Pram....““Pram....”Suara Lukas pun terdengar bergantian dengan suara ketukan di pintu kamar.“Pram, belum tidur, kan?”“Aku mau pinjam charger. Punyaku ketinggalan di kantor.”Kini Lukas sudah berdiri di depan pintu kamar yang terkuak lebar. Lalu melangkah menghampiri. Ia yang baru menyadari bahwa pintu itu lupa ia kunci, hanya mengangguk gugup.“Ini dia. Aku pinjam, ya.” Lukas meraih charger ponsel yang tergeletak di atas meja sampi

    Last Updated : 2021-09-23
  • MR. CINDERELLA (INDONESIA)   Part 89

    Senyuman lebar yang terkembang lima bulan lalu, kini seakan enggan terukir lagi di bibir. Saat perencanaan pembangunan tower A gedung apartemen Mega Astana di sebuah lokasi perbatasan Jawa barat dan Jakarta, Pak Abraham dan Pak Derry begitu semringah. Bahkan nominal dengan barisan angka nol yang panjang, yang akan menjadi keuntungan bisnis pun sudah berkibar-kibar di dalam benak mereka.Namun kini kedua pria yang bersahabat sejak masa kuliah itu mengerutkan dahi sedemikian dalam ketika sederet masalah datang bertubi-tubi. Seolah semua problematika itu sedang menguji kepiawaian mereka yang sudah berkecimpung di dunia bisnis property yang sudah dijalani selama tujuh belas tahun.Pak Abraham yang terkenal pandai dalam hal negosiasi dan strategi, dibuat terkejut bahkan nyalinya sempat menciut ketika menerima perwakilan dari beberapa investor di kantornya kemarin siang.Pasalnya, para perwakilan investor tersebut membawa misi untuk membatalkan rencana investasi merek

    Last Updated : 2021-09-23
  • MR. CINDERELLA (INDONESIA)   Part 90

    Langkah kaki kedua pria setengah baya itu terlihat tak bersemangat menyusuri koridor panjang berkarpet tebal. Walaupun untuk menutupinya Pak Abraham dan Pak Derry bersusah payah menegakkan kepala, meluruskan tatapan ke depan, namun guratan putus asa itu tampak begitu jelas di sorot mata mereka.Seorang calon investor penyandang dana raksasa yang akan mereka temui, mendadak membatalkan sepihak pertemuan yang sedianya diadakan siang ini di sebuah lounge yang bertempat di lantai lima sebuah hotel mewah dikawasan Jakarta.Alasannya calon investor dari perusahaan property terkenal se-Indonesia itu belum mempelajari secara mendalam proposal penawaran kerjasama dari pihak perusahaan Pak Abraham. Alasan klasik namun terkesan sebagai sebuah penolakan secara halus.Hanya dengan alasan itu, intuisi mereka sebagai pebisnis mengatakan bahwa proyek pembangunan gedung apartement yang tengah berada di ujung tanduk itu sulit untuk terselamatkan.Kedua pria gagah paruh bay

    Last Updated : 2021-09-24
  • MR. CINDERELLA (INDONESIA)   Part 91

    Dari balik pintu yang terbuka, Pak Abraham memperhatikan Cinta yang berbaring telungkup di atas ranjang. Sorot matanya tak lagi tajam dan penuh amarah seperti sebelum-sebelumnya. Saat ini, pria yang terkenal berwibawa dan arogan itu menatap punggung putrinya dengan tatapan sendu. Yang jelas, ada penyesalan dan rasa bersalah yang begitu besar tergambar di air wajahnya.Perlahan ia mendekat, melangkah tanpa suara menuju ranjang, dimana Cinta tetap bergeming tanpa menyadari sang ayah sudah berada tepat di belakang.Pria paruh baya yang mengenakan baju santai rumahan itu sedikit terkejut saat bola matanya tertuju pada layar gawai yang tengah berada di genggaman Cinta.Foto wajah seorang pemuda yang pernah dia perlakukan dengan kejam tanpa perikemanusiaan. Pramudya.Namun mata tegasnya meredup ketika mengingat kelakuan sadisnya saat itu, memerintahkan para pengawal pribadinya untuk menghajar Pram hingga pemuda itu masuk rumah sakit karena sekujur tubuh penuh l

    Last Updated : 2021-09-24
  • MR. CINDERELLA (INDONESIA)   Part 92

    Artis memang tak lepas dari sorotan kamera dan perhatian publik. Apapun yang dilakukan para artis selalu sukses menarik perhatian. Mulai dari kabar bahagia hingga gosip miring, semua pasti menjadi bahan perbincangan.Bahkan segala yang berhubungan dengannya pun terkadang ikut menjadi bahan pemberitaan. Termasuk keluarga dan kehidupan privasinya.Seperti yang dialami Pak Abraham yang sudah dikenal semua orang sebagai orangtua artis Aura Cinta Anasatasia, kini menjadi salah satu objek yang paling diburu oleh para pencari berita.Pasalnya, pria paruh baya itu kini disebut-sebut sebagai pemilik sebuah proyek pembangunan gedung apartemen yang mangkrak dan bermasalah di sebuah lokasi perbatasan. Sehingga para konsumen yang sudah melakukan transaksi pembelian unit di apartemen tersebut terserang kepanikan dan hilang kepercayaan.Beberapa kali tajuk berita di televisi dan berbagai media online mengangkat masalah tersebut. Disertai dengan berbagai narasi yang meng

    Last Updated : 2021-09-25
  • MR. CINDERELLA (INDONESIA)   Part 93

    Pramudya.Sewaktu mendengar alasan Cinta memutuskan ikatan pertunangannya dengan Jamie, ia terbatuk-batuk tersedak saliva sendiri. Bahkan ia nyaris terjatuh dari kursinya, jika saja tangannya tak sigap menggapai tepi meja.‘Cowok itu gay?’‘Ya Tuhan. Untuk apa wanita cantik bertebaran di dunia, jika akhirnya memilih sesama pria?’Hampir saja ia meledakkan tawa membayangkan Cinta yang mempunyai sex appeal tinggi menjalani pernikahan dengan pria yang tak bernafsu pada perempuan. Merana tanpa kehangatan, sudah pasti itu yang akan Cinta rasakan.Namun ia tetap memasang wajah prihatin ketika Cinta mengganti mode panggilan menjadi mode video. Tentu saja ia tak ingin Cinta melihatnya tersenyum lebar saat gadis itu tengah merasakan duka karena pertunangan yang telah kandas.Akan tetapi Cinta justru tertawa bahagia saat menggodanya, “Kamu tambah cakep, Pram. Jangan-jangan sudah punya pengganti aku di sana?&rdqu

    Last Updated : 2021-09-25
  • MR. CINDERELLA (INDONESIA)   Part 94

    Pramudya.“Hallo, Pram. Sudah pulang?” Suara lembut itu menyapa dengan senyuman terkembang disertai gugup yang menyerang.“Bu ... Ocha?” Ia balik menyapa meyakini penglihatannya.Wanita setengah baya, mantan tetangganya di Jakarta, dan sudah seperti ibu baginya, kini berada tepat di hadapannya. Namun dengan penampilan yang sangat jauh berbeda.Tak ada lagi daster panjang dan sandal jepit menyelubungi tubuh dan kakinya, rambut di kuncir atau dicepol seadanya, dan wajah yang pucat tanpa sedikit pun polesan make up.Kini yang tampak adalah seorang wanita anggun dengan blazer dan rok ketat sepanjang betis warna hijau muda. Sepatu high heel warna senada. Rambut legamnya digelung rapi dengan bagian depan di sasak tinggi. Dan wajahnya yang putih bersih berpoles riasan tak berlebihan namun terkesan elegan. Persis seperti seorang wanita bangsawan.“Ini serius? Bu Ocha?” Lagi, Pram ternganga masih tak

    Last Updated : 2021-09-26
  • MR. CINDERELLA (INDONESIA)   Part 95

    30 tahun lalu. Bandung Selatan.Wanita cantik itu tengah terbaring di tepi ranjang dengan hati yang mengembang penuh kebahagiaan. Rasa sakit yang menyertai perjuangannya di atas meja bersalin tadi seketika menghilang entah kemana saat memandangi bayi mungil yang tergolek lelap di samping tubuhnya.Bayi mungil yang sangat tampan. Rambutnya yang halus, kulit kemerahan, bibir yang mungil dan hidung yang tegak, menyempurnakan keelokan rupanya.Wanita itu mengulum senyum saat bayi itu menggeliat di tengah lelapnya. Tangannya yang lemah terjulur dan membelai pipi kecil merona itu dengan punggung jemarinya.Pria yang menitiskan ketampanannya pada bayi itu juga tersenyum lebar. Tangan besarnya ikut terjulur membelai tubuh mungil yang dibebat kain biru itu.“Tampan, persis seperti ayahnya.” Wanita cantik berwajah Latin itu meliriknya sekilas. Lalu kembali memandangi mahluk hidup terindah yang baru saja keluar dari rahimnya.

    Last Updated : 2021-09-26

Latest chapter

  • MR. CINDERELLA (INDONESIA)   Part 110 - Epilog

    Pramudya.Dari tempatnya berdiri, di balkon Presidential Suit Room lantai dua puluh hotel Swastika, ia memandangi barisan gedung yang diterangi oleh lampu-lampu aneka warna. Seakan bangunan-bangunan menjulang itu tengah berlomba-lomba memamerkan keindahan di antara langit kelam.Jalan raya ibukota di bawah sana masih tampak sibuk menggeliat walau hari telah beranjak gelap.Diiringi semilir angin malam yang sejuk dan tak menusuk, ia menyandarkan pinggang di pagar balkon bersama secangkir kopi hitam di tangan. Diseruputnya beberapa teguk, lalu ia letakkan kembali ke atas meja kaca.Satu jam lalu, setelah seluruh rangkaian acara akad nikah dan resepsi digelar, sebenarnya ia ingin segera membawa Cinta pulang ke rumah. Namun, Pak Abraham, ayah mertuanya sudah mempersiapkan satu kamar termewah di hotel ini untuknya dan Cinta beristirahat beberapa hari. Tentu saja ia tak mampu menolak. Ia berpikir beginilah cara ia menghargai permintaan ayah mertua

  • MR. CINDERELLA (INDONESIA)   Part 109

    Seseorang tidak bisa memaksakan dengan siapa ia akan jatuh cinta. Tapi hati lebih tahu siapa yang pantas untuk diperjuangkan dan siapa yang pantas didapatkan.Jadi, jangan pernah berhenti mencintai hanya karena pernah terluka. Karena tak ada pelangi tanpa hujan, tak ada cinta sejati tanpa tangisan.Pramudya dan Cinta sudah membuktikan itu semua. Setelah melewati segala rintangan, kepedihan dan kekecewaan, kini saatnya mereka berhak merayakan penyatuan cinta yang sejatinya awal melangkah menuju kehidupan baru.Cermin memang tidak pernah berdusta. Ia menampilkan apa yang ada di hadapannya. Disana terlihat seorang gadis cantik tinggi semampai dalam balutan kebaya putih berkerah rendah. Kalung rantai platina berliontin bentuk matahari melingkar di leher jenjangnya. Rambutnya disanggul dan ditaburi butiran kristal yang berkilau ketika ditimpa cahaya. Wajahnya yang sehalus porcelein dihias dengan warna-warna muda, terkesan alami namun tetap menggetarkan hati saa

  • MR. CINDERELLA (INDONESIA)   Part 108

    Satu minggu kemudian, kesepakatan kerjasama antar dua perusahaan itu akhirnya terlaksana. Dikukuhkan dengan penandatanganan sejumlah dokumen perjanjian oleh Aura Cinta Anastasia sebagai Direktur Utama PT Swasti Karya Utama dan Rosalinda Cattleya Aji Pratama sebagai Direktur Pelaksana PT Andromeda Persada Land.Disaksikan sejumlah jajaran manager dari kedua perusahaan, pengacara masing-masing pihak dan notaris independen.Cinta seakan enggan berkedip ketika menatap sosok Pram yang tampak begitu mempesona di hari istimewa ini. Pria dengan keelokan fisiknya itu semakin menawan dengan setelan jas hitam yang begitu pas membalut tubuh tegapnya. Rambut klimisnya tertata rapi membingkai wajahnya yang segar dengan rahang licin kebiruan. Senyuman tipisnya yang selalu mengembang sepanjang acara tak ayal lagi membuat para kaum hawa melelehkan air liur kala memandangnya.Benar-benar seorang pria dengan pesona yang tak terbantahkan!Demikian juga Pram yang begitu menik

  • MR. CINDERELLA (INDONESIA)   Part 107

    Untung saja Pram sigap menangkap tubuh Cinta yang tiba-tiba lunglai seperti daun kering yang lepas dari tangkai. Sehingga tubuh gadisnya itu tak sampai jatuh menghantam lantai.Lima menit tadi, ruangan lantai tiga mendadak gempar bagai diguncang gempa bumi. Lantaran pekikan panik Juwita saat melihat ibu direktrisnya yang cantik itu tiba-tiba tak sadarkan diri.Para karyawan langsung berhamburan keluar dari kubikel mereka menuju ruang kerja Direktur Utama untuk mengetahui apa yang terjadi.Tapi ketika melihat Pram membopong tubuh Cinta ke atas sofa dan mendekap begitu posesifnya, para karyawati yang melongo ke dalam ruangan justru berharap diri mereka yang pingsan saat itu, demi bisa bertukar tempat dengan Cinta, berada dalam dekapan hangat pria menawan itu.Burhan dan Baldi, serta Juwita akhirnya berhasil menggiring mereka kembali ke kubikel masing-masing, dan menghempaskan harapan semu mereka.Cinta mengerjap-ngerjapkan kelopak mata lemah, menyesu

  • MR. CINDERELLA (INDONESIA)   Part 106

    Pramudya.“Apa kabar?” Terdengar begitu lugu, berbulan-bulan tak jumpa tapi hanya pertanyaan itu yang mampu terucap dari bibirnya.Perlahan Cinta mengurai dekapan dari tubuh tegapnya, kemudian mendongak untuk menjangkau pandangan tepat ke bola matanya yang juga menghangat. Lalu seulas senyum menghiasi wajah gadisnya yang basah.“Kangen.” Singkat, namun menggambarkan sejuta rasa indah.“Sama.” Begitu juga Pram yang seketika kehilangan kata-kata mesra yang sudah ia persiapkan sejak dari rumah. Karena ia terlalu sibuk menjinakkan hati yang kini melonjak-lonjak hendak melambung tinggi.Tanpa ia duga, Cinta menangkup wajahnya, menariknya untuk mendekat, lalu mengecup bibirnya begitu dalam dan lama. Walau terperanjat, ia berharap mampu membekukan waktu untuk menikmati kecupan hangat itu.Belum juga harapannya terkabul, Cinta melerai kecupan panjang di bibirnya. Lalu begitu tergesa-gesa gadis

  • MR. CINDERELLA (INDONESIA)   Part 105

    Cinta.Ia mematut diri sejenak di depan cermin meja rias setelah tubuh semampainya terbalut blazer magenta dan celana panjang dengan warna sama, rambut coklatnya ia biarkan terurai bergelombang, serta riasan wajahnya natural, namun terkesan elegant.Lalu menyungging senyum puas ketika dirasa penampilannya saat ini sudah cukup paripurna. Pasalnya ia menganggap hari ini adalah hari penentuan bagi hidup mati perusahaan. Karena siang nanti ia akan bertemu dengan calon investor yang tertarik menanamkan dana besar pada proyek yang sedang ia perjuangkan. Setidaknya ia ingin memberikan kesan pertama yang positif lewat penampilan.“I’m gonna get dressed for success,” gumamnya sambil tersenyum dan mengerlingkan mata pada pantulan dirinya di cermin.Bergegas ia raih tas tangannya dengan brand terkenal dunia, lalu lekas melangkah keluar kamarnya.“Morning, Pa, Ma.” Ia menyapa setelah berada di kamar kedua orangtuanya.Pak A

  • MR. CINDERELLA (INDONESIA)   Part 104

    Aura Cinta AnastasiaAtmosfere Meeting Room Hotel Swastika saat ini membeku. Dingin, kaku, dan membuat semua peserta internal meeting perusahaan itu mendadak diam membisu. Terlebih saat dua orang anggota tim konsultan bisnis memaparkan sejumlah temuan dan analisa di hadapan mereka.Yang intinya bahwa pembangunan proyek apartement yang akan dibangun oleh Pak Abraham dan rekannya Pak Derry Nugraha terpaksa dihentikan untuk sementara waktu. Dan perusahaan harus mengembalikan keseluruhan dana konsumen yang sudah masuk, juga semua kewajiban perbankan yang sudah jatuh tempo. Sementara sumber keuangan yang dimiliki oleh perusahaan tersebut berada di titik rawan.Untuk mengatasi kendala tersebut, tak ada cara lain yaitu mencari investor atau menjual semua aset perusahaan bahkan aset pribadi pemilik untuk mendapatkan sumber pendanaan. Sedangkan para calon investor yang dianggap berpotensi saat ini sepertinya mundur teratur setelah berita mengenai masalah pr

  • MR. CINDERELLA (INDONESIA)   Part 103

    “Selamat pagi, Sayang ... “Pram terlihat memutar bola matanya, sedikit jengah mendengar sapaan ibunya itu saat ia melangkah masuk ke ruang kerja dimana sang ibu sedang berkutat dengan beberapa dokumen di belakang meja kaca.“Jangan panggil ‘sayang’, Bu. Nggak suka!”Dari balik kacamatanya, Bu Ocha melirik Pram yang langsung menempatkan diri di kursi seberangnya. Lalu ia mengulum senyum.“Kan emang sayang,” godanya, karena suka melihat wajah puteranya yang tertekuk sebal itu.“Ibu ... please. Udah setua ini dipanggil ‘sayang’ sama Ibu, bikin malu aja,” gerutu Pram sambil memainkan pena di atas meja.Bu Ocha terkekeh ringan sambil melirik Mak Ayu yang duduk di sofa di tengah ruang kerja itu. Demikian juga Mak Ayu yang ikut tersenyum melihat interaksi ibu dan anak itu, lalu menyeruput secangkir teh hangat di tangannya.“Kalo nggak mau dipanggil ‘sayang&r

  • MR. CINDERELLA (INDONESIA)   Part 102

    Pramudya.Ia tertegun menatap sesosok wajah yang tergambar di dalam bingkai foto berukuran besar di salah satu dinding kamar. Kelopaknya sedikit memicing mengamati wajah teduh namun terkesan bijaksana itu. Ia tak menampik bahwa tampilan sosok itu memiliki banyak persamaan dengan dirinya. Sepasang mata yang dalam di kawal dengan kedua alis yang legam. Bibir yang tipis dengan sudut tajam saat tersenyum. Dan garis rahang yang sangat menawan menggambarkan ketegasan. Ia memandangi foto itu seperti sedang bercermin.“Itu Pratama, cinta pertama Ibu, ayah kamu.” Dibelakangnya, Bu Ocha melingkarkan tangan di bahunya, kemudian meletakkan kepala di sana sambil ikut memandangi wajah di dalam bingkai foto warna kuning keemasan di hadapannya.“Ganteng,” Ia memuji tanpa mengalihkan tatapan pada foto itu.“Iya, persis kayak kamu. Wajah kamu seperti copy paste ayah kamu, Pram. Ibu cuma kebagian mewarisi bentuk hidung ke kamu,&rd

DMCA.com Protection Status