Share

Part 8

Penulis: Nisa Noor
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Mas Aksan ... Tapi ...."

 

Bunyi bel membuyarkan pikiran Nilam yang sedang menelisik foto itu, ia segera menyimpan foto itu di saku bajunya. Dan bergegas keluar tapi tiba-tiba langkahnya tertahan ketika telinganya mendengar kembali rintihan yang pernah ia dengar saat di luar.

 

Nilam berada pada persimpangan antara mencari keberadaan suara itu yang sudah jelas berada di balik rak buku yang bisa jadi pintu itu atau segera membuka pintu karena itu pasti Sesil dan tukang pasang cctv. 

 

Akhirnya Nilam memutuskan untuk segera membuka pintu, khawatir Bi Jum sudah keburu pulang sebelum cctv terpasang. Benar saja, di luar sudah berdiri Sesil dan dua lelaki dengan membawa perkakas yang diperlukan untuk pemasangan cctv.

 

"Jadi kamu mau pasang di mana saja?" tanya Sesil.

 

"Di ruang kerja Mas Aksan, di luar, taman belakang dan di ruang tengah yang bisa mengambil gambar ke ruang keluarga dan ruang makan." 

 

Nilam menyebutkan sudut-sudut yang akan dipasang kamera cctv dengan model kamer kecil sebagai alat untuk Nilam menyelidiki hal yang ada dalam pikirannya itu.

 

Dengan segera Sesil meminta pekerja itu melakukan tugasny, menunggu mereka bekerja Sesil dan Nilam mengobrol di meja makan.

 

"Bi Jum gak ada?" 

 

"Aku suruh dia cari strawbery, kalau ada dia gawatlah. Ancur semua rencanaku," ujar Nilam.

 

"Eh, emang di mana kamu suka denger suara itu?"

 

"Kalau dari luar itu kayak dinding ruang kerja suamiku, tapi ternyata aku pernah mergokin Bi Jum keluar dari sebuah ruangan yang pintunya bisa jadi rak buku. Pokoknya Aksan memang seperti sengaja menyembunyikan hal itu."

 

"Maksud kamu ada ruangan lain di dalam ruang kerja suami kamu?" 

 

"Yups, dan aku gak tahu cara bukanya. Makanya aku mau nanti pasang cctv mengarah kesudut sana, biar aku tahu bagaimana cara Mas Aksan dan Bi Jum membuka pintu itu."

 

"Emang kamu sebelum nikah gak jeli apa soal Aksan?" 

 

Seketika Nilam terdiam, seakan mengerti maksud ucapan Sesil kemana. Dia pun menyadari hal itu apalagi saat ia ingat tentang foto yang dia temukan tadi seharusnya dia tahu tentang semua itu sebelum memutuskan menerima perjodohan ini. 

 

"Apa mungkin Aksan menyembunyikan perempuan lain di dalam sana?" tanya Sesil.

 

"Memang perempuan, suaranya itu suara perempuan cuma aku gak tahu itu perempuan siapa? Dan yang makin aku kaget, Mama Indri juga tahu soal perempuan itu."

 

"What? Mama Indri? Ibu asuhnya Aksan?" 

 

"Iya, dan lebih parahnya Mama Indri itu minta Bi Jum buat membuat perempuan itu mati dengan bayaran yang fantastis."

 

Mata Sesil terbelalak, mulutnya membulat sempurna. Ia pikir hal itu hanya ada dalam cerita belaka nyatanya dalam kehidupan ini pun hal itu bisa terjadi. 

 

"Gimana aku gak stres, tiap pagi suami aku itu gak pernah absen masuk ruang kerjanya dengan alasan memastikan persiapan pekerjaannya selesai dan yang baru aku sadari itu tiap pagi Bi Jum bawa sepiring makanan ke belakang, awalnya aku pikir buat dia tapi ternyata entahlah mungkin ada jalan lain juga dari belakang yang nembus ke ruangan itu. Ah, pokoknya aku stres deh," ujar Nilam memegang kepalanya yang terasa berat.

 

Sesil mengusap punggung sahabatnya itu, dia mengerti perasaannya saat ini. Andai dia ada di posisi itu pun tentu akan merasakan hal yang sama. Tinggal bersama suami dan pembantu yang menyembunyikan sesuatu darinya.

 

"Kamu sudah periksa di belakang siapa tahu ada yang mencurigakan?" 

 

"Belum, karena pinggir ruang kerja Mas Aksan itu kamar tidur Bi Jum. Aku gak mungkin dong masuk kamar tidur Bi Jum."

 

"Oke fix, ini memang ada yang gak beres." 

 

Sesil tiba-tiba menggebu dengan gebrakan meja yang ia lakukan membuat Nilam terkejut.

 

"Bisa jadi ada pintu di kamar Bi Jum yang nembus ke ruangan itu."

 

"Tapi kenapa saat itu Bi Jum keluar dari ruang kerja suamiku?" 

 

"Ah, iya juga."

 

Sesil kembali termenung, kedua terdiam. Ini benar-benar misteri yang harus Nilam pecahkan, semua tampak biasa saja tapi penuh tanya dan bikin curiga. 

 

Setelah kurang lebih satu jam, pemasangan selesai dan kemudian mereka berpindah ke ruang tamu, lalu Nilam mendapat penjelasan cara pemantauan kamera melalui ponsel. Nilam memperhatikan dengan seksama, dia merasa puas dengan cara kerja mereka memang tak salah ayah Sesil sukses bisnis di bidang ini, karena sudah begitu profesional dan luar biasa.

 

Bi Jum datang dan dia terkejut ada tamu di rumah majikannya itu. 

 

"Ada bi?" tanya Nilam.

 

"Ada non, bibi cari sampai ketemu khawatir Non Nilam lagi ngidam." 

 

"MashaAllah, makasih ya bi. Simpan di lemari es aja, kebetulan ini ada rekan bisnis saya dan Sesil, bi." 

 

"Hay, Bi Jum. Ikut meeting di sini ya." 

 

"Iya Non Sesil silahkan, ini kan bukan rumah bibi. Bibi permisi," pamit Bi Jum.

 

Setelah dipersilahkan Bi Jum pun melangkahkan kaki ke dapur tapi matanya sesekali memandang ke arah ruang tamu, Bi Jum seperti menyimpan rasa curiga dengan keberadaan dua orang lelaki itu. 

 

Tugas Bi Jum adalah melaporkan apapun yang membuatnya terasa janggal, seperti saat itu dia langsung mengambil ponselnya dan mengirim pesan pada Aksan memberitahu bahwa di rumah ada tamu yang menemui Nilam. Setelah mengirim pesan, Bi Jum membereskan belanjaannya. 

***

Nilam terus mengawasi setiap sudut rumah melalui ponsel khusus yang dia punya untuk mengetahui aktifitas yang dilakukan Bi Jum, di atas ranjang Nilam mengamati sekitar rumahnya tak ada yang aneh dan semua tampak biasa saja. 

 

Sampai akhirnya Nilam melihat Bi Jum masuk ke ruang kerja Aksan, lalu mendekati foto pernikahan Nilam dan Aksan, seperti menekan sesuatu dan terbukalah pintu itu, pintu yang berfungsi sebagai rak buku, Bi Jum tampak menoleh kembali ke kiri dan ke kanan lalu masuk dan pintu tertutup kembali.

 

Hingga tak berkedip Nilam melihat hal itu, satu langkah mulai terbongkar. Memang ada ruangan di dalam ruang kerja Mas Aksan, Nilam benar-benar dibuat terperangah dengan tingkah Bi Jum.

 

Bunyi ponselnya membuyarkan pikiran Nilam, ia segera melihat isi pesan yang dikirim Aksan untuknya. Dari sekian banyak pesan yang sudah dia abaikan pesan yang dia kirim siang itu membuatnya emosi.

 

[Siapa yang mengunjungimu?]

 

"Bi Jum," gumam Nilam.

 

Bergegas Nilam keluar kamar dan mencari Bi Jum, Nilam hendak langsung menuju ruangan itu. Tapi dia mengurungkan niatnya, jika langsung menghampiri Bi Jum di sana maka semua akam terbongkar begitu saja, Bi Jum tak tahu kalau di rumah ini sudah ada cctv.

 

Akhirnya Nilam berteriak-teriak memanggil Bi Jum, tak lama Bi Jum keluar dari belakang. Ah, jelas saja Nilam kembali curiga bukan kah jadi jelas dia melihat Bi Jum masuk ruangan yang ada di dalam ruang kerja suaminya. 

 

"Ada apa Non?" 

 

"Maksud bibi apa laporan segala sama Mas Aksan ada tamu padaku?" tekan Nilam.

 

Bi Jum terdiam, dia menunduk tak berani memandang wajah Nilam.

Komen (5)
goodnovel comment avatar
Luqman Salman
knp mesti bayar segala sih kirain langsung bisa baca terus,.... kan udah berkurang sendiri kuotanya
goodnovel comment avatar
Nizam Nilam
penasaran sama kelanjutan y
goodnovel comment avatar
Dedi
Seru, menyenangkan.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Part 9

    "Ma-maaf Non, saya cuma mengerjakan tugas saya Non. Den Aksan meminta bibi menjaga Non," jawab Bi Jum terbata dan menunduk."Menjaga atau memata-matai, apa yang saya lakukan jangan-jangan Bibi laporkan juga." "Nggak Non, tadi bibi hanya merasa khawatir saja. Bibi takut orang-orang itu berniat jahat, Non.""Ah, alasan. Bibi itu memang ada yang gak beres, aku tuh ngerasa bibi sebagai mata-mata bukan sebagai pembantu atau Mama Indri benar Bibi di sini itu untuk jadi mata-mata aku iya kan?" gertak Nilam."Nggak Non, maaf kalau bibi lancang." Nilam menarik nafas panjang, lalu menghembuskannya perlahan. Ia merasa sangat percuma terus menekan pembantu kesayangan suaminya itu. Nanti dia pura-pura pingsan lagi bahaya. Nilam memilih pergi dari hadapan Bi Jum, kembali ke kamar dan mengamati aktifitas Bi Jum lewat pantauan cctv. Hingga tak terasa terlelap hingga adzan di ponsel yang membangunkannya. Perlahan Nilam membuka matanya, ia bangkit dari tidurnya dan segera membersihkan badannya. Jam

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Part 10

    "Apa? Kakak diminta Mas Aksan menemani Bi Jum?" Seketika penasaran itu bercokol kembali di ingatannya, kenapa harus di temenin? Bi Jum kan sudah tua? Berbagai pertanyaan dan kecurigaan baru mulai bermunculan. Apa jangan-jangan Mbak Tami pun soal ruangan di dalam ruang kerja suaminya itu?"Lho, Aksan belum bilang?" tanya Mbak Tami.Nilam menggelengkan kepalanya, ia sama sekali tak tahu soal ini. "Mungkin dia lupa, Mbak gak keberatan kok dek. Malah harusnya kamu pergi bulan madunya sebulan tapi Aksan tidak bisa selama itu pergi bisa kacau perusahaan papa, kamu gak apa-apa kan cuma pergi seminggu aja? Kalau kelamaan kasian juga suami Mbak ditinggal sendirian di rumah." "Mbak gak usah repot-repot jaga Bi Jum, aku rasa Bi Jum tak masalah tinggal di rumah sendirian lagian hanya seminggu.""Janganlah, aku aja gak tega membiarkan Bi Jum sendirian di rumah. Bi Jum sudah cukup tua untuk tinggal sendirian di rumah segede ini." Nilam tak berbicara lagi, dia memilih melanjutkan kegiatannya mem

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Part 11

    "Lagi apa kamu?" Nilam salah tingkah ketika lampu dinyalakan oleh Aksan yang menyembul dari balik pintu, bibirnya mendadak kelu dan tangannya yang segera ia turunkan membuat pas foto itu nyaris terjatuh dan nyaris mengenai kaki Nilam namun sigap Aksan berlari dan menangkap pas foto itu. "Mas ... Mas Aksan ....""Kamu lagi ngapain di sini malam-malam begini gelap-gelapan pula?" tanya Aksan. Nilam memandang suaminya itu, tak tampak wajah takut atau pucat, Aksan terlihat biasa saja. "Ma-mas ... Itu tombol apa?" tanya Nilam.Aksan hanya tersenyum mendengar pertanyaan istrinya itu."Kamu penasaran sama tombol ini sampai harus mengendap-endap kayak gini?" tanya Aksan.Nilam menganggukan kepalanya, Aksan mengusap kepala Nilam hingga membuat Nilam merasa lebih baik tapi kecurigaannya tetap bersarang di hatinya. "Coba kamu tekan saja," titah Aksan. "Hah? Tekan? Kamu yakin?" Nilam menatap wajah Aksan serius, apa ini sudah saatnya dia tahu atas apa yang disembunyikan suaminya selama ini.

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Part 12

    "Mas ... Itu Mas ...."Nilam tersengal-sengal dan berusaha mengatur nafasnya yang terasa sesak. "Ada apa?" tanya Aksan.Nilam terdiam sejenak, ia berusaha untuk bersikap tenanh terlebih dahulu agar bisa berpikir apa yang harus ia ambil. Ditarik nafanya sedalam mungkin lalu menghembuskannya perlahan."Ada kecoa mas," jawab Nilam.Akhirnya Nilam memutuskan untuk tidak menceritakan apa yang dilihatnya."Ya ampun, kirain ada apa. Sudah ketemu yang dicarinya?" "Sudah mas.""Memang cari apa sih?" tanya Aksan penasaran."Surat dari Sesil mas, sudah yuk ah nanti ada kecoa lagi."Nilam menarik tangan Aksan dan mengajaknya pergi dari sana, semua terjadi biasa saja hingga aktifitas sarapan pun selesai. Nilam pamit ke kamar dengan alasan untuk memastikan semua barang untuk dibawa sudah lengkap. Di dalam kamar Nilam berpikir kerasa bagaimana caranya agar tak jadi pergi, karena ia sama sekali tak mau pergi. Nilam merasa harus segera memecahkan semua ini, tak mungkin bisa tenang jika ia belum men

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Part 13

    "Ka-kamu ...."Telunjuknya mengarah ke wajah Nilam, membuat Nilam semakin kelimpungan dan tak tahu apa yang harus ia jelaskan tentang foto itu."Ma-maaf mas," ujar Nilam gugup.Aksan mencoba menenangkan dirinya, ia tak mau gegabah dengan memarahi Nilam atau menyakiti hatinya dengan kata-kata yang tak pantas. "Dari mana kamu menemukan foto ini?" tanya Aksan."Aku tak sengaja menemukannya mas ketika aku membereskan ruang kerja mas," jawab Nilam yang sudah berhasil mencari alasan tentang hal itu."Kamu bereskan ruang kerja Mas?" tanya Aksan heran."Selalu mas, tiap hari aku rapikan mejanya dan kusapu dari debu. Bi Jum tak pernah aku suruh untuk membersihkannya karena aku mau ruangan itu aku yang membereskannya."Aksan kembali terihat kelimpungan, seperti takut sesuatu terjadi saat Nilam berada di sana."Kamu menemukan apa saja selama membersihkan ruang kerja mas?" tanya Aksan.Nilam membaca sikap suaminya aneh, ya dia bisa mengira Aksan tengah ketakutan ketika mendengar Nilam suka membe

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Part 14

    Aksan terlihat tak nyaman sepanjang perjalanan, wajahnya menunjukan kekhawatiran tentu saja itu membuat Nilam semakin curiga, ia berharap begitu sampai rumah bisa memergoki hal yang selama ini ia curigai."Kenapa mas?" tanya Nilam."Nggak sayang, Mas telepon Mbak Tami dulu ya ngabarin kalau kita gak jadi pergi." Tebakan Nilam benar, Aksan takut di rumah sedang tidak baik keadaannya jadi dia harus memastikan semua aman. Nilam tidak setuju dengan apa yang dikatakan Aksan."Gak perlu lah mas, kan nanti juga kita sampai rumah."Namun Aksan tetap merogoh saku celananya dan mengeluarkan ponsel, Nilam membiarkannya seberapa besar pum cara Aksan menyembunyikan hal itu bagi Nilam jika sudah waktunya terbongkar akan terbongkar.Selesai mengirim pesan pada Mbak Tami, Aksan menggenggam tangan Nilam dan tak terlepas hingga sampai di depan rumah."Walah, ini yang mau liburan sudah pulang lagi." Mbak Tami sudah memyambut mereka pulang dengan senyum sumringah yang bagi Nilam itu adalah senyum kemun

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Part 15

    "Alasan apalagi yang akan kamu ucapkan mas?" tanya Nilam.Aksan menarik nafas panjang dan menghembuskannya dengan berat. Pikiran Aksan melayang pada peristiwa itu, peristiwa di mana kehancuran bermula. Dengan berat Aksan menceritakan semua yang terjadi pada Nilam.Satu bulan setelah Aksan melamar Nilam, tiba-tiba seorang perempuan datang ke rumahnya dan mengaku sebagai simpanan papanya. Nyaris semua dibuat tak percaya akan hal itu hingga akhirnya papa mengakuinya.Saat itu terjadi pertengkaran hebat antara mama dan papa Aksan, hingga akhirnya papa membela perempuan itu dan mama memilih peegi dari rumah, Mama Indri adalah selingkuhan papa yang papa simpan dan jaga dengan baik, kepergian mama bukan membuat papa Aksan berpikir atau menyesal, justru dia melegalkan pernikahannya bersama Mama Indri tak ada yang menghadiri pernikahan itu, Mbak Tami, Aksan dan Ikhsan-kembaran Aksan memilih berfokus mencari mama kandung mereka. Aksan diliputi rasa sakit yang sungguh pedih, kenyataan pahit har

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Part 16

    "Dia yang kamu cari?" Mbak Tami mendorong kursi roda dengan seorang perempuan yang duduk di atasnya. Nilam terperangah dan mendadak memiliki kekuatan untuk berdiri meski tangannya menempel berpegangan ke dinding. Aksan terlihat pasrah saat melihat kakaknya datang bersama perempuan yang selama ini ia sembunyikan."Siapa dia Mas? Siapa?" teriak Nilam.Perempuan di atas kursi roda itu menatap Nilam dengan tatapan sinis dan mendelik lalu tiba-tiba tersenyum membuat Nilam merinding sendiri. Ada yang aneh dari perempuan itu, lalu dia melihat ke arah Aksan dengan senyum bahagia dan kembali melihat ke arah Nilam dengan melotot."Jangan dekati suamiku, pergi ... Pergi ...."Perempuan itu ikut berteriak seperti Nilam tapi suaranya parau, Nilam terhenyak mendengar ucapan perempuan itu. Dia menatap ke arah Aksan."Apa dia bilang Mas? Suami? Kamu suaminya? Iya? Jawab mas?" Nilam tak kuasa menahan emosinya dia memukuli Aksan yang sejak tadi hanya terdiam, melihat Aksan dipukuli perempuan diatas

Bab terbaru

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Bab 25 (End)

    Perjalanan panjang setiap manusia yang bernapas di dunia sejatinya hanyalah sementara, seberapa lama dan panjang pun perjalanan itu tentu akan memiliki akhir yang sama yaitu kematian. Setiap yang bernyawa akan mati, itu janji Tuhan dalam kitab suci. Apa yang kita lakukan selama menempuh perjalanan di dunia, akan diminta pertanggungjawaban di alam akhirat nanti. Jika baik maka akan berbuah baik, jika buruk maka itupun yang akan kita terima. Dan semua manusia akan berharap kebaikanlah yang akan mereka terima. Aksan, sudah merasakan perjalanan hidup yang beragam. Mulai dia yang tergoda mendua hingga dia sendiri yang diduakan, mulai merasakan jatuh cinta, dicintai lalu jatuh cinta lagi dan terluka lagi. Seolah semua yang dilakukannya sudah dibayar lunas oleh takdir yang menyapanya. Genap dua tahun Aksan meninggalkan Negara ini dengan segala cerita yang sudah pernah terjadi, cerita yang membuat kehidupannya beragam dan begitu kompleks. Aksan menikmati setiap kehidupan yang diamanahkan p

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Bab 24

    "Assalamualaikum, Ma.""Waalaikumsalam, ah akhirnya anak mama menelpon juga. Gimana kabar kamu, nak?" "Baik, Ma. Mama gimana?" "Alhamdulillah, baik."Percakapan antara anak lelaki dan seorang ibu yang terpisah jarak dan waktu itu selalu terjadi setiap waktu dengan waktu yang berbeda. Ya, akhirnya Aksan memutuskan untuk pergi, menyetujui dengan saran sang Mama untuk meraih kebahagiaan, melupakan semua peristiwa yang terjadi di tanah air dalam hidupnya. Aksan mengambil keputusan yang tepat setelah melakukan perenungan yang cukup panjang. Sebulan dari ucapan sang Mama, Aksan baru berani memutuskan setelah memastikan semua urusan di tempat tinggalnya selesai. Mendengar keputusan sang buah hati tentu Mama Aksan sangat bahagia kala itu, tak ada yang menjadi penghalang kebahagiaannya selain kebahagiaan anak semata wayangnya. Satu-satunya anggota keluarga yang masih dimiliki Mama Aksan. "Baik-baik kamu disana, ya nak." "Iya Bu, ibu juga. Bi, tolong kabari soal Mama apapun itu," ucap Aks

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Bab 23

    "Kok kamu bisa bawa Nilam?" tanya Mama saat di jalan menuju ke rumah. "Aku lagi di kafe Dani habis menemui Jelita. Jelita akan tetap bertahan dengan suaminya ma, meski aku menawarkan untuk melunasi semua hutang Budi itu.""Apa? Kamu akan mengambil dia gitu?" tanya Mama tampak terkejut. "Ma, aku sudah lelah. Aku lelah mencari wanita untuk bisa kujadikan sandaran ketika aku lelah dengan pekerjaan dengan kehidupan ini, aku sudah semakin tua Mama juga kita butuh seseorang untuk melewati masa-masa ini. Aku butuh istri, Ma." "Lalu kamu berharap Jelita bisa jadi istri yang baik untuk kamu," ucap Mama. "Setidaknya, perempuan yang terakhir aku cintai dan masih bisa aku perjuangkan hanya Jelita." "Kamu ini, sekarang repot cari istri dulu sudah punya istri baik dan cantik kamu abaikan begitu saja." "Ma," lirih Aksan. Mama tak berucap lagi, begitupun dengan Aksan yang memilih diam. Ucapan mamanya mungkin kena ke dalam hatinya. Apa yang dikatakan sang Mama betul adanya. Dulu Aksan beruntung

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Bab 22

    Jelita masih mengingat pertemuannya dengan Aksan, dia akhirnya memutuskan untuk tetap tinggal bersama Boby. Keputusannya sudah bulat, meski kini perlakuan Boby terkadang cukup membuatnya bingung tapi setidaknya kehidupannya jauh lebih aman di tangan Boby. Tetiba ingatannya meluncur saat pertemuan pertama dengan Aksan, membuat Jelita tersenyum sendiri mengingatnya. Tapi tak jarang menangis bukan karena menangisi kebersamaan mereka tapi menangisi restu orang tua yang tak kunjung hadir. Orang tua Jelita tak menyetujui kedekatan mereka itulah sebabnya Jelita tak pernah mengajak Aksan. "Dia itu duda, Jelita. Kamu ini masih gadis, pantas mendapatkan jejaka." Itu yang terlontar dari mulut sang ayah, mereka menginginkan anak gadisnya mendapat jejaka bukan duda hingga keputusan besar karena sebuah keterpaksaan pun diambil. Orang tua Jelita terlilit hutang, Boby membantunya dengan syarat Jelita mau menikah dengannya karena Boby memang sudah mengincar Jelita sejak lama. Lelaki anak juragan k

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Bab 21

    "Kamu tahu bagaimana perasaan aku sama kamu, aku menjaga kamu. Gak pernah sekalipun aku berani menyakitimu, oke mungkin aku salah karena tak begitu perhatian sama kamu. Selama ini aku selalu melihatmu baik-baik saja, aku kira semua nyata ternyata semu belaka, kamu pandai menyembunyikan semuanya dan aku terlalu percaya dengan semua itu. Harusnya kalau kamu menganggap aku ini kekasihmu bicarakan apapun tentang kamu jangan kamu sembunyikan." Aksan terus memburu Jelita, sedangkan yang diburu hanya semakin menundukan kepala, meremas jari-jarinya. Jelita mungkin tak pernah menyangka jika ia akan bertemu dengan Aksan lagi. Boby sudah membawanya jauh pergi dari kota dimana Jelita dan Aksan bertemu, tapi kini nyatanya mereka bersitatap untuk pertama kalinya setelah enam kali purnama tanpa berdua."Aku sudah lama akan menikahi mu, berkali-kali aku meminta kamu untuk membawaku pada orang tuamu tapi kamu selalu menolak, aku rasa bukan ini alasannya. Kamu memang gak pernah mencintaiku kan, jawab?

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Bab 20

    Aksan tercengang mendengar semua hasil laporan orang yang disuruhnya mencari tahu soal Jelita, semua fakta dan peristiwa sudah didapat dari orang itu. Aksan rela menggelontorkan uang banyak untuk melakukan hal ini, bukan soal cinta saja tapi rasa sayang yang sudah mendalam pada Jelita. Ya, memang Aksan kalau sudah jatuh cinta maka akan mendalam sama seperti dulu jatuh cinta pada Qonita hingga setelah menjadi janda rela menikahi diam-diam dan mengkhianati Nilam. Aksan berencana menemui Jelita tanpa sepengetahuan suaminya, ia pun pamit pada sang Mama. "Kamu serius?""Serius ma, aku merasa perlu menyelamatkan Jelita terlepas nanti dia masih mau dengan ku atau tidak. Aku sudah salah menilainya, dia terpaksa melakukan selama ini. Berarti memang Jelita adalah perempuan baik hanya saja keadaan yang membuatnya seperti itu.""Mama terserah kamu, tapi ingat jangan lakukan kesalahan lagi.""Baik ma, terima kasih. Oh, ya. Qonita gimana?" tanya Aksan. "Alhamdulillah, semua sehat kembali. Suamin

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Bab 19

    "Kenapa masih mencari dia? Bukankah sudah cukup jelas, dia sudah menikah dan membohongi kamu?" Aksan terdiam dengan pertanyaan Sesil, setelah menemui Sesil dan Sesil menerima dengan baik kedatangan Aksan. Aksan menceritakan semuanya, terlihat Sesil tak terkejut mendengar semua cerita tentang Jelita. Hingga Aksan mengira Sesil tahu semuanya. "Kamu tahu semua ini?" tanya Aksan. Sesil menghela napas, lalu membuang pandangannya. "Kamu itu sudah jadi pacarnya satu tahun tapi belum mengenal dia dengan baik, jadi selama ini ngapain aja? Cuma datang untuk berkencan saja dengan dia, cuma datang ketika kamu kesepian atau cuma berpikir dia butuh duit kamu saja?" Sesil menjeda kalimatnya, Aksan semakin terasa sesak, ya memang selama berpacaran dengan Jelita, Aksan selalu memberikan apapun yang dia mau, Aksan selalu berusaha meluangkan waktu tapi memang ia mengakui Aksan tak pernah bertanya apapun soal kehidupan Jelita. Dan jelita pun tak pernah bertanya apapun atau bercerita apapun. "Tidak

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Bab 18

    "Qonita itu dari dulu memang istri yang sangat baik, bagaimana pun kondisi suaminya ia tetap bisa menerima semua kekurangan itu. Dulu adik kamu sangat bahagia bisa menikah dengan dia, sejak bercerita saat masih sekolah dulu Mama bisa melihat kebaikan dalam diri anak itu makanya Mama setuju ketika Ikhsan ingin menikahi Qonita."Aksan terdiam, selera makannya tiba-tiba hilang entah kemana mendengar cerita Mamanya, entah kenapa harus bagian itu yang Mama ceritakan, sejak dulu Aksan selalu tak suka mendengar soal kedekatan Qonita dan adik kembarnya, karena Aksan pun memiliki perasaan yang sama pada perempuan itu bahkan dia pernah berbuat gila dan nekat bukan? "Ma, kalau Mama sayang sama Qonita seharusnya Mama biarkan dia tetap jadi menantu Mama, lagi pula kemana suaminya itu. Selalu saja gak ada," ucap Aksan ketus. Mama terlihat menghela napas, lalu ia menatap dalam pada putra yang tinggal Aksan yang dimilikinya. "Mama bisa saja melakukan itu, tapi kamu tahu setelah sembuh dari masa tr

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Bab 17

    Perempuan itu segera menunduk dan pergi begitu saja, sementara Aksan masih terpaku pada perempuan yang barusan bertabrakan dengannya, tak terlihat jelas wajahnya tapi sepertinya Aksan begitu mengenali perempuan itu. Aksan segera menyadarkan diri dan menuju ruang pendaftaran, bagaimanapun Raja adalah anak Qonita mantan adik ipar sekaligus mantan istri sirinya. Lagipula mama Aksan masih sangat menyayangi Qonita dan masih menganggapnya seperti anak, hubungan keduanya masih dekat apalagi karena Qonita tak punya keluarga lain, selain Mama dan keluarga suaminya yang jauh di luar kota sana.Selesai melakukan pendaftaran, Aksan kembali ke IGD memberikan bukti pendaftaran lalu kembali menunggu Mama yang masih menemani Qonita bersama Raja. Suster melewati Aksan dan Aksan segera menghentikan langkah suster itu. "Sus, bagaimana kondisi keponakan saya?" tanya Aksan terpaksa mengakui Raja sebagai keponakannya kalau tidak dia bisa disangka bapaknya lagi. "Sejauh ini sudah ditangani dengan baik, p

DMCA.com Protection Status