Morry baru saja bangun dari tidurnya, Dia langsung menoleh ke ranjang yang ada di sampingnya. Morry kaget karena Maya tak ada di atas ranjang itu
Morry lantas mengusap kedua matanya, Dia melihat dari jendela kamar yang terbuka, sinar mentari pagi masuk ke dalam kamar.Morry lantas berdiri dari duduknya di kursi, Dia kaget saat melihat isi kamar. Kamar terlihat sudah sangat rapi sekali, semua yang ada di dalam kamar sudah tertata dengan rapi dan kamar itu sudah disapu bersih.Morry heran melihat itu. Namun, dia berpikir bahwa semua itu pasti pekerjaan Maya. Morry lantas beranjak pergi dan keluar dari dalam kamarnya, Dia mau menemui Maya yang sudah bangun lebih dulu.Morry keluar dari dalam kamar, betapa terkejutnya Morry saat melihat ruangan itu sudah sangat rapi dan bersih sekali. Morry sampai terheran-heran melihatnya.Morry berjalan menyusuri ruangan dalam rumahnya itu, semuanya sudah bersih dan tertata rapi, DMalam harinya, terlihat suasana di gang yang menuju ke rumah Maya sangat sepi sekali. Malam sudah semakin larut, tak ada lagi warga warga yang berada di luar rumah, semuanya sudah berada di rumahnya masing-masing dan terlelap tidur.Di rumahnya, Rico keluar dari dalam kamarnya, Dia terbangun karena merasa haus, Rico berjalan menuju ke dapurnya. Rico melangkah masuk ke dapur, Dia mengambil gelas dari rak piring lalu menuangkan air ke dalam gelas tersebut.Dia lantas meminum air di dalam gelas tersebut. Saat ia minum, tiba tiba saja kedua matanya terbelalak lebar, Dia kaget karena melihat ada seseorang yang berdiri dengan memakai pakaian serba hitam dan penutup wajah yang juga serba hitam.Langsung gelas ditangannya terlepas dan jatuh ke lantai lalu pecah berantakan. Dengan cepat sosok pria yang memakai pakaian serba hitam itu menyergap dan mencengkram leher serta menutup mulut Rico.Rico meronta-ronta berusaha melepaskan diri, orang itu dengan cepat memukul tengkuk Rico. Seketika Rico
ADA APA DI RUMAH RICO??!Keesokan harinya, di rumah yang terletak di belakang kaki bukit dan terpencil serta jauh dari lingkungan tempat tinggal penduduk sekitarnya, terlihat Morry berada di ruang bawah tanah rumahnya.Ternyata, rumah Morry itu cukup luas juga dan memiliki ruang bawah tanah yang juga sama luasnya dengan rumah utamanya di lantai atas.Di ruang bawah tanah itu ada beberapa ruangan juga termasuk satu ruangan yang khusus untuk berolahraga. dan di samping BBM ada ruangan terlihat sebuah garasi, dan di dalam garasi itu ada tiga motor mewah dan barang berharga mahal serta dua unit mobil sport mewah yang juga berharga sangat mahal.Rupanya Morry memiliki aset kekayaan yang sengaja ditinggalkannya di rumahnya itu dan memang, dulu, saat dia menjadi pimpinan dan boss mafia Morry sangat kaya raya dan menjadi seorang miliarder. Namun, setelah dia di jebak dan dimasukkan ke dalam penjara, hartanya di kuras habis oleh orang yang memfitnahnya dan semua bisnisnya diambil oleh para mu
Tidak berapa lama kemudian keluar dari dalam rumah para tim ahli forensik bersama beberapa petugas penyidik kepolisian, lalu di susul seorang petugas medis yang keluar dari dalam rumah sambil membasahi jenazah Rico yang diletakkan di atas tandu.Para petugas penyidik kepolisian mengamankan jalan dan menyuruh orang-orang yang berkerumun di sekitar depan rumah untuk menjauh dan memberikan jalan pada petugas medis yang membawa jenazah Rico.Betapa terkejutnya para warga tetangga Rico saat melihat tubuh Rico ada di atas tandu dan sudah dalam kondisi kaku tak bernyawa lagi, dan seluruh tubuhnya di tutupi kain hitam. Namun, wajahnya masih sedikit terlihat karena kain putih tak menutupi wajahnya, sehingga para tetangganya bisa melihat wajah Rico yang sudah kaku itu.Petugas medis lantas segera bergegas membawa masuk jenazah Rico ke dalam mobil ambulance. Mobil ambulance beserta mobil petugas penyidik kepolisian serta mobil tim forensik bisa masuk sampai ke depan rumah Rico bukan melalui jala
Mobil ambulance yang membawa jenazah Rico akhirnya melaju kencang meninggalkan lokasi. Maya hanya menatap nanar kepergian mobil yang membawa jenazah mantan suaminya itu bersama beberapa anggota kepolisian."Baiklah, bu Maya. Terima atas semua penjelasannya dan saya sudah mencatatnya," ucap seorang petugas. Maya hanya diam saja. Hatinya masih tidak percaya melihat kepergian mobil ambulance itu. Rasanya tidak mungkin jika itu adalah jenazah Rico. Rico belum mati. "Maaf, Bu, jika kami membutuhkan keterangan ibu selanjutnya, apa ibu bersedia untuk datang ke kantor sebagai saksi?" tanya petugas itu pada Maya."Untuk apa? Bukankah korban dinyatakan meninggal karena bunuh diri?" tanya Maya menatap lekat pada petugas yang ada dihadapannya itu."Ini sebatas formalitas saja. untuk laporan saya atas kasus kematian bunuh diri pak Rico," jawab petugas itu."Oh gitu. Baiklah. Kabari saja nanti," jawab Maya dengan wajah datar."Baik, Bu. Saya akan kabari lagi nanti. Terimakasih," ucap petugas kepo
Morry melihat kelima pemuda berbadan kekar tengah mendekati wanita tua dan memaksanya."Cepat bayar sekarang juga!! Anak kamu sudah meninggal terlalu lama. Dan kami tidak bisa menunggu lagi!!" tegas salah satu pemuda yang tampak sangar, membentak wanita tua itu."Tolonglah, saya minta waktu lagi, saya belum ada uang sekarang!" ujar wanita tua, dengan suara pelan dan wajah memelas."Saya minta waktu satu bulan lagi, saya akan melunasi utang-utang saya itu," lanjut wanita tua menjelaskan pada kelima pemuda tersebut."Ah! Kami tidak mau tahu!!! Kami tidak mau kasih keringanan lagi, Kamu sudah janji, waktu itu kamu bilang sebulan lagi akan melunasi utang-utangmu. Tapi pas kami datang menagih, kamu selalu saja bilang belum ada uang dan minta waktu!!" bentak Bram salah satu pemuda berbadan kekar itu pada wanita tua."Saya benar-benar tidak punya uang sekarang. Saya janji bulan depan akan saya lunasi. Mohon beri saya waktu," ucap wanita tua itu memohon pada Bram yang berdiri tepat dihadapan
KESEDIHAN HATI MORRYWanita tua itu langsung cepat berdiri dan segera menghampiri Morry yang masih berdiri diam ditempatnya, Mahalini mengikuti wanita tua yang mendekati Morry."Pembunuh!! Kamu pembunuh Morry!"Tiba tiba saja wanita tua yang bernama Sutiyem itu berteriak dan menangis sambil memukuli dada Morry. Morry hanya diam saja berdiri dihadapan Sutiyem, dibiarkannya wanita tua itu terus memukuli dadanya.Mahalini kaget melihat ibunya tiba-tiba marah pada Morry dan memukulinya, Dia mencoba menghentikan ibunya agar tak memukuli Morry."Hentikan, Bu, hentikan!!" ujar Mahalini berteriak sambil memegangi tangan ibunya yang mengamuk marah pada Morry.Sejak kematian putranya, Steve, Sutiyem selalu saja marah jika dia melihat Morry karena dia masih menyalahkan Morry atas kematian putranya tersebut. Apalagi Sutiyem tahu, Morry terbukti sebagai pelakunya.Sutiyem seperti tak bisa menerima kenyataan dan tak dapat memaafkan Morry sampai kapanpun. Dia terus menyalahkan Morry atas kematian an
AKU KEMBALI KE DUNIAKU"Maafkan aku,Mas, karena tidak bisa membelamu dulu," ucap Mahalini dengan raut wajah yang merasa bersalah pada Morry.Morry menoleh pada Mahalini yang duduk di sampingnya itu, Dia menatap lekat wajah Mahalini."Kamu tidak salah, kamu sudah berusaha semaksimalnya," ujar Morry menatap lekat wajah Mahalini."Aku tahu semua sudah diatur, semua yang ada di dalam pengadilan itu orang-orang mereka semua, Mereka sengaja membuat skenario untuk menjebak dan menjadikan aku tersangka utama," ungkap Morry memberi penjelasan pada Mahalini yang duduk di sampingnya itu."Dan mereka mematahkan semua bukti-bukti yang bisa membelaku, mereka juga tidak segan-segan menghilangkan bukti yang meringankan aku dipersidangan," lanjut Morry memberi penjelasan pada Mahalini."Apa Mas Morry tahu, siapa mereka?!" tanya Mahalini."Aku belum tahu siapa dalang utama yang melakukannya kepadaku," jawab Morry dengan wajahnya yang serius menjelaskan pada Mahalini."Tapi yang jelas mereka banyak dan
Jonathan kembali membuka album foto kenangannya bersama Ikhsan. Foto-fotonya sejak kecil juga beberapa lembar kertas yang berisi coretan rasa sayangnya pada Ikhsan. Begitupun sebaliknya.Kenangan itu begitu menyakitkan. Kini Ikhsan telah pergi selamanya. Kakak sekaligus panutannya di dunia kepolisian itu telah pergi. Pergi dengan cara yang menyakitkan.Kini bukan hanya hatinya saja yang terluka, tapi juga keluarga besarnya. Rasanya masih sulit baginya memaafkan para pembunuh yang telah begitu sadis menghabisi nyawa kakak yang begitu disayanginya.Jonathan yang telah banyak menangani kasus pembunuhan itu merasa bodoh. Tidak ada gunanya. Sudah banyak pembunuh yang ia tangkap dan mendapatkan hukuman yang setimpal atas perbuatannya.Namun, kenapa saat ia dihadapkan pada kematian sang kakak, Jo tidak dapat berbuat apapun. Jonathan merasa gagal. Gagal menjadi seorang adik. Gagal menjadi seorang detektif yang kompeten.Sudah beberapa waktu bergulir, bahkan kasus kematian Ikhsan belum juga me
Wiranata kembali mencari jalan keluar untuk mengejar Baskara yang sudah membawa Balqis. Ibu kandungnya. Melalui Himawan, rahasia itu akhirnya dibuka kembali. Himawan yang juga kawan lama Pak Harry dan Namira yang dikenal Wira sebagai orangtua kandungnya.Di sebuah cafe malam itu Himawan akhirnya memutuskan memberitahu soal rahasia ini. Agar Wiranata tidak lagi salah melangkah ke depannya. Sudah waktunya bagi Himawan membuka misteri ini."Wira, orangtua kandungmu sebenarnya masih hidup. Dia ada di sekitarmu. Selalu memperhatikan perkembangan kamu sejak dulu," tutur Himawan membuka percakapan."Apa maksud anda?" tanya Wira yang syok. Ia pun tidak percaya begitu saja apa yang dikatakan Himawan."Ya, namanya Balqis Soraya. Dia adalah sahabat baik Namira dan Harry. Sahabatku juga. Ceritanya panjang, sampai akhirnya dia menitipkan kamu dengan Harry dan Namira. Yang jelas, itu dilakukannya demi menyelenggarakan nyawamu!" tegas Him."Menyelamatkan nyawa saya?" tanya Wira. Kali ini ia lebih be
Baskara pun terdesak. Kini ia dikelilingi para polisi yang pistolnya telah tertuju padanya. Dalam hitungan detik, mungkin peluru-peluru itu telah tembus ke dadanya."Lepaskan dia!" teriak Wiranata."Diam! Jangan ada yang bergerak. Jika ingin wanita ini selamat, biarkan aku pergi. Aku tidak mau dipenjara. Jika kalian nekat, perempuan tua ini akan mati!" hardik Baskara. Pria itu menodongkan pistolnya tepat di kepalanya.Wiranata pun tidak mau mengambil resiko. Ia pun meminta anak buahnya itu menjatuhkan senjatanya. Wira pun memberi jalan pada Baskara untuk meninggalkan tempat itu. "Komandan, kenapa kita lepaskan dia? Padahal kita sudah kerja keras untuk mencari keberadaannya?" ujar Leon. Anak buah Wira yang juga ikut menangani kasus pembunuhan Ikhsan."Jika wanita itu ibumu, apa kau akan tetap bersikap seperti ini Leon? Apa kau tidak ingin menyelamatkan nyawa ibumu?" tutur Wira lirih.Leon tertundukBaskoro yang selama ini tertawan akhirnya berhasil dievakuasi. Tubuhnya yang sudah rent
Balqis berjalan perlahan meninggalkan pemakaman itu. Hatinya sudah tidak sanggup lagi berdekatan dengan Wiranata. Anak yang sudah sangat dirindukannya itu.Memasuki mobilnya, Balqis pun langsung meminta supirnya itu segera meninggalkan area pemakaman dan. pulang ke rumah megah itu. Rumah yang sudah belasan tahun ia tinggalkan.Akhirnya, rumah ini ia jejaki kembali. Ada rasa cemas,takut. Trauma itu malah melekat erat di ingatannya. Entah apa yang terjadi, ia berharap bayangan itu tidak lagi muncul di benaknya."Rumah ini masih seperti yang dulu. Apa aku harus tinggal di sini lagi?" ucap Balqis. Rasanya masih berat ia langkahkan kakinya memasuki pintu utama."Selamat datang kembali, Nyonya. Senang bisa melihat anda kembali." Sashihara, asisten kepercayaan Baskoro itu akhirnya muncul. Menyambut kedatangannya."Terimakasih, Sashi. Apa kabarmu?" tanya balik Balqis."Seperti yang nyonya lihat. Saya masih sehat dan baik-baik saja. Oh ya, saya sudah siapkan hidangan makan malam yang lezat bua
POV BALQIS Malam itu perempuan berusia 27 tahun itu berlari ditengah hujan yang deras. Petir saling bersahutan. Tubuhnya telah basah, ia pun mulai menggigil kedinginan. Namun, satu tujuannya. Ia harus menyelamatkan anak yang baru dilahirkannya."Ya Allah, tolong hamba. Selamatkan hamba dan anak hamba dari perbuatan jahat mereka ...." ucap Balqis lirih.Balqis Soraya. Wanita yang telah dipersunting sepupunya sendiri itu baru saja melahirkan dalam hitungan jam. Namun, ia harus menguatkan dirinya demi menyelamatkan sang putra yang akan dibunuh oleh suaminya sendiri."Anakku laki-laki lagi? Gila! Aku butuh anak perempuan!" hardik Baskoro, suami Balqis yang dikenal sebagai mafia yang sangat ditakuti."Sudah 3 anak dan semuanya laki-laki. Aku ingin anak perempuan, Balqis! Ah, kau ini hanya bawa sial dalam hidupku. Lebih baik kuhabisi saja nyawa kalian!!!" hardiknya.Balqis yang baru melahirkan, bahkan tenaganya yang sudah terkuras banyak pun belum pulih. Tidak ada makanan yang masuk, tapi
"Ingat baik-baik ya, Nak. Balaskan dendam kematian orangtuamu dan adikmu. Nyawa harus dibayar dengan nyawa ...."Pesan itu masih terngiang jelas dibenak Wiranata. Nyonya Miranti sebelum kematiannya menitipkan sebuah pesan. Pesan mendalam itu ditinggalkannya karena hatinya yang belum ikhlas atas kematian anak mantu dan cucunya."Tapi apa yang harus kulakukan, Nek?" tanya Wiranata. Saat itu usianya baru menginjak 20 tahunan. Wira pun bingung harus berbuat apa. Tidak ada sanak keluarga yang akan membantunya. Hanya nenek lah satu-satunya keluarganya yang tersisa dan sedang dalam kondisi kritis.Namun, itu beberapa tahun silam. Berkat kegigihannya, kerja kerasnya. Ia berhasil masuk ke instansi tempat si pembunuh itu bekerja. Ya, pembunuh itu adalah seorang penegak hukum, sama seperti kedua orangtuanya.Beberapa tahun lalu, pihak kepolisian berhasil mengungkap penyebab kematian kedua orangtuanya. Awalnya diduga kecelakaan, tapi nyatanya bukan kecelakaan murni. Ada sabotase di sana. Hingga
Perjalanan ini mulai mendekati titik akhir. Setelah menjalani proses persidangan yang panjang. Berbelit-belit dan penuh intrik drama, akhirnya hari ini jadi titik akhir perjalanan panjang itu. Hari ini sidang keputusan final atas kasus kematian Ikhsan. Para terdakwa akan diputus hari ini. Apakah bisa terbebas ataukah harus menjalani hukuman sesuai perbuatan mereka."Gimana, Jos, sudah siap?" tanya Martin, pengacaranya saat bertemu di ruang tunggu. "Saya pasrah om. Semoga hasilnya tidak memberatkan saya," jawab Joshua.Satu persatu memasuki ruang sidang. Giliran pertama adalah pembacaan keputusan untuk Mahesa. Si tokoh utama yang juga menjerat banyak anggota instansinya karena ikut terlibat menutupi kasus yang tengah berjalan." .... menjatuhi saudara Danantya Mahesa dengan hukuman MATI ...."Suara riuh yang ada di ruang persidangan pun membuat ricuh. Hingga palu hakim harus terdengar agar suasana tetap aman terkendali.Bukan hanya keluarga korban yang saat itu ikut hadir yang sangat
Satu persatu aib kejahatannya di masalalu mulai terbongkar. Mahesa pun kesulitan untuk membantahnya. Bahkan Himawan sudah mempunyai semua bukti yang bahkan tidak diduganya sama sekali."Saudara Mahesa, apa keterangan saksi ada yang salah? Salah semua atau benar semua?" tanya hakim Iman. Hakim ketua itu beberapa kali mulai menekan Mahesa dengan pertanyaan yang sulit dijawabnya."Ada yang salah yang mulia," jawab Mahesa. Him pun tertawa kecil mendengar jawaban Mahesa itu."Saya tidak pernah menerima suap seperti yang dikatakan saksi. Semuanya tidak benar dan saya juga tidak tahu darimana saksi mendapatkan semua bukti itu!" ucap Mahesa lantang."Anda yakin dengan jawaban anda saudara Mahesa?" tanya hakim Morgan."Yakin yang mulia."Para hakim itupun kembali saling pandang. Sungguh tidak masuk diakal mereka, bukti yang semua sudah jelas di depan mata masih sanggup dibantahnya."Baiklah. Nanti biar kami yang akan menilai. Apakah saudara Mahesa yang berbohong atau saksi. Ada yang mau bertan
Wajah Mahesa tiba-tiba memerah padam. Entah darimana tim Joshua mengetahui keberadaannya. Apa mungkin, ini kerja Wiranata???Indhira menatap ke arah Himawan. Ia panik, takut, cemas, jika semua aib-aibnya akan terbongkar. Apalagi jika Mahesa tahu kalau ia pernah bekerjasama dengan Himawan untuk menghancurkannya.Wajah Kivan dan Farraz pun sama-sama menatap wajah Himawan. Pria mantan rival sekaligus mantan sahabat Mahesa itu dikenal sangat tegas dan lantang untuk membela kebenaran dan membasmi semua hal tentang kejahatan. "Bisa habis aku sama Pak Him?" batin Farraz.Para saksi pun dipersiapkan. Dihadirkan di muka persidangan. Namun, ada sedikit yang berbeda. Himawan ingin tampil lebih dulu dan berbicara dengan Mahesa di muka persidangan."Baiklah, silakan, kami beri waktu anda 10 menit," ucap hakim Morgan."Terimakasih yang mulia."Himawan pun mengambil mic-nya. Belum saja Himawan berbicara, sejak tadi Mahesa terlihat beberapa kali duduk tidak tenang."Halo, Tuan Mahesa. Lama kita tida
Suara keributan kembali terjadi. Joshua dan Farraz tetap dengan jawabannya masing-masing. Joshua bahkan berani mengucapkan sesuatu yang tidak pernah dia ungkapkan sebelumnya."Pak hakim, saya jadi curiga. Jangan-jangan Farraz juga ikut terlihat dalam kematian Bang Ikhsan. Karena saya pernah melihat mereka bertengkar. Dia bahkan mengancam akan bilang sama bapak!" ungkap Joshua.Semua mata terbelalak. Begitupun tim pengacaranya. Hakim, jaksa hingga Farraz yang langsung emosi dan menantang Joshua bertengkar kali itu. Ia meradang karena jawaban Joshua dapat memberatkan hukumannya."Joshua, jangan kurang ajar kamu!!!" hardiknya. Farraz bahkan sempat menarik tangan Joshua, hingga akhirnya beberapa anggota kepolisian memisahkan mereka."Kalian tenang! Saudara Farraz, kamu bersikap tenang jika tidak maka bisa memberatkan hukumanmu!" tegas YM hakim Iman."Baik, yang mulia."Sidang kembali dilanjutkan. Banyak pertanyaan yang akhirnya membuat Farraz tersudutkan. Ia mulai merasa tegang, wajahnya