Nayla merogoh saku celananya untuk membayar ongkos angkot. Selesai membayar, Nayla berjalan untuk mencari angkot yang menuju ke stasiun. Dengan wajah masam, Angel masih mengikuti Nayla dari belakang.
Namun, Nayla terkejut ketika sopir angkot kembali memanggilnya. Sontak Nayla dan Angel menoleh ke belakang.
Mobil angkot berjalan mendekati mereka berdua.
"Kenapa, Pak?" tanya Nayla.
"Mbak ini uangnya kurang."
"Kurang?" ulang Nayla mengerutkan kedua alisnya.
"Iya, ini cuma untuk berdua. 'Kan kalian bertiga."
"Tiga?! Kami berdua, Pak! Jangan macam-macam ya!" sentak Angel nampak emosi pada sopir angkot.
"Berdua apanya? Kalian itu bertiga, satu lagi perempuan pakai kebaya merah. Duduk di samping Mbak ini dari tadi," ujar sang sopir sambil menunjuk pada Nayla.
Sontak Angel dan Nayla saling menoleh dan berpandangan. Suara klakson kendaraan yang lain membuat Nayla dan Angel terkejut.
Tak sadar mereka
'Siapa sebenarnya yang dimaksud anak kecil itu ya?' tanya dalam benak Nayla.Akhirnya, Nayla memberanikan diri untuk melihat ke arah kaca angkot yang mengarah padanya.Perlahan manik matanya melihat ke kaca. Seketika Nayla menjerit. Kedua tangan menutupi wajah. Tubuhnya bergetar ketakutan. Membuat Angel kaget dan panik."Nay, ada apa?""Di belakangku ... a-ada Ku-Ku-sumawardhani." Suara Nayla terbata.Angel beralih melihat ke belakang Nayla yang tak ada siapa pun.Ketika itu manik mata Angel bertatapan dengan manik mata anak kecil yang ketakutan. Anak kecil mengintip dari lengan Ibunya."Enggak ada apa-apa kok, Nay."Sopir angkot yang mendengar Nayla teriak sampai ikut menoleh. Sambil melihat ke jalanan yang mulai ramai."Kenapa Mbak?""Enggak kok, Pak," sahut Angel.Nayla masih ketakutan. Tangannya tak mau lepas dari wajah."Nay, ada dia di belakangku. Aku masih bisa lihat kebayany
"Oke. Sekali lagi maaf ya.""Iya."Nayla menyeret Angel yang masih tak berkedip melihat petugas kereta tadi."Woi, kedip mata!!" celetuk Nayla."Ihh ... ganteng banget. Dia sering WA aku tuh gara-gara kamu.""Semua kamu bilang ganteng, Aldo, Dano. Sebenarnya kamu suka yang mana?""Suka semua! Hahahaha." Angel tertawa sambil memilih snack untuk mereka di kereta.Sementara Angel sedang sibuk memilih snack, Nayla sibuk mencari sesuatu di tasnya.Raut wajahnya berubah membuat Angel bertanya."Kenapa? Kok mukanya tegang gitu?"Nayla tak menggubris pertanyaan temannya itu. Matanya masih fokus melihat ke dalam tas. Sambil kedua tangannya sibuk merogoh tas kecil berwarna hitam."Tusuk kondenya di mana, Ngel?" Suara Nayla mulai panik.Dahi Angel mengernyit. "Tusuk kondenya enggak ada, Nay?""Enggak tau. Tapi di dalam tas enggak ada.""Ketinggalan mungkin. Coba kamu telepon Bunda kamu
Sontak petugas kereta langsung menghubungi polisi dan ambulance. Serta sekitar tempat kejadian langsung di amankan.Kepala Nayla menggeleng perlahan. Dengan pandangannya yang tak lepas dari tubuh laki-laki yang berada di bawah kereta api.Tiba-tiba Nayla terkejut ketika sebuah tepukan mendarat di bahunya. Gadis itu langsung menoleh, yang ternyata adalah Angel yang sudah membuatnya terkejut."Nay, tusuk konde itu ada di saku belakang celanamu.""Apa?" Tangan Nayla langsung mengarah ke belakang. Dan ia kaget menemukan tusuk konde itu di saku celananya.Namun ada yang membuat Nayla dan Angel semakin terbelalak. Batu di tusuk konde itu berubah warna."Jangan-jangan----" Mereka berdua tak melanjutkan ucapannya. Hanya saling menatap seolah apa yang dipikirkan Nayla sama dengan hal yang dipikirkan Angel.Saat Nayla mengalihkan pandangannya pada tubuh lelaki yang terbagi dua itu, matanya membulat lebat.Nayla melihat sosok sintre
Tak lama, seorang lelaki dan perempuan petugas kereta berjalan ke arah gerbong Nayla dan Angel. Sambil membawa beberapa pop mie dan minuman."Mau pop mie?" tawar Angel."Ya deh. Sama minum sekalian."Setelah membayar. Mereka berdua langsung menyantap makanan itu dengan sangat lahap.Hingga laju kereta yang semula kencang, mulai agak melambat. Nayla sangat menikmati kuah pop mie yang masih hangat."Enaak banget ... kenyang aku.""Eehhh ... kok keretanya kayak mau berhenti?""Mungkin berhenti sebentar, ada kereta lain yang lewat juga kali, Ngel."Angel hanya membulatkan bibirnya membentuk huruf O.Beberapa menit berlalu. Nayla dan Angel sudah selesai makan. Mereka berdua bersandar di kursi kereta karena kekenyangan.Pandangan mata Nayla sesekali melihat ke arah jendela. Suasana saat itu sudah sangat gelap. Tak ada lampu penerangan apa pun apalagi rumah-rumah penduduk."Kita ini berhenti di mana si
Angel menoleh ke sebelah. Kembali Angel menelan savalinya."Kamu melihatnya sejak tadi?"Remaja perempuan mengangguk."Sosok makhluk gaib yang memiliki aura berwarna hitam kemerahan, berarti makhluk itu sangat berbahaya dan jahat. Sebab dia sangat membutuhkan tumbal manusia. Selain itu, kekuatan mereka juga sangat susah dikalahkan. Terlebih jika memiliki dendam."Perkataan remaja itu sukses membuat nyali Nayla dan Angel menciut."A-apa kamu tau tentang kejadian di stasiun tadi?"Gadis itu terdiam beberapa detik. Dengan tatapan mata yang tertuju pada Nayla dan Angel bergantian.Kemudian, kepalanya mulai manggut-manggut."Laki-laki yang meninggal di stasiun tadi ...."Remaja itu menoleh ke kaca yg gelap. Jari telunjuknya menunjuk ke arah luar jendela."Disebabkan oleh dia!"Nayla dan Angel melihat arah telunjuk gadis remaja. Di mata mereka berdua, mereka tak melihat apa pun kecuali suasana di luar y
"Kenapa kamu gitu?" Kali ini Angel memberanikan diri untuk bertanya.Sang gadis remaja berambut sebahu itu tak langsung menjawab. Ia berdehem sejenak lalu kembali meneguk botol air."Sejauh ini tusuk konde ini sudah membunuh tiga perempuan dan dua laki-laki. Laki-laki yang Mbak katakan. Dan sekarang tusuk konde ini mengincar nyawa seorang perempuan."Nayla dan Angel melotot dan terkejut dengan apa yang dikatakan Dina tersebut. Mereka tidak percaya dengan yang dikatakan Dina."Enggak mungkin sebanyak itu! Tusuk konde ini membunuh pemilik dari tusuk konde itu sendiri dan dia seorang perempuan!" tegas Nayla."Iya! Kamu pasti ngawur!" seru Angel juga tak percaya."Memang yang aku lihat seperti itu, Mbak. Dan tusuk konde ini tidak bisa dibuang atau dibakar saja. Harus dibuang ke laut agar tidak mencari korban.""Dibuang ke laut?" ujar Nayla dan Angel bersamaan dengan pandangan mata tak lepas dari Dina."Iya, Mbak! Meskip
Hanya beberapa detik, sesosok bayangan hitam besar muncul dari dalam sendang. Sosok hitam itu sangat mengerikan. Kedua matanya merah menyala dan seluruh tubuhnya di tumbuhi bulu hitam yang menutupi seluruh badan."Hahahahahaha ... ternyata kau Mijan. Ada apa kau membangunkanku?" Suara sosok hitam itu menggema dan terdengar menyeramkan.Kedua tangan laki-laki itu saling menyatu di depan dada. Dengan kepala yang menunduk. Seperti sangat menghormati sosok hitam.Sayangnya Dina tak bisa mendengar suara laki-laki berpakaian hitam itu. Sampai akhirnya sesuatu mengerikan terjadi. Dan membuat kedua mata Dina terbelalak lebar."Tidak mungkin!"Dina mundur beberapa langkah karena takut melihat yang terjadi di depannya.Karena tak hati-hati, ia tersandung akar pohon sehingga membuatnya terjatuh.Dalam sekejap Dina kembali ke dalam raganya. Kedua matanya langsung membuka lebar dengan napas yang ngos-ngosan.
Tak terasa kereta api sudah tiba di stasiun tujuan terakhir yaitu stasiun Malang. Nayla terlihat sedang melamun. Sehingga tidak mendengar suara petugas kereta yang terdengar dari pengeras suara di setiap gerbong untuk mengingatkan penumpang agar tidak lupa dengan barang bawaannya."Nay kita sudah sampai ini!" Angel menggoyangkan bahu Nayla. Nayla langsung gelagapan dan buru-buru mengambil koper miliknya yang berada tepat di atas tempat duduk mereka.Dina yang akan turun, berpamitan pada Nayla dan Angel."Mbak saya turun duluan ya. Mbak harus hati-hati. Karena sinden itu selalu mengikuti Mbak kemana pun." Manik matanya yang hitam melihat ke luar jendela.Angel yang penasaran mengikuti arah pandangan Dina."Apa yang kamu lihat, Din?" tanya Angel."Sinden itu, Mbak. Ada di sana!" tunjuk Dina memajukan sedikit dagunya.Sontak pandangan mata Nayla dan Angel mengikuti arah yang ditunjuk oleh Dina.Angel tak melihat sinden terse