Aulia zia membuka matanya dengan perasaan yang sama sekali tidak bisa di jelaskan. Dahinya dibanjiri keringat. Matanya membelalak ketakutan & bingung pada saat bersamaan. Sementara, Jantungnya terasa dua kali berdetak lebih kencang.
“ Kamu baik-baik saja ?” Suara Alma zia.Aulia zia menoleh ke arah kakaknya yang sedang menikmati minuman dingin. Mereka sedang duduk bersandar di bawah pohon beringin yang ada di taman depan sekolah, sambil memperhatikan murid-murid lain bermain sepak bola.Sepuluh menit yang lalu, kamu bilang akan tidur sebentar. Tapi, kamu malah bangun seakan baru saja bermimpi buruk. Ada apa?”Alma zia menggelengkan kepalanya.“ Kurasa, aku memang bermimpi buruk, Kak. Tapi aku merasa sangat aneh & ketakutan dengan mimpiku sendiri. Anehnya, aku tidak sepenuhnya tidur. Aku masih bisa mendengar suara anak-anak lain di sekitarku.”“Lucid dream? Kamu tidak pernah bertingkah aneh sebelumnya kalau sedang mimpi buruk,” balas Alma zia.“ Aku tidak“ Aku harus segera pergi…”Aulia zia memutar balik langkahnya menuju area dalam sekolah.Gedung sekolah sekarang sudah sangat sepi.Zlaaashhh.Langkah kaki Aulia zia kembali terhenti di depan pintu masuk gedung sekolahnya saat dia melihat gadis yang begitu familier dalam ingatannya menangis & menjerit, sambil memegangi kedua telinga. Ada gadis lain di depannya. Ia memiliki wajah oriental sempurna sedang tersenyum penuh kemenangan. Denting piano di belakangnya, entah di mainkan siapa, terdengar seperti alunan musik kematian.Aulia zia menggelengkan kepalanya keras-keras demi menghilangkan bayangan hitam putih tadi.Namun, bayangan itu terus menghantui fikirannya.Aulia zia mencoba memantapkan hati & nyalinya untuk memasuki gedung sekolah lebih jauh lagi.Dengan penuh keteguhan, Aulia zia berlari kecil menyusuri gedung sekolah menuju ruang musik lama yang ada di lorong, dekat taman belakang. Langkah kaki Aulia zia berderap bersama ketakutannya sendiri yang berusaha di tekan, hanya Untuk
Setelah berada cukup jauh dari ruang musik, keadaan Aulia zia perlahan membaik. Dia terduduk di salah satu kursi yang ada di ruang loker. Pandangan matanya yang tadi memburam, mulai menjernih.Tubuhnya yang kaku perlahan bisa di gerakkan sesuai dengan keinginannya.“ Dia hampir mengambil nyawamu, kamu tahu?”Suara itu menginterupsi Aulia zia, membuatnya mendongakkan kepala & melepas headphone di kepalanya.Ronald telah berdiri sambil berkacak pinggang di depan Aulia zia. Laki-laki itu masih mengenakan jubah karatenya, & yang jelas, sekarang Ronald terlihat ingin memarahi Aulia zia.“ Kalau saja aku tidak datang menolongmu, mungkin esok hari ada berita kematian di mading sekolah,” katanya dingin.Aulia zia bersumpah, kalau saja dirinya tidak sedang lemas & ber mood jelek, pasti dirinya sudah meninju rahang Ronald untuk yang kedua kalinya. Jadi anggap saja saat ini Ronald sedang beruntung.Aku sudah pernah memperingatimu untuk tidak mendekati, mengintip, atau memasuki ruangan itu, kenap
“ Kamu datang untuk membantu….”Lagu itu berada pada nada tinggi yang sungguh menyayat telinga. Gadis cantik pemain Piano perlahan mendekat, melayang menghampiri seorang gadis dihadapannya yang bertekuk lutut. Dia menyeringai penuh kemenangan ketika jarinya yang lentik menyentuh dada gadis di hadapannya.Seakan-akan dia menyentuh jantung gadis itu lalu menghancurkannya.“ Kamu sungguh akan membantu…”“ Aaarrggghhh…!”Aulia zia terbangun mendadak saat mendengar teriakan nyaring dalam mimpinya. Harus diakui, semenjak kejadian yang menimpanya tadi sore, dia sedikit berubah menjadi aneh. Entah mengapa, Aulia zia menjadi lebih penakut & merasa tidak aman ketika berada di ruangan sepi.Sambil menyeka keringat dingin di pelipisnya,Aulia zia memaksakan diri duduk bersila di atas tempat tidur. Sekali, dia mengambil nafas untuk menenangkan fikirannya yang kacau balau. Ketika Aulia zia menenangkan diri, mendadak saja pintu kamar asrama terbuka keras hingga membuatnya terlonjak kaget.“ Kamu men
Alma zia merutuki dirinya yang tidak sengaja menabrak kakak kelas yang ternyata orang yang pernah bermasalah dengan adiknya, Aulia zia. Andai saja, dirinya sedang tidak melamun ketika berjalan, mungkin dia tidak akan menabrak kakak berwajah dingin itu. “ Kudengar adikmu absen hari ini.”Alis Alma zia sempurna bertaut ketika mendengar pertanyaan dari kakak kelas ber name tag Ronald itu. Dari mana Ronald Ronald tahu, Aulia zia absen sekolah hari ini.“ Dia demam,” jawab Alma zia singkat.Ronald terlihat menaikkan kedua bahunya sekilas & menatap Alma zia dengan serius.“ Namaku Ronald. Aku yang kemarin menolong adikmu di ruang musik lama, saat dia nyaris kehilangan nyawanya. Kurasa, adikmu tidak sekedar demam. Kurasa….berhubungan dengan ruangan itu.”Alis Alma zia semakin mengerut. Menyelamatkan Aulia zia di ruang musik lama…? Bagaimana ceritanya, bisa seperti itu? Lebih masuk akal kalau Ronald balas meninju Aulia zia saat keduanya bertemu.Belum juga
Aulia zia menjambak rambutnya sebal, saat tidak menemukan ponsel miliknya di mana pun. Dia telah mencarinya sejak satu jam yang lalu. Semua tempat sudah diperiksanya. Namun benda pipih putih itu tidak di temukan di mana pun. Padahal, Aulia zia sangat membutuhkannya sekarang. Merasa putus asa karena tidak berhasil menemukan ponselnya, Aulia zia duduk di pinggiran tempat tidurnya sambil menggerutu kesal.“ Aku pulang!”Aulia zia menoleh ke arah pintu yang terbuka & menemukan Ratna masuk ke dalam kamar sambil melepaskan sepatunya. Aulia zia tidak berharap banyak untuk meminjam ponsel Ratna.“ Ponselmu! Tadi senior anggarmu yang memberikannya.”Aulia zia mendongakkan kepala saat Ratna berbicara singkat kepadanya, sambil menyodorkan benda yang sedari tadi dicari-carinya.“ Kamu….”“ Kamu meninggalkannya di lapangan depan kemarin. Sebenarnya, aku ingin memberikan ini kepada kakakmu. Tapi, tadi dia tidak ada,” potong Ratna cepat.Aulia zia mengambil ponsel dari tangan Ratna. Kemudian segera
“ Berhenti menggerutu, Aulia. Kamu harus belajar sebelum praktek agar nilaimu tidak lagi berada di bawah.”Alma zia berkata, sambil menarik tangan adiknya. Mereka mengikuti murid yang lain untuk masuk ke dalam ruang musik.Mulut Aulia zia memang berhenti menggerutu. Tapi, hatinya tetap kesal karena melihat Ronald memasuki ruang yang sama dengan yang akan di masukinya. Bagi Aulia zia, bertemu dengan Ronald berarti sebuah perdebatan.“ Hari ini, kita akan kembali melakukan praktek Piano dengan lagu berbeda. Praktek ini juga berguna untuk menambah nilai kalian yang jelek. Tapi sebelum itu, kita akan mendengarkan salah satu senior kalian bermain Piano karena dia tidak mengikuti praktek di kelasnya minggu lalu.”Seperti dugaan awal, senior yang dimaksudkan oleh Ibu Guru adalah Ronald. Dia sedang duduk di belakang Piano sambil tersenyum sekilas kepada adik-adiknya. Aulia zia tersenyum mengejek ke arah Ronald, sedangkan Alma zia menatap Ronald datar Ronald seolah ingin mengatakan “ tunjukk
Insiden lepasnya penyangga tutup grand piano, yang berakhir dengan menimpa tangan Ronald, menyebar dengan cepat. Bahkan, lebih cepat dari wabah penyakit apa pun. Dari beberapa gosip yang beredar, Ronald mengalami retak tulang pada beberapa jarinya, juga ada sebagian kecil tulang bergeser dari sendinya. Untuk beberapa saat, Ronald dipulangkan ke rumahnya yang berada di Bandung. Sementara, pelaku yang melepaskan penyangga tutup Piano, Sinta, tampak beberapa kali dipanggil ke ruang ketertiban untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.Ada beberapa hal yang membuat Aulia zia, Alma zia, & Ratna terkejut saat ini. Bayangkan saja, teman sekamar mereka, baru saja mencederai kakak kelas. Namun, tidak ada ekspresi ataupun kalimat menyesal yang keluar dari bibir Sinta sama sekali.Bahkan, menurut Ratna, Sinta seperti tidak merasa bersalah.Malam ini, Aulia zia sedang berkumpul dengan Alma zia & Ratna di kamar mereka, sedangkan Sinta menghilang entah ke mana sejak tadi sore.
Mentari pagi bersinar tidak rerlalu cerah, mengingat semalam terjadi badai mengerikan. Bahkan, hingga pagi ini pun masih gerimis sesekali.Kesuraman mentari sama halnya dengan kesuraman wajah Aulia zia, Alma zia, & Ratna pagi ini. Ketiganya terlihat tidak bersemangat pergi ke sekolah. Bahkan, Alma zia memiliki kantong mata.Dini hari tadi, sekitar pukul 3, Sinta kembali ke asrama dengan wajah datar. Dia sama sekali tidak memedulikan wajah lelah Aulia zia & Alma zia yang semalaman menunggunya pulang & Ratna terbangun dari pingsannya.“ Kamu dari mana saja? Kenapa jam segini baru pulang? Kami menunggumu,” tegur Alma zia.“ Bukan urusanmu. Lebih baik, urusi aja firu sendiri.”Bahkan, jawaban yang diberikan Sinta begitu ketus & dingin, membuat Aulia zia yang tadinya ingin menginterogasi Sinta harus mengurungkan niatnya.Beberapa saat setelah Sinta kembali ke asrama, gadis itu lalu pergi lagi dalam setengah jam setelah membersihkan diri. Ketiga teman sekamarnya ha