"Mira!" panggilan Mama mengejutkan ku yang sedang melamun melihat kendaraan lalu lalang.
"Ehh Mama bikin kaget saja sudah ma?" Aku pun bertanya ke Mama.
"Sudah apa Kita akan pulang sekarang?" tanya Mama.
"Belum Ma Aku harus memastikan Mas Ridho keluar dari kedai ini Ma!" jawabku Mama pun mengerti yang Aku mangsud.
"Oh iyaa biar Mama yang ngecek mereka sudah selesai belum bere-beresnya Kamu tunggu di sini saja ya Mir!" ucap Mama Aku pun mengangguk.
Tak lama kemudian Mama kembali dengam dua orang di belakangnya, tanpa mengucapkan sepatah katapun Mas Ridho langsung pergi mengendarai sepeda motornya."Sudah sekarang pulang udah sore juga takut kemalaman sampai rumahnya Mir!" saran Mama Aku pun mengiyakan dan langsung berdiri.
"Sudah mau pulang ya tante?" seseorang yang baru masuk ke kedai bertanya.
"Eh iya Rom takut ke malaman sampai rumahnya Kamu sedang apa di sini?" tanya Mama.
"Romi sedang ada kerjaan di sini Tante tadi ke betulan Aku melihat mobil Mira di parkiran jadi Aku mampir hehe " jawabnya.
"Padahal dia kan sudah tau kalo Aku memang disini sejak tadi bertemu di taman!" batinku.
" Ya sudahTante sama Mira mau pulang dulu ya Rom." pamit Mama kemudian Aku pun mengekor dibelakang Mama sedangkan Romi melihatku kemudian tersenyum.
Jam lima sore Kami sudah sampai di rumah mobil Papa sudah terpakir di halaman berarti Papa sudah pulang.
"Pah sudah pulang?" Aku pun menghampiri Papa yang sedang duduk di sofa.
"Sudah dari tadi kalian baru sampai Mir duduk dulu ada yang ingin PApa tanyakan!" perintah Papa Aku pun menurut duduk disofa singel yang ada di samping sofa yang di duduki papa.
"Sekarang apa yang ingin kamu lalukan, kamu di sini sedangkan suamimu entah di mana sekarang!" tanya Papa ya Aku tahu yang ada di pikiran Papa sekarang beliau mengkhawatirkan ku.
"Tolong Papa carikan kenalan Papa yang seorang pengacara ya Pa besok Mira inging ketemu!" jawabku mantap dan benar Papa terkejut mendengar jawabanku.
"Baiklah jika itu keputusanmu nanti Papa akan hubungi Om Hendra dia pengacara yang bisa diandalkan sudah banyak masalah yang dia selesaikan!" jawab Papa kemudian Papa menghampiriku menepuk pundakku sambil tersenyum kemudian masuk ke dalam kamar.
Bismillah inilah keputusan yang Aku ambil semoga di jalan yang benar perceraian memang di benci allah tapi Aku tidak bisa bertahan dalam rumah tangga ini lagi..batinku.
Aku langsung masuk ke kamar membersihkan diri dan membaringkan tubuh diranjang hari ini sangat melelahkan oh iya Aku lupa aku harus menyiapkan surat-surat dari sekarang biar besok tidak kelupaan.
Aku pun mengambil map yang Aku simpan di bawah tumpukan baju dari map tersebut jatuh satu lembar foto kecil dan itu foto pernikahanku dan Mas Ridho kami tersenyum lebar dapat di lihat dari senyuman difoto ini.
Tok.. Tok.. Tok..
Saat sedang memandangi foto pintu kamar ada yang mengetuk Aku pun membuka pintu mbak astri ART di rumah ini memerintahkanku untuk makan malam.
Bagian Ridho
"Mas tolong bantuin bawa barang dari mobil yaa!" Perintah Sarah kenapa dia baru datang seharusnya sudah dari tadi, perjalanan dari kedai tidak terlalu macet.
"Loh kok kya mau pindahan gitu Mas Mbak?" tanya Dini yang baru pulang dari tempat kerjanya.
"Iya kami akan tinggal di sini untuk beberapa waktu!" jawabku singkat Dini mengankat sebelah alisnya kemudian tertawa.
"Lama-lama juga ngga apa-apa Mas nanti kan biar Aku ada teman shoping iya kan Mbak Sarah jangan lupa janji Mbak mau traktir Aku nanti malam!" jawaban Dini membuatku melongo Sarah mau traktir Dini pakai apa sedangkan tabungan kami saja sudah sangat menipis #itu juga uang dari kedai yang berhasil Aku ambil kemarin.
Semua barang sudah Aku masukan ke dalam kamar tinggal menaruhnya saja nanti di lemari.
"Mas Aku minta uang dong empat juta aja buat traktir Dini malu lah Mas kalo ngga jadi Aku udah janji sama Dini!" pinta Sarah ketika Aku sedang tiduran diranjang.
"Uang lagi kan baru Mas kasih uang minggu kemarin lima juta apa sudah habis!" jawabku sambil mengeluarkan dompet dari saku celana.
"Nih jangan di habiskan ingat Mas belum ada kerjaan jadi untuk semetara waktu jangan boros dulu!" Aku pun memperingatkan Sarah sambil memberikan uang yang di minta Sarah. Huuufff kenapa Sarah boros sekali dulu Mira Aku kasih lima juta satu bulan itu juga kadang masih Aku minta untuk beli bensin.
Terus sekarang Aku harus cari kerja di mana sedangkan dari tempat kerjaku dulu sudah tidak menerima pekerja lagi. Ohh iyaa coba Aku tanya Rion siapa tau Dia ada lowongan pekerjaan.
Tutt..Tut.. Tut..
" Halo ada apa bro " suara Rion disebrang.
"Bro ada kerjaan ngga di kamu?" tanpa basa basi aku pun langsung menanyakan kepada Rion.
"Ada sii Bro tapi kayanya kamu ngga cocok sama posisinya!" jawab Rion belum juga menjelaskan di mana bagian yang kosong sudah bicara Aku tidak cocok.
"Emang bagian apa Bro?" tanyaku.
" Bagian paking barang Bro kalo Kamu mau besok Kita ketemu ya!" jawab Rion.
"Ya sudah Aku pikir-pikir dulu ya Bro nanti Aku hubungi lagi!" Aku pun langsung mematikan sambungan telefon.
Apa Aku terima dulu ya kerjaan di Rion sambil cari yang lain. Setelah berfikir cukup lama Aku putuskan untuk menerima pekerjaan itu dari pada Aku menganggur kebetulan malam ini Rion ada waktu untuk bertemu denganku jadi Aku pun bersiap-siap.
"Mas mau kemana udah rapih?" tanya Sarah yang baru keluar dari kamar mandi.
"Mau ketemu sama Rion tadi Aku tanya katanya ada kerjaan di tempat kerja Rion!" jawabku kemudian berjalan ke meja rias menyemprotan parfum.
"Mas berangkat dulu Kamu jadi jalan sama Dini kan jangan malam-malam pulangnya kasian Ibu di rumah sendiri!" perintahku.
"Ibu nanti Aku ajak kok Mas." jawab Sarah.
Aku pun langsung keluar dan menuju tempat dimana Aku dan Rion janjian. Di kedai kopi yang lumayan terkenal di daerah sini.
Ternyata Rion sudah sampai duluan motornya sudah ada ditempat parkir, Aku pun langsung masuk dan apa itu apa Aku salah lihat Rion sedang berbincang dengan wanita yang sangat Aku kenal Itu Mira. Kenapa dengan hatiku kenapa sakit sekali melihat Mira tertawa dengan pria lain. Sedang apa juga Mira di sini semenjak kita pisah rumah ku rasa Mira jadi sering keluar dulu saat masih bersama dia bahkan hampir jarang sekali keluar rumah.
"Wh sini Do udah lama?" ternyata Rion sudah di depanku.
"Baru sampai ko Bro kok bisa kamu sama Mira?" aduh kenapa juga Aku harus tanya ini dasar mulut tidak bisa di ajak kompromi Rion bukanya menjawab malah geleng-geleng kepala.
"Tadi nggak sengaja ketemu Mira di sini katanya mau ketemu sama teman Papanya Dia juga ngga sendiri sama Papanya tadi Aku juga sempet ngobrol. Maaf ya bro bukannya ngga sopan Aku nanya gini emang bener kamu nikah lagi?" tanya Rion.
"Huuff iya lu tau kan Sarah mantan gue, dulu saat gue tinggalin Sarah ternyata Dia lagi mengandung anak gue dan dua bulan yang lalu gue ketemu lagi sama Sarah Dia minta gue tanggung jawab!" Aku pun akhirnya menceritakan semua kepada Rion percuma juga gue nutup - nutupin Dia pasti akan nanya terus.
"Mir Papa tadi sudah hubungi Om Hendra kalo besok Dia tidak ada waktu kalo bisa malam ini kita ketemunya gimana menurut kamu?" tanya Papa ketika sudah selesai makan malam. "Boleh Pa sekarang Mira ganti baju dulu ya Pa!" pamitku kemudian meninggalakan meja makan. Tiga puluh menit kemudian aku dan papa sudah sampai di kedai kopi yang cukup terkenal di sini Papa katanya ingin ke kamar mandi jadi aku pesan kopi dulu dan mencari meja sepertinya Om Hendra belum sampai. "Loh Mira kok di sini apa kabar?" saat baru saja duduk dikursi ada seseorang yang bertanya ternyata itu Rion teman Mas Ridho ya aku tau karena dulu pernah bertemu dengannya dan istrinya waktu makan malam bersamaMas Ridho. "Eh Rion baik, iya mau ketemu sama teman Papa Kamu di sini juga mana istrimu?" tanyaku berbasa-basi. "Dia tidak ikut kebetulan Aku mau ketemu Ridho di sini!" jawabnya kok bisa kebetulan ketemuannya di sini. "Eh Aku samperin Ridho dulu ya
Pagi ini sama seperti hari-hari yang lalu Aku berencana ingin ke rumah sudah lama tidak di tempati pasti sangat kotor dengan membawa satu ART dari rumah Mama untuk bantu-bantu beberes nanti karena recananya besok yang ingin membeli rumah ingin melihat-lihat dulu.Kurang lebih setengah jam Aku sudah sampai di rumah setelah membereskan barang-barang yang tertinggal di rumah ini dan melepas foto di dinding Aku pun pulang.Ting...Gawai yang ada di dalam tas berbunyi Aku pun mengeluarkan di layar terpapang nama Om Hendra.(Hari ini Om mendaftarkan perceraianmu mungkin besok atau lusa sudah sidang pertama!) itu pesan yang di kirim Om Hendra Hmm cepat juga Om Hendra menyelesaikannya."Baik Om terimakasih!" balasku.(Itu sudah menjadi tugas Saya Mira ) tulis Om Hendra Aku pun tak membalasnya lagi."Mbak tolong barangnya langsung masukan ke kamarku ya!" perintahku ke ART."Mira kalo urusanmu dengan p
"Baiklah jika Kamu memang tidak ada acara!" jawabku kemudian melanjutkan makan siang yang tertunda."Aku turut prihatin dengan masalah keluargamu ya Mir!" ucapnya dengan menepuk pundakku."Nanti malam ke rumahku ya!" ucap Sinta."Aku ngga janji ya Sin!" jawabku."Pokoknya kamu harus datang Kakakku sedang pulang sekarang jadi Mama mengundang keluargamu untuk makan malam!" ucapnya dengan tersenyum."Iyaa nanti Aku datang!" jawabku kemudian, sudah lama juga tidak ketemu tante Ela."Nah gitu dong, kalo gitu Aku pulang dulu ya udah sore juga, taku dimarahi Mama anak gadis pulang malam!" pamit Sinta Aku pun mengantarnya sampai depan pintu."Oke-oke hati-hati ya Sin bay!" ucapku melambaikan tangan setelah kepergian Sinta Aku pun masuk ke dalam kamar.Malam ini pukul setengah tujuh kami berangkat ke rumah Sinta tiga puluh menit kemudian kami pun sampai disambut hangat oleh keluarga Sinta.
Jam sepuluh pagi Aku dan Papa masuk ke ruang meeting di sana sudah ada beberapa rekan kerja Papa saat kami datang semuanya langsung berdiri.Papa pun mengenalkanku sebagai pewaris perusahaan ini dan semua menyambut dengan baik kedatanganku.Dreett... Dreee...Ponsel yang Aku taruh di dalam tas berbunyi setelah keluar dari ruang meeting Aku pun langsung mengakatnya."Hallo ada apa, hah kok bisa?" yang menelfon adalah Anton Dia mengabarkan kabar yang sangat buruk kalo kedai cabang terbakar.Aku pun langsung lari ke ruangan Papa bilang kalo Aku harus ke kedai Papa pun membolehkan tapi Papa tidak bisa ikut karena banyak pekerjaan."Bagaimana bisa begini apa tidak ada yang jaga malam tadi?" tanyaku saat baru sampai di kedai meski yang terbakar tidak semua namun kerugian cukup besar."Pak Yusuf di temukan pingsan Bu di depan pintu masuk! " jawab Anton sambil menunjuk ke arah yang digaris polisi."A
"Ayo lah Mas taruh Ibu di panti jompo saja Aku tidak mau mengurus Ibumu!" ucap Sarah pagi ini."Ayo lah Yang, Mas mohon kasian Ibu kalau nanti di taruh panti!" jawabku kenapa susah sekali menasehati Sarah ini.Ibuku memang terkena struk saat mengetahui usahaku bangkrut, sedangkan dini dia pergi ntah kemana katanya ingin bekerja untuk pengobatan ibu tapi sampai sekarang tidak ada kabarnya."Kamu kan istri mas untuk kali ini saja Mas minta Kamu rawat Ibu ya setelah Mas punya banyak uang Mas janji akan mencari perawat untuk Ibu," bujukku."Aku ngga mau Mas nanti apa kata tetangga kalo Aku ngurus Ibumu yang sakit-sakitan itu!" jawab Sarah dengan nada jijik."Kamu ngga perlu dengerin kata tetangga Sarah cukup dengerin kataku!" bentakku lama-lama Aku tidak kuat dengan sikap istriku ini dulu meski Mira punya segalanya tapi selalu menuruti SSemua kataku."Ya sudah Mas urus aja sendiri Aku ada janji sama teman jadi tidak
(Sin Kamu mau ikut Aku lagi ngga ke kedai?) Aku pun mengirim pesan ke Sinta siapa tau Dia mau temani Aku ke kedai Mama dan Papa hari ini katanya ingin ke kantor jadi tidak bisa ikut denganku. ( Kamu datang ke rumahku dulu ya Mir, ) balas sinta. Aku pun bersiap - siap untuk ke rumah sinta terlebih dahulu. Tin.. Tin..Tiga puluh menit kemudian aku sudah sampai di rumah sinta, saptam pun membukaan gerbang . Aku melihat sinta sedang duduk di meja makan jadi aku langsung menghampirinya. "Kok rumahmu sepi sin papa sama mamamu kemana?" tanyaku ke Sinta. "Sudah ke kantor tadi pagi-pagi sekali di atas ada kok Kak Alex!" jawabnya dengan muka lesu. "Heh Sin kamu mau ikut Aku kan?" tanyaku ke Sinta. "Aduh Mir kayannya aku ngga bisa ikut tadi Lapa suruh Aku bantuin kerjaan di kantor maaf ya!" jawabnya. "Yah terus ngapain Aku di suruh ke sini dulu kalo tau kamu ngga bisa aku langsung ke kedai tadi!"
Kami yang mendengar pun langung berlarian menuju ke kamar benar saja Ibu Mas Ridho sudah di bawah Kak Alex langung membantunya kembali ke ranjang."Apa Ibu tidak apa-apa ?" tanyaku dengan pelan dan ibu mengeleng tangannya menunjuk ke arah gelas yang sudah kosong di meja Aku pun langsung mengambilkan minum ke dapur.Ya ampun kotor sekali apa saking sibuknya sampai mereka tidak ada waktu untuk membereskan batinku."Mi.. raa.. ma... aa.. ff!" ucap Ibu mas Ridho dengan menitikkan air mata."Iya Mira sudah memaafkan Ibu!" jawabku kemudian mengelus punggung tangan Ibu.Setelah memastikan Ibu Mas Ridho tidak apa-apa kami semua pun pergi ke kantor polisi tadi sebelum Aku pergi sempat menitipkan Ibu ke tetangga sebelah rumahnya." Kenapa hatimu terlalu baik mira ?"Aku pun langsung mengalihkan pandangan ke arah kak alex." Mangsud kakak apa ?" Aku pun balik bertanya. 
Namaku Alex Hendrawan usiaku sudah memasuki tiga puluh tahun tapi Aku belum menikah bukan tidak ingin menikah Aku sangat ingin menikah dan memiliki keluarga bahagia seperti teman-temanku tapi apalah daya jodohku belum ketemu sampai sekarang."Kak nanti Aku mau kerja kelompok sama Mira di rumah tolong Kakak jangan ganggu ya!" ucap Sinta pagi itu.Sinta Pratiwi itu Adik kecilku kami hanya dua bersoudara Dia masih kuliah saat ini Sinta juga sering bilang punya teman sekelas yang pintar dan pemikirannya sangat dewasa dari umurnya."Iya nanti Kakak akan pergi sama teman Kakak teman yang sering kamu ceritain ke Kakak itu Sin? " Aku pun bertanya jujur Aku sangat penasaran dengan teman Sinta ini seperti apa anaknya."Iya kak makanya Kakak jangan ganggu ya Sinta mau serius belajarnya hehe!" jawab sinta.Jam sembilan pagi teman Sinta katanya sudah di depan rumah Sinta pun langsung buru-buru keluar tidak lama kemudian Sinta masuk denga
"Ngga Mas, biar Azmar di antar Pak Agu saja ya," pinta Mira, Adelio tidak bisa menolak kemauan istrinya jadi dirinya hanya bisa mengangguk dan naik kembali ke atas ranjang.Setelah itu Adelio menelepon sekolah Azmar, agar menyiapkan makan siang untuk Azmar setelah itu Adelio keluar kamar untuk memberitahukan kepada Azmar kalau Mamanya lagi sakit, dan Papanya tidak bisa mengantarnya ke sekolah, untungnya Azmar sudah bisa mengerti dan sudah mandiri.Adelio kembali ke kamar dengan membawa satu mangkok berisi bubur ayam, Adelio mengambil satu sendok dan menyuapi Mira.Baru suapan yang ke dua perut Mira seperti menolak bubur itu, Mira langsung berlari ke kamar mandi dan memuntahkan semua yang ada diperutnya sampai tidak tersisa.Adelio langsung berlari ke kamar mandi dan membantu Mira, Mira kembali ke ranjang dengan berpegangan tangan Adelio."Dek kamu mau periksa ke dokter, kayanya sakitmu parah dan tidak seperti biasanya," sara
Bibir Mira tersenyum, dirinya sangat mengharapkan allah memberika zuriat padanya, tangan Mira mengusap perutnya kemudian meletakkan kembali sepatu bayi itu pada tempatnya, dan kembali keliling menemani Azmar bermain.Dua jam mereka keliling mal dan kaki sudah mulai terasa lelah apalagi Cila yang sedang hamil muda, mereka langsung berbelanja yang mereka butuhkan, setelah itu mereka pulang.Tut... Tut... Tut...Mira menelepon Adelio setelah mereka sudah sampai di rumah Mamanya, panggilan kedua baru diangkat oleh Adelio."Halo... Ada apa Dek?" tanya Adelio yang masih duduk diruang kerjanya."Mas nanti pulangnya ke rumah Mama ya, aku lagi main ke rumah Mama," perintah Mira."Iya oke sayang, mulai besok kamu jangan jemput Azmar lagi ya, tadi kata Mbak Tika kamu yang jemput Azmar, benar?" tanya Adelio dengan nada lembut."Iya Mas, kan kemarin aku sudah janji sama Mama setelah jemput Azmar aku mau main," jelas Mir
"Ngga apa-apa Kok Pah, kan Azmar sudah besar," jawab Azmar kemudian mereka makan malam dengan diam.Selesai makan malam Mira dan Adelio langsung masuk ke dalam kamar, saat pintu baru saja terkunci Adelio langsung menggendong tubuh Mira."Ya ampun sayang," ucap Mira dengan kaget karena tidak siap dengan apa yang dilakukan Adelio."Kenapa?" tanya Mira ketika Adelio sudah membaringkannya diranjang, tangan Mira mengusap-usap pelan kepala Adelio."Ngga apa-apa sayang, pengin dimanja aja sama kamu," jawab Adelio dengan menenggelamkan wajahnya ke dada Mira."Sayang Aku pengin punya dede kata Kak Cila, Ali juga mau punya adik lagi, tadi wa ke aku," bisik Mira ditelinga Adelio."Kalau begitu ayo kita buat," ucap Adelio.Tanpa menunggu jawaban Mira, Adelio sudah membungkam mulut Mira dengan mulutnya, dan mulai menciumi setiap inci tubuh Mira.Adelio selalu dibuat kagum dengan keindahan tubuh Mira membuat dirinya tidak p
Nyonya Giani melihat tingkah anaknya dengan wajah bingung, jadi dirinya ikut berjalan dibelakang Mira dan langsung menepuk kepalanya melihat tingkah anaknya yang pelupa ini."Kamu ada saja masa lagi makan sampai lupa," ujar Nyonya Giani dengan duduk di kursi yang berada di depan Mira."Iya Ma, saking senengnya kedatangan Mama sampai lupa kalau lagi makan," ucap Mira dengan nada malu."Oh iya Mir besok main ya ke rumah Mama, biar Mama ngga sendirian di rumah," perintah Nyonya Giani."Iya Ma, besok setelah menjemput Azmar, Mira main ke rumah Mama, sudah lama juga ngga main," jawab Mira.Selesai makan Mira berjalan ke arah dapur dan membuatkan kopi kesukaan Mamanya, setelah itu mereka mengobrol sampai jam setengah dua karena Mira harus menjemput Azmar.Nyonya Giani yang tidak mau sendiri ikut menjemput Azmar begitu juga dengan Ali, lima belas menit kemudian mobil yang dikendarai Mira sudah sampai disekolah Azmar.&n
"Ya allah Nak kenapa kamu melakukan itu semua," gumam Mamanya Mila tetapi Mira dapat mendengarnya dengan jelas.Mira mendekat ke arah Mamanya Mila dan memeluknya, Mira Membawa tubuh renta itu ke dalam pelukannya dan mengusap-usap punggungnya dengan pelan."Kalau begitu kami pamit terbih dahulu," pamit dokter itu, setelah kepergian dokter kami semua masuk ke dalam ruangan Mila.Tubuh kaku Mila sudah tertutup dengan kain putih tipis, Mama Mila melepaskan dirinya dari Mira dan berlari menuju brangkar dan menangis disana.Jam satu lebih Adik dan Kakak dari Mamanya Mila mulai berdatangan, karena merasa sudah tidak dibutuhkan kembali Mira dan Adelio pamit.Saat kaki ingin melangkah keluar dsri rumah sakit, suara Nyonya Kim menghentikan langkah Mira, Nyonya Kim berlari ke arah Mira."Mira tunggu," ucap Nyonya Kim kemudian memeluk tubuh Mira."Maafkan Mami sayang, seharusnya Mami tidak melakukan ini s
Kemudian Adelio mengajak Mira untuk duduk dikursi tunggu, meninggalkan Nyonya Kim yang terdiam mematung.Nyonya Kim merasa kalah berdebad dengan anaknya, apa benar yang dikatakan anaknya bahwa dirinyalah yang ikut adil dalam kecelakaan Mila kali ini, tapi sifatnya yang tidak mau kalah lebih besar jadi Nyonya Kim ini semua terjadi karena menantunya.Semua yang ada disana hanya diam menunggu dokter keluar dari ruangan IGD, Adelio melihat jam dipergelangan tangannya menunjukkan jam sebelas malam, Adelio pamit untuk menelepon rumah takut Azmar terbangun."Halo Mbak, Azmar tidak menanyakan kami kan?" tanya Adelio saat teleponnya sudah tersambung."Tidak Pak, malah belum bangun si dede Azmar," jawab Mbak Tika diseberang sana.Setelah mengentahui semua baik-baik saja Adelio mematikan sambungan teleponnya, dan kembali ke depan ruangan IGDJam setengah dua belas terdengar derap langkah yang menunu ke depan ruangan, saat Mira melihat ke ar
Mira tidak dapat mendengar suara Maminya tapi satu hal yang membuat dirinya terkejut saat Adelio berkata dengan nada keras, kecelakaan."Kamu darimana saja Adelio, kenapa kamu baru angkat telepon Mami, cepat datang ke jalan Y, Si Mila kecelakaan dia menabrak pembatas jalan," ucap Mami diseberang sana."Hah kecelakaan, ya sudah nanti Adelio akan datang kesana," jawab Adelio kemudian mematikan sambungan teleponnya."Kenapa bisa kecelakaan," gumam Adelio."Siapa Mas yang kecelakaan?" tanya Mira dengan nada panik."Si Mila gadis yang kemarin dikenalkan ke Mas, dan Mami menyuruh Mas untuk datang ke tkp," ujar Adelio."Nanti aku akan mengantar kalian ke rumah terlebih dahulu, setelah itu Mas akan pergi kesana," lanjut Adelio."Tidak aku juga akan ikut kesana," ucap Mira, dirinya merasa tidak rela suaminya pergi menemui seorang yang pernah dikenalkan untuk menjadi istri kedua."Kamu capet Dek, lebih baik kamu d
Melihat Mira sudah tertawa membuat hati Adelio merasa lega, berarti Mira sudah tidak sedih lagi dengan kejadian semalam, Adelio ikut tertawa dan memeluk tubuh Azmar.Saat mereka berpelukan aroma masakan gosong masuk ke indera penciuman, Mira langsung melepaskan pelukannya dan melihat ke arah kuali yang berisi telor yang sudah berwarna hitam."Ya ampun ini siapa yang masak?" tanya Mira dengan mematikan kompor dan meletakkan kuali panas itu diwetafel."Maaf Dek, Mas ngga lupa hehe," jawab Adelio dengan menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal."Lebih baik kalian pergi ke meja makan saja, biar Mama yang buat sarapannya," perintah Mira.Setelah itu Mira membereskan kekacauan yang dibuat oleh Adelio, tidak membutuhkan waktu lama nasi goreng spedial dengan telor dadar di atasnya sudah jadi, Mira membawa tiga piring dan mulai mengambilkan nasi goreng untuk Adelio dan Azmar.Mereka sarapan dengan diam hanya ada suara deting
kemudian Adelio berbalik menghadap ke Mira dan melihat istrinya sedang mengusap air matanya, Adelio berlari dan langsung memeluk tubuh Mira, Nyonya Kim terlihat emosi begitu juga dengan Mila yang wajahnya memerah karena marah.Mila merasa sangat sakit dirinya dibilang murahan oleh pria yang dirinya cintai, dan dia bicara di depan istrinya dan juga Mamanya.Mila tanpa pamit langsung berlari keluar dari rumah Tuan Kim dan mengeluarkan kunci mobil dari dalam tas, dan membawa mobilnya dengan kecepatan tinggi.Sedangkan Adelio setelag merasa Mira mulai tenang langsung mengajaknya keluar dari rumah Maminya, begitu juga dengan Azmar, mereka sampai di rumah jam setengah sebelas malam."Mbak tolong tidurkan Azmar di kamarnya ya," perintah Adelio karena sejak tadi Mira hanya terdiam dan masuk ke dalam kamarnya.Sebelum dikunci Adelio masuk ke dalam kamar dan memeluk kembali tubuh Mira, Mira tidak menolak karena ini yang dirinya inginkan saat ini.