Share

Part 2

Penulis: Nisa Noor
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Dek, bisa minta tolong ambilkan ponsel mas ketinggalan di kamar." 

 

Nilam sebetulnya enggan melakukan itu, entah kenapa perintah suaminya itu hanya akal-akalannya saja, karena gak mungkin ia lupa membawa benda itu.

 

"Yakin mas di kamar?" tanya Nilam.

 

"Iya dek, ini di saku gak ada. Ya sudah kalau kamu gak mau, biar mas ambil sendiri." 

 

Aksan hendak bangkit dari duduknya, tapi dengan segera Nilam berdiri lalu bergegas berjalan menuju lantai dua di mana kamar mereka berada. 

 

Saat Nilam sudah dipastika naik ke lantai dua dan masuk ke dalam kamar, segera Aksan masuk ke ruang kerjanya, cukup lama Aksan di dalam sana hingga Nilam datang pun dia belum keluar. Nilam merasa dugaannya tepat, suaminya hanya sedang mengelabuinya. Mata Nilam langsung tertuju pada ruang kerja itu, tanpa ragu ia segera masuk tapi ternyata lagi-lagi usahanya gagal, tak ada siapa pun di sana. 

Nilam ke luar dengan perasaan penuh tanya, dia mencoba mencari di seisi rumah itu tapi tak ia temukan suaminya. Tetiba terdengar ponsel berdering, Nilam mengarahkan pandangannya pada benda pipih yang terletak di bawah bantal itu. Ah, pantas saja dicari di kamar gak ada, rupanya di sini ponsel Aksan. 

 

Nama mama tertera di layar ponsel Aksan, Nilam mengangkatnya.

 

"Hallo ma," sapa Nilam.

 

"Nilam? Ngapain kamu angkat telepon Aksan, gak sopan," ujar mama Aksan ketus.

 

"Maaf ma, tak sengaja aku lihat ponsel Mas Aksan tergeletak dan bunyi karena mama yang menelepon makanya aku angkat ma."

 

"Alah, alasan saja kamu. Mana Aksan, mama mau ngomong sama dia." 

 

"Aku justru ini lagi cari Mas Aksan ma, dia nggak ada di dalam rumah. Dia ...."

 

Nilam menghentikan matanya ketika sekelebat melihat Aksan keluar dari ruang kerjanya, masih ingat baru saja dia ke dalam tapi tak ada Aksan di dalam ruangan itu. Tapi? 

 

"Hallo Nilam ... Nilam ..."

 

Teriakan Mama di ujung sana membuyarkan lamunan Nilam, Aksan yang sedang mencari keberadaan Nilam pun mematung melihat Nilam sedang memegang ponselnya, dia menghampiri Nilam.

 

"Siapa?" tanyanya.

 

"Mama," ujar Nilam sembari memberikan ponsel kepada Aksan.

 

"Terima kasih ya," ujar Aksan menerima ponsel itu dan mengecup pipi Nilam. 

 

Nilam bergeming, ia menatap suaminya yang sedang mengobrol dengan mamanya menjauh dari dirinya. Kini dia semakin dibuat penasaran dengan sesuatu yang sedang disembunyikan oleh suaminya. 

 

Mana mungkin suaminya tiba-tiba bisa keluar dari ruang kerjanya padahal dia sudah jelas mencarinya tidak ada, Nilam berjalan mendekati ruang kerja suaminya itu. Ia hendak membuka pintunya tapi pintu itu sudah terbuka duluan dan terlihat Bi Jum hendak keluar.

 

"Bi Jum."

 

Nilam terperangah melihat hal itu, Bi Jum pun  terlihat gugup, wajahnya tampak pucat pasi.

 

"Bi Jum habis ngapain? Baju sampai basah gitu," heran Nilam menelisik keadaan Bi Jum.

 

"A-anu non, bi-bibi a-anu."

 

Bi Jum seolah kelu, ia tak bisa menjawab pertanyaan Nilam. Nilam semakin menajamkan pandangannya pada Bi Jum yang semakin menunduk karena tak kuasa melihat mata Nilam yang penuh tanda tanya. 

 

"Bi, jawab." 

 

Gertakan Nilam pada Bi Jum membuat Aksan menoleh ke sumber suara, lalu dia segera mematikan teleponnya dan menghampiri mereka.

 

"Ada apa ini?" tanya Aksan.

 

"Mas, aku lihat Bi Jum keluar dari ruang kerja kamu dengan pakaian basah begini. Aku tanya dia habis ngapain, tapi tak di jawab." 

 

"Oh, mungkin Bi Jum habis bersihin kamar mandi yang ada di ruangan ini dek." 

 

"Tapi mas, keluar sesaat setelah tak lama kamu keluar mas. Lagi pula tadi aku cari kamu ke sini gak ada, lalu tiba-tiba kalian keluar dari ruangan ini. Ini pasti ada yang gak beres iya kan?" tanya Nilam.

 

Nilam sudah tak bisa menahan rasa penasarannya lagi, dia pun menggeser tubuh Bi Jum dan masuk ke dalam ruang kerja suaminya, tentu hal ini membuat Bi Jum tampak semakin gemetar dan Aksan mencoba menenangkan Bi Jum, lalu mengikuti Nilam yang sudah berada di dalam.

 

"Kamu pasti menyembunyikan sesuatu kan mas," gerutu Nilam.

 

"Aku yakin pasti ada sesuatu di ruangan ini."

 

Nilam terus menggerutu sambil matanya mengitari seluruh ruangan ini, tapi tak ada apapun yang ia temukan. Aksan terlihat tampak tenang apalagi setelah Nilam tak menyentuh tombol yang tertutup dengan photo pernikahan mereka itu.

 

Aksan menjalankan aksinya, kalau sudah seperti itu maka pelukan dari belakang bisa membuat tenang Nilam. 

 

"Jangan mencurigai aku seperti itu sayang," bisik Aksan di telinga Nilam hingga membuat Nilam yang berontak terdiam.

 

"Aku tidak melakukan apa pun apalagi jika kamu berpikir aku melakukannya dengan Bi Jum, dia sudah ku anggap ibuku. Jika kamu melihat aku keluar dari sini padahal kamu tadi tak melihatku di sini maka ada banyak kemungkinan maka ambillah kemungkinan yang positif, kasian Bi Jum, dia gemetar dituduh yang tidak-tidak sama kamu, dia sudah tua pasti lebih sensitif perasaannya." 

 

Nilam semakin ingin melepaskan dirinya dari pelukan itu, ucapan Aksan telah membuatnya semakin curiga, entah kenapa dia sama sekali tak ingin mendengar kalimat itu. 

 

"Lepaskan aku mas," ucap Nilam.

 

"Tidak, kecuali kamu membuang pikiran negatif kamu terhadap aku dan Bi Jum." 

 

"Oke, aku gak akan berpikir apapun tentang kalian."

 

Nilam lantang mengucapkan itu, hingga akhirnya Aksan melepaskan pelukan itu dan mengecup pucuk kepala Nilam cukup lama.

 

"Aku mencintaimu, tak mungkin aku menyakitimu."

 

Entahlah, Nilam yang tahu suaminya itu memang romantis tapi pagi ini ia merasa kalimatnya iti sangat begitu jijik untuk di dengar, sebegitu hebat Aksan membela Bi Jum rela melepaskan pelukan hanya untuk tidak dicurigai lagi oleh Nilam membuat Nilam malah semakin gencar untuk bisa membuktikan kecurigaannya itu. Dia merasa yakin ada sesuatu antara suami dan pembantunya itu atau ada hal lain di dalam ruang kerja suaminya itu.

 

Aksan pamit bekerja, Nilam mengantar Aksan hingga tak terlihat lagi dari pandangannya. Selepas memastikan Aksan sudah pergi, Nilam berjalan menuju teras samping rumahnya dimana dia mendengar rintihan itu, ia amati ada jendela di atasnya. Lalu rasa penasarannya menuntunnya untuk mengintip lewat jendela itu dengan harapan ada titik terang dari kecurigaannya.

 

Nilam menuju teras depan lalu ia angkat kursi yang ada di teras depan, perlahan ia menaiki kursi itu dan berusaha menggapai jendela itu.

 

"Aw ...."

 

Bi Jum terkejut mendengar suara teriakan itu dan bergegas menuju sumber suara.

 

"Astagfirullah, non ...."

 

Bab terkait

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Part 3

    "Aw ...."Bi Jum terkejut mendengar suara teriakan itu dan bergegas menuju sumber suara."Astagfirullah, non ...."Bi Jum membantu Nilam yang sudah terduduk, Nilam meringis kesakitan."Ya Allah, non kenapa bisa jatuh kayak gini?" tanya Bi Jum."Nggak apa-apa bi, tadi mau bersihin kaca yang di atas itu tapi ternyata gak sampai." "Ya Allah, ada yang luka non?" "Nggak ada bi, tenang aja." Nilam mencoba menahan rasa sakitnya, apa yang dia rasakan belum seberapa dengan rasa penasaran yang menumpuk dalam dirinya. Bi Jum sudah lembali dengan minyak urut dan segelas air minum. Nilam menerima gelas yang diberikan Bi Jum."Terima kasih bi," ujar Nilam."Sama-sama non, sini saya pijit yang sakitnya non.""Nggak usah bi, nanti juga baikan kok."Bi Jum tetap mengangkat kaki Nilam ke atas kursi dan memijat kaki Nilam yang menurut Bi Jum pasti kesakitan, benar saja Nilam sesekali meringis dan menahan sakit. Selama dipijat Bi Jum, Nilam memperhatikan dengan seksama perempuan itu. Dia benar-benar

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Part 4

    Deru suara mobil terdengar, Nilam mengurungkan niatnya untuk menemui Bi Jum. Langkahnya ia gerakan menemui tamu yang datang, suara mobilnya tak asing bagi Nilam.Benar saja dugaannya, Nilam bersiap menyambut kedatangan ibu mertuanya itu. Senyum siap ditebar, meski dia tahu selalu tak ada balasan baik darinya, tapi Nilam tak pernah peduli yang penting dia selalu berbuat baik pada siapapun ya sekalipun dia itu bukan ibu kandung Aksan, dia hanya ibu asuh Aksan setidaknya itu yang dia tahu tentang perempuan itu."Hay, ma." Nilam menyapa Mama Indri dan Mama Indri hanya menyunggingkan bibirnya saja. "Ngapain kamu senyum-senyum kayak gitu? Emangnya ada yang lucu?" sinis Mama Indri."Nggak kok, kan seneng ada Mama ke sini."Nilam menyalmi Mama Indri dan mengikutinya dari belakang, kadang Nilam aneh aja ada manusia semacam Mama Indri yang hanya ibu asuh aja belagunya mentang-mentang Papa Aksan itu percaya banget sama dia, ah entahlah kadang Nilam merasa gak ngerti sama keadaan keluarga suami

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Part 5

    Aksan mempercepat langkahnya, ia segera memburu ruangan Bi Jum. Hatinya khawatir ketika menerima telepon dari Nilam mengabarkan Bu Jum pingsan. Nilam yang sejak tadi menemani Bi Jum yang sudah sadarkan diri tapi masih lemas."Mas ....""Gimana keadaannya dek? Bi, bibi gak apa-apa kan?"Nilam terkejut, ia seolah dibuat terperangah oleh sikap suaminya yang begitu perhatian pada Bi Jum. Mengetahui terjadi sesuatu pada Bi Jum langsung datang bahkan perhatiannya sangat luar biasa."Tadi Mama Indri datang, aku gak tahu awalnya yang jelas ku dengar Mama seperti marah dan mengancam gitu sama Bi Jum," jelas Nilam."Dasar ... Dia lagi dia lagi, selalu saja menyakiti hati orang. Shit ...." Aksan emosi mendengar hal itu, ia terus memijat kaki Bi Jum sambil terus mencoba berkomunikasi dengan Bi Jum.Nilam pamit pada suaminya, dia merasa keberadaannya hanya mengganggu saja. Melihat perhatian Aksan pada Bi Jum seperti melihat perhatian seorang anak pada ibunya, sebegitu dalam kah perasaan Aksan pad

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Part 6

    "Apa mas?" tanya Nilam.Sudah cukup lama Nilam menunggu, rasanya Aksan memang belum siap mengabari hal itu. "Apa yang sebenarnya terjadi Mas?" tanya Nilam penasaran. "Janji sama Mas setelah ini kamu gak penasaran lagi, gak curiga lagi dan yang terpenting percaya sama apa yang Mas ceritakan," ucap Aksan."Mas, jika terlalu banyak syarat yang harus aku penuhi hanya karena Mas mau berkata jujur untuk menutupi ketidaksiapan Mas mending gak usah bercerita saja. Karena aku yakin seiring berjalannya waktu kebohongan itu akan terungkap."Nilam menyerah, dia memilih bangkit dari duduknya dan berjalan meninggalkan Aksan, tapi dengan segera Aksan meraih tangan Nilam dan menarik tubuh Nilam ke dalam pelukannya. Nilam terpaku."Apapun yang terjadi, tak ada yang mencintaimu sebesar aku mencintaimu, ingat itu." Nilam menghangat, dia seolah terhipnotis dan melupaka apa yang ada dalam dirinya, berjuta pertanyaan dan kecurigaan terhadap Aksan mendadak lebur hanya dengan dekapan dan kecupan di pucuk

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Part 7

    Nilam benar-benar marah kali ini dia serius dengan ucapannya hingga pagi menjelang ia tak membukakan pintu kamar untuk Aksan, bahkan dia pun tak keluar kamar ketika pagi sudah datang.Aksan kembali mencoba mengetuk pintu kamar dengan dalih mau mengambil baju, tapi tak ada suara atau respon apapun dari Nilam. Aksan dibuat khawatir dan dihantui rasa takut."Oke kalau kamu masih marah dan gak mau buka pintu, setidaknya kasih aku tanda kalau kamu di dalam baik-baik saja," teriak Aksan."Aku khawatir sama kamu, aku mohon kasih tanda kamu baik-baik saja." "Pergi ... Aku gak mau ketemu kamu, kamu jahat. Kamu selalu belain pembantu itu, kamu bohongi aku, kamu menyembunyikan sesuatu dariku. Jadi buat apa aku ada di dekat kamu, pergi ...." Nilam berteriak, lalu terdengar suara benda yang di lempar ke arah pintu hingga membuat Aksan terperanjat. "Oke, aku akan menemui kamu jika semua masalahku selesai. Aku pergi ke kantor dulu, kamu hati-hati di rumah. Di depan pintu sudah ku simpan makanan u

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Part 8

    "Mas Aksan ... Tapi ...."Bunyi bel membuyarkan pikiran Nilam yang sedang menelisik foto itu, ia segera menyimpan foto itu di saku bajunya. Dan bergegas keluar tapi tiba-tiba langkahnya tertahan ketika telinganya mendengar kembali rintihan yang pernah ia dengar saat di luar.Nilam berada pada persimpangan antara mencari keberadaan suara itu yang sudah jelas berada di balik rak buku yang bisa jadi pintu itu atau segera membuka pintu karena itu pasti Sesil dan tukang pasang cctv. Akhirnya Nilam memutuskan untuk segera membuka pintu, khawatir Bi Jum sudah keburu pulang sebelum cctv terpasang. Benar saja, di luar sudah berdiri Sesil dan dua lelaki dengan membawa perkakas yang diperlukan untuk pemasangan cctv."Jadi kamu mau pasang di mana saja?" tanya Sesil."Di ruang kerja Mas Aksan, di luar, taman belakang dan di ruang tengah yang bisa mengambil gambar ke ruang keluarga dan ruang makan." Nilam menyebutkan sudut-sudut yang akan dipasang kamera cctv dengan model kamer kecil sebagai alat

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Part 9

    "Ma-maaf Non, saya cuma mengerjakan tugas saya Non. Den Aksan meminta bibi menjaga Non," jawab Bi Jum terbata dan menunduk."Menjaga atau memata-matai, apa yang saya lakukan jangan-jangan Bibi laporkan juga." "Nggak Non, tadi bibi hanya merasa khawatir saja. Bibi takut orang-orang itu berniat jahat, Non.""Ah, alasan. Bibi itu memang ada yang gak beres, aku tuh ngerasa bibi sebagai mata-mata bukan sebagai pembantu atau Mama Indri benar Bibi di sini itu untuk jadi mata-mata aku iya kan?" gertak Nilam."Nggak Non, maaf kalau bibi lancang." Nilam menarik nafas panjang, lalu menghembuskannya perlahan. Ia merasa sangat percuma terus menekan pembantu kesayangan suaminya itu. Nanti dia pura-pura pingsan lagi bahaya. Nilam memilih pergi dari hadapan Bi Jum, kembali ke kamar dan mengamati aktifitas Bi Jum lewat pantauan cctv. Hingga tak terasa terlelap hingga adzan di ponsel yang membangunkannya. Perlahan Nilam membuka matanya, ia bangkit dari tidurnya dan segera membersihkan badannya. Jam

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Part 10

    "Apa? Kakak diminta Mas Aksan menemani Bi Jum?" Seketika penasaran itu bercokol kembali di ingatannya, kenapa harus di temenin? Bi Jum kan sudah tua? Berbagai pertanyaan dan kecurigaan baru mulai bermunculan. Apa jangan-jangan Mbak Tami pun soal ruangan di dalam ruang kerja suaminya itu?"Lho, Aksan belum bilang?" tanya Mbak Tami.Nilam menggelengkan kepalanya, ia sama sekali tak tahu soal ini. "Mungkin dia lupa, Mbak gak keberatan kok dek. Malah harusnya kamu pergi bulan madunya sebulan tapi Aksan tidak bisa selama itu pergi bisa kacau perusahaan papa, kamu gak apa-apa kan cuma pergi seminggu aja? Kalau kelamaan kasian juga suami Mbak ditinggal sendirian di rumah." "Mbak gak usah repot-repot jaga Bi Jum, aku rasa Bi Jum tak masalah tinggal di rumah sendirian lagian hanya seminggu.""Janganlah, aku aja gak tega membiarkan Bi Jum sendirian di rumah. Bi Jum sudah cukup tua untuk tinggal sendirian di rumah segede ini." Nilam tak berbicara lagi, dia memilih melanjutkan kegiatannya mem

Bab terbaru

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Bab 25 (End)

    Perjalanan panjang setiap manusia yang bernapas di dunia sejatinya hanyalah sementara, seberapa lama dan panjang pun perjalanan itu tentu akan memiliki akhir yang sama yaitu kematian. Setiap yang bernyawa akan mati, itu janji Tuhan dalam kitab suci. Apa yang kita lakukan selama menempuh perjalanan di dunia, akan diminta pertanggungjawaban di alam akhirat nanti. Jika baik maka akan berbuah baik, jika buruk maka itupun yang akan kita terima. Dan semua manusia akan berharap kebaikanlah yang akan mereka terima. Aksan, sudah merasakan perjalanan hidup yang beragam. Mulai dia yang tergoda mendua hingga dia sendiri yang diduakan, mulai merasakan jatuh cinta, dicintai lalu jatuh cinta lagi dan terluka lagi. Seolah semua yang dilakukannya sudah dibayar lunas oleh takdir yang menyapanya. Genap dua tahun Aksan meninggalkan Negara ini dengan segala cerita yang sudah pernah terjadi, cerita yang membuat kehidupannya beragam dan begitu kompleks. Aksan menikmati setiap kehidupan yang diamanahkan p

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Bab 24

    "Assalamualaikum, Ma.""Waalaikumsalam, ah akhirnya anak mama menelpon juga. Gimana kabar kamu, nak?" "Baik, Ma. Mama gimana?" "Alhamdulillah, baik."Percakapan antara anak lelaki dan seorang ibu yang terpisah jarak dan waktu itu selalu terjadi setiap waktu dengan waktu yang berbeda. Ya, akhirnya Aksan memutuskan untuk pergi, menyetujui dengan saran sang Mama untuk meraih kebahagiaan, melupakan semua peristiwa yang terjadi di tanah air dalam hidupnya. Aksan mengambil keputusan yang tepat setelah melakukan perenungan yang cukup panjang. Sebulan dari ucapan sang Mama, Aksan baru berani memutuskan setelah memastikan semua urusan di tempat tinggalnya selesai. Mendengar keputusan sang buah hati tentu Mama Aksan sangat bahagia kala itu, tak ada yang menjadi penghalang kebahagiaannya selain kebahagiaan anak semata wayangnya. Satu-satunya anggota keluarga yang masih dimiliki Mama Aksan. "Baik-baik kamu disana, ya nak." "Iya Bu, ibu juga. Bi, tolong kabari soal Mama apapun itu," ucap Aks

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Bab 23

    "Kok kamu bisa bawa Nilam?" tanya Mama saat di jalan menuju ke rumah. "Aku lagi di kafe Dani habis menemui Jelita. Jelita akan tetap bertahan dengan suaminya ma, meski aku menawarkan untuk melunasi semua hutang Budi itu.""Apa? Kamu akan mengambil dia gitu?" tanya Mama tampak terkejut. "Ma, aku sudah lelah. Aku lelah mencari wanita untuk bisa kujadikan sandaran ketika aku lelah dengan pekerjaan dengan kehidupan ini, aku sudah semakin tua Mama juga kita butuh seseorang untuk melewati masa-masa ini. Aku butuh istri, Ma." "Lalu kamu berharap Jelita bisa jadi istri yang baik untuk kamu," ucap Mama. "Setidaknya, perempuan yang terakhir aku cintai dan masih bisa aku perjuangkan hanya Jelita." "Kamu ini, sekarang repot cari istri dulu sudah punya istri baik dan cantik kamu abaikan begitu saja." "Ma," lirih Aksan. Mama tak berucap lagi, begitupun dengan Aksan yang memilih diam. Ucapan mamanya mungkin kena ke dalam hatinya. Apa yang dikatakan sang Mama betul adanya. Dulu Aksan beruntung

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Bab 22

    Jelita masih mengingat pertemuannya dengan Aksan, dia akhirnya memutuskan untuk tetap tinggal bersama Boby. Keputusannya sudah bulat, meski kini perlakuan Boby terkadang cukup membuatnya bingung tapi setidaknya kehidupannya jauh lebih aman di tangan Boby. Tetiba ingatannya meluncur saat pertemuan pertama dengan Aksan, membuat Jelita tersenyum sendiri mengingatnya. Tapi tak jarang menangis bukan karena menangisi kebersamaan mereka tapi menangisi restu orang tua yang tak kunjung hadir. Orang tua Jelita tak menyetujui kedekatan mereka itulah sebabnya Jelita tak pernah mengajak Aksan. "Dia itu duda, Jelita. Kamu ini masih gadis, pantas mendapatkan jejaka." Itu yang terlontar dari mulut sang ayah, mereka menginginkan anak gadisnya mendapat jejaka bukan duda hingga keputusan besar karena sebuah keterpaksaan pun diambil. Orang tua Jelita terlilit hutang, Boby membantunya dengan syarat Jelita mau menikah dengannya karena Boby memang sudah mengincar Jelita sejak lama. Lelaki anak juragan k

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Bab 21

    "Kamu tahu bagaimana perasaan aku sama kamu, aku menjaga kamu. Gak pernah sekalipun aku berani menyakitimu, oke mungkin aku salah karena tak begitu perhatian sama kamu. Selama ini aku selalu melihatmu baik-baik saja, aku kira semua nyata ternyata semu belaka, kamu pandai menyembunyikan semuanya dan aku terlalu percaya dengan semua itu. Harusnya kalau kamu menganggap aku ini kekasihmu bicarakan apapun tentang kamu jangan kamu sembunyikan." Aksan terus memburu Jelita, sedangkan yang diburu hanya semakin menundukan kepala, meremas jari-jarinya. Jelita mungkin tak pernah menyangka jika ia akan bertemu dengan Aksan lagi. Boby sudah membawanya jauh pergi dari kota dimana Jelita dan Aksan bertemu, tapi kini nyatanya mereka bersitatap untuk pertama kalinya setelah enam kali purnama tanpa berdua."Aku sudah lama akan menikahi mu, berkali-kali aku meminta kamu untuk membawaku pada orang tuamu tapi kamu selalu menolak, aku rasa bukan ini alasannya. Kamu memang gak pernah mencintaiku kan, jawab?

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Bab 20

    Aksan tercengang mendengar semua hasil laporan orang yang disuruhnya mencari tahu soal Jelita, semua fakta dan peristiwa sudah didapat dari orang itu. Aksan rela menggelontorkan uang banyak untuk melakukan hal ini, bukan soal cinta saja tapi rasa sayang yang sudah mendalam pada Jelita. Ya, memang Aksan kalau sudah jatuh cinta maka akan mendalam sama seperti dulu jatuh cinta pada Qonita hingga setelah menjadi janda rela menikahi diam-diam dan mengkhianati Nilam. Aksan berencana menemui Jelita tanpa sepengetahuan suaminya, ia pun pamit pada sang Mama. "Kamu serius?""Serius ma, aku merasa perlu menyelamatkan Jelita terlepas nanti dia masih mau dengan ku atau tidak. Aku sudah salah menilainya, dia terpaksa melakukan selama ini. Berarti memang Jelita adalah perempuan baik hanya saja keadaan yang membuatnya seperti itu.""Mama terserah kamu, tapi ingat jangan lakukan kesalahan lagi.""Baik ma, terima kasih. Oh, ya. Qonita gimana?" tanya Aksan. "Alhamdulillah, semua sehat kembali. Suamin

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Bab 19

    "Kenapa masih mencari dia? Bukankah sudah cukup jelas, dia sudah menikah dan membohongi kamu?" Aksan terdiam dengan pertanyaan Sesil, setelah menemui Sesil dan Sesil menerima dengan baik kedatangan Aksan. Aksan menceritakan semuanya, terlihat Sesil tak terkejut mendengar semua cerita tentang Jelita. Hingga Aksan mengira Sesil tahu semuanya. "Kamu tahu semua ini?" tanya Aksan. Sesil menghela napas, lalu membuang pandangannya. "Kamu itu sudah jadi pacarnya satu tahun tapi belum mengenal dia dengan baik, jadi selama ini ngapain aja? Cuma datang untuk berkencan saja dengan dia, cuma datang ketika kamu kesepian atau cuma berpikir dia butuh duit kamu saja?" Sesil menjeda kalimatnya, Aksan semakin terasa sesak, ya memang selama berpacaran dengan Jelita, Aksan selalu memberikan apapun yang dia mau, Aksan selalu berusaha meluangkan waktu tapi memang ia mengakui Aksan tak pernah bertanya apapun soal kehidupan Jelita. Dan jelita pun tak pernah bertanya apapun atau bercerita apapun. "Tidak

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Bab 18

    "Qonita itu dari dulu memang istri yang sangat baik, bagaimana pun kondisi suaminya ia tetap bisa menerima semua kekurangan itu. Dulu adik kamu sangat bahagia bisa menikah dengan dia, sejak bercerita saat masih sekolah dulu Mama bisa melihat kebaikan dalam diri anak itu makanya Mama setuju ketika Ikhsan ingin menikahi Qonita."Aksan terdiam, selera makannya tiba-tiba hilang entah kemana mendengar cerita Mamanya, entah kenapa harus bagian itu yang Mama ceritakan, sejak dulu Aksan selalu tak suka mendengar soal kedekatan Qonita dan adik kembarnya, karena Aksan pun memiliki perasaan yang sama pada perempuan itu bahkan dia pernah berbuat gila dan nekat bukan? "Ma, kalau Mama sayang sama Qonita seharusnya Mama biarkan dia tetap jadi menantu Mama, lagi pula kemana suaminya itu. Selalu saja gak ada," ucap Aksan ketus. Mama terlihat menghela napas, lalu ia menatap dalam pada putra yang tinggal Aksan yang dimilikinya. "Mama bisa saja melakukan itu, tapi kamu tahu setelah sembuh dari masa tr

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Bab 17

    Perempuan itu segera menunduk dan pergi begitu saja, sementara Aksan masih terpaku pada perempuan yang barusan bertabrakan dengannya, tak terlihat jelas wajahnya tapi sepertinya Aksan begitu mengenali perempuan itu. Aksan segera menyadarkan diri dan menuju ruang pendaftaran, bagaimanapun Raja adalah anak Qonita mantan adik ipar sekaligus mantan istri sirinya. Lagipula mama Aksan masih sangat menyayangi Qonita dan masih menganggapnya seperti anak, hubungan keduanya masih dekat apalagi karena Qonita tak punya keluarga lain, selain Mama dan keluarga suaminya yang jauh di luar kota sana.Selesai melakukan pendaftaran, Aksan kembali ke IGD memberikan bukti pendaftaran lalu kembali menunggu Mama yang masih menemani Qonita bersama Raja. Suster melewati Aksan dan Aksan segera menghentikan langkah suster itu. "Sus, bagaimana kondisi keponakan saya?" tanya Aksan terpaksa mengakui Raja sebagai keponakannya kalau tidak dia bisa disangka bapaknya lagi. "Sejauh ini sudah ditangani dengan baik, p

DMCA.com Protection Status