"Ayo lah Mas taruh Ibu di panti jompo saja Aku tidak mau mengurus Ibumu!" ucap Sarah pagi ini.
"Ayo lah Yang, Mas mohon kasian Ibu kalau nanti di taruh panti!" jawabku kenapa susah sekali menasehati Sarah ini.
Ibuku memang terkena struk saat mengetahui usahaku bangkrut, sedangkan dini dia pergi ntah kemana katanya ingin bekerja untuk pengobatan ibu tapi sampai sekarang tidak ada kabarnya.
"Kamu kan istri mas untuk kali ini saja Mas minta Kamu rawat Ibu ya setelah Mas punya banyak uang Mas janji akan mencari perawat untuk Ibu," bujukku.
"Aku ngga mau Mas nanti apa kata tetangga kalo Aku ngurus Ibumu yang sakit-sakitan itu!" jawab Sarah dengan nada jijik.
"Kamu ngga perlu dengerin kata tetangga Sarah cukup dengerin kataku!" bentakku lama-lama Aku tidak kuat dengan sikap istriku ini dulu meski Mira punya segalanya tapi selalu menuruti SSemua kataku.
"Ya sudah Mas urus aja sendiri Aku ada janji sama teman jadi tidak
(Sin Kamu mau ikut Aku lagi ngga ke kedai?) Aku pun mengirim pesan ke Sinta siapa tau Dia mau temani Aku ke kedai Mama dan Papa hari ini katanya ingin ke kantor jadi tidak bisa ikut denganku. ( Kamu datang ke rumahku dulu ya Mir, ) balas sinta. Aku pun bersiap - siap untuk ke rumah sinta terlebih dahulu. Tin.. Tin..Tiga puluh menit kemudian aku sudah sampai di rumah sinta, saptam pun membukaan gerbang . Aku melihat sinta sedang duduk di meja makan jadi aku langsung menghampirinya. "Kok rumahmu sepi sin papa sama mamamu kemana?" tanyaku ke Sinta. "Sudah ke kantor tadi pagi-pagi sekali di atas ada kok Kak Alex!" jawabnya dengan muka lesu. "Heh Sin kamu mau ikut Aku kan?" tanyaku ke Sinta. "Aduh Mir kayannya aku ngga bisa ikut tadi Lapa suruh Aku bantuin kerjaan di kantor maaf ya!" jawabnya. "Yah terus ngapain Aku di suruh ke sini dulu kalo tau kamu ngga bisa aku langsung ke kedai tadi!"
Kami yang mendengar pun langung berlarian menuju ke kamar benar saja Ibu Mas Ridho sudah di bawah Kak Alex langung membantunya kembali ke ranjang."Apa Ibu tidak apa-apa ?" tanyaku dengan pelan dan ibu mengeleng tangannya menunjuk ke arah gelas yang sudah kosong di meja Aku pun langsung mengambilkan minum ke dapur.Ya ampun kotor sekali apa saking sibuknya sampai mereka tidak ada waktu untuk membereskan batinku."Mi.. raa.. ma... aa.. ff!" ucap Ibu mas Ridho dengan menitikkan air mata."Iya Mira sudah memaafkan Ibu!" jawabku kemudian mengelus punggung tangan Ibu.Setelah memastikan Ibu Mas Ridho tidak apa-apa kami semua pun pergi ke kantor polisi tadi sebelum Aku pergi sempat menitipkan Ibu ke tetangga sebelah rumahnya." Kenapa hatimu terlalu baik mira ?"Aku pun langsung mengalihkan pandangan ke arah kak alex." Mangsud kakak apa ?" Aku pun balik bertanya. 
Namaku Alex Hendrawan usiaku sudah memasuki tiga puluh tahun tapi Aku belum menikah bukan tidak ingin menikah Aku sangat ingin menikah dan memiliki keluarga bahagia seperti teman-temanku tapi apalah daya jodohku belum ketemu sampai sekarang."Kak nanti Aku mau kerja kelompok sama Mira di rumah tolong Kakak jangan ganggu ya!" ucap Sinta pagi itu.Sinta Pratiwi itu Adik kecilku kami hanya dua bersoudara Dia masih kuliah saat ini Sinta juga sering bilang punya teman sekelas yang pintar dan pemikirannya sangat dewasa dari umurnya."Iya nanti Kakak akan pergi sama teman Kakak teman yang sering kamu ceritain ke Kakak itu Sin? " Aku pun bertanya jujur Aku sangat penasaran dengan teman Sinta ini seperti apa anaknya."Iya kak makanya Kakak jangan ganggu ya Sinta mau serius belajarnya hehe!" jawab sinta.Jam sembilan pagi teman Sinta katanya sudah di depan rumah Sinta pun langsung buru-buru keluar tidak lama kemudian Sinta masuk denga
Auhhhh...Kenapa kepalaku sakit sekali digerakkan oh iya Aku baru ingat tadi sebelum Aku pingsan dipukul oleh seseorang Aku pun perlahan membuka mata."Loh di mana aku?" Aku melihat sekeliling, ini kamar siapa bukan kamarku ini seperti kamar laki-laki."Kamu sudah sadar?" tanya seseorang yang baru masuk ke kamar ini Aku pun beringsut takut diapa-apain."Loh kok Kak Alex berarti Aku...!" pertanyaanku terpotong oleh jawaban Kak Alex."Iya Kamu di rumahku tadi Aku panik saat Sinta menelfon katanya Kamu di pukul oleh seseorang jadi Aku membawamu ke sini!" jelas Kak Alex, oh syukurlah aku tidak di culik batinku."Oh iya Sinta di mana Kak?" Aku pun bertanya dari tadi Aku tidak melihat Sinta di sini."Oh, Sinta sedang pulang katanya ingin mengambil beberapa baju, tadi dokter sudah memeriksamu dan katanya tidak ada cidera yang berat!" aku pun mengangguk mendengar penjelasan Kak Alex."Mir mungk
Ya pria yang melihat kebahagiaan itu adalah Ridho awalnya Dia berencana ingin ke kantor polisi melihat istrinya yang sedang di tahan tapi arahnya melewati rumah orang tua Mira Kemudian Ridho pun meninggalkan rumah itu.Tangan Alex mulai mendekat ke tangan Mira dan menggengamnya sangat erat itu membuat Mira terkejut."Kak...!" ucapan Mira terhenti saat melihat ke arah Alex ya sedang senyum-senyum tapi wajahnya melihat ke arah lain.Mira dan Alex pun masuk untuk membahas rencana selanjutnya setelah berunding dan memilih tanggal yang tepat mereka akan mengadakan resepsi pernikahan satu bulan kemudian.Hari ini Mira dan Alex akan pergi berduan mereka akan feeting baju jam tujuh pagi Alex sudah sampai di rumah mira."Masuk Lex ini juga akan menjadi rumahmu!" ucap Papa Mira yang keluar dan menemukan calon menantunya duduk di luar." Iya Pa di sini saja Mira katanya sebentar lagi akan turun!" jawab Alex kemudian mereka pun terliba
"Aku langsung pulang ya Mir!" pamit Kak Alex ketika mobil sudah memasuki perkarangan rumah."Ngga mau masuk dulu Kak?" Aku balik bertanya Aku mengengam tangan Kak alex seperti tidak rela jika Dia akan pergi, Aku ingin selalu di dekatnya."Ngga mampir dulu ya Kakak masih banyak urusan, dua minggu lagi kita kan selalu bersama!" bisik Kak alex tangan Kak Alex yang satunya langsung mengusap pucak kepalaku dan mencium kembali pipiku."Ya sudah Mira turun sekarang ya Kak hati-hati di jalan!" Aku pun turun dari mobil dan melambaikan tangan."Aduh bahagiannya calon pengantin," terdengar suara Romi saat Aku baru Masuk ke dalam rumah."Ya ampun Kamu bikin kaget aja Rom," sentakku dan lawan bicaraku hanya senyum-senyum.Dreett.. Dreett.. Gawaiku berdering menandakan ada yang menelfon, Anton untuk apa dia menelfon apa ada yang penting."Halo ada apa Ton?"
"Eh pagi Pa!" ucap Alex dengan sopan."Pagi juga, ada kekacauan apa ini Mir kenapa meja makan basah?" tanya Papa."Hehe maaf Pa tadi Mira bikin teh pakai garam!" jawabku mendengar jawaban dariku Papa hanya menggeleng dan memerintahkan ART untuk membersihkan mejanya.Aku pun kembali ke dapur membuatkan teh lagi, Aku pastikan kali ini gula bukan garam lagi."Setelah ini kalian akan tinggal dimana?" tanya papa ketika sarapan kami baru selesai, Aku pun melihat ke arah Mas Alex."Nanti siang akan Alex bawa Mira ke rumah Alex sendiri pah!" jawab suamiku."Papa kira kalian akan tetap tinggal di sini!""Pa Mira akan sering main ke sini kok Papa jangan sedih gitu, iya kan Mas?" Aku pun bertanya ke Mas Alex."Iya Pa Kami janji akan sering kesini!" jawab Mas Alex setelahnya kamu pun sarapan bersama.Benar siang ini Mas Alex membawaku menuji ke rumahnya, kurang lebih tiga puluh menit dalam p
"Dini ayo Kita pulang?" ajakku ke Dini selesai pemakaman Ibu Dini belum mau pulang sampai matahari sudah mau tenggelam."Aku ngga mau Mas, ini semua karena kesalahan yang Aku buat huu.. huu..! " tolak Dini."Apa dengan Kamu menangis seperti ini Ibu bakal bangun lagi, ngga akan Dini lebih baik sekarang Kita pulang do'akan Ibu biar tenang di sana!" bujukku dan setelah lama akhirnya Dini mau pulang.Tok.. Tok.. Tok..Seseorang mengetuk pintu Aku pun berjalan dan membukanya di depan sudah ada pria berbadan tegak Aku pernah melihatnya tapi lupa di mana."Saya Anton yang bekerja di Ibu Mira Saya diperintahkan oleh Ibu Mira untuk datang ke sini, Saya tidak bisa berlama-lama jadi terima ini dari Ibu Mira!" jelas pria tersebut tanpa Aku memintanya.Terimakasih Mira meski Kamu jauh di sana tapi Kamu masih peduli denganku batinku berbunga-bunga."Baik Saya terima, berikan salamku ke Mira!" jawabku pria tadi pun mengangguk langsung pami
"Ngga Mas, biar Azmar di antar Pak Agu saja ya," pinta Mira, Adelio tidak bisa menolak kemauan istrinya jadi dirinya hanya bisa mengangguk dan naik kembali ke atas ranjang.Setelah itu Adelio menelepon sekolah Azmar, agar menyiapkan makan siang untuk Azmar setelah itu Adelio keluar kamar untuk memberitahukan kepada Azmar kalau Mamanya lagi sakit, dan Papanya tidak bisa mengantarnya ke sekolah, untungnya Azmar sudah bisa mengerti dan sudah mandiri.Adelio kembali ke kamar dengan membawa satu mangkok berisi bubur ayam, Adelio mengambil satu sendok dan menyuapi Mira.Baru suapan yang ke dua perut Mira seperti menolak bubur itu, Mira langsung berlari ke kamar mandi dan memuntahkan semua yang ada diperutnya sampai tidak tersisa.Adelio langsung berlari ke kamar mandi dan membantu Mira, Mira kembali ke ranjang dengan berpegangan tangan Adelio."Dek kamu mau periksa ke dokter, kayanya sakitmu parah dan tidak seperti biasanya," sara
Bibir Mira tersenyum, dirinya sangat mengharapkan allah memberika zuriat padanya, tangan Mira mengusap perutnya kemudian meletakkan kembali sepatu bayi itu pada tempatnya, dan kembali keliling menemani Azmar bermain.Dua jam mereka keliling mal dan kaki sudah mulai terasa lelah apalagi Cila yang sedang hamil muda, mereka langsung berbelanja yang mereka butuhkan, setelah itu mereka pulang.Tut... Tut... Tut...Mira menelepon Adelio setelah mereka sudah sampai di rumah Mamanya, panggilan kedua baru diangkat oleh Adelio."Halo... Ada apa Dek?" tanya Adelio yang masih duduk diruang kerjanya."Mas nanti pulangnya ke rumah Mama ya, aku lagi main ke rumah Mama," perintah Mira."Iya oke sayang, mulai besok kamu jangan jemput Azmar lagi ya, tadi kata Mbak Tika kamu yang jemput Azmar, benar?" tanya Adelio dengan nada lembut."Iya Mas, kan kemarin aku sudah janji sama Mama setelah jemput Azmar aku mau main," jelas Mir
"Ngga apa-apa Kok Pah, kan Azmar sudah besar," jawab Azmar kemudian mereka makan malam dengan diam.Selesai makan malam Mira dan Adelio langsung masuk ke dalam kamar, saat pintu baru saja terkunci Adelio langsung menggendong tubuh Mira."Ya ampun sayang," ucap Mira dengan kaget karena tidak siap dengan apa yang dilakukan Adelio."Kenapa?" tanya Mira ketika Adelio sudah membaringkannya diranjang, tangan Mira mengusap-usap pelan kepala Adelio."Ngga apa-apa sayang, pengin dimanja aja sama kamu," jawab Adelio dengan menenggelamkan wajahnya ke dada Mira."Sayang Aku pengin punya dede kata Kak Cila, Ali juga mau punya adik lagi, tadi wa ke aku," bisik Mira ditelinga Adelio."Kalau begitu ayo kita buat," ucap Adelio.Tanpa menunggu jawaban Mira, Adelio sudah membungkam mulut Mira dengan mulutnya, dan mulai menciumi setiap inci tubuh Mira.Adelio selalu dibuat kagum dengan keindahan tubuh Mira membuat dirinya tidak p
Nyonya Giani melihat tingkah anaknya dengan wajah bingung, jadi dirinya ikut berjalan dibelakang Mira dan langsung menepuk kepalanya melihat tingkah anaknya yang pelupa ini."Kamu ada saja masa lagi makan sampai lupa," ujar Nyonya Giani dengan duduk di kursi yang berada di depan Mira."Iya Ma, saking senengnya kedatangan Mama sampai lupa kalau lagi makan," ucap Mira dengan nada malu."Oh iya Mir besok main ya ke rumah Mama, biar Mama ngga sendirian di rumah," perintah Nyonya Giani."Iya Ma, besok setelah menjemput Azmar, Mira main ke rumah Mama, sudah lama juga ngga main," jawab Mira.Selesai makan Mira berjalan ke arah dapur dan membuatkan kopi kesukaan Mamanya, setelah itu mereka mengobrol sampai jam setengah dua karena Mira harus menjemput Azmar.Nyonya Giani yang tidak mau sendiri ikut menjemput Azmar begitu juga dengan Ali, lima belas menit kemudian mobil yang dikendarai Mira sudah sampai disekolah Azmar.&n
"Ya allah Nak kenapa kamu melakukan itu semua," gumam Mamanya Mila tetapi Mira dapat mendengarnya dengan jelas.Mira mendekat ke arah Mamanya Mila dan memeluknya, Mira Membawa tubuh renta itu ke dalam pelukannya dan mengusap-usap punggungnya dengan pelan."Kalau begitu kami pamit terbih dahulu," pamit dokter itu, setelah kepergian dokter kami semua masuk ke dalam ruangan Mila.Tubuh kaku Mila sudah tertutup dengan kain putih tipis, Mama Mila melepaskan dirinya dari Mira dan berlari menuju brangkar dan menangis disana.Jam satu lebih Adik dan Kakak dari Mamanya Mila mulai berdatangan, karena merasa sudah tidak dibutuhkan kembali Mira dan Adelio pamit.Saat kaki ingin melangkah keluar dsri rumah sakit, suara Nyonya Kim menghentikan langkah Mira, Nyonya Kim berlari ke arah Mira."Mira tunggu," ucap Nyonya Kim kemudian memeluk tubuh Mira."Maafkan Mami sayang, seharusnya Mami tidak melakukan ini s
Kemudian Adelio mengajak Mira untuk duduk dikursi tunggu, meninggalkan Nyonya Kim yang terdiam mematung.Nyonya Kim merasa kalah berdebad dengan anaknya, apa benar yang dikatakan anaknya bahwa dirinyalah yang ikut adil dalam kecelakaan Mila kali ini, tapi sifatnya yang tidak mau kalah lebih besar jadi Nyonya Kim ini semua terjadi karena menantunya.Semua yang ada disana hanya diam menunggu dokter keluar dari ruangan IGD, Adelio melihat jam dipergelangan tangannya menunjukkan jam sebelas malam, Adelio pamit untuk menelepon rumah takut Azmar terbangun."Halo Mbak, Azmar tidak menanyakan kami kan?" tanya Adelio saat teleponnya sudah tersambung."Tidak Pak, malah belum bangun si dede Azmar," jawab Mbak Tika diseberang sana.Setelah mengentahui semua baik-baik saja Adelio mematikan sambungan teleponnya, dan kembali ke depan ruangan IGDJam setengah dua belas terdengar derap langkah yang menunu ke depan ruangan, saat Mira melihat ke ar
Mira tidak dapat mendengar suara Maminya tapi satu hal yang membuat dirinya terkejut saat Adelio berkata dengan nada keras, kecelakaan."Kamu darimana saja Adelio, kenapa kamu baru angkat telepon Mami, cepat datang ke jalan Y, Si Mila kecelakaan dia menabrak pembatas jalan," ucap Mami diseberang sana."Hah kecelakaan, ya sudah nanti Adelio akan datang kesana," jawab Adelio kemudian mematikan sambungan teleponnya."Kenapa bisa kecelakaan," gumam Adelio."Siapa Mas yang kecelakaan?" tanya Mira dengan nada panik."Si Mila gadis yang kemarin dikenalkan ke Mas, dan Mami menyuruh Mas untuk datang ke tkp," ujar Adelio."Nanti aku akan mengantar kalian ke rumah terlebih dahulu, setelah itu Mas akan pergi kesana," lanjut Adelio."Tidak aku juga akan ikut kesana," ucap Mira, dirinya merasa tidak rela suaminya pergi menemui seorang yang pernah dikenalkan untuk menjadi istri kedua."Kamu capet Dek, lebih baik kamu d
Melihat Mira sudah tertawa membuat hati Adelio merasa lega, berarti Mira sudah tidak sedih lagi dengan kejadian semalam, Adelio ikut tertawa dan memeluk tubuh Azmar.Saat mereka berpelukan aroma masakan gosong masuk ke indera penciuman, Mira langsung melepaskan pelukannya dan melihat ke arah kuali yang berisi telor yang sudah berwarna hitam."Ya ampun ini siapa yang masak?" tanya Mira dengan mematikan kompor dan meletakkan kuali panas itu diwetafel."Maaf Dek, Mas ngga lupa hehe," jawab Adelio dengan menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal."Lebih baik kalian pergi ke meja makan saja, biar Mama yang buat sarapannya," perintah Mira.Setelah itu Mira membereskan kekacauan yang dibuat oleh Adelio, tidak membutuhkan waktu lama nasi goreng spedial dengan telor dadar di atasnya sudah jadi, Mira membawa tiga piring dan mulai mengambilkan nasi goreng untuk Adelio dan Azmar.Mereka sarapan dengan diam hanya ada suara deting
kemudian Adelio berbalik menghadap ke Mira dan melihat istrinya sedang mengusap air matanya, Adelio berlari dan langsung memeluk tubuh Mira, Nyonya Kim terlihat emosi begitu juga dengan Mila yang wajahnya memerah karena marah.Mila merasa sangat sakit dirinya dibilang murahan oleh pria yang dirinya cintai, dan dia bicara di depan istrinya dan juga Mamanya.Mila tanpa pamit langsung berlari keluar dari rumah Tuan Kim dan mengeluarkan kunci mobil dari dalam tas, dan membawa mobilnya dengan kecepatan tinggi.Sedangkan Adelio setelag merasa Mira mulai tenang langsung mengajaknya keluar dari rumah Maminya, begitu juga dengan Azmar, mereka sampai di rumah jam setengah sebelas malam."Mbak tolong tidurkan Azmar di kamarnya ya," perintah Adelio karena sejak tadi Mira hanya terdiam dan masuk ke dalam kamarnya.Sebelum dikunci Adelio masuk ke dalam kamar dan memeluk kembali tubuh Mira, Mira tidak menolak karena ini yang dirinya inginkan saat ini.