Share

Part 4. Menyusun Rencana

Author: Jessie White
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Mataku dan Alex sama-sama terbelalak lebar mendengar pernyataan Lucas. Sedangkan Lucas sendiri tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi kami. 

"Ya, aku juga bisa membaca pikiran kalian. Jadi sebaiknya kalian hati-hati," kata Lucas melalui pikiran sedangkan dia masih tertawa keras.

Alex dan aku terdiam. Wajahku memerah mengingat momen-momen dimana aku membicarakan dia dalam hati mulai dari saat kami pertama kali bertemu sampai dengan beberapa menit sebelumnya.

"Malu!! aku ingin lenyap dari muka bumi ini," teriak pikiranku.

Lucas memandangi kami berdua. Dia menghentikan tawanya dan kembali kepada pembicaraan kami yang seharusnya.

"Baik. Back to topic," Lucas menghentikan semua pemikiran kami.

Aku dan Alex menarik nafas dan mengangguk tanda setuju. Saat ini kami hanya fokus pada apa kata Capo. Aku sendiri mencoba mengesampingkan rasa malu yang barusan menjalar ke seluruh tubuh tanpa hambatan.

Lucas melanjutkan, "Okay, for your information, di dunia ini ada beberapa mind reader dan kemampuannya bisa dikembangkan secara maksimal seperti halnya kalian belajar di Universitas. Namun ingat! Kalian harus menyembunyikan kemampuan kalian. Terlalu berbahaya apabila banyak orang mengetahui kemampuan kalian. Tidak ada satupun orang klan yang tahu bahwa aku, pemimpin mereka adalah mind reader.  Aku mengetahui pemikiran anak-anak buahku. Jadi aku bisa memenuhi ekspektasi mereka dan juga mengetahui kesalahan mereka."

Sambil berkata demikian, Lucas tersenyum sambil menatapku. Jantungku berdebar-debar namun aku memilih diam baik secara tubuh maupun pikiran.

Dia melanjutkan, "Di tempat ini kalian akan mendapatkan training fisik dan juga training untuk mengasah skill mind reader kalian. Training fisik jelas akan dilatih oleh pelatih kalian, namun untuk training mind reader langsung denganku. Sampai sini jelas? Ada pertanyaan?"

Aku mengangguk-anggukkan kepalaku. Ya aku mengerti perkataan Lucas. Kulirik Alex. Alex tampaknya sedang berpikir keras. Dia mengernyitkan dahi lalu dia segera mengangkat tangan. Lucas mempersilakan dia bertanya. 

"Sejauh ini mind reader hanya kita bertiga. Training seperti apa? Untuk apa ke depannya skill ini? Aku sudah membuktikan aku bisa menginterogasi orang dengan skill yang ada sekarang."

Lucas mengangguk dan berkata, "Baik, aku akan menjawab beberapa pertanyaan. Pertama, kalau kamu ingin tahu. Mind Reader ada ditemukan dalam sejarah silsilah keluarga mafioso Sisilia. Itulah sebabnya, klan dari Sisilia sangat ditakuti di dunia karena seolah-olah mereka mengetahui semuanya. Ada seorang mind reader yang notabene adalah nenek moyang entah berapa generasi diatas kita disana menulis buku panduan untuk mind reader dan buku ini diturunkan turun-temurun secara rahasia. Aku mendapatkan buku ini dari almarhum kakekku ketika mengetahui kalau penerusnya adalah mind reader. Orang akan menganggap kita gila kalau kita tidak bisa mengontrol emosi dan mulut kita ketika menghadapi gelombang pikiran dari banyak orang"

Begitu mendengar pernyataan Lucas, pikiranku terbang ke masa kecil kami, bagaimana aku dianggap gila karena mendengar pikiran-pikiran yang datang seperti ombak apalagi kalau pikiran-pikiran itu menyangkut aku ataupun Alex. Kami bisa tiba-tiba melabrak mereka tanpa mereka mengeluarkan suara. Mereka menjadi kebingungan. Dan keadaan menjadi lebih parah seterusnya. Bahkan Bu Margareth pun sampai kewalahan menghadapi kami. Memori menyakitnya perlahan muncul satu demi satu. Aku diam mematung.

Lucas sepertinya memahami pemikiranku. Dia terus melihat ke arahku. Dia kembali menatap kami bergantian.

"Okay. Cukup akan kegilaan mind reader ini. Untuk training, nanti kalian akan mengetahuinya sendiri. Sekarang menuju pokok permasalahan kenapa aku membutuhkan kalian."

Lucas menghela nafas sebentar. Dia menoleh ke arah kulkas. Seketika kulkas terbuka dan botol-botol minuman melayang ke arah meja kami. Lalu dia melayangkan pandangan ke arah tumpukan gelas diatas kulkas dan gelas-gelas itu juga terbang melintasi ruangan menghampiri kami. Mulutku dan Alex ternganga. Pikiran kami tiba-tiba kosong melihat kejadian di luar ekspektasi itu.

Lucas tertawa melihat ekspresi kami dan berkata, "Itu adalah contoh pengembangan skill mind reader." 

Ekspresiku dan Alex masih sama, mulut terngaga tidak bisa berkata apa-apa.

Lucas terlihat kesal dan segera berkata, "Cukup! Tutup mulut kalian! Minumlah dahulu dan kembali fokus. Kita akan membahas masalah penting setelah ini."

Aku menarik nafas panjang dan berusaha kembali kepada kewarasanku. Aku dan Alex segera menuangkan minuman ke gelas kami masing-masing. Kami minum sepuasnya sampai kegilaan yang baru kami saksikan perlahan menghilang dari pikiran kami. Lucas melihat kami seraya tertawa geli.

Setelah kami selesai minum, Lucas memberikan clue untuk melanjutkan diskusi. Alex dan aku segera duduk dan memperhatikan dia.

"Baik. Saat ini sedang ada masalah besar dan baru aku saja yang mengetahui hal ini. Tahun lalu, kami menerima Patung Greywacke dari klan Adofo Mesir karena kami membantu menyelesaikan suatu case penting klan mereka. Patung Greywacke sendiri adalah patung yang berasal sekitar 500-600 tahun sebelum masehi dan itu adalah patung pemujaan kepada dewi Isis. Patung ini patung bekas milik bangsawan Perancis di tahun 1840-an. Tingginya sekitar 73 cm dan bentuknya Dewi Isis yang duduk di tahtanya. Well, Aku tidak terlalu peduli dengan backgroundnya tapi itu adalah kado dari klan Adofo dan harga lelangnya terakhir kali adalah 74 miliar rupiah di London."

"Lebih mahal hargaku!!!" Teriak pikiranku.

Lucas dan Alex langsung mengarahkan pandangannya ke arahku. Aku lupa mereka juga mind reader.  Lucas menggerakkan matanya ke atas tanda kesal, menghempaskan nafasnya, dan berkata ke arahku, "Kau mau kusamakan dengan benda mati?" katanya kesal. 

"Tolong hargai privacyku. Kalian tidak bisa seenaknya membaca pikiranku," kataku tidak kalah kesal.

"Bagaimana kami tidak mendengarnya kalau pikiranmu berteriak seperti itu?" sahut Alex. Aku terdiam mengangguk, "Maafkan aku. Boss, lanjut!"

Lucas kembali terlihat kesal namun seketika raut mukanya berubah agresif dan mengedipkan matanya ke arahku, "Kamu tidak perlu memanggilku boss. Cukup Lucas saja." Seketika wajahku terasa memerah dan kulirik Alex mengepalkan tangannya kesal.

"Capo! Dia adikku dan kau tidak berhak menggodanya!" Alex menatap tajam Lucas.

"Santai bro. Aku tidak menggodanya. Aku memang tertarik kepada adikmu," jawab Lucas santai.

Lucas mengambil segelas minuman dan meminumnya. Sejujurnya, jantungku terasa berdegub kencang mendengar pernyataannya.

Tidak lama kemudian Lucas melanjutkan, "Kalian bisa menghalangi seseorang mendengar pikiran kalian. Bahkan mind reader terhebat sekalipun tidak dapat membaca pikiran kalian. Itu ada tekniknya. Tapi itu bukan pembahasan saat ini."

Lucas bergantian memandangi mata kami berdua, "Kulanjutkan ya. Setelah kami menerima Patung Greywacke, aku memutuskan menyimpannya di kamarku supaya aman. Anggota klan tahu aku menyimpannya di kamarku. Namun Minggu lalu hilang. Masalahnya bulan depan, pimpinan klan Adofo yaitu Alfred Adofo sendiri akan datang kesini dan tidak mungkin aku bilang kepadanya kadonya hilang. Dia pasti sangat kesal dan bisa saja akan terjadi peperangan antar klan."

Aku berpikir sejenak dan memberikan pendapatku, "Tapi kan perangnya antara kalian saja. Kau punya banyak talenta berbakat dan senjata tanpa batas."

"Tidak semudah itu Anna. Kau tidak tahu kalau klan seperti kami memiliki hubungan erat dengan penguasa. Bahkan mereka sering meminta bantuan kami. Kamu pikir keuangan negara cukup membiayai berbagai macam kegiatan? Naif sekali. Bayangkan dua klan bertarung dengan memakai pengaruh masing-masing penguasa. Perubahan undang-undang, perubahan perjanjian bilateral, bisa jadi embargo ekonomi," Lucas menarik nafas dalam-dalam dan melanjutkan, "Makanya setiap ada barang berharga pemberian dari klan lain sebagai tanda kerjasama pasti aku simpan dalam kamarku. Sampai sini mengerti?"

Aku dan Alex mengangguk bersamaan. Lucas melanjutkan, "Jadi aku harus menemukannya sebelum Alfred Adofo kesini."

"Lalu apa yang bisa kami lakukan?" tanyaku kepada sang Capo.

"Kamarku dilengkapi penindai sidik jari dan iris mata. Dan yang memiliki akses hanya aku. Namun dari kamera cctv aku tahu ada yang masuk. Laki-laki tinggi sekitar 160 cm pakai pakaian full hitam dan wajah yang ditutupi. Aku percaya ada orang dalam yang membantu. Makanya aku seminggu ini banyak berkeliling dan memeriksa pikiran orang-orang. Ada beberapa orang yang kucurigai disini. Nah ini tugasmu Zac untuk memeriksa orang-orang itu secara diam-diam. Kau orang baru dan mungkin mereka akan lebih nyaman berbicara denganmu karena kau dianggap tidak tahu apa-apa. Dan buatmu Anna...," Lucas berhenti sejenak

"Aku menemukan rekaman CCTV di hari kejadian ada jejak mobil bukan dari klan Gambino, tapi dari klan Cassano. Klan Cassano memiliki hirarki lebih rendah dari kita. Namun mereka suka mencari masalah dengan kita dan kita tidak boleh underestimate mereka. Terbukti mereka berhasil menusukku malam aku bertemu dengan Alex. Untung Alex menyelamatkanku."

Lucas mengambil nafas dalam-dalam, pikirannya melayang-layang ke kejadian itu. Lucas menatap Anna dan berkata,"Tugasmu Anna adalah merayu Armando Cassano dan kalau bisa kau jadikan pacarmu. Susupilah keluarga musuh dan cari tahu keberadaan Patung Greywacke. Aku mengambil jalan itu karena Armando satu kampus denganmu hanya berbeda jurusan. Jadi lebih natural."

Aku terkejut. Beberapa saat lalu dia mengungkapkan ketertarikannya kepadaku dan beberapa menit kemudian dia berkata aku harus memacari orang lain yang notabene adalah lawannya. Tapi aku tak punya pilihan lain, bukan? Untuk itulah dia menebusku di tempat pelelangan. 

"Tidak Capo. Itu terlalu berbahaya. Aku tidak mau adikku jadi korban Cassano juga," jawab Alex tegas. 

"Alex, kita tidak punya pilihan lain. Makanya aku akan training kalian sekeras mungkin terutama Anna karena dia akan menjadi seperti agen. Aku berjanji Anna akan baik-baik saja dan kalau memang dia dalam bahaya, aku tidak masalah mengorbankan nyawaku untuk keselamatannya," kata Lucas menyilangkan tangannya sambil memandang tajam mata Alex.

Aku hanya duduk terpaku dan terdiam mengetahui nasibku ke depan. Alex menjawab Lucas kembali, "Kenapa bukan aku yang pergi ke keluarga Cassano? Aku bisa berpura-pura menjadi agen disana."

Lucas menjawab, "Kamu tahu tidak mudah masuk ke dalam klan kecuali ada undangan dari klan itu. Bahkan setelah masukpun, kamu masih harus training, beradaptasi, berbicara satu sama lain dan butuh waktu lama untuk mengetahui rahasia itu. Waktu kita hanya sebulan sampai patung itu kembali. Sedangkan melalui Armando, satu-satunya penerus keluarga Cassano, pasti tidak ada rahasia yang disembunyikan oleh Angelo, ayahnya. Semuanya akan diberitahukan kepada Armando dan tugas Anna hanya dekat dengan Armando dan membaca pikirannya, hmm, lebih tepatnya mencari pikiran Armando mengenai patung itu."

Mau tidak mau pernyataan Lucas itu memang benar. Satu-satunya jalan yang cepat adalah memacari ahli warisnya. Alex terdiam. Aku mencerna semua informasi yang datang kepadaku. Baiklah, karena ini melibatkanku, aku yang harus mengambil keputusan.

"Baik. Saya bersedia Capo."

Related chapters

  • MINDREADERS: Kisah Sang Wanita Pembaca Pikiran   Bab 5. Diskusi

    Pertemuan terakhirku bersama Lucas dan Alex berlangsung lancar. Dia menjelaskan secara rinci rencana-rencana ke depannya untuk menemukan patung abu-abu itu. Awalnya memang agak sulit bagiku menerima kenyataan ini terutama mengingat bahaya-bahaya yang akan kuhadapi ke depannya. Tapi bagaimanapun juga aku harus berterima kasih kepada Lucas karena sudah menebusku. Kalau bukan karena dia, mungkin aku sudah bunuh diri karena harus melayani pria-pria hidung belang. Setelah pertemuan itu, Lily pun mulai melatihku dengan keras. Aku diajari dasar-dasar beladiri. Awalnya badanku terasa sakit sekali, namun lama-kelamaan akhirnya menjadi lebih terbiasa. Aku mulai ditemukan dengan petarung-petarung yang ada di klan. Seing aku bercermin dan melihat bahwa otot-otot tubuhku mulai terbentuk. Pagi ini adalah hari pertama aku kembali ke kampus. Jelas bu

    Last Updated : 2024-10-29
  • MINDREADERS: Kisah Sang Wanita Pembaca Pikiran   Bab 6. Latihan Pertama

    "Pencurian apa?" Armando bertanya kepadaku. Aku pun berpikir sama. Tidak mungkin aku membawa kasus pencurian patung Mesir itu ke dalam keributan tugas ini. Mungkin aku akan cari kasus yang serupa supaya aku mendapatkan sudut pandang baru mengenai kasus patung Mesir atau patung Greywacke itu. "Umumnya pencurian bank. Namun itu case sudah umum. Aku kepikiran kita akan cari case pencurian barang seperti misalnya pencurian barang seni atau lukisan di Museum. Aku hanya teringat kasus hilangnya lukisan "Mona Lisa" sekitar awal tahun 1900an di Museum Louvre Paris. Penjahatnya mengklaim dia melakukan itu karena sikap "patriotik" yaitu mengembalikan lukisan ke negara asalnya. Namun dia juga memiliki sikap yang berlawanan dengan sikap yang "patriotik" itu. Dia malah menjual lukisan itu dibanding mengembalikannya langsung. Sangat menarik untuk d

    Last Updated : 2024-10-29
  • MINDREADERS: Kisah Sang Wanita Pembaca Pikiran   Bab 7. Kedekatan

    Trainingku bersama Alex dan Lucas berlangsung lancar. Dibalik sosoknya yang ditakuti banyak orang, ternyata Lucas adalah sosok yang menyenangkan dan guru yang berdedikasi tinggi. Dia mengajarkan teknik-teknik secara jelas dan mudah dimengerti. Dia pun juga mewanti-wanti kami untuk terus berlatih di rumah. Selepas training, kami mengambil waktu istirahat dengan berbicara mengenai berbagai macam topik dan ajaibnya Lucas menguasai semua topik yang kami bicarakan.Sungguh pria yang cerdas.Untungnya kami sudah belajar level 2 yang artinya aku bisa memblokir orang-orang yang mau membaca pikiranku.Itu artinya Merdekaaa!!!. Namun tidak dapat dipungkiri, aku yang terjebak di dalam pembicaraan dua orang lelaki terkadang bingung mengikuti arah pembicaraan seperti halnya pembicaraan tentang olahraga, polit

    Last Updated : 2024-10-29
  • MINDREADERS: Kisah Sang Wanita Pembaca Pikiran   Bab 8. Mulai Terbuka

    Kubuka mataku dan kulihat wajah Alex yang mendekat. Aku bertanya kepadanya, "Apa yang terjadi?" Aku memegang kepalaku dan rasanya pusing. Alex memutar bola matanya kesal dan menjawabku, "Justru aku yang harus bertanya apa yang terjadi pada kalian. Aku mendapat laporan dari pelayan kalau kalian pingsan di pinggir kolam renang." "Oh itu..." aku mengingat kejadian sebelumnya. "Aduh kalau ciumanku ketahuan Alex, pasti dia akan marah.Tapi kenapa ada kilat?" Pikiranku bertanya-tanya mengenai hal itu. "Mungkin Lucas tahu sesuatu. Oh iya Lucas. Aku hampir melupakan dia." "Oh itu apa Anna? Tolong cerita semuanya kepadaku," ujar Alex dengan wajah khawatirnya. Aku membisu. Aku teringat ingatan-ingatan memori pada saat kilatan itu terjadi. "Alex, mana Lucas? Sek

    Last Updated : 2024-10-29
  • MINDREADERS: Kisah Sang Wanita Pembaca Pikiran   Bab 9. Latihan Lanjutan

    Aku menjadi sibuk beberapa hari terakhir ini. Bagaimana tidak, aku harus membagi waktuku untuk beberapa hal. Di pagi hari sampai sore aku kuliah dan mengerjakan tugas, sore hari aku harus latihan fisik bersama Lily, malam hari aku terus latihan untukmind trainingyang sangat menguras energi. Weekend aku harus membagi waktuku bersama Lucas dan Armando, dua pria yang dekat denganku. Rasanya lelah namun aku menikmatinya.Selepas latihan fisik sore ini, aku beristirahat di sudut ruang olahraga dan meminum segelas air kelapa. Badanku penuh keringat mengucur. Aku berbaring di atas kursi sambil menutup mata kelelahan. Lily benar-benar serius dalam melatih fisikku. Dia menyuruhkujumping jack, push up, leg lift, sit up,karate, dan lain sebagainya. Untuk menutup latihan, pasti aku akan dipasangkan dengan seorang anggota klan baik cowok maupun cewek untuk be

    Last Updated : 2024-10-29
  • MINDREADERS: Kisah Sang Wanita Pembaca Pikiran   Bab 10. Pesta Topeng

    "Anna, sudah bangun?" Kudengar suara Alex di luar pintu kamarku. Dia mencoba mengetok kamarku. Aku terbangun mendengar suaranya tapi rasanya masih mengantuk. Semalam aku mengucapkan selamat ulang tahun kepada Lucas dan akhirnya kami telpon semalaman.Ya hari ini adalah hari ulang tahun dan itu berarti pesta topeng akan diadakan hari ini. Aku sudah menyiapkan kado untuk Lucas walaupun mungkin tidak ada artinya dengan hadiah-hadiah yang diberikan orang lain.Aku membuka pintu dengan kusut. Begitu pintu kamarku terbuka, Alex langsung membawakanevening dressmodel A-line berwarna merah dengan brokat di bagian atasnya. Sangat cantik."Anna, ini kiriman gaun dari Lucas. Pakailah."Aku segera membuka bungkusnya dan

    Last Updated : 2024-10-29
  • MINDREADERS: Kisah Sang Wanita Pembaca Pikiran   Bab 11. Masa Lalu

    Kilatan-kilatan itu datang kembali kala tante Clarissa memelukku, namun kali ini berbeda. Aku seperti melihat beberapa film pendek beruntut di pikiranku.Aku melihat seorang wanita muda dan ibu muda. Aku mendekatinya namun mereka tidak dapat melihatku. Wanita muda itu menggendong dua bayi di sisi kiri kanan tangannya sedangkan di belakangnya ada sebuah koper. Aku mengenali mereka. Tante Clarissa dan Ibu Margareth."Tolong jaga mereka. Saya akan mengirimkan uang sesuai keperluan sehari-hari berapapun yang dibutuhkan," kata tante Clarissa muda dengan wajah pucat dan mata biru terang di muka sebuah pintu kayu panti asuhan."Baik bu. Kami akan menjaga mereka," jawab ibu Margareth muda."Terima kasih banyak. Mohon jangan bosan kalau saya a

    Last Updated : 2024-10-29
  • MINDREADERS: Kisah Sang Wanita Pembaca Pikiran   Bab 12. Pertengkaran

    "Lucas, kenapa kamu harus ikut-ikutan? Yang bertanggung jawab atas Anna adalah aku. Urusi saja urusan pestamu!" kata Armando sambil memegang jas Lucas."Ini adalah pestaku. Anna adalah salah satu tamuku walaupun dia datang bersamamu. Aku tidak mau ada hal-hal buruk terjadi di pestaku," Lucas membalas memegang kerah baju Armando.Lucas menyadari kekesalannya dan pikirannya kalut antara harus bersandiwara demi patung kuno itu atau harus berterus-terang demi Anna. Dia pun melepaskan kerah baju Armando dari genggaman tangannya. Armando juga mengikuti langkahnya."Aku melihat cara memandangmu tadi Lucas. Bukan cara pandang seorang yang baru kenal yang sampai rela memanggil dokter dan menelepon driver demi 'seorang tamu'," Armando menatap Lucas langsung di depan matanya.

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • MINDREADERS: Kisah Sang Wanita Pembaca Pikiran   Bab 38. Kakak Adik

    Kediaman Clarissa, SisiliaKringgg...Clarissa segera menilik ponselnya. Tertulis nama Dea Cassano disitu.Clarissa : " Ya De"Dea : (sambil menangis sesenggukan) "Armando di rumah sakit Riz, Armando mencoba menyelamatkanku dari amukan Angelo dan Armando yang terkena hantaman kursi Angelo.Clarissa : "Astaga. Aku kesana sekarang. Tenangkan dirimu De. Waktu Angelo sudah tidak lama lagi."Dea hanya menangis sesenggukan mendengarnya lalu menutup teleponnya. Mata Clarissa berkilat tajam. Tak lama kemudian, Lucas yang meneleponnya dan menginformasikan semua plan kepada Clarissa. Clarissa tampak tersenyum bangga ketika dia mendengar bahwa Anna lah yang mengajukan rencana itu. "Anna memang mirip aku,"pikirnya bangga.Lalu dia menoleh dan berkata kepada asistennya, "Sudah waktunya. Siapkan Private Jet ke Indonesia.""Baik Madam."Asisten Clarissa segera berlalu dan Clarissa pun segera mengangangkat smartphonennya untuk menelepon Paulo. Di ujung sana Paulo segera mengangkat teleponnya

  • MINDREADERS: Kisah Sang Wanita Pembaca Pikiran   Bab 37. Para Penjaga

    Armando dan Angelo bertengkar hebat di dalam ruang kerja Angelo sedangkan Dea Gambino hanya bisa menangis di sudut ruangan. Plak! Terdengar suara tamparan keras yang mendarat di pipi Armando. "Kamu benar-benar anak tidak tahu malu! Kamu tahu Vero itu siapa? Kamu pasti bersekongkol dengan Gambino untuk membebaskan Vero!" teriak Angelo kepada anak laki-lakinya itu. "Tentu saja aku tahu. Dia adalah kakakku!" Plak! Angelo kembali menampar anak semata wayangnya itu. Dea Cassano menangis semakin keras. Wajah Angelo memerah dan berkata kepadanya, "Dia bukan anakku! Dasar anak bodoh!" "Memang bukan anak ayah! Tapi dia anak ibuku!" Kemarahan Angelo pun menjadi tak tertahankan. Dia langsung menendang perut Armando keras-keras yang membuat pemuda itu meringkuk di tanah. Dea langsung menghampiri Armando dan berteriak ke arah Angelo, "Sudah cukup kamu menyakiti semua anak-anakku!" "Vero itu anakmu? Maksudmu?" Dea segera berdiri dan

  • MINDREADERS: Kisah Sang Wanita Pembaca Pikiran   Bab 36. Vero dan Bakery

    "Ini minum dulu Lucy," ujar Lily sambil memberikan secangkir gelas berisi air putih kepada gadis yang sudah lemah lunglai itu."Terima kasih Lily.""Sama-sama," jawab Lily singkat sambil meneguk champage dalam gelas di tangannya.Lucy atau Vero itu segera menatap sekelilingnya. Tembok putih dengan jendela besar itu menarik perhatiannya. Namun sebenarnya di balik jendela itulah yang menarik perhatiannya. Lucy segera berdiri, berjalan ke arah jendela itu untuk memastikan lalu menoleh dan bertanya kepada Lily, "Itu ayam? rusa? Kita sebenarnya ada dimana? kebun binatang?"Celetuk Vero membuat Lily tertawa keras. Lily segera meneguk champagne yang ada di tangannya seraya menjawab santai,"Rumah Lucas."Vero segera berbalik dan menatap Lily, "Rumah Capo? Wow, aku ngga nyangka rumahnya sebesar ini dan Capo memelihara banyak binatang.""Iya, semua masakan dari dapurnya rata-rata diambil dari pekarangannya sendiri," jawab Lily santai.Vero meng

  • MINDREADERS: Kisah Sang Wanita Pembaca Pikiran   Bab 35. Konferensi Hologram

    "Dolcezza, kamu tahu ngga kalau aku bener-bener sayang sama kamu?"Lucas menggosok punggungku dengan sabun wangi. Jacuzzi yang penuh dengan air hangat dan bunga itu membuatku merasa sangat segar dan spesial. Ditambah Lucas ada di belakangku dan sambil sesekali menciumi leherku menjadikanku merasa sangat senang.Aku berbalik ke arahnya. Tubuh atletisnya yang terlihat sangat kekar membuatku tersenyum dan berpikir, "Bagaimana aku bisa seberuntung ini?"Lucas memegang pipiku dan berkata, "Aku yang beruntung bisa mendapatkanmu. Kamu benar-benar harga berharga untukku.""Kita barusaja jadian dan aku belum mengenalmu terlalu lama," kataku berkilah."Aku tahu kalau kamu diciptakan untukku sejak aku bertemu denganmu."Aku berbalik membelakanginya kembali dan menjawabnya, "Ingat kilat itu?"Lucas tertawa mengiyakan sambil menciumi leherku. Dia menjelajah tubuhku sesuka hatinya dan setiap sentuhannya membuatku terasa ingin bercinta terus menerus

  • MINDREADERS: Kisah Sang Wanita Pembaca Pikiran   Bab 34. Hostel Persembunyian

    Agil datang dengan tergopoh-gopoh dengan membawa tas ransel. Sesampainya di lantai yang dituju, dia pun segera mengetuk pintu kamar hostel sesuai dengan petunjuk dari Ben.Mendengar ketukan dari pintu, Alex pun segera mengintip untuk memastikan Agil yang datang. Dia mengintip dari kaca kecil yang tersemat di pintu. Begitu mengetahui bahwa Agil yang datang, maka Alex segera membukakan pintu untuknya."Masuklah!" kata Ben sambil duduk di atas tempat tidur.Agil segera memasuki ruangan itu lalu menatap mereka bergantian. Dia berkeliling melihat kondisi kamar itu sambil bertanya kepada mereka, "Gimana hasilnya? Aman?""Duduklah dulu," kata Alex kepada Agil. Ben mengangguk dan ikut menyuruh Agil duduk di depannya. Alex pun ikut duduk melingkar bersama dengan mereka."Zac, ceritakanlah," kata Ben seraya menatap Alex yang memiliki nama angklan Zac itu.Alex menarik nafas dalam-dalam. Agil menatapnya dengan wajah penasaran. Alex pun mulai menceritak

  • MINDREADERS: Kisah Sang Wanita Pembaca Pikiran   Bab 33. Rahasia Bakery

    Ben dan Alex sedang dalam penyamarannya di bakery. Mereka berdua berperan seperti seorang pasangan kakek cucu yang sedang memesan kue ulang tahun di bakery milik Angelo. Ben berperan sebagai kakek dan Alex berperan sebagai cucu yang sedang memasuki masa pubertas. Tentu saja mereka juga berdandan selayaknya kakek cucu lengkap dengan rambut palsu dan seragam SMA. Seorang pelayan wanita melihat mereka dengan tatapan tanpa curiga. Dia bersikap masa bodoh dengan penampilan Alex dan Ben. Hal ini pertanda bagus karena Alex pun juga membaca pikiran pelayan itu dan tidak menemukan sesuatu hal yang membuatnya khawatir. "Mau pesan apa? Dibawa pulang atau dimakan disini?" tanya pelayan itu sambil menatap Ben dan Alex bergantian. Alex berkata kepada Ben, "Kakek aja ah yang nentuin. Aku ngikut aja." Mendengar itu, Ben berbisik kepada Alex, "Nanti ketauan suaraku masih muda. Kamu aja yang ngomong." Alex pun mengangguk dan berkata kepada pelayan itu, "Satu ke

  • MINDREADERS: Kisah Sang Wanita Pembaca Pikiran   Bab 32. People Controlling

    Aku membuka mataku dan kulihat Lucas tertidur di sampingku. Aku merasa sangat bahagia ketika mengetahui pria kekasihku itu ada di sampingku. Aku melihat ke bawah dan ternyata aku sudah dipakaikan pakaian dalam. Aku segera bangkit berdiri dan mencuci mukaku.Setelah dari tempat tidur, kumelihat hp Lucas bergetar kencang. Rasa penasaranku langsung memuncak dan kuiintip hpnya. Kulihat ada nama Armando di atasnya. Jantungku langsung berdegub kencang. Pikiranku langsung berkecamuk seperti benang ruwet.Kulihat ke arah Lucas dan kulihat wajah Lucas menjadi kesal. Dia bergumam dalam tidurnya, "Berisik ah Dolcezza. Aku masih mengantuk.""Inilah susahnya pacaran sesama mind reader," pikirku kesal. Kulihat Lucas hanya tersenyum namun matanya tetap tertutup."Ada telepon dari Armando. Kamu yang angkat atau aku yang angkat?" tanyaku langsung ke arah Lucas. Seketika itu juga mata Lucas terbuka lebar. Dia langsung bangkit berdiri, "Aku aja yang angkat

  • MINDREADERS: Kisah Sang Wanita Pembaca Pikiran   Bab 31. Kencan

    Jantungku berdegub sangat kencang ketika Lucas menjemputku dengan mobil sportnya itu. Kulihat mobilnya masuk ke dalam halaman rumahku. Dengan gayanya yang khas, Lucas keluar dari mobilnya. mataku melompat melihatnya. Dia memakai kaos putih ketat dan celana jeans biru terang. Badannya yang tegap dan atletis itu memang memiliki kharisma yang sangat kuat yang membuat jantungku melompat setiap kali bertemu dengannya. Aku merasa bahagia setiap kali aku bersamanya."Benar-benar James Dean," kataku dalam hati.Kulihat Lucas tersenyum dari kejauhan. Dia berjalan ke arahku yang membuat aku merasa dunia melambat. Dia mendekatiku, memeluk pinggangku, dan mencium bibirku dengan lembut. Sesaat kemudian dia bertanya, "Dolcezza, kamu segitu ngefansnya sama James Dean?"Perutku terasa tergelitik. Aku hampir lupa kalau dia juga mind reader. Kujawab pertanyaannya, "Iya dong, bukannya kamu reinkarnasinya James Dean?"Lucas tertawa mendengarnya dan dia mengangguk ke

  • MINDREADERS: Kisah Sang Wanita Pembaca Pikiran   Bab 30. Cassano

    Kubuka mataku dan kulihat Lucas masih tertidur di sampingku. Lucas hanya memelukku semalaman. Walaupun kami tidak berhubungan badan, namun hatiku sangat bahagia. Karena cinta tidak hanya tentang seks.Aku segera bangkit dari tempat tidur dan keluar dari kamar. Kubuka kulkas dan kuambil roti, sayuran, ikan kaleng, dan mayones. Bahan-bahan itu segera kuolah menjadi sepotong sandwich. Tak lupa aku juga menyiapkan susu segar dalam gelas. Setelah semuanya selesai, aku segera menaruh sandwich dan susu di atas nampan dan kubawa ke kamar dengan hati-hati."Buon Giorno Dolcezza, Mi Amore, (Selamat pagi Manisku, Cintaku)," sapa Lucas mengagetkanku. Lucas berdiri di depan pintu kamar. Tentu saja masih dengan rambut berantakan dan baju yang memperlihatkan dada bidangnya."Honey, kok sudah bangun?"Lucas segera mencium bibirku singkat. Dia tersenyum dan berbisik di telingaku, "Kamu ngga lupa kan kalau hari ini hari Sabtu?"Aku mengernyitkan dahi dan me

DMCA.com Protection Status