"Jadi dia bilang sama kamu, dia mau hamil?" tanya Della."Iya, Tante.""Dia pasti cuma mau memanasi kamu saja. Dia pasti iri sama kamu, Eliza," sahut Della memprovokasi keponakannya."Tante jadi curiga. Jangan- jangan dia menolong kamu ya pura-pura saja. Biasalah akal istri pertama. Padahal di belakang jahat," ujar Della memprovokasi agar Eliza membenci Amaliya."Dia pasti ingin merebut suaminya kembali dari kamu," lanjut Della."Tante yakin, dia sebenarnya yang menyebar semua berita kehamilan kamu, pernikahan kamu dan terus ya dia membayar orang untuk menghujat kamu di sosial media. Menyewa mulut orang untuk menjelekkan kamu," hasut Della.Eliza pun kembali teringat dengan telepon misterius malam itu saat ponsel milik Amaliya tertinggal di rumah sakit."Apa benar kalau semuanya ini yang melakukan Amaliya?" pikir Eliza.-----Oma Siska menemani Alia bermain di kamarnya. Sejak berita pernikahan Mihran dan Eliza tersebar ke sosial media, Alia tidak banyak bermain gadget."Aku tidak pern
Di lokasi rumah tahanan khusus kejahatan kelas berat dan pembunuhan tampak seorang sipir penjara datang menghampiri satu sel yang ada di pojokan ruang tahanan tersebut. Sipir penjara itu membuka gembok pintu sel tahanan itu dengan kuncinya, sementara seorang pria terlihat duduk diam sambil menundukkan kepalanya memegang dua kakinya di pojokan dalam sel tahanan tersebut."Nomor 4576 silahkan keluar," ujar sipir penjara, memanggil pria yang ada di dalam ruang sel tahanan yang gelap dan sempit itu.Sang Pria yang wajahnya dipenuhi dengan kumis dan jambang mengangkat kepalanya saat mendengar sipir penjara menyebut nomor tahanannya, Dia tersenyum kecil melihat ke arah Sipir penjara yang sudah membuka pintu sel tahanan dan berdiri di depan pintu masuk sel tahanan.Pria itu akhirnya melangkah keluar dari sel tahanan dan tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulutnya. Ia berjalan santai keluar dari sel tahanannya.Setelah sang pria keluar dari sel tahanannya, Sipir penjara itupun kembali
Katakan! Aku Morry, Ayahnya!!!"Tidak ada yang perduli padaku. Semua mencemoohku. Menjauhiku dan menghinaku saja. Tidak ada yang menyayangiku. Lebih baik aku mati saja!!" ujar gadis itu berteriak lantang.Morry pun menghela nafas panjang mendengar perkataan gadis itu. Dia tahu jika begitu berat beban yang sedang ditanggung gadis dihadapannya itu. Hingga ia memilih jalan kematian dengan bunuh diri.Namun, Morry tidak mau berdiam begitu saja. Ia tidak ingin gadis itu mati konyol. Hal yang pernah ia lakukan beberapa tahun silam. Walau tidak tahu apa masalah sebenarnya, tapi Morry berharap jika ia bisa menyelamatkannya. Gadis itu harus tetap hidup. Apalagi Morry melihat perut gadis itu yang membesar. Dia tengah hamil besar. "Apa kamu tidak kasihan dengan janin yang kamu kandung? Apa kamu juga ingin membunuhnya?" tanya Morry. Sang gadis masih diam membisu."Justru karena janin inilah mereka menghinaku. Mencibirku. Berkata buruk dan kasar padaku. Mereka terus saja menghinaku!!!" ucapnya l
Bolehkah Malam Ini Aku Ikut Denganmu, Tuan .....Morry lalu berdiri dan mengulurkan tangannya pada sang Gadis, Sang Gadis yang masih terduduk di aspal jalanan menoleh pada Morry yang sudah berdiri dihadapannya sambil mengulurkan tangan."Ayo, aku antar kamu pulang." ujar Morry menatap serius wajah sang Gadis. Sang Gadis masih diam saja tak menyambut uluran tangan Morry. Dia malah menundukkan kepalanya."Kenapa diam? Rumahmu di mana? Biar aku temani kamu pulang sampai ke rumahmu," ujar Morry lagi pada sang Gadis. Sang Gadis masih juga diam saja tak menjawab pertanyaan Morry. Morry menghela nafasnya melihat sikap sang Gadis yang terus diam itu."Kamu gak usah takut, jika ada yang mencibir dan ngomongin bahkan menghina kamu, aku yang akan melabrak mereka," ujar Morry dengan tegas meyakinkan pada sang Gadis.Mendengar perkataan Morry, sang Gadis melirik Morry lalu diangkatnya kepalanya, kemudian perlahan lahan dia mengangkat tangannya dan memegang tangan Morry yang diulurkan ke hadapannya
Tiba tiba ruangan yang tadinya gelap menjadi terlihat sedikit terang, Sang Gadis menoleh ke arah sumber lampu yang menerangi ruangan itu.Sang Gadis melihat, Morry datang mendekatinya dengan membawa lampu senter ditangannya. Di ruangan lain dalam rumahnya itu, Morry menemukan ada lampu senter yang menggantung di dinding ruangan rumahnya, lalu dengan korek gas yang selalu dibawanya, dinyalakannya lampu senter itu kemudian membawanya ke ruangan dimana sang Gadis saat ini menunggu. Morry mendekati sang Gadis yang duduk di sofa, Dia meletakkan lampu senter di atas meja tamu."Sekarang sudah terang, Kamu bisa menunggu di sini," ujar Morry."Ya, terima kasih," ucap sang Gadis, pada Morry. Morry pun lalu bergegas pergi meninggalkan Sang Gadis, Dia masuk kedalam sebuah kamar dan segera merapikan kamar itu.Saat Morry sedang sibuk membersihkan kamar dan merapikan tepat tidurnya, tiba-tiba kamar itu menjadi terang. Morry kaget dan menoleh ke arah pintu kamar.Morry kaget melihat sang Gadis berd
Hari semakin larut malam, udara semakin dingin saja. Di dalam kamar yang gelap gulita terlihat Maya tidur dalam kondisi yang sangat gelisah.Berkali kali dia tidur dalam kondisi kepala yang menoleh ke kanan dan ke kiri serta menggerak-gerakkan tubuhnya."Ampuunn ... Ampunnn!!! teriak Maya. Maya tengah bermimpi buruk, dalam tidurnya itu, Dia berteriak-teriak dan seperti orang ketakutan dan menahan kesakitannya."Sudah cukup. Cukup. Sakiittt!" teriaknya lagi dalam kondisi yang tertidur itu.Keringat dingin mengucur di seluruh tubuh Maya. Dia terus saja gelisah dalam tidurnya, matanya masih terpejam. Maya terus saja berteriak-teriak kesakitan dan ketakutan.Di dalam ruang tengah rumahnya, Morry yang sedang tidur di sofa panjang tersentak bangun. Morry kaget mendengar suara teriakan Maya dari arah kamar. Morry langsung bangun dan duduk di sofa panjangnya."Tolong! Jangan pukul aku. Sakit, sakit!" teriak Morry langsung berdiri dan meraih lampu senter yang ada di atas meja tamu. Kemudian di
Morry baru saja bangun dari tidurnya, Dia langsung menoleh ke ranjang yang ada di sampingnya. Morry kaget karena Maya tak ada di atas ranjang ituMorry lantas mengusap kedua matanya, Dia melihat dari jendela kamar yang terbuka, sinar mentari pagi masuk ke dalam kamar.Morry lantas berdiri dari duduknya di kursi, Dia kaget saat melihat isi kamar. Kamar terlihat sudah sangat rapi sekali, semua yang ada di dalam kamar sudah tertata dengan rapi dan kamar itu sudah disapu bersih.Morry heran melihat itu. Namun, dia berpikir bahwa semua itu pasti pekerjaan Maya. Morry lantas beranjak pergi dan keluar dari dalam kamarnya, Dia mau menemui Maya yang sudah bangun lebih dulu.Morry keluar dari dalam kamar, betapa terkejutnya Morry saat melihat ruangan itu sudah sangat rapi dan bersih sekali. Morry sampai terheran-heran melihatnya.Morry berjalan menyusuri ruangan dalam rumahnya itu, semuanya sudah bersih dan tertata rapi, D
Malam harinya, terlihat suasana di gang yang menuju ke rumah Maya sangat sepi sekali. Malam sudah semakin larut, tak ada lagi warga warga yang berada di luar rumah, semuanya sudah berada di rumahnya masing-masing dan terlelap tidur.Di rumahnya, Rico keluar dari dalam kamarnya, Dia terbangun karena merasa haus, Rico berjalan menuju ke dapurnya. Rico melangkah masuk ke dapur, Dia mengambil gelas dari rak piring lalu menuangkan air ke dalam gelas tersebut.Dia lantas meminum air di dalam gelas tersebut. Saat ia minum, tiba tiba saja kedua matanya terbelalak lebar, Dia kaget karena melihat ada seseorang yang berdiri dengan memakai pakaian serba hitam dan penutup wajah yang juga serba hitam.Langsung gelas ditangannya terlepas dan jatuh ke lantai lalu pecah berantakan. Dengan cepat sosok pria yang memakai pakaian serba hitam itu menyergap dan mencengkram leher serta menutup mulut Rico.Rico meronta-ronta berusaha melepaskan diri, orang itu dengan cepat memukul tengkuk Rico. Seketika Rico