"Mas Ridho sedang apa di sini?" tanyaku sedikit ada rasa bersalah walau pertemuan dengan Romi tidak di sengaja.
"Aku tadi curiga sama Kamu kenapa keluar sendiri jadi ya Mas ngikuti Kamu ternyata ini yang kamu lakukan di belakang Mas!" ucapnya dengan pandangan menyelidik.
"Hemmm jangan samakan Aku denganmu Mas Aku ketemu Romi tidak sengaja tadi di sini sedangkan Romi ada pekerjaan di daerah sini!" jawabku setenang mungkin.
"Benarkah yang kamu ucapkan itu Dik atau jangan-jangan Kamu ada main dengan Dia. haha iyaa Kamu minta pisah dari Mas karena laki-laki tadi kan dik?"
Plaaakk..
Tanganku mendarat manis dipipi Mas Ridho maaf Mas bukan Aku tak menghormatimu lagi tapi hatiku terlalu sakit harga diriku kau injak-injak sekali.
"Jangan mengkambing hitamkan orang dalam masalah kita Mas Aku minta pisah dari kamu ya murni itu karena ke salahanmu Aku terlalu sakit jika untuk bertahan lagi pula sekarang sudah ada pengantiku bukan!" ucapku kemudian meninggalkan Mas Ridho yang mematung di taman.
Huuff...niat ingin mencari angin malah jadi masalah.
Sekarang lebih baik Aku pulang, sesampainya di kedai Aku melihat Mama masih asik mengobrol dengan temannya jadi Aku putuskan untuk duduk sebentar tidak lama kemudian Mas Ridho duduk di depanku.
"Dik, Mas akan pergi dari kedai ini tolong berikan kunci rumah Kita ya Dik!" Apa yang Mas Ridho bicarakan.
"Cari lah kontrakan rumah itu akan Aku jual biar tidak ada lagi di antara kita yang menepati rumah itu lagi sekarang pergilah dari hadapanku Aku sedang tidak mau diganggu Mas "
Bagian Ridho
Ada apa itu kenapa ribut-ribut di meja nomor satu setelah aku di usir dari rumah Mira sore itu Aku dan Sarah memutuskan untuk ke kedai cabang. Aku yakin Mira tidak akan ke sini.
Setelah nengetahui Mira keguguran rasa cintaku sedikit berkurang untuknya tapi masih ada jadi selama dua hari ini Aku tidak menemuinya seandainya saja Aku menemuinya pasti akan menjadi masalah.
"Ada apa yank?" tanyaku kepada Sarah yang memang sedang ribut dengan wanita yang membelakangiku.
Betapa terkejutnya Aku saat wanita yang tadi membelakangiku itu berbalik ternyata itu Mira kenapa Dia kesini apa karena laporan keuangan. Ahh sial kenapa harus sekarang dia ke sini di sini banyak teman-teman sarah Aku pernah mengatakan bahwa Aku sudah pisah dengan istri pertamaku pada mereka.
Karena kodisi sudah tidak kondusif para pelangan sudah melihat ke arah kami dengan tatapan aneh Aku pun membawa Mira ke ruanganku.
Dan disaat kami tinggal hanya berdua diruangan itu Mira meminta sesuatu yang tidak Aku duga dia minta pisah dariku meskipun rasa cintaku sudah berkurang padanya bukan berarti aku ingin pisah dengannya, skarang dia meninggalkanku diruangan dengan perasaan kacau bagaimana jika benar yang di katakan Mira Aku tidak bisa kehilangannya bagaimana nanti kehidupanku tanpa Mira.
Aku pun langsung keluar Aku melihat Mira keluar dari kedai Aku pun mengikutinya ternyata dia ke taman tapi tak lama kemudian seorang pria menghampirinya mereka terlihat sangat akrab siapa pria itu belum pernah Aku melihatnya kenapa hatiku sakit melihat ke akraban Mira dengan pria lain tak lama setelahnya pria itu pergi Aku pun langsung menghampiri Mira.
Namun salah Aku menghampiri Mira dia malah menamparku apa tadi dia bilang Aku mengkambing hitamkan pria tadi dalam masalahku , Kamu bodoh Ridho memang benar yang dikataan Mira Aku yang salah di sini.
Ting...
Sarah yang mengirimkan pesan
Aku pun langsung membukanya.( Mas kita mau tinggal di mana kalo harus pergi dari kedai tadi Aku ketemu mertuamu dia bilang kita harus pergi dari sini Aku tidak mau tinggal di kontrakan yang kecil ya mas.) itulah isi pesan yang ditulis Sarah ahh setelah menikah dengan Sarah bukannya menambah kebahagian malah menambah banyak masalah.
Sekarang tidak ada cara lain lagi Aku harus meminta kunci rumah kepada Mira,l meski sebenarnya itu adalah rumah yang diberikan oleh Papa mertua.
Ternyata usahaku gagal kenapa juga Mira tiba-tiba ingin menjual rumah itu, bukannya lebih baik jika Aku yang menempatinya saja. Aku pun langsung pergi dari hadapan Mira sekarang Aku harus bagaimana Aku pun mengacak - acak rambutku.
(Sarah cepat lah pulang Kita harus beres-beres sebelum Mira bertindak) Aku pun mengirim pesan setengah jam kemudian Sarah sudah kembali dan masuk ke dalam kamar yang kami tempati.
"Mas kenapa istrimu itu bertindak sesuka hatinya bukannya ini kedaimu Mas kenapa dia yang menguasai Aku juga istrimu tapi kenapa jadi begini kita harus pindah-pindah tempat,# ceraikan saja dia Mas!" Sarah yang sedang memasukan baju ke dalam koper mulutnya tak bisa diam.
"Sebenarnya kedai ini milik bersama jadi seandainya Aku pisah dengan Mira Harta yang Aku dapatkan tidak seberapa hanya sepeda motor itu yang Aku punya!" Sarah pun langsung melotot dan menghentikan kegiatannya mendengar perkataanku.
"Jadi kamu tidak punya apa-apa Mas, terus nanti kita hidupnya gimana Aku tidak mau ya setelah menikah denganmu hidupku jadi susah titik pokoknya kamu harus bekerja lebih keras lagi!" ucap Sarah.
"Iya nanti Mas akan cari kerjaan." Aku pun menjawab sekenanya saja kenapa sekarang Sarah jadi banyak menuntut selama kami pacaran tidak pernah dia begini.
"Apa kalian sudah selesai, kalo sudah cepat keluar lah saya tidak punya banyak waktu untuk menunggu orang yang tidak penting seperti kalian!" saat kami sedang menutup koper terdengar suara Mama mertua.
Aku dan Sarah pun langsung keluar dari kamar dibelakangku Mama mertua yang memandangku dengab tatapan jijik setelah keluar dari kedai bibir Sarah maju lima cm.
"Sekarang Kita mau kemana Mas?" tanyanya.
"Kee rumah Ibuku dulu setelah itu Kita cari kontrakan yang dekat dengan rumah ibu!" jawabku kemudian menyalakan sepeda motor Sarah dia bilang ingin naik taksi saja karena barang bawaan kami lumayan banyak.
Saat motor ini akan keluar dari kedai kulihat pria tadi masuk ke dalam apa Dia ingin menemui Mira siapa Dia sebenarnya.
Kurang lebih dua puluh lima menit mengedarai sepeda motor sampai juga dirumah Ibu rumah yang tidak terlalu besar ini hanya ada tiga kamar di dalam.
"Bu Ridho datang!" ucapku langsung masuk ke dalam tercium aroma masakan aduh perutku jadi lapar kenapa juga tadi Aku tidak makan dulu di kedai.
"Eh Ridho sini masuk makan Ibu sudah masak tunggu-tunggu kok Kamu bawa-bawa tas jangan bilang Kamu mau tinggal di sini sama istrimu itu!" tebakan Ibu tepat sekali.
"Ridho sebenarnya ingin numpang untuk beberapa hari di sini Bu nanti Ridho akan cari kontrakan!" ucapku dan wajah Ibu langsung berubah.
"Jangan lama-lama!" ucap Ibu lirih mesti lirih Aku masih bisa mendengarnya. Begitulah Ibu dia akan menyambutku dengan bahagia jika Aku punya banyak uang.
"Kenapa juga kamu menikahi Dia Ridho sudah hidup enak kamu dengan Mira sekarang apa yang ingin Kamu lakukan?" tanya Ibu ketika Aku sedang makan.
"belum tau Bu sekarang Ridho masih bingung di tambah lagi tadi Mira minta pisah bu!" jawabku sambil menunduk.
"Mira!" panggilan Mama mengejutkan ku yang sedang melamun melihat kendaraan lalu lalang. "Ehh Mama bikin kaget saja sudah ma?" Aku pun bertanya ke Mama. "Sudah apa Kita akan pulang sekarang?" tanya Mama. "Belum Ma Aku harus memastikan Mas Ridho keluar dari kedai ini Ma!" jawabku Mama pun mengerti yang Aku mangsud. "Oh iyaa biar Mama yang ngecek mereka sudah selesai belum bere-beresnya Kamu tunggu di sini saja ya Mir!" ucap Mama Aku pun mengangguk. Tak lama kemudian Mama kembali dengam dua orang di belakangnya, tanpa mengucapkan sepatah katapun Mas Ridho langsung pergi mengendarai sepeda motornya. "Sudah sekarang pulang udah sore juga takut kemalaman sampai rumahnya Mir!" saran Mama Aku pun mengiyakan dan langsung berdiri. "Sudah mau pulang ya tante?" seseorang yang baru masuk ke kedai bertanya. "Eh iya Rom takut ke malaman sampai rumahnya Kamu sedang apa di sini?" tanya Mama
"Mir Papa tadi sudah hubungi Om Hendra kalo besok Dia tidak ada waktu kalo bisa malam ini kita ketemunya gimana menurut kamu?" tanya Papa ketika sudah selesai makan malam. "Boleh Pa sekarang Mira ganti baju dulu ya Pa!" pamitku kemudian meninggalakan meja makan. Tiga puluh menit kemudian aku dan papa sudah sampai di kedai kopi yang cukup terkenal di sini Papa katanya ingin ke kamar mandi jadi aku pesan kopi dulu dan mencari meja sepertinya Om Hendra belum sampai. "Loh Mira kok di sini apa kabar?" saat baru saja duduk dikursi ada seseorang yang bertanya ternyata itu Rion teman Mas Ridho ya aku tau karena dulu pernah bertemu dengannya dan istrinya waktu makan malam bersamaMas Ridho. "Eh Rion baik, iya mau ketemu sama teman Papa Kamu di sini juga mana istrimu?" tanyaku berbasa-basi. "Dia tidak ikut kebetulan Aku mau ketemu Ridho di sini!" jawabnya kok bisa kebetulan ketemuannya di sini. "Eh Aku samperin Ridho dulu ya
Pagi ini sama seperti hari-hari yang lalu Aku berencana ingin ke rumah sudah lama tidak di tempati pasti sangat kotor dengan membawa satu ART dari rumah Mama untuk bantu-bantu beberes nanti karena recananya besok yang ingin membeli rumah ingin melihat-lihat dulu.Kurang lebih setengah jam Aku sudah sampai di rumah setelah membereskan barang-barang yang tertinggal di rumah ini dan melepas foto di dinding Aku pun pulang.Ting...Gawai yang ada di dalam tas berbunyi Aku pun mengeluarkan di layar terpapang nama Om Hendra.(Hari ini Om mendaftarkan perceraianmu mungkin besok atau lusa sudah sidang pertama!) itu pesan yang di kirim Om Hendra Hmm cepat juga Om Hendra menyelesaikannya."Baik Om terimakasih!" balasku.(Itu sudah menjadi tugas Saya Mira ) tulis Om Hendra Aku pun tak membalasnya lagi."Mbak tolong barangnya langsung masukan ke kamarku ya!" perintahku ke ART."Mira kalo urusanmu dengan p
"Baiklah jika Kamu memang tidak ada acara!" jawabku kemudian melanjutkan makan siang yang tertunda."Aku turut prihatin dengan masalah keluargamu ya Mir!" ucapnya dengan menepuk pundakku."Nanti malam ke rumahku ya!" ucap Sinta."Aku ngga janji ya Sin!" jawabku."Pokoknya kamu harus datang Kakakku sedang pulang sekarang jadi Mama mengundang keluargamu untuk makan malam!" ucapnya dengan tersenyum."Iyaa nanti Aku datang!" jawabku kemudian, sudah lama juga tidak ketemu tante Ela."Nah gitu dong, kalo gitu Aku pulang dulu ya udah sore juga, taku dimarahi Mama anak gadis pulang malam!" pamit Sinta Aku pun mengantarnya sampai depan pintu."Oke-oke hati-hati ya Sin bay!" ucapku melambaikan tangan setelah kepergian Sinta Aku pun masuk ke dalam kamar.Malam ini pukul setengah tujuh kami berangkat ke rumah Sinta tiga puluh menit kemudian kami pun sampai disambut hangat oleh keluarga Sinta.
Jam sepuluh pagi Aku dan Papa masuk ke ruang meeting di sana sudah ada beberapa rekan kerja Papa saat kami datang semuanya langsung berdiri.Papa pun mengenalkanku sebagai pewaris perusahaan ini dan semua menyambut dengan baik kedatanganku.Dreett... Dreee...Ponsel yang Aku taruh di dalam tas berbunyi setelah keluar dari ruang meeting Aku pun langsung mengakatnya."Hallo ada apa, hah kok bisa?" yang menelfon adalah Anton Dia mengabarkan kabar yang sangat buruk kalo kedai cabang terbakar.Aku pun langsung lari ke ruangan Papa bilang kalo Aku harus ke kedai Papa pun membolehkan tapi Papa tidak bisa ikut karena banyak pekerjaan."Bagaimana bisa begini apa tidak ada yang jaga malam tadi?" tanyaku saat baru sampai di kedai meski yang terbakar tidak semua namun kerugian cukup besar."Pak Yusuf di temukan pingsan Bu di depan pintu masuk! " jawab Anton sambil menunjuk ke arah yang digaris polisi."A
"Ayo lah Mas taruh Ibu di panti jompo saja Aku tidak mau mengurus Ibumu!" ucap Sarah pagi ini."Ayo lah Yang, Mas mohon kasian Ibu kalau nanti di taruh panti!" jawabku kenapa susah sekali menasehati Sarah ini.Ibuku memang terkena struk saat mengetahui usahaku bangkrut, sedangkan dini dia pergi ntah kemana katanya ingin bekerja untuk pengobatan ibu tapi sampai sekarang tidak ada kabarnya."Kamu kan istri mas untuk kali ini saja Mas minta Kamu rawat Ibu ya setelah Mas punya banyak uang Mas janji akan mencari perawat untuk Ibu," bujukku."Aku ngga mau Mas nanti apa kata tetangga kalo Aku ngurus Ibumu yang sakit-sakitan itu!" jawab Sarah dengan nada jijik."Kamu ngga perlu dengerin kata tetangga Sarah cukup dengerin kataku!" bentakku lama-lama Aku tidak kuat dengan sikap istriku ini dulu meski Mira punya segalanya tapi selalu menuruti SSemua kataku."Ya sudah Mas urus aja sendiri Aku ada janji sama teman jadi tidak
(Sin Kamu mau ikut Aku lagi ngga ke kedai?) Aku pun mengirim pesan ke Sinta siapa tau Dia mau temani Aku ke kedai Mama dan Papa hari ini katanya ingin ke kantor jadi tidak bisa ikut denganku. ( Kamu datang ke rumahku dulu ya Mir, ) balas sinta. Aku pun bersiap - siap untuk ke rumah sinta terlebih dahulu. Tin.. Tin..Tiga puluh menit kemudian aku sudah sampai di rumah sinta, saptam pun membukaan gerbang . Aku melihat sinta sedang duduk di meja makan jadi aku langsung menghampirinya. "Kok rumahmu sepi sin papa sama mamamu kemana?" tanyaku ke Sinta. "Sudah ke kantor tadi pagi-pagi sekali di atas ada kok Kak Alex!" jawabnya dengan muka lesu. "Heh Sin kamu mau ikut Aku kan?" tanyaku ke Sinta. "Aduh Mir kayannya aku ngga bisa ikut tadi Lapa suruh Aku bantuin kerjaan di kantor maaf ya!" jawabnya. "Yah terus ngapain Aku di suruh ke sini dulu kalo tau kamu ngga bisa aku langsung ke kedai tadi!"
Kami yang mendengar pun langung berlarian menuju ke kamar benar saja Ibu Mas Ridho sudah di bawah Kak Alex langung membantunya kembali ke ranjang."Apa Ibu tidak apa-apa ?" tanyaku dengan pelan dan ibu mengeleng tangannya menunjuk ke arah gelas yang sudah kosong di meja Aku pun langsung mengambilkan minum ke dapur.Ya ampun kotor sekali apa saking sibuknya sampai mereka tidak ada waktu untuk membereskan batinku."Mi.. raa.. ma... aa.. ff!" ucap Ibu mas Ridho dengan menitikkan air mata."Iya Mira sudah memaafkan Ibu!" jawabku kemudian mengelus punggung tangan Ibu.Setelah memastikan Ibu Mas Ridho tidak apa-apa kami semua pun pergi ke kantor polisi tadi sebelum Aku pergi sempat menitipkan Ibu ke tetangga sebelah rumahnya." Kenapa hatimu terlalu baik mira ?"Aku pun langsung mengalihkan pandangan ke arah kak alex." Mangsud kakak apa ?" Aku pun balik bertanya. 
"Ngga Mas, biar Azmar di antar Pak Agu saja ya," pinta Mira, Adelio tidak bisa menolak kemauan istrinya jadi dirinya hanya bisa mengangguk dan naik kembali ke atas ranjang.Setelah itu Adelio menelepon sekolah Azmar, agar menyiapkan makan siang untuk Azmar setelah itu Adelio keluar kamar untuk memberitahukan kepada Azmar kalau Mamanya lagi sakit, dan Papanya tidak bisa mengantarnya ke sekolah, untungnya Azmar sudah bisa mengerti dan sudah mandiri.Adelio kembali ke kamar dengan membawa satu mangkok berisi bubur ayam, Adelio mengambil satu sendok dan menyuapi Mira.Baru suapan yang ke dua perut Mira seperti menolak bubur itu, Mira langsung berlari ke kamar mandi dan memuntahkan semua yang ada diperutnya sampai tidak tersisa.Adelio langsung berlari ke kamar mandi dan membantu Mira, Mira kembali ke ranjang dengan berpegangan tangan Adelio."Dek kamu mau periksa ke dokter, kayanya sakitmu parah dan tidak seperti biasanya," sara
Bibir Mira tersenyum, dirinya sangat mengharapkan allah memberika zuriat padanya, tangan Mira mengusap perutnya kemudian meletakkan kembali sepatu bayi itu pada tempatnya, dan kembali keliling menemani Azmar bermain.Dua jam mereka keliling mal dan kaki sudah mulai terasa lelah apalagi Cila yang sedang hamil muda, mereka langsung berbelanja yang mereka butuhkan, setelah itu mereka pulang.Tut... Tut... Tut...Mira menelepon Adelio setelah mereka sudah sampai di rumah Mamanya, panggilan kedua baru diangkat oleh Adelio."Halo... Ada apa Dek?" tanya Adelio yang masih duduk diruang kerjanya."Mas nanti pulangnya ke rumah Mama ya, aku lagi main ke rumah Mama," perintah Mira."Iya oke sayang, mulai besok kamu jangan jemput Azmar lagi ya, tadi kata Mbak Tika kamu yang jemput Azmar, benar?" tanya Adelio dengan nada lembut."Iya Mas, kan kemarin aku sudah janji sama Mama setelah jemput Azmar aku mau main," jelas Mir
"Ngga apa-apa Kok Pah, kan Azmar sudah besar," jawab Azmar kemudian mereka makan malam dengan diam.Selesai makan malam Mira dan Adelio langsung masuk ke dalam kamar, saat pintu baru saja terkunci Adelio langsung menggendong tubuh Mira."Ya ampun sayang," ucap Mira dengan kaget karena tidak siap dengan apa yang dilakukan Adelio."Kenapa?" tanya Mira ketika Adelio sudah membaringkannya diranjang, tangan Mira mengusap-usap pelan kepala Adelio."Ngga apa-apa sayang, pengin dimanja aja sama kamu," jawab Adelio dengan menenggelamkan wajahnya ke dada Mira."Sayang Aku pengin punya dede kata Kak Cila, Ali juga mau punya adik lagi, tadi wa ke aku," bisik Mira ditelinga Adelio."Kalau begitu ayo kita buat," ucap Adelio.Tanpa menunggu jawaban Mira, Adelio sudah membungkam mulut Mira dengan mulutnya, dan mulai menciumi setiap inci tubuh Mira.Adelio selalu dibuat kagum dengan keindahan tubuh Mira membuat dirinya tidak p
Nyonya Giani melihat tingkah anaknya dengan wajah bingung, jadi dirinya ikut berjalan dibelakang Mira dan langsung menepuk kepalanya melihat tingkah anaknya yang pelupa ini."Kamu ada saja masa lagi makan sampai lupa," ujar Nyonya Giani dengan duduk di kursi yang berada di depan Mira."Iya Ma, saking senengnya kedatangan Mama sampai lupa kalau lagi makan," ucap Mira dengan nada malu."Oh iya Mir besok main ya ke rumah Mama, biar Mama ngga sendirian di rumah," perintah Nyonya Giani."Iya Ma, besok setelah menjemput Azmar, Mira main ke rumah Mama, sudah lama juga ngga main," jawab Mira.Selesai makan Mira berjalan ke arah dapur dan membuatkan kopi kesukaan Mamanya, setelah itu mereka mengobrol sampai jam setengah dua karena Mira harus menjemput Azmar.Nyonya Giani yang tidak mau sendiri ikut menjemput Azmar begitu juga dengan Ali, lima belas menit kemudian mobil yang dikendarai Mira sudah sampai disekolah Azmar.&n
"Ya allah Nak kenapa kamu melakukan itu semua," gumam Mamanya Mila tetapi Mira dapat mendengarnya dengan jelas.Mira mendekat ke arah Mamanya Mila dan memeluknya, Mira Membawa tubuh renta itu ke dalam pelukannya dan mengusap-usap punggungnya dengan pelan."Kalau begitu kami pamit terbih dahulu," pamit dokter itu, setelah kepergian dokter kami semua masuk ke dalam ruangan Mila.Tubuh kaku Mila sudah tertutup dengan kain putih tipis, Mama Mila melepaskan dirinya dari Mira dan berlari menuju brangkar dan menangis disana.Jam satu lebih Adik dan Kakak dari Mamanya Mila mulai berdatangan, karena merasa sudah tidak dibutuhkan kembali Mira dan Adelio pamit.Saat kaki ingin melangkah keluar dsri rumah sakit, suara Nyonya Kim menghentikan langkah Mira, Nyonya Kim berlari ke arah Mira."Mira tunggu," ucap Nyonya Kim kemudian memeluk tubuh Mira."Maafkan Mami sayang, seharusnya Mami tidak melakukan ini s
Kemudian Adelio mengajak Mira untuk duduk dikursi tunggu, meninggalkan Nyonya Kim yang terdiam mematung.Nyonya Kim merasa kalah berdebad dengan anaknya, apa benar yang dikatakan anaknya bahwa dirinyalah yang ikut adil dalam kecelakaan Mila kali ini, tapi sifatnya yang tidak mau kalah lebih besar jadi Nyonya Kim ini semua terjadi karena menantunya.Semua yang ada disana hanya diam menunggu dokter keluar dari ruangan IGD, Adelio melihat jam dipergelangan tangannya menunjukkan jam sebelas malam, Adelio pamit untuk menelepon rumah takut Azmar terbangun."Halo Mbak, Azmar tidak menanyakan kami kan?" tanya Adelio saat teleponnya sudah tersambung."Tidak Pak, malah belum bangun si dede Azmar," jawab Mbak Tika diseberang sana.Setelah mengentahui semua baik-baik saja Adelio mematikan sambungan teleponnya, dan kembali ke depan ruangan IGDJam setengah dua belas terdengar derap langkah yang menunu ke depan ruangan, saat Mira melihat ke ar
Mira tidak dapat mendengar suara Maminya tapi satu hal yang membuat dirinya terkejut saat Adelio berkata dengan nada keras, kecelakaan."Kamu darimana saja Adelio, kenapa kamu baru angkat telepon Mami, cepat datang ke jalan Y, Si Mila kecelakaan dia menabrak pembatas jalan," ucap Mami diseberang sana."Hah kecelakaan, ya sudah nanti Adelio akan datang kesana," jawab Adelio kemudian mematikan sambungan teleponnya."Kenapa bisa kecelakaan," gumam Adelio."Siapa Mas yang kecelakaan?" tanya Mira dengan nada panik."Si Mila gadis yang kemarin dikenalkan ke Mas, dan Mami menyuruh Mas untuk datang ke tkp," ujar Adelio."Nanti aku akan mengantar kalian ke rumah terlebih dahulu, setelah itu Mas akan pergi kesana," lanjut Adelio."Tidak aku juga akan ikut kesana," ucap Mira, dirinya merasa tidak rela suaminya pergi menemui seorang yang pernah dikenalkan untuk menjadi istri kedua."Kamu capet Dek, lebih baik kamu d
Melihat Mira sudah tertawa membuat hati Adelio merasa lega, berarti Mira sudah tidak sedih lagi dengan kejadian semalam, Adelio ikut tertawa dan memeluk tubuh Azmar.Saat mereka berpelukan aroma masakan gosong masuk ke indera penciuman, Mira langsung melepaskan pelukannya dan melihat ke arah kuali yang berisi telor yang sudah berwarna hitam."Ya ampun ini siapa yang masak?" tanya Mira dengan mematikan kompor dan meletakkan kuali panas itu diwetafel."Maaf Dek, Mas ngga lupa hehe," jawab Adelio dengan menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal."Lebih baik kalian pergi ke meja makan saja, biar Mama yang buat sarapannya," perintah Mira.Setelah itu Mira membereskan kekacauan yang dibuat oleh Adelio, tidak membutuhkan waktu lama nasi goreng spedial dengan telor dadar di atasnya sudah jadi, Mira membawa tiga piring dan mulai mengambilkan nasi goreng untuk Adelio dan Azmar.Mereka sarapan dengan diam hanya ada suara deting
kemudian Adelio berbalik menghadap ke Mira dan melihat istrinya sedang mengusap air matanya, Adelio berlari dan langsung memeluk tubuh Mira, Nyonya Kim terlihat emosi begitu juga dengan Mila yang wajahnya memerah karena marah.Mila merasa sangat sakit dirinya dibilang murahan oleh pria yang dirinya cintai, dan dia bicara di depan istrinya dan juga Mamanya.Mila tanpa pamit langsung berlari keluar dari rumah Tuan Kim dan mengeluarkan kunci mobil dari dalam tas, dan membawa mobilnya dengan kecepatan tinggi.Sedangkan Adelio setelag merasa Mira mulai tenang langsung mengajaknya keluar dari rumah Maminya, begitu juga dengan Azmar, mereka sampai di rumah jam setengah sebelas malam."Mbak tolong tidurkan Azmar di kamarnya ya," perintah Adelio karena sejak tadi Mira hanya terdiam dan masuk ke dalam kamarnya.Sebelum dikunci Adelio masuk ke dalam kamar dan memeluk kembali tubuh Mira, Mira tidak menolak karena ini yang dirinya inginkan saat ini.