ADA APA DI RUMAH RICO??!Keesokan harinya, di rumah yang terletak di belakang kaki bukit dan terpencil serta jauh dari lingkungan tempat tinggal penduduk sekitarnya, terlihat Morry berada di ruang bawah tanah rumahnya.Ternyata, rumah Morry itu cukup luas juga dan memiliki ruang bawah tanah yang juga sama luasnya dengan rumah utamanya di lantai atas.Di ruang bawah tanah itu ada beberapa ruangan juga termasuk satu ruangan yang khusus untuk berolahraga. dan di samping BBM ada ruangan terlihat sebuah garasi, dan di dalam garasi itu ada tiga motor mewah dan barang berharga mahal serta dua unit mobil sport mewah yang juga berharga sangat mahal.Rupanya Morry memiliki aset kekayaan yang sengaja ditinggalkannya di rumahnya itu dan memang, dulu, saat dia menjadi pimpinan dan boss mafia Morry sangat kaya raya dan menjadi seorang miliarder. Namun, setelah dia di jebak dan dimasukkan ke dalam penjara, hartanya di kuras habis oleh orang yang memfitnahnya dan semua bisnisnya diambil oleh para mu
Tidak berapa lama kemudian keluar dari dalam rumah para tim ahli forensik bersama beberapa petugas penyidik kepolisian, lalu di susul seorang petugas medis yang keluar dari dalam rumah sambil membasahi jenazah Rico yang diletakkan di atas tandu.Para petugas penyidik kepolisian mengamankan jalan dan menyuruh orang-orang yang berkerumun di sekitar depan rumah untuk menjauh dan memberikan jalan pada petugas medis yang membawa jenazah Rico.Betapa terkejutnya para warga tetangga Rico saat melihat tubuh Rico ada di atas tandu dan sudah dalam kondisi kaku tak bernyawa lagi, dan seluruh tubuhnya di tutupi kain hitam. Namun, wajahnya masih sedikit terlihat karena kain putih tak menutupi wajahnya, sehingga para tetangganya bisa melihat wajah Rico yang sudah kaku itu.Petugas medis lantas segera bergegas membawa masuk jenazah Rico ke dalam mobil ambulance. Mobil ambulance beserta mobil petugas penyidik kepolisian serta mobil tim forensik bisa masuk sampai ke depan rumah Rico bukan melalui jala
Mobil ambulance yang membawa jenazah Rico akhirnya melaju kencang meninggalkan lokasi. Maya hanya menatap nanar kepergian mobil yang membawa jenazah mantan suaminya itu bersama beberapa anggota kepolisian."Baiklah, bu Maya. Terima atas semua penjelasannya dan saya sudah mencatatnya," ucap seorang petugas. Maya hanya diam saja. Hatinya masih tidak percaya melihat kepergian mobil ambulance itu. Rasanya tidak mungkin jika itu adalah jenazah Rico. Rico belum mati. "Maaf, Bu, jika kami membutuhkan keterangan ibu selanjutnya, apa ibu bersedia untuk datang ke kantor sebagai saksi?" tanya petugas itu pada Maya."Untuk apa? Bukankah korban dinyatakan meninggal karena bunuh diri?" tanya Maya menatap lekat pada petugas yang ada dihadapannya itu."Ini sebatas formalitas saja. untuk laporan saya atas kasus kematian bunuh diri pak Rico," jawab petugas itu."Oh gitu. Baiklah. Kabari saja nanti," jawab Maya dengan wajah datar."Baik, Bu. Saya akan kabari lagi nanti. Terimakasih," ucap petugas kepo
Morry melihat kelima pemuda berbadan kekar tengah mendekati wanita tua dan memaksanya."Cepat bayar sekarang juga!! Anak kamu sudah meninggal terlalu lama. Dan kami tidak bisa menunggu lagi!!" tegas salah satu pemuda yang tampak sangar, membentak wanita tua itu."Tolonglah, saya minta waktu lagi, saya belum ada uang sekarang!" ujar wanita tua, dengan suara pelan dan wajah memelas."Saya minta waktu satu bulan lagi, saya akan melunasi utang-utang saya itu," lanjut wanita tua menjelaskan pada kelima pemuda tersebut."Ah! Kami tidak mau tahu!!! Kami tidak mau kasih keringanan lagi, Kamu sudah janji, waktu itu kamu bilang sebulan lagi akan melunasi utang-utangmu. Tapi pas kami datang menagih, kamu selalu saja bilang belum ada uang dan minta waktu!!" bentak Bram salah satu pemuda berbadan kekar itu pada wanita tua."Saya benar-benar tidak punya uang sekarang. Saya janji bulan depan akan saya lunasi. Mohon beri saya waktu," ucap wanita tua itu memohon pada Bram yang berdiri tepat dihadapan
KESEDIHAN HATI MORRYWanita tua itu langsung cepat berdiri dan segera menghampiri Morry yang masih berdiri diam ditempatnya, Mahalini mengikuti wanita tua yang mendekati Morry."Pembunuh!! Kamu pembunuh Morry!"Tiba tiba saja wanita tua yang bernama Sutiyem itu berteriak dan menangis sambil memukuli dada Morry. Morry hanya diam saja berdiri dihadapan Sutiyem, dibiarkannya wanita tua itu terus memukuli dadanya.Mahalini kaget melihat ibunya tiba-tiba marah pada Morry dan memukulinya, Dia mencoba menghentikan ibunya agar tak memukuli Morry."Hentikan, Bu, hentikan!!" ujar Mahalini berteriak sambil memegangi tangan ibunya yang mengamuk marah pada Morry.Sejak kematian putranya, Steve, Sutiyem selalu saja marah jika dia melihat Morry karena dia masih menyalahkan Morry atas kematian putranya tersebut. Apalagi Sutiyem tahu, Morry terbukti sebagai pelakunya.Sutiyem seperti tak bisa menerima kenyataan dan tak dapat memaafkan Morry sampai kapanpun. Dia terus menyalahkan Morry atas kematian an
AKU KEMBALI KE DUNIAKU"Maafkan aku,Mas, karena tidak bisa membelamu dulu," ucap Mahalini dengan raut wajah yang merasa bersalah pada Morry.Morry menoleh pada Mahalini yang duduk di sampingnya itu, Dia menatap lekat wajah Mahalini."Kamu tidak salah, kamu sudah berusaha semaksimalnya," ujar Morry menatap lekat wajah Mahalini."Aku tahu semua sudah diatur, semua yang ada di dalam pengadilan itu orang-orang mereka semua, Mereka sengaja membuat skenario untuk menjebak dan menjadikan aku tersangka utama," ungkap Morry memberi penjelasan pada Mahalini yang duduk di sampingnya itu."Dan mereka mematahkan semua bukti-bukti yang bisa membelaku, mereka juga tidak segan-segan menghilangkan bukti yang meringankan aku dipersidangan," lanjut Morry memberi penjelasan pada Mahalini."Apa Mas Morry tahu, siapa mereka?!" tanya Mahalini."Aku belum tahu siapa dalang utama yang melakukannya kepadaku," jawab Morry dengan wajahnya yang serius menjelaskan pada Mahalini."Tapi yang jelas mereka banyak dan
Jonathan kembali membuka album foto kenangannya bersama Ikhsan. Foto-fotonya sejak kecil juga beberapa lembar kertas yang berisi coretan rasa sayangnya pada Ikhsan. Begitupun sebaliknya.Kenangan itu begitu menyakitkan. Kini Ikhsan telah pergi selamanya. Kakak sekaligus panutannya di dunia kepolisian itu telah pergi. Pergi dengan cara yang menyakitkan.Kini bukan hanya hatinya saja yang terluka, tapi juga keluarga besarnya. Rasanya masih sulit baginya memaafkan para pembunuh yang telah begitu sadis menghabisi nyawa kakak yang begitu disayanginya.Jonathan yang telah banyak menangani kasus pembunuhan itu merasa bodoh. Tidak ada gunanya. Sudah banyak pembunuh yang ia tangkap dan mendapatkan hukuman yang setimpal atas perbuatannya.Namun, kenapa saat ia dihadapkan pada kematian sang kakak, Jo tidak dapat berbuat apapun. Jonathan merasa gagal. Gagal menjadi seorang adik. Gagal menjadi seorang detektif yang kompeten.Sudah beberapa waktu bergulir, bahkan kasus kematian Ikhsan belum juga me
Jonathan masih bingung atas apa yang terjadi sekarang dihidupnya. Entah apalagi yang harus ia ceritakan pada keluarganya. Bagaimana lagi ia harus berjuang menuntut keadilan atas kematian Ikhsan.Saran dari Galang, membuatnya berpikir ulang. Ia pun sebenarnya penasaran karena sangat janggal cerita Galang yang mengatakan jika Ikhsan ... Sungguh tidak mungkin. Tidak mungkin Ikhsan berbuat hal yang sungguh memalukan itu."Jo, tolong ingat pesanku ini baik-baik ya. Jaga dirimu dan keluargamu dengan baik. Hanya kamu yang bisa menjaga mereka!" Pesan Galang itu justru membuat tanda tanya dibenak Jo. Hal apakah yang sebenarnya terjadi. Mungkinkah ada banyak atasannya yang terkait atas kematian Ikhsan?Malam itu Jo akhirnya memberanikan diri untuk menghubungi keluarganya di Medan. Ia harus menjelaskan apa yang terjadi. Walau berat, ia juga harus mendiskusikan langkah selanjutnya. Haruskah mereka berhenti berjuang?"Tidak mungkin Jo!!! Kamu jangan asal fitnah! Abangmu Ikhsan tidak mungkin berbu