Share

Part 5

Penulis: Nisa Noor
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Aksan mempercepat langkahnya, ia segera memburu ruangan Bi Jum. Hatinya khawatir ketika menerima telepon dari Nilam mengabarkan Bu Jum pingsan. Nilam yang sejak tadi menemani Bi Jum yang sudah sadarkan diri tapi masih lemas.

 

"Mas ...."

 

"Gimana keadaannya dek? Bi, bibi gak apa-apa kan?"

 

Nilam terkejut, ia seolah dibuat terperangah oleh sikap suaminya yang begitu perhatian pada Bi Jum. Mengetahui terjadi sesuatu pada Bi Jum langsung datang bahkan perhatiannya sangat luar biasa.

 

"Tadi Mama Indri datang, aku gak tahu awalnya yang jelas ku dengar Mama seperti marah dan mengancam gitu sama Bi Jum," jelas Nilam.

 

"Dasar ... Dia lagi dia lagi, selalu saja menyakiti hati orang. Shit ...." 

 

Aksan emosi mendengar hal itu, ia terus memijat kaki Bi Jum sambil terus mencoba berkomunikasi dengan Bi Jum.

 

Nilam pamit pada suaminya, dia merasa keberadaannya hanya mengganggu saja. Melihat perhatian Aksan pada Bi Jum seperti melihat perhatian seorang anak pada ibunya, sebegitu dalam kah perasaan Aksan pada Bi Jum.

 

"Bi, bibi gak apa-apa kan?" 

 

"Nggak den, bibi gak apa-apa."

 

Nilam yang masih berdiri di depan pintu dan mengamati dengan celah pintu yang terbuka sedikit berharap ada titik terang soal perempuan yang dibahas Mama Indri tadi.

 

"Mama ngomong apa aja sama Bi Jum?" 

 

"Nggak den, hanya mengancam seperti biasa saja." 

 

"Perempuan itu memang bisanya cuma mengancam sejak dulu, aku heran kenapa Papa dulu bisa terjerat dengan perempuan itu hingga membiarkan mama pergi." 

 

Nada suara Aksan sangat mengkhawatirkan, Nilam mendengar hal itu terasa iba meski tak mengerti maksudnya apa, yang jelas yang dia tahu mama kandung Aksan menurut ceritanya pergi setelah Papa Aksan membawa pulang Mama Indri ke rumah. 

 

"Den, yang membuat bibi pingsan bukan perempuan itu." 

 

Aksan mengernyitkan dahinya, ia tak mengerti dengan ucapan Bi Jum.

 

"Lantas siapa bi?" 

 

"Non Nilam memaksa bibi bercerita tentang perempuan yang di maksud oleh perempuan itu, perempuan yang Den Aksan simpan di ruang kerja. Non Nilam memaksa bibi hingga bibi berpura-pura terjatuh pingsan." 

 

Nilam mendengar hal itu langsung menutup mulutnya, ia tak percaya pembantu kesayangan suaminya itu telah mengelabuinya bahkan tega membongkar kelakuan Nilam pada Aksan. 

 

Nilam memutuskan meninggalkan ruangan itu, lalu bergegas menuju kamarnya. Ia tak percaya kalau pembantu itu akan berbicara apa adanya, itu sih hal yang bagus, yang membuatnya terkejut adalah dia berpura-pura pingsan untuk menghindari pertanyaan Nilam soal perempuan yang dibahas oleh Mama Indri.

 

"Non Nilam sepertinya mulai curiga den," ucap Bi Jum.

 

Aksan terdiam, dia pun merasakan hal yang sama jika Nilam sudah mulai mencurigai semuanya. Bola mata Aksan berputar mencari cara untuk membuat Nilam tak mencurigainya lagi.

 

"Bibi istirahat dulu ya, aku mau menemui dulu Nilam."

 

"Jangan dimarahin den, Non Nilam wajar melakukan itu." 

 

Aksan tersenyum dan mengelus tangan Bi Jum dengan penuh kelembutan, memberika ketenangan pada Bi Jum.

 

Aksan menghampiri Nilam yang berada di dalam kamar, mengetahui ada langkah kaki menuju kamarnya. Nilam bergegas ke kamar mandi lalu menyalakan air keran, ia ingin berpura-pura sedang beraktifitas di dalam kamar mandi padahal ia hendak menenangkan dirinya. 

 

Cukup lama Aksan menunggu, hingga ia tak sabar lalu mengetuk pintu kamar mandi yang ada dalam kamar itu. 

 

"Sayang ... Kamu di dalam kan?" 

 

Tak ada jawaban, air keran sudah mati tak lama pintu terbuka. Nilam mengulum senyum.

 

"Ada apa mas? Aku lagi biasalah buang sesuatu."

 

Nilam cekikikan, Aksan mengusap kepala Nilam mungkin merasa gemas melihat Nilam tertawa kecil seperti itu. 

 

"Sini ...."

 

Aksan menarik tangan Nilam dan mengajaknya duduk di tepi ranjang, Nilam hanya mengikuti saja ajakan Aksan.

 

"Ada apa sih Mas? Kok kamu natap aku kayak gitu?" 

 

Nilam merasa heran dengan tatapan Aksan yang seolah akan menghakiminya. 

 

"Sayang ... Apa yang kamu lakukan pada Bi Jum?" 

 

"Aku? Bi Jum? Maksud mas?" 

 

Nilam pura-pura tak mengetahui soal itu, padahal ia tadi jelas mendengar Bi Jum mengadu pada Aksan.

 

"Kata Bi Jum setelah Mama Indri pulang, kamu menekannya untuk memberitahu soal perempuan yang Mama Indri ucapkan, iya?" 

 

Sorot mata Aksan tak lepas dari mata Nilam seolah memastikan Nilam tak akan berbohong. Nilam yang merasa terpojokan merasa ini saat yang tepat untuk menanyakan soal itu langsung pada suaminya itu.

 

"Jawab sayang, Mas gak akan marah." 

 

Nilam menarik nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan. Ia pun kembali menatap suaminya.

 

"Bukan kah pernikahan kita di dasari cinta meski awalnya kita dijodohkan?" 

 

Aksan mengangguk tapi dia tak mengerti kenapa tiba-tiba Nilam berbicara hal itu.

 

"Dalam cinta tak boleh ada kebohongan kan Mas?" 

 

Aksan kembali mengangguk.

 

"Maka aku akan berkata jujur tentang apapun termasuk tentang sikapku pada Bi Jum."

 

"Ya memang harusnya seperti itu," sela Aksan.

 

Nilam semakin menatap mata suaminya dengan lekat.

 

"Mama Indri datang serta merta datang menemui Bi Jum, lalu berbicara berbisik-bisik meski samar tapi beruntung telingaku masih bagus untuk menguping semuanya. Mama Indri bicara soal perempuan, yang membuatku bertanya siapa itu? Selepas Mama Indri pulang aku mencoba mencari tahu siapa perempuan yang Mama Indri maksud tapi Bi Jum malah bergetar hebat lalu tak lama jatuh pingsan. Di mana letak salah aku mas?" tanya Nilam.

 

Aksan mengusap wajahnya kasar, lalu mengehla nafasnya. 

 

"Sayang ... Dengarkan Mas, jangan pernah percaya soal apapun yang keluar dari mulut Mama Indri, dia itu yang membuat keluargaku hancur." 

 

Nilam menyipitkan matanya, memandang Aksan penuh pertanyaan.

 

"Kata kamu kita harus jujur iya kan?" 

 

Nilam mengangguk.

 

"Baiklah, aku akan menceritakan sesuatu yang sebetulnya tak ingin aku ceritakan karena aku takut kamu tak bisa menerima kenyataan ini lalu memilih pergi dariku."

 

Tiba-tiba Nilam merasa denyut jantungnya berdetak lebih cepat, hatinya berdebar, ia mencoba mengumpulkan energi agar tak terlihat lemah ketika Aksan mencerita sebuah rahasia besar tentang apa yang sedang ia curigai. 

 

"Begini sayang, jadi saat itu ...."

 

Aksan menjeda ucapannya, terlihat tampak berat untuk dia bercerita. Nilam sudah menunggu dengan tak sabar penjelasan itu. 

Bab terkait

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Part 6

    "Apa mas?" tanya Nilam.Sudah cukup lama Nilam menunggu, rasanya Aksan memang belum siap mengabari hal itu. "Apa yang sebenarnya terjadi Mas?" tanya Nilam penasaran. "Janji sama Mas setelah ini kamu gak penasaran lagi, gak curiga lagi dan yang terpenting percaya sama apa yang Mas ceritakan," ucap Aksan."Mas, jika terlalu banyak syarat yang harus aku penuhi hanya karena Mas mau berkata jujur untuk menutupi ketidaksiapan Mas mending gak usah bercerita saja. Karena aku yakin seiring berjalannya waktu kebohongan itu akan terungkap."Nilam menyerah, dia memilih bangkit dari duduknya dan berjalan meninggalkan Aksan, tapi dengan segera Aksan meraih tangan Nilam dan menarik tubuh Nilam ke dalam pelukannya. Nilam terpaku."Apapun yang terjadi, tak ada yang mencintaimu sebesar aku mencintaimu, ingat itu." Nilam menghangat, dia seolah terhipnotis dan melupaka apa yang ada dalam dirinya, berjuta pertanyaan dan kecurigaan terhadap Aksan mendadak lebur hanya dengan dekapan dan kecupan di pucuk

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Part 7

    Nilam benar-benar marah kali ini dia serius dengan ucapannya hingga pagi menjelang ia tak membukakan pintu kamar untuk Aksan, bahkan dia pun tak keluar kamar ketika pagi sudah datang.Aksan kembali mencoba mengetuk pintu kamar dengan dalih mau mengambil baju, tapi tak ada suara atau respon apapun dari Nilam. Aksan dibuat khawatir dan dihantui rasa takut."Oke kalau kamu masih marah dan gak mau buka pintu, setidaknya kasih aku tanda kalau kamu di dalam baik-baik saja," teriak Aksan."Aku khawatir sama kamu, aku mohon kasih tanda kamu baik-baik saja." "Pergi ... Aku gak mau ketemu kamu, kamu jahat. Kamu selalu belain pembantu itu, kamu bohongi aku, kamu menyembunyikan sesuatu dariku. Jadi buat apa aku ada di dekat kamu, pergi ...." Nilam berteriak, lalu terdengar suara benda yang di lempar ke arah pintu hingga membuat Aksan terperanjat. "Oke, aku akan menemui kamu jika semua masalahku selesai. Aku pergi ke kantor dulu, kamu hati-hati di rumah. Di depan pintu sudah ku simpan makanan u

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Part 8

    "Mas Aksan ... Tapi ...."Bunyi bel membuyarkan pikiran Nilam yang sedang menelisik foto itu, ia segera menyimpan foto itu di saku bajunya. Dan bergegas keluar tapi tiba-tiba langkahnya tertahan ketika telinganya mendengar kembali rintihan yang pernah ia dengar saat di luar.Nilam berada pada persimpangan antara mencari keberadaan suara itu yang sudah jelas berada di balik rak buku yang bisa jadi pintu itu atau segera membuka pintu karena itu pasti Sesil dan tukang pasang cctv. Akhirnya Nilam memutuskan untuk segera membuka pintu, khawatir Bi Jum sudah keburu pulang sebelum cctv terpasang. Benar saja, di luar sudah berdiri Sesil dan dua lelaki dengan membawa perkakas yang diperlukan untuk pemasangan cctv."Jadi kamu mau pasang di mana saja?" tanya Sesil."Di ruang kerja Mas Aksan, di luar, taman belakang dan di ruang tengah yang bisa mengambil gambar ke ruang keluarga dan ruang makan." Nilam menyebutkan sudut-sudut yang akan dipasang kamera cctv dengan model kamer kecil sebagai alat

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Part 9

    "Ma-maaf Non, saya cuma mengerjakan tugas saya Non. Den Aksan meminta bibi menjaga Non," jawab Bi Jum terbata dan menunduk."Menjaga atau memata-matai, apa yang saya lakukan jangan-jangan Bibi laporkan juga." "Nggak Non, tadi bibi hanya merasa khawatir saja. Bibi takut orang-orang itu berniat jahat, Non.""Ah, alasan. Bibi itu memang ada yang gak beres, aku tuh ngerasa bibi sebagai mata-mata bukan sebagai pembantu atau Mama Indri benar Bibi di sini itu untuk jadi mata-mata aku iya kan?" gertak Nilam."Nggak Non, maaf kalau bibi lancang." Nilam menarik nafas panjang, lalu menghembuskannya perlahan. Ia merasa sangat percuma terus menekan pembantu kesayangan suaminya itu. Nanti dia pura-pura pingsan lagi bahaya. Nilam memilih pergi dari hadapan Bi Jum, kembali ke kamar dan mengamati aktifitas Bi Jum lewat pantauan cctv. Hingga tak terasa terlelap hingga adzan di ponsel yang membangunkannya. Perlahan Nilam membuka matanya, ia bangkit dari tidurnya dan segera membersihkan badannya. Jam

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Part 10

    "Apa? Kakak diminta Mas Aksan menemani Bi Jum?" Seketika penasaran itu bercokol kembali di ingatannya, kenapa harus di temenin? Bi Jum kan sudah tua? Berbagai pertanyaan dan kecurigaan baru mulai bermunculan. Apa jangan-jangan Mbak Tami pun soal ruangan di dalam ruang kerja suaminya itu?"Lho, Aksan belum bilang?" tanya Mbak Tami.Nilam menggelengkan kepalanya, ia sama sekali tak tahu soal ini. "Mungkin dia lupa, Mbak gak keberatan kok dek. Malah harusnya kamu pergi bulan madunya sebulan tapi Aksan tidak bisa selama itu pergi bisa kacau perusahaan papa, kamu gak apa-apa kan cuma pergi seminggu aja? Kalau kelamaan kasian juga suami Mbak ditinggal sendirian di rumah." "Mbak gak usah repot-repot jaga Bi Jum, aku rasa Bi Jum tak masalah tinggal di rumah sendirian lagian hanya seminggu.""Janganlah, aku aja gak tega membiarkan Bi Jum sendirian di rumah. Bi Jum sudah cukup tua untuk tinggal sendirian di rumah segede ini." Nilam tak berbicara lagi, dia memilih melanjutkan kegiatannya mem

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Part 11

    "Lagi apa kamu?" Nilam salah tingkah ketika lampu dinyalakan oleh Aksan yang menyembul dari balik pintu, bibirnya mendadak kelu dan tangannya yang segera ia turunkan membuat pas foto itu nyaris terjatuh dan nyaris mengenai kaki Nilam namun sigap Aksan berlari dan menangkap pas foto itu. "Mas ... Mas Aksan ....""Kamu lagi ngapain di sini malam-malam begini gelap-gelapan pula?" tanya Aksan. Nilam memandang suaminya itu, tak tampak wajah takut atau pucat, Aksan terlihat biasa saja. "Ma-mas ... Itu tombol apa?" tanya Nilam.Aksan hanya tersenyum mendengar pertanyaan istrinya itu."Kamu penasaran sama tombol ini sampai harus mengendap-endap kayak gini?" tanya Aksan.Nilam menganggukan kepalanya, Aksan mengusap kepala Nilam hingga membuat Nilam merasa lebih baik tapi kecurigaannya tetap bersarang di hatinya. "Coba kamu tekan saja," titah Aksan. "Hah? Tekan? Kamu yakin?" Nilam menatap wajah Aksan serius, apa ini sudah saatnya dia tahu atas apa yang disembunyikan suaminya selama ini.

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Part 12

    "Mas ... Itu Mas ...."Nilam tersengal-sengal dan berusaha mengatur nafasnya yang terasa sesak. "Ada apa?" tanya Aksan.Nilam terdiam sejenak, ia berusaha untuk bersikap tenanh terlebih dahulu agar bisa berpikir apa yang harus ia ambil. Ditarik nafanya sedalam mungkin lalu menghembuskannya perlahan."Ada kecoa mas," jawab Nilam.Akhirnya Nilam memutuskan untuk tidak menceritakan apa yang dilihatnya."Ya ampun, kirain ada apa. Sudah ketemu yang dicarinya?" "Sudah mas.""Memang cari apa sih?" tanya Aksan penasaran."Surat dari Sesil mas, sudah yuk ah nanti ada kecoa lagi."Nilam menarik tangan Aksan dan mengajaknya pergi dari sana, semua terjadi biasa saja hingga aktifitas sarapan pun selesai. Nilam pamit ke kamar dengan alasan untuk memastikan semua barang untuk dibawa sudah lengkap. Di dalam kamar Nilam berpikir kerasa bagaimana caranya agar tak jadi pergi, karena ia sama sekali tak mau pergi. Nilam merasa harus segera memecahkan semua ini, tak mungkin bisa tenang jika ia belum men

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Part 13

    "Ka-kamu ...."Telunjuknya mengarah ke wajah Nilam, membuat Nilam semakin kelimpungan dan tak tahu apa yang harus ia jelaskan tentang foto itu."Ma-maaf mas," ujar Nilam gugup.Aksan mencoba menenangkan dirinya, ia tak mau gegabah dengan memarahi Nilam atau menyakiti hatinya dengan kata-kata yang tak pantas. "Dari mana kamu menemukan foto ini?" tanya Aksan."Aku tak sengaja menemukannya mas ketika aku membereskan ruang kerja mas," jawab Nilam yang sudah berhasil mencari alasan tentang hal itu."Kamu bereskan ruang kerja Mas?" tanya Aksan heran."Selalu mas, tiap hari aku rapikan mejanya dan kusapu dari debu. Bi Jum tak pernah aku suruh untuk membersihkannya karena aku mau ruangan itu aku yang membereskannya."Aksan kembali terihat kelimpungan, seperti takut sesuatu terjadi saat Nilam berada di sana."Kamu menemukan apa saja selama membersihkan ruang kerja mas?" tanya Aksan.Nilam membaca sikap suaminya aneh, ya dia bisa mengira Aksan tengah ketakutan ketika mendengar Nilam suka membe

Bab terbaru

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Bab 25 (End)

    Perjalanan panjang setiap manusia yang bernapas di dunia sejatinya hanyalah sementara, seberapa lama dan panjang pun perjalanan itu tentu akan memiliki akhir yang sama yaitu kematian. Setiap yang bernyawa akan mati, itu janji Tuhan dalam kitab suci. Apa yang kita lakukan selama menempuh perjalanan di dunia, akan diminta pertanggungjawaban di alam akhirat nanti. Jika baik maka akan berbuah baik, jika buruk maka itupun yang akan kita terima. Dan semua manusia akan berharap kebaikanlah yang akan mereka terima. Aksan, sudah merasakan perjalanan hidup yang beragam. Mulai dia yang tergoda mendua hingga dia sendiri yang diduakan, mulai merasakan jatuh cinta, dicintai lalu jatuh cinta lagi dan terluka lagi. Seolah semua yang dilakukannya sudah dibayar lunas oleh takdir yang menyapanya. Genap dua tahun Aksan meninggalkan Negara ini dengan segala cerita yang sudah pernah terjadi, cerita yang membuat kehidupannya beragam dan begitu kompleks. Aksan menikmati setiap kehidupan yang diamanahkan p

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Bab 24

    "Assalamualaikum, Ma.""Waalaikumsalam, ah akhirnya anak mama menelpon juga. Gimana kabar kamu, nak?" "Baik, Ma. Mama gimana?" "Alhamdulillah, baik."Percakapan antara anak lelaki dan seorang ibu yang terpisah jarak dan waktu itu selalu terjadi setiap waktu dengan waktu yang berbeda. Ya, akhirnya Aksan memutuskan untuk pergi, menyetujui dengan saran sang Mama untuk meraih kebahagiaan, melupakan semua peristiwa yang terjadi di tanah air dalam hidupnya. Aksan mengambil keputusan yang tepat setelah melakukan perenungan yang cukup panjang. Sebulan dari ucapan sang Mama, Aksan baru berani memutuskan setelah memastikan semua urusan di tempat tinggalnya selesai. Mendengar keputusan sang buah hati tentu Mama Aksan sangat bahagia kala itu, tak ada yang menjadi penghalang kebahagiaannya selain kebahagiaan anak semata wayangnya. Satu-satunya anggota keluarga yang masih dimiliki Mama Aksan. "Baik-baik kamu disana, ya nak." "Iya Bu, ibu juga. Bi, tolong kabari soal Mama apapun itu," ucap Aks

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Bab 23

    "Kok kamu bisa bawa Nilam?" tanya Mama saat di jalan menuju ke rumah. "Aku lagi di kafe Dani habis menemui Jelita. Jelita akan tetap bertahan dengan suaminya ma, meski aku menawarkan untuk melunasi semua hutang Budi itu.""Apa? Kamu akan mengambil dia gitu?" tanya Mama tampak terkejut. "Ma, aku sudah lelah. Aku lelah mencari wanita untuk bisa kujadikan sandaran ketika aku lelah dengan pekerjaan dengan kehidupan ini, aku sudah semakin tua Mama juga kita butuh seseorang untuk melewati masa-masa ini. Aku butuh istri, Ma." "Lalu kamu berharap Jelita bisa jadi istri yang baik untuk kamu," ucap Mama. "Setidaknya, perempuan yang terakhir aku cintai dan masih bisa aku perjuangkan hanya Jelita." "Kamu ini, sekarang repot cari istri dulu sudah punya istri baik dan cantik kamu abaikan begitu saja." "Ma," lirih Aksan. Mama tak berucap lagi, begitupun dengan Aksan yang memilih diam. Ucapan mamanya mungkin kena ke dalam hatinya. Apa yang dikatakan sang Mama betul adanya. Dulu Aksan beruntung

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Bab 22

    Jelita masih mengingat pertemuannya dengan Aksan, dia akhirnya memutuskan untuk tetap tinggal bersama Boby. Keputusannya sudah bulat, meski kini perlakuan Boby terkadang cukup membuatnya bingung tapi setidaknya kehidupannya jauh lebih aman di tangan Boby. Tetiba ingatannya meluncur saat pertemuan pertama dengan Aksan, membuat Jelita tersenyum sendiri mengingatnya. Tapi tak jarang menangis bukan karena menangisi kebersamaan mereka tapi menangisi restu orang tua yang tak kunjung hadir. Orang tua Jelita tak menyetujui kedekatan mereka itulah sebabnya Jelita tak pernah mengajak Aksan. "Dia itu duda, Jelita. Kamu ini masih gadis, pantas mendapatkan jejaka." Itu yang terlontar dari mulut sang ayah, mereka menginginkan anak gadisnya mendapat jejaka bukan duda hingga keputusan besar karena sebuah keterpaksaan pun diambil. Orang tua Jelita terlilit hutang, Boby membantunya dengan syarat Jelita mau menikah dengannya karena Boby memang sudah mengincar Jelita sejak lama. Lelaki anak juragan k

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Bab 21

    "Kamu tahu bagaimana perasaan aku sama kamu, aku menjaga kamu. Gak pernah sekalipun aku berani menyakitimu, oke mungkin aku salah karena tak begitu perhatian sama kamu. Selama ini aku selalu melihatmu baik-baik saja, aku kira semua nyata ternyata semu belaka, kamu pandai menyembunyikan semuanya dan aku terlalu percaya dengan semua itu. Harusnya kalau kamu menganggap aku ini kekasihmu bicarakan apapun tentang kamu jangan kamu sembunyikan." Aksan terus memburu Jelita, sedangkan yang diburu hanya semakin menundukan kepala, meremas jari-jarinya. Jelita mungkin tak pernah menyangka jika ia akan bertemu dengan Aksan lagi. Boby sudah membawanya jauh pergi dari kota dimana Jelita dan Aksan bertemu, tapi kini nyatanya mereka bersitatap untuk pertama kalinya setelah enam kali purnama tanpa berdua."Aku sudah lama akan menikahi mu, berkali-kali aku meminta kamu untuk membawaku pada orang tuamu tapi kamu selalu menolak, aku rasa bukan ini alasannya. Kamu memang gak pernah mencintaiku kan, jawab?

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Bab 20

    Aksan tercengang mendengar semua hasil laporan orang yang disuruhnya mencari tahu soal Jelita, semua fakta dan peristiwa sudah didapat dari orang itu. Aksan rela menggelontorkan uang banyak untuk melakukan hal ini, bukan soal cinta saja tapi rasa sayang yang sudah mendalam pada Jelita. Ya, memang Aksan kalau sudah jatuh cinta maka akan mendalam sama seperti dulu jatuh cinta pada Qonita hingga setelah menjadi janda rela menikahi diam-diam dan mengkhianati Nilam. Aksan berencana menemui Jelita tanpa sepengetahuan suaminya, ia pun pamit pada sang Mama. "Kamu serius?""Serius ma, aku merasa perlu menyelamatkan Jelita terlepas nanti dia masih mau dengan ku atau tidak. Aku sudah salah menilainya, dia terpaksa melakukan selama ini. Berarti memang Jelita adalah perempuan baik hanya saja keadaan yang membuatnya seperti itu.""Mama terserah kamu, tapi ingat jangan lakukan kesalahan lagi.""Baik ma, terima kasih. Oh, ya. Qonita gimana?" tanya Aksan. "Alhamdulillah, semua sehat kembali. Suamin

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Bab 19

    "Kenapa masih mencari dia? Bukankah sudah cukup jelas, dia sudah menikah dan membohongi kamu?" Aksan terdiam dengan pertanyaan Sesil, setelah menemui Sesil dan Sesil menerima dengan baik kedatangan Aksan. Aksan menceritakan semuanya, terlihat Sesil tak terkejut mendengar semua cerita tentang Jelita. Hingga Aksan mengira Sesil tahu semuanya. "Kamu tahu semua ini?" tanya Aksan. Sesil menghela napas, lalu membuang pandangannya. "Kamu itu sudah jadi pacarnya satu tahun tapi belum mengenal dia dengan baik, jadi selama ini ngapain aja? Cuma datang untuk berkencan saja dengan dia, cuma datang ketika kamu kesepian atau cuma berpikir dia butuh duit kamu saja?" Sesil menjeda kalimatnya, Aksan semakin terasa sesak, ya memang selama berpacaran dengan Jelita, Aksan selalu memberikan apapun yang dia mau, Aksan selalu berusaha meluangkan waktu tapi memang ia mengakui Aksan tak pernah bertanya apapun soal kehidupan Jelita. Dan jelita pun tak pernah bertanya apapun atau bercerita apapun. "Tidak

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Bab 18

    "Qonita itu dari dulu memang istri yang sangat baik, bagaimana pun kondisi suaminya ia tetap bisa menerima semua kekurangan itu. Dulu adik kamu sangat bahagia bisa menikah dengan dia, sejak bercerita saat masih sekolah dulu Mama bisa melihat kebaikan dalam diri anak itu makanya Mama setuju ketika Ikhsan ingin menikahi Qonita."Aksan terdiam, selera makannya tiba-tiba hilang entah kemana mendengar cerita Mamanya, entah kenapa harus bagian itu yang Mama ceritakan, sejak dulu Aksan selalu tak suka mendengar soal kedekatan Qonita dan adik kembarnya, karena Aksan pun memiliki perasaan yang sama pada perempuan itu bahkan dia pernah berbuat gila dan nekat bukan? "Ma, kalau Mama sayang sama Qonita seharusnya Mama biarkan dia tetap jadi menantu Mama, lagi pula kemana suaminya itu. Selalu saja gak ada," ucap Aksan ketus. Mama terlihat menghela napas, lalu ia menatap dalam pada putra yang tinggal Aksan yang dimilikinya. "Mama bisa saja melakukan itu, tapi kamu tahu setelah sembuh dari masa tr

  • MISTERI RINTIHAN DI RUANG KERJA SUAMIKU   Bab 17

    Perempuan itu segera menunduk dan pergi begitu saja, sementara Aksan masih terpaku pada perempuan yang barusan bertabrakan dengannya, tak terlihat jelas wajahnya tapi sepertinya Aksan begitu mengenali perempuan itu. Aksan segera menyadarkan diri dan menuju ruang pendaftaran, bagaimanapun Raja adalah anak Qonita mantan adik ipar sekaligus mantan istri sirinya. Lagipula mama Aksan masih sangat menyayangi Qonita dan masih menganggapnya seperti anak, hubungan keduanya masih dekat apalagi karena Qonita tak punya keluarga lain, selain Mama dan keluarga suaminya yang jauh di luar kota sana.Selesai melakukan pendaftaran, Aksan kembali ke IGD memberikan bukti pendaftaran lalu kembali menunggu Mama yang masih menemani Qonita bersama Raja. Suster melewati Aksan dan Aksan segera menghentikan langkah suster itu. "Sus, bagaimana kondisi keponakan saya?" tanya Aksan terpaksa mengakui Raja sebagai keponakannya kalau tidak dia bisa disangka bapaknya lagi. "Sejauh ini sudah ditangani dengan baik, p

DMCA.com Protection Status