“ Berhenti menggerutu, Aulia. Kamu harus belajar sebelum praktek agar nilaimu tidak lagi berada di bawah.”Alma zia berkata, sambil menarik tangan adiknya. Mereka mengikuti murid yang lain untuk masuk ke dalam ruang musik.Mulut Aulia zia memang berhenti menggerutu. Tapi, hatinya tetap kesal karena melihat Ronald memasuki ruang yang sama dengan yang akan di masukinya. Bagi Aulia zia, bertemu dengan Ronald berarti sebuah perdebatan.“ Hari ini, kita akan kembali melakukan praktek Piano dengan lagu berbeda. Praktek ini juga berguna untuk menambah nilai kalian yang jelek. Tapi sebelum itu, kita akan mendengarkan salah satu senior kalian bermain Piano karena dia tidak mengikuti praktek di kelasnya minggu lalu.”Seperti dugaan awal, senior yang dimaksudkan oleh Ibu Guru adalah Ronald. Dia sedang duduk di belakang Piano sambil tersenyum sekilas kepada adik-adiknya. Aulia zia tersenyum mengejek ke arah Ronald, sedangkan Alma zia menatap Ronald datar Ronald seolah ingin mengatakan “ tunjukk
Insiden lepasnya penyangga tutup grand piano, yang berakhir dengan menimpa tangan Ronald, menyebar dengan cepat. Bahkan, lebih cepat dari wabah penyakit apa pun. Dari beberapa gosip yang beredar, Ronald mengalami retak tulang pada beberapa jarinya, juga ada sebagian kecil tulang bergeser dari sendinya. Untuk beberapa saat, Ronald dipulangkan ke rumahnya yang berada di Bandung. Sementara, pelaku yang melepaskan penyangga tutup Piano, Sinta, tampak beberapa kali dipanggil ke ruang ketertiban untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.Ada beberapa hal yang membuat Aulia zia, Alma zia, & Ratna terkejut saat ini. Bayangkan saja, teman sekamar mereka, baru saja mencederai kakak kelas. Namun, tidak ada ekspresi ataupun kalimat menyesal yang keluar dari bibir Sinta sama sekali.Bahkan, menurut Ratna, Sinta seperti tidak merasa bersalah.Malam ini, Aulia zia sedang berkumpul dengan Alma zia & Ratna di kamar mereka, sedangkan Sinta menghilang entah ke mana sejak tadi sore.
Mentari pagi bersinar tidak rerlalu cerah, mengingat semalam terjadi badai mengerikan. Bahkan, hingga pagi ini pun masih gerimis sesekali.Kesuraman mentari sama halnya dengan kesuraman wajah Aulia zia, Alma zia, & Ratna pagi ini. Ketiganya terlihat tidak bersemangat pergi ke sekolah. Bahkan, Alma zia memiliki kantong mata.Dini hari tadi, sekitar pukul 3, Sinta kembali ke asrama dengan wajah datar. Dia sama sekali tidak memedulikan wajah lelah Aulia zia & Alma zia yang semalaman menunggunya pulang & Ratna terbangun dari pingsannya.“ Kamu dari mana saja? Kenapa jam segini baru pulang? Kami menunggumu,” tegur Alma zia.“ Bukan urusanmu. Lebih baik, urusi aja firu sendiri.”Bahkan, jawaban yang diberikan Sinta begitu ketus & dingin, membuat Aulia zia yang tadinya ingin menginterogasi Sinta harus mengurungkan niatnya.Beberapa saat setelah Sinta kembali ke asrama, gadis itu lalu pergi lagi dalam setengah jam setelah membersihkan diri. Ketiga teman sekamarnya ha
Alma zia berjalan pelan menyusuri taman belakang asrama putri, sambil memikirkan beberapa hal yang dianggapnya janggal selama beberapa hari ini. Aulia zia sedang ada jadwal berlatih anggar sehingga tidak dapat menemaninya berjalan-jalan. Begitu pula Ratna yang sedang berlatih basket. Lalu, Sinta..? Gadis itu selalu menghilang seperti bayangan malam yang tak pernah bisa disentuh & digapai. Bahkan, terlalu misterius untuk diungkaplan siapa sosoknya. Ketika jari Alma zia tidak sengaja menyentuh kelopak bunga mawar merah yang indah, pikiran gadis itu langsung bermuara pada perkataan Ratna kemarin. Perkataan tentang Ratna seolah melihat Sinta berada di alam roh, padahal Sinta masih hidup.Alma zia memang pernah mendengar tentang astral projection. Tapi, dia tidak pernah berpikir, bahwa hal itu benar-benar ada. Seperti halnya kemampuan melihat kejadian di tempat yang lain milik adiknya, yang biasa orang sebut indigo, clairvoyance, ataupun telekinesis & sebagainya. Dan, itu termasuk kemampu
Zlaaaassshhh.Nafas Aulia zia sempurna tercekat, saat melihat seorang gadis berambut panjang hitam berdiri di depan gadis lain yang sedang menangis. Gadis berambut hitam itu menatap dingin lewat kelopak matanya yang berdarah.Satu hal lagi yang membuat Aulia zia benar-benar tidak bisa bernafas, dia memakai baju putih abu-abu berlumuran darah. Dan, melayang! “ Hiks…hiks…kumohon lepaskan aku… Aku tidak ingin berada di tempat ini… kamu tidak boleh mengambil tubuh & hidupku ! Kumohon…”Gadis berambut hitam itu menyeringai sejenak, menampilkan gigi-giginya yang berdarah & tatapan mata penuh kegelapan.“ Kamu harusnya mati agar aku bisa mendapatkan tubuhmu, anak manis. Kamulah yang membuka gerbang agar aku kembali & sekarang kamu harus memberikan tubuhmu agar aku benar-benar kembali. Kalau kamu tetap keras kepala….”Dia menghentikan kalimatnya untuk menunjukkan seringai gila ketika tangannya yang bebas mengeluarkan sebulah pisau.“ Kamu akan tahu rasanya mati dengan tikaman pusau yang dahu
Aulia zia berlari menuju ruang loker. Dia mendengar kabar dari beberapa kakak kelasnya yang mengatakan, bahwa Ronald sudah kembali ke sekolah. Bahkan, Aulia zia tega meninggalkan Alma zia & Ratna yang sedang mengantri di kantin hanya untuk menyampaikan beberapa hal yang menganggu fikirannya kepada Ronald.Senyuman Aulia zia mengembang sempurna ketika melihat Ronald tampak kesulitan memasukkan buku-buku yang dibawanya ke dalam loker.Aulia zia pun bergegas mendatangi kakak kelasnya itu. “ Butuh bantuanku, Kak?” tanya basa-basi.Ronald menoleh & tersenyum ke arah Aulia zia.“ Aku tidak yakin kamu ingin membantuku, tapi tidak masalah juga.”Aulia zia mengambil buku-buku yang ada di pelukan Ronald, lalu memasukkannya ke dalam loker milik Ronald yang terbuka. Setelah memasukkan semua buku-buku itu, Aulia zia duduk menghadap Ronald & menatapnya serius.“ Kenapa menatapku seperti itu? Aku tidak melakukan kejahatan apa pun dengan tanganku yang masih terluka kalau kam
Alma zia mulai ragu memasukinya karena seharusnya ruangan itu terkunci rapat. Satu pertanyaan kini berputar dalam pikiran Alma zia, untuk apa Sinta masuk ke dalam ruangan itu?“ Kalau kamu ingin tahu, masuklah.”Alma zia tersentak ketika mendengar suara dingin Sinta memasuki gendang telinganya. Seketika, dia mendongak & mendapati Sinta berdiri di ambang pintu, menatap dirinya dengan ekspresi datar. Alma zia menelan ludah memberanikan diri membalas tatapan Sinta.“ Sampai kapan kamu menguntit seperti orang bodoh? Kalau kamu ingin tahu, masuklah saja,”Sinta menyeringai sejenak & entah kenapa, seringainya malah membuat Alma zia mengangguk patuh. Alma zia mengikuti langkah Sinta memasuki ruang musik lama.Mata Alma zia membelalak sempurna ketika melihat sebuah Piano besar di tengah ruangan lama berdebu itu. Di atasnya, terdapat selembar perkamen usang yang pinggirannya terbakar.Alma zia menatap tidak mengerti ke arah Sinta.“ Di sini ada piano? Kalau kamu ingin bermain piano, mengapa ti
Membunuh siapa pun yang menghalangi jalanku, agar mereka tahu bagaimana rasanya mati.Lutut Alma zia terasa lemas mendengar lagu yang begitu menyayat telinganya. Bahkan, ketika lagu itu terdengar, semua memori buruk Alma zia berputar dengan cepatnya. Alma zia ingin menutup kedua telinganya, tetapi tangannya sama sekali tudak bisa digerakkan. Seluruh bagian tubuhnya terasa kaku, bahkan jantungnya seolah akan berhenti berdetak. Pandangan matanya terasa buram, & telinganya demi Tuhan terasa begitu menyakitkan.“ Satu jiwa yang mati akan memberikan aku kekuatan lebih dari sebelumnya. Kamu akan mati sebentar lagi….”Brrraaakkk!Satu tarikan keras terasa di pergelangan tangan kiri Alma zia. Kedua telinganya merasakan sebuah benda menutupi pendengarannya. Alma zia pasrah kalau saja ada orang yang melakukan hal buruk kepadanya.Kaki Alma zia yang lemas bergerak mengikuti tarikan di tangan kirinya. Pandangan matanya masih memburam & perlahan, telinganya tidak lagi me
Ratna terjatuh di depan kamar mandi, ketika Aulia zia mendorongnya agar menyingkir dari depan pintu. Bukannya merasa bersalah & meminta maaf , Aulia zia malah tertawa terbahak-bahak ketika melihat Ratna mengusap sikunya yang membentur lantai.“ Beraninya kamu…” geram Ratna, sambil bersiap-siap menerjang tubuh Aulia zia yang masih berdiri tegap.Aulia zia yang menangkap sinyal bahaya langsung memutar kakinya ke mana pun agar bisa menghindari terkaman serigala sebuas Ratna yang terlihat mengamuk & bersiap menendangnya ke luar kamar.“ Baiklah, aku dulu yang mandi …..”Mata Aulia zia & Ratna bergantu menatap pintu kamar mandi yang baru dimasuki oleh Sinta. Sedangkan, Alma zia mengedikkan bahunya ketika melihat ekspresi yang ditunjukkan oeh Aulia zia & Ratna.“ Sinta, keluar sekarang juga atau aku menendangmu setelah kamu mandi?!“ Tidak akan !”Aulia zia semakin mendengus kesal ketika mendengar jawaban yang diberikan oleh Sinta dari
Aulia zia menyadari, bahwa tubuhnya mulai terangkat ke udara & menjadi tembus pandang. Aulia zia mengulurkan tangannya, berusaha meraih tangan Ronald, tapi dirinya malah terbang semakin tinggi & semakin tembus pandang.“ Kak Ronald….”“ Selamat tinggal, Aulia. Jadilah gadis yang kuat, jangan menjadi gadis yang senang membahayakan dirimu sendiri. Tumbuh tinggilah & pastikan kamu bahagia bersama orang-orang yang kamu sayang, Aulia.”Setetes air mata kembali menetes di pipi Aulia zia yang tembus pandang.“ Kakak, jangan lupakan aku pastikan kalau kamu akan selalu mengingatku. Kakak, Ronald.”“ Ah! Aulia, aku sudah menghapus ingatanmu tentangku & semua yang pernah terjadi agar kamu tidak lagi merasa bersalah & trauma.”Aulia zia mengerjapkan matanya beberapa kali, menatap bingung Ronald yang berada di bawah sana.“ Kakak, kamu tidak berhak melakukannya!”“ Aku berhak. Selamat tinggal, Aulia. Senang berkenalan & berteman denganmu. Jadilah anak yang baik
Aulia zia menatap tidak mengerti ke arah Andre yang perlahan memudar & bersinar layaknya cahaya terang menyilaukan.Aulia menggelengkan kepalanya beberapa kali, saat Andre tersenyum kepadanya dalam kondisi tubuh yang setipis sutra & seterang cahaya rembulan.“ Kakak, kamu kenapa?”Aulia zia bertanya dengan suara parau.“ Pergi ke tempatku seharusnya, Aulia. Kalau bertemu nanti, sampaikan ucapan terima kasihku kepada Ronald, ya. Selamat tinggal, Aulia. Senang berkenalan denganmu.”Aulia zia berteriak kencang ketika tubuh Andre benar-benar menghilang dari hadapannya. Ketika dinding di labirin itu juga mulai menipis, walaupun perubahannya tidak sedrastis Andre tadi.“ Semuanya sudah selesai, Aulia.”Aulia zia menoleh ke belakangnya & lagi-lagi matanya harus membelalak kaget saat melihat Ronald sedang ada di dekatnya.“ Kak Ronald…? Kamu ada di sini juga…? Bagaimana kamu bisa muncul di sini, Kak..?”Ronald tersenyum sekilas & berjalan mendekat ke
“ Tidak akan kubiarkan….”“ Arrrggghhh!”Ronald menjerit panjang, saat hantu Ana mengeratkan cekikannya. Ingin sekali, Ronald menyudahi permainannya & menghindar sejauh-jauhnya dari Ana. Tapi, dia tidak bisa melakukannya. Dia harus mengakhiri ini semua. Selamanya.Ronald sengaja membuat tempo permainannya semakin cepat walaupun lehernya terasa sangat sakit & sulit bernapas. Dentingan tuts pianoyang dimainkan Ronald beradu dengan suara teriakan nyaring Ana yang memekakkan telinga.“ Kamu … telanlah … semua … mimpimu!” teriak Ronald sekuat tenaga sambil mengakhiri permainannya dengan nada tinggi yang tidak kalah memekakkan telinga mengalahkan teriakan nyaring hantu Ana.“ Arrrggghhh!!! Terkutuklahkamu!! Aaarrrgghhh!”Ana menjerit panjang bersamaan dengan terlepasnya tangan ramping itu dari leher Ronald .Napas Ronald sempat tercekat ketika melihat Ana hendak melukai raga Sinta yang berada tidak jauh dari mereka. Hal itu membuat Ronald kembali memainkan pia
Ronald menjauh sedikit dari piano yang tadi dimainkannya. Ruangan itu masih didominasi oleh teriakan hantu Ana yang menggema penuh frustrasi.“ Aaaaaarrrggghhh!!” Ana menjerit panjang & melengking sambil terus menutup kedua telinganya rapat-rapat. Sebelum akhirnya, raga itu terjatuh dengan lunglai di atas lantai & menyebabkan bunyi berdebam, Robald berjingkat kaget.“ Syukurlah….” Ronald menghela napas lega melihat raga Sinta tidak lagi bergerak & menjerit seperti tadi.“ Masih belum berakhir…”Ronald membalikkan badannya ketika suara dingin menyapa pendengarannya secara tiba-tiba. Mata Ronald membelalak ketika seorang gadis berbaju merah sedang melayang di depannya dengan beberapa helai rambut yang melayang di udara. Ujung pakaian gadis itu seperti sudah termakan usia & ada darah kental yang menetes-netes dari ujungnya.“ Kamu salah kalau berpikir semua sudah berakhir.”Gadis itu, hantu Ivana ( Ana ) menyeringai lebar sambil mengangkat tangan kanannya ke udara, yang memegang sebilah
Sedetik setelah dentingan tuts piano yang di tekan oleh Ronald terdengar, terdengar pula teriakan frustrasi dari hantu Ana yang berdiri tidak jauh dari piano.Ronald dapat melihat, bahwa Ana berjalan semakin mendekat ke arahnya dengan pandangan kelewat tajam seperti ingin membunuh.“ Kamu tidak akan bisa membunuhku….HAHAHA!”Ana kembali menjerit saat Ronald semakin cepat menekan tuts-tuts pianonya.Tatapan mata Ana semakin menajam & tangannya terulur ke arah leher Ronald. Ronald harus berterimah kasih kepada rambut panjang yang dimiliki Alma zia karena berhasil membelit tangan kanan Ana yang terjulur.“ Telanlah mimpimu sendiri!” Ronald menendang pelan Ana agar gadis itu menjauh dari tubuhnya.“ Kamu tidak akan kubiarkan!” Ana frustrasi lagi, sambil memegang kedua telinganya, ketika permainan piano Ronald terdengar semakin nyaring.Ana berusaha kembali mendekat ke arah Ronald sambil terus menutup kedua telinganya. Sedangkan Ronald tetap memainkan pianonya tanpa memedulikan Ana yang me
Teringat akan tujuannya, Ronald segera bangkit & berjalan cepat ke arah pintu. Namun, sebelum menyambar gagang pintu, Ronald terlebih dahulu melihat pantulan dirinya di cermin.“ Oh, aku tidak pernah membayangkan hal ini sebelumnya,” gumamnya.Di luar sudah gelap ketika Ronald melangkahkan kakinya menuruni tangga asrama putri. Hal itu membuatnya waspada kalau-kalau ada guru patroli yang melihatnya berjalan keluar dari asrama. Kalau dia sampai tertangkap basah, semua rencananya akan berantakan.Setelah beberapa menit melangkah penuh kehati-hatian & memastikan tempat yang akan dilewatinya benar-benar sepi, Ronald sqmpai di depan pintu kaca sekolahnya yang tampak gelap & sepi.“ Sebaiknya aku bergerak cepat.”Ronald membuka pintu kaca sekolahnya & mulai melangkahkan kaki. Ketika berjalan turun dari asrama, tidak ada keraguan di dalam hatinya. Namun, ketika membuka pintu sekolah & berjalan menyusuri koridor, entah kenapa hatinya terasa ragu & gamang.Langkah Ronald sempurna terhenti saat
“ Kalau kamu mengizinkan, aku ingin meminjam ragamu untuk kembali. Aku tidak mungkin meminjam raga Aulia zia karena aku tidak tahu di mana Aulia zia berada.”Jawaban dari Ronald sontak membuat Alma zia terperangah. Apa kata Ronald tadi? Meminjam raganya untuk kembali? Oh, yang benar saja. Saat raganya dimasuki roh Ronald artinya raganya akan lebih mudah untuk dimasuki roh lain di kemudian hari.“ Aku tidak mungkin melakukannya.”“ Ini satu-satunya cara untukku kembali & melenyapkan hantu Ana seutuhnya. Aku tidak akan berbuat macam-macam dengan tubuhmu. Aku hanya meminjamnya untuk kembali. Kumohon, hanya kamu yang bisa membantuku sekarang ini, Alma. Hanya kamu.”Alma zia mengigit bibir bawahnya, merasakan kebimbangan yang luar biasa menggeluti hatinya.“ Kamu yakin tidak akan berbuat macam-macam pada ragaku, kan, Kak? Aku takut kamu akan melakukan hal yang sama seperti yang hantu Ana lakukan kepada tubuh Sinta.”“ Tidak akan. Hantu Ana melakukannya karena dia
Ratna kembali menghela nafas penuh ke pasrahan. Menghancurkan hantu Ana….? Hal yang tersulit di dunia yang bahkan hanya ada satu-satunya.“ Kita hanya bisa berharap pada Alma zia & Aulia zia. Atau salah satunya.”“ Sedang apa kamu di sini? Apa yang kamu lakukan?”Alma zia membalikkan badannya ketika suara di belakangnya seakan bertanya kepadanya. Gadis itu sedikit terperangah melihat sosok laki-laki yang di kenalnya sedang menatapnya bingung lewat sorot matanya yang tajam.“ Kak Ronald..?”“ Kamu belum menjawab pertanyaanku. Sedang apa kamu di sini & apa yang kamu lakukan? Aku yakin kamu belum mati.”Alma zia terdiam menatap Ronald yang berdiri di depannya. Entah mengapa, suaranya mendadak tercekat di tenggorokan & tidak bisa dikeluarkan hanya demi menjawab pertanyaan Ronald.Langkah kaki terdengar, saat Alma zia mendingakkan kepalanya. Dia bisa melihat Ronald berjalan mendekat ke arahnya dengan pakaian kebesaran yang berwarna putih, yang bergerak seakan tertiup angin di tengah-tengah