Home / Young Adult / METAMORFOSA / HARI PERTAMA SEKOLAH

Share

HARI PERTAMA SEKOLAH

Author: Jezlyn
last update Last Updated: 2021-03-29 15:54:59

Sekolah Nusa Bangsa.

Setelah liburan panjang kenaikan kelas. Kini sudah saatnya semua para siswa kembali ke rutinitas seperti biasanya. Menuntut ilmu pelajaran yang disampaikan oleh Bapak/Ibu guru.

Pagi ini, sekolah Nusa Bangsa tengah mengadakan upacara bendera merah putih seperti biasa yang mereka lakukan setiap hari senin. Seluruh siswa kini sedang menikmati pengibaran bendera merah putih dengan khitmat.

Brug!

Salah satu siswa terjatuh di saat pengibaran bendera merah putih dilakukan. Dengan cepat anggota palang merah remaja langsung membopong siswa tersebut menuju ke arah ruang kesehatan sekolah.

Mereka langsung membaringkan siswa itu dan segera mengendurkan dasi serta membuka sepatunya.

“Bikin teh hangat, cepat!” titah Jelita tegas.

“Baik, Kak.” Salah satu anggota palang merah remaja lainnya langsung menuruti apa yang diintruksikan oleh Jelita. Mereka segera membuat teh hangat serta mencari minyak kayu putih untuk membuat siswa itu tersadar.

Jelita sedikit memberikan minyak kayu putih di area hidung. Serta mengolesi kakinya yang sangat dingin.

Perlahan-lahan siswa itu mulai tersadar. Ia bergumam tak begitu jelas. "Aku ... di mana?" tanyanya.

"Lagi di ruang uks."

Siswa itu diam. Ia memijit pelipisnya yang terasa pusing. Jelita yang paham pun langsung menawarkan teh hangat yang baru saja dibuat.

“Minum teh hangat dulu,” kata Jelita.

Siswa itu langsung tersentak kaget. Ia menatap ke arah Jelita. Tangannya terulur menerima gelas yang berisi teh hangat.

“Diminum," ujar Jelita. Jelita yang melihat siswa itu yang hanya diam saja membuatnya tersenyum manis. "Ayo diminum jangan dilihatin gitu," tambahnya.

Merasa tak enak sendiri membuatnya langsung meminum teh dengan pelan-pelan. "Ma-ma-kasih, Kak," cicitnya pelan.

“Sama-sama. Btw, nama kamu siapa?"

“Shelka.”

Jelita mengangguk pelan. “Ya udah kamu istirahat aja dulu, nanti kalau udah baikan baru ke ruang aula buat kumpul sama siswa lainnya. Biasanya, sih, kalau hari pertama mos bimbingan aja.”

Shelka tersenyum. “Iya, Kak."

Mendadak terjadi keheningan. Shelka merasa risih sendiri saat ini. Sebab, hanya dirinya yang jatuh pingsan saat upacara. Benar-benar memalukan. Tapi mau gimana lagi, ia nggak kuat panas. Kalau kena sinar matahari langsung kepala pusing dan kunang-kunang dengan sendirinya.

Jelita berdeham pelan. "Tiduran aja, santai aja sama anak pmr."

Shelka tersenyum tipis. Shelka merasa benar-benar nggak enak. Yang ia lakukan saat ini hanya memandangi ruang kesehatan sekolah yang begitu tertata begitu rapi.

Merasa upacara bendera merah putih telah selesai. Jelita mencoba melihat ke arah kerumunan siswa yang sedang membubarkan diri untuk menuju ke arah kelas masing-masing. Berhubung masih hari pertama masuk sekolah jadi belum ada kegiatan belajar mengajar

“Litaaaa!” seru Prita.

“Ada apa sih, Prit.”

“Enak yang jadi anggota pmr nggak ikut panas-panasan,” dengus Prita kesal.

“Hahaha, salah lo sendiri dulu diajaki ekstrakulikuler nggak mau.”

“Ya ... gimana dong. Gue, kan manusia termalas sedunia.”

“Ya, udah nggak usah banyak komplen kalau begitu,” sahut Siena. Ia langsung mengeluarkan senjatanya. Bedak dan cermin kecil.

Prita berdecak kesal melihat Siena. "Bedakan mulu lo,” sindir Prita.

Siena tak memedulikan dengan sindiran Prita. Bagi Siena sendiri, bedak dan cermin itu nomer satu yang harus dibawa. Apalagi mereka habis upacara bendera yang panasnya seperti neraka jahanam. Tahu sendirilah, pasti bedak-bedak yang dipakai akan luntur.

“Ada pasien, ya?” tanya Prita sembari melongok ke arah dalam ruang kesehatan.

“Ada. Anak baru.”

“Whoa, gila sih! Anak-anak baru pada cakep-cakep benar deh,” ujar Prita.

“Makanya bedakan biar kita sebagai senior nggak kalah sama mereka,” sambar Siena yang memasukan bedak serta cermin kecil ke saku seragam sekolah.

“Ogah ah, ngeri kerazia sama guru.

“Hahaha, gue kena terus, tapi biasa aja tuh.”

“Lo tuh emang bebal. Udah kena tegur guru juga masih dilakukan terus.”

Jelita yang melihat dua sahabatnya yang adu mulut merasa pusing sendiri. Ia langsung mengajak bicara adik kelasnya yang sama-sama anggota pmr untuk mengurus ruang kesehatan selama dia pergi. Ia akan pergi bersama dua sahabatnya ke kantin.

“Kantin yuk. Laper banget gue belum sarapan,” ajak Jelita sambil memegangi perutnya.

“Nah ini, baru gue setuju,” dukung Prita.

“Yuk, gue juga lagi pengin bakso mang Jaja,” tambah Siena yang sudah berjalan di depan.

Jelita menggeleng kepalanya melihat kelakuan absurd Siena. Masa putih abu-abu Jelita merasa berwarna. Semua itu berkat teman, sahabat serta peran guru di dalamnya.

Suasana kantin saat ini sangtlah ramai, banyak anak kelas XI yang sedang memenuhi bangku kantin. Mereka semua sedang berbincang-bincang mengenai liburan panjang kemarin.

“Duh, bangku penuh semua lagi,” ujar Siena.

“Iya, mendingan ke taman belakang sekolah aja yuk,” timpal Prita.

Jelita sendiri masih diam. Ia memperhatikan kondisi sekitaran, matanya terus mencari bangku kosong hingga tak sengaja ia melihat sosok yang dikenalnya. “Ada bangku kosong kok,” imbuh Jelita. Wajahnya langsung menampilkan senyum yang begitu merekah.

“Mana?” tanya Prita.                             

“Tuh,” tunjuk Jelita dengan dagu ke arah bangku yang sedang dihuni oleh siswa yang terkenal dingin seperti es.

“Hah, gabung sama Matheo?” tanya Siena sedikit ragu. Siena sedikit takut dan ngeri dengan Matheo. Sikapnya tak pernah bersahabat dengan manusia lain selain Lita dan teman dekatnya.

“Iya, emang kenapa?”

“Whoa, lo benar-benar kejam deh. Sama aja lo masukin kita berdua ke danau es yang mendekat aja langsung beku.”

“Ya ... terus gimana dong, Na?”

“Lo mendingan ke sana aja deh, Ta,” tambah Prita.

“Yah, gue nggak enak sama kalian.”

“Yaelah, lo kayak kenal kita baru sejam aja deh,” ujar Siena.

Jelita saat ini merasa bingung, bimbang juga tak enak sendiri. Ia galau memilih untuk pergi bersama dua temannya atau makan bersama Matheo.

“Udah, isi dulu perut lo deh, ngeri pingsan gue,” imbuh Prita yang mendorong Jelita lebih masuk ke arah kantin.

Jelita langsung berjalan pelan masuk kantin, ia menoleh ke arah dua temannya yang melambaikan tangan. Jelita tak langsung menghampiri Matheo, ia memesan mie instan terlebih dulu. Selesai memesan, Jelita langsung berjalan ke arah Matheo.

“Permisi!"

“Lita.”

“Sendirian aja, mana temen lo?”

“Lagi pada di ruang basket.”

“Nah, lo nggak ikutan?”

“Males.”

“Tumben duduk sini, nggak di perpustakaan?”

“Males.”         

“Ck, ngeselin lo, Mat.”

“Kenapa?”

“Jawabnya males-males melulu, nggak ada kata-kata lain apa gimana, sih.”

“Galau gue.”

“Kenapa emangnya?”

“Habis putus.”

Jelita langsung tertawa terbahak-bahak sampai membuat orang-orang di sekitarnya menoleh ke arahnya. Jelita sendiri langsung membekap mulutnya. “Sama Rere?”

“Iya lah, emang sama siapa lagi? Pacar gue dia doang.”

“Ya udah lah, cari aja yang lain. Anak baru banyak tuh yang cantik-cantik. Lo tinggal pilih aja, Mat.”

“Anak kelas sepuluh?”

“Iya lah, masa anak kelas sebelas.”

“Males.”

“Awas, ya, kalau nanti gue lihat lo jadian sama anak kelas sepuluh.”

“Emang mau apa?”

“Mau minta traktir.”

Tak lama pesanan mie instan Jelita datang, Matheo yang melihat langsung mendengus kesal. Ia menatap sahabatnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

“Lo tahu kan, Ta, kalau makan mie instan itu nggak sehat.”

“Iya, tahu kok, Mat.”

“Kalau tahu kenapa masih dimakan?”

“Pengin.”

Matheo berdecak. Ia langsung merebut mangkuk yang berisi mie instan pake telur sama cabai rawit itu. Matheo segera memakannya tanpa jeda hingga habis tak tersisa.

“Ya, kok! Lo yang makan sih. Kalau mau pesen sendiri dong,” kesal Jelita.

“Terpaksa. Demi kesehatan lo, Ta.”        

“Ck, perut gue lagi laper banget tahu nggak, sih.”

“Ya udah tunggu di sini.” Matheo langsung berdiri. Ia berjalan pergi menuju ke penjual makanan. Ia membelikan makanan untuk Jelita. Selesai membayar, Matheo kembali sambil menaruh makanan itu di depan wajah Jelita.

“Hah, roti?”

“Iya, ini lebih sehat.”

“Duh, Mat. Gue bukan bule kayak lo. Lidah gue Indonesia.”

“Lidah gue juga Indonesia.”

“Nggak asyik lo, Mat.” Jelita langsung pergi dengan membawa roti dan air mineral yang dibelikan oleh Matheo. Jelita akan mencari keberadaan dua temannya itu.

Matheo sendiri hanya menghela napas kasar, ia langsung berjalan keluar kantin setelah melihat sahabatnya tengah merajuk. Ia berjalan menuju ke arah ruang basket. Tanpa Matheo duga ia ditabrak oleh seseorang yang membuat dirinya terdorong sedikit kebelakang.

Brug!             

“Maaf, Kak.”        

“Gapapa, lain kali jalan hati-hati.”

“Iya.”                    

Matheo langsung berjalan pergi, ia meninggalkan perempuan yang masih mengenakan seragam SMP. Tanpa Matheo sadari, perempuan itu langsung berlari ke arah toilet dan menjerit dengan kencang.

“AAAA, gila, akhirnya ketemu juga.”

Related chapters

  • METAMORFOSAĀ Ā Ā HARI PERTAMA SEKOLAH II

    Wanita yang tengah menjerit kencang itu adalah Shelka. Dia, Shelka Amanda Pradipta. Wanita yang memiliki obsessi besar untuk mendekati seorang Matheo Demonte Azekiel."Sumpah demi apa, tadi Matheo?Matheo kakaknya Clarisa itu, kan?” Shelka tengah menepuk-nepuk pipinya sendiri. Ia merasa seperti habis bertemuDewa Yunani yang tampannya tiada tara itu. Tanpa Shelka sadari, ia sudah terlalu lama berada di toilet. Alasan ke toilet sebetulnya untuk mencuci muka agar segar.Klek!“Eh, lo tadi anak yang pingsan saat upacara, kan?” tanya salah seorang siswa yang sama-sama memakai seragam SMP.“Emm ... iya.” Shelka meringis tak enak. Belum genap sehari menjadi siswa sekolah Nusa Bangsa sudah terkenal aja. Mana terkenal karena pingsan pula. Sial!“Kenalin, gue Vita.” Vita mengulurkan tangannya.“Shelka.”Mereka sama-sama tersenyum, tanpa sadar mereka tertawa terbahak tanpa tahu apa

    Last Updated : 2021-03-29
  • METAMORFOSAĀ Ā Ā PENDEKATAN

    “Matheo!”Jelita merasa tak asing dengan orang yang tengah berjalan ke arahnya. Jelita pun memperhatikan seksama. Benar, kan tidak asing. Cewek itu yang tadi ditangani di ruang kesehatan sekolah.“Lo kenal sama dia, Mat?”“Enggak.”Kini Shelka sudah berdiri di depan motor Matheo. Ia menampilkan senyum yang begitu manis. “Kak Matheo,” katanya.“Ada apa?”Shelka diam membisu. Kini ia merutuki dirinya yang kelepasan memanggil Matheo. Giliran sudah di depan orangnya malahan bingung sendiri. “Gapapa, Kak. Cuma mau bilang hati-hati.”Matheo hanya menggelengkan kepalanya saja. Tak ingin membuang waktu percuma, Matheo langsung menarik gasnya. Matheo segera melajukkan motornya melewati Shelka.Jelita menengok sekilas ke arah Matheo. Dapat Jelita lihat tatapan kesedihan yang dipancarkan oleh adik kelasnya itu. “Mat,” panggi

    Last Updated : 2021-03-29
  • METAMORFOSAĀ Ā Ā PENDEKATAN II

    Matheo benar-benar sangat merutuki teman laknatnya itu. Gara-gara dia saat ini dirinya terjebak dengan Shelka di kondisi yang sangat akward.“Kak Matheo, mau minum?” tanya Shelka mencoba bersikap ramah tamah.Matheo hanya melirik sekilas tanpa menjawab pertanyaan Shelka sedikit pun. Ia langsung mengeluarkan ponselnya. Mengecek ada pesan masuk atau tidak. Padahal, tanpa dicek pun Matheo akan merasa ada getaran atau tidak pada ponselnya.Matheo berdecak. “Ren, gue balik, ya.”“Ya elah, baru juga duduk. Temenin Shelka dulu, lah. Nggak kasihan apa lo anak orang dicuekin begitu.” Rendi terus asyik bermain playstationnya tanpa mau menatap Matheo yang sudah sangat terlihat bosan. “Duduk dulu, lah.”“Gue ada urusan penting. Waktu gue nggak mau terbuang percuma seperti ini.” Matheo langsung bangkit dari tempat duduknya. Tanpa sadar tangan mungil Shelka sudah

    Last Updated : 2021-03-29
  • METAMORFOSAĀ Ā Ā KEGIGIHAN SHELKA

    SMA Nusa Bangsa.Pagi ini Matheo sudah berada di sekolahnya. Lebih tepatnya ia sudah ada di dalam kelas.“Mat, tumben lo udah sampai duluan,” sindir Rendi.Matheo berdecak kesal menatap wajah Rendi yang tengah tersenyum menatapnya. “Semua gara-gara lo. Rasanya ingin gue hajar wajah lo, Ren.”“Kenapa sih?” tanya Rendi pura-pura tak paham. “Cerita dong, Bro.”“Cewek itu telepon gue semalam.”“Maksud lo, Shelka?” tanya Rendi yang tidak percaya. Bagi Rendi pribadi, tak ada wanita yang mampu mendekati Matheo. Kalian tahu sendiri lah sikap Matheo yang ketus, dingin, dan tak bersahabat dengan kaum perempuan. Teman-teman Jelita saja suka pada lari ngibrit kalau ada Matheo. “Woy, malahan diam aja.”“Ya, siapa lagi.”“Hahaha, gila sih. Hebat lho dia. Bagi gue lo harus banyak bersyukur karena dia sangat gig

    Last Updated : 2021-03-29
  • METAMORFOSAĀ Ā Ā KEGIGIHAN SHELKA II

    Matheo tak menjawab pertanyaan dari Jelita. Matheo lebih menatap pergerakan seorang Shelka yang berjalan masuk dan menghampiri ke arahnya.“Gimana nasi gorengnya, enak?”Matheo masih diam. Ia justru menoleh menatap ke arah Jelita yang tengah tersenyum menatapnya.“Gue, ke kantin dulu, ya,” bisik Jelita pelan sambil tersenyum serta mengedipkan salah satu matanya.Matheo berdeham pelan, ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal sama sekali.“Lo ngapain ke sini, sih?”“Mau ketemu sama Kakak.”Matheo berdecak pelan. “Tapi kedatangan lo ke sini bikin gosip baru tahu nggak sih.”Shelka yang paham sikap dingin Matheo hanya diam sambil tersenyum manis. “Gapapa, aku suka kalau digosipin sama Kak Matheo.”“Gue yang nggak suka. Dan, gue belum makan nasi gorengnya.”Terdapat raut kecewa di wajah Shelka. Namun, dengan cepat Shelka segera menampilk

    Last Updated : 2021-03-29
  • METAMORFOSAĀ Ā Ā FAMILY TIME

    “Hai, Mom,” sapa Matheo. Matheo langsung cipika cipiki kepada Kaila. Ia segera berjalan ke arah dalam rumah menuju ke kamarnya. Saat melewati ruang keluarga ternyata sudah ada Clarisa tengah cekikikan sendiri menatap layar ponselnya. Pokoknya adiknya itu sudah mirip orang nggak waras.“Kak Mamat, sini deh,” teriak Clarisa yang membuat Matheo terkejut sendiri.“Apa?”“Kak, sini.”Matheo mau nggak mau jalan menghampiri Clarisa. Clarisa menunjukkan layar ponsel ke arahnya. Dahi Matheo mengerut bingung, ia tak paham dengan tindakan Clarisa itu.“Belikan bando ini, ya,” pinta Clarisa dengan senyum manisnya yang sulit Matheo tolak.Matheo menghela napas kasar, ternyata dirinya dipanggil hanya untuk membelikan sebuah bando. Matheo udah mengira akan diberikan nomor cewek secantik Song Hye Kyo, tahunya ada udang dibalik bakwan.“Iya.”“Asik!” seru Claris

    Last Updated : 2021-03-29
  • METAMORFOSAĀ Ā Ā FAMILY TIME II

    Pagi ini kota Jakarta diguyur hujan yang membuat siapa pun akan malas untuk melakukan aktifitas. Namun, tidak berlaku di keluarga Azekiel. Kaila pagi-pagi sudah membangunkan Clarisa juga Matheo yang sulit sekali bangkit dari tempat tidur. Menjadi seorang Ibu memanglah sangat tidak mudah. Harus bisa mengatur waktu dalam segalanya."Sha, bangun, Nak.""Euumm, ngantuk Mom.""Bangun sudah siang. Cepet!" Kaila langsung menyibak selimut yang membungkus tubuh mungil Clarisa. "Cepetan Sasha, itu Daddy udah rapi lho. Jangan sampai nanti Daddy marah.""Iya, Mom, iya."Kaila mengembuskan napas lega ketika melihat Clarisa sudah membuka matanya dan mau turun dari ranjang menuju ke arah kamar mandi. Sekarang giliran menuju ke arah kamar Matheo.Tok. Tok. Tok."Mat, Mamat, buka pintunya, bangun sudah siang," teriak Kaila dari depan pintu. Tangan Kaila pun tak segan-segan terus menggedor pintu yang terkunci dari dalam.

    Last Updated : 2021-03-29
  • METAMORFOSAĀ Ā Ā KEINGAT MANTAN

    Matheo terus mengikuti Jelita menuju ke arah parkiran sekolah. Seharian ini moodnya benar-benar naik turun tidak jelas. Mana perintah dari mommy yang menyuruh Jelita ke rumah belum sempat ia sampaikan pula.“Kak Matheo.”Matheo langsung berhenti ketika melihat cewek bernama Shelka tengah memanggil dan tersenyum begitu manis ke arahnya. Mata Matheo pun tetap mengawasi pergerakan Jelita yang sudah berjalan jauh dengan Prita juga Siena.“Kak,” sapanya.“Ada apa?”“Aku nggak dijemput sama sopir, boleh nebeng nggak?” tanya Shelka sambil harap-harap cemas menunggu jawaban Matheo.“Hmm.”“Apa nih? Hmm itu tandanya boleh, ya?” tanya Shelka yang merasa girang sendiri.“Iya.”Shelka langsung tersenyum begitu lebar. “Makasih banyak, Kak.”“Hmm.”Matheo langsung berjalan b

    Last Updated : 2021-03-29

Latest chapter

  • METAMORFOSAĀ Ā Ā EPILOG

    Jelita, sahabatku.Terima kasih sudah menjadi sahabat gue selama ini. Terima kasih karena lo selalu ada di saat kondisi gue terpuruk, bahkan patah hati karena diputusin cewek untuk pertama kali. Lo benar-benar tak pernah lelah hibur gue, bahkan mencarikan cewek baru buat gue supaya cepat move on. Tapi ... dunia kadang lucu banget, ya, Ta. Gue malahan jatuh cinta sama lo saat ini. Kocak banget nggak, sih.Jelita tersenyum, pikirannya langsung melayang di mana kala Matheo galau karena diputusin cewek untuk pertama kali, lebih parahnya dia hanya pacaran seminggu aja. Bego.Tapi, lagi-lagi kisah percintaan gue nggak seindah acara FTV yang sering tayang itu, nggak pernah mulus. Entah diputusin, atau gue yang kayak bajingan nyakitin cewek. Tapi, ini lebih parahnya ditolak, sih.Lo tahukan siap

  • METAMORFOSAĀ Ā Ā BYE MASA SMA

    Beberapa bulan kemudian.Setelah melewati banyak drama sekolah yang dimulai dari bolos jam pelajaran, nggak mengerjakan PR, hingga digembleng untuk materi tambahan selama semester dua. Bahkan tak lupa banyak pelajaran hidup yang bisa diambil di dalamnya. Mulai suka sama teman nggak berani tembak, suka sama teman tapi yang disukai udah pacaran sama orang lain, bahkan sudah sama-sama dekat tapi nggak jadian, ada juga yang saling suka hingga jadian seminggu, sebulan, setahun doang habis itu putus. Tak hanya soal cinta saja yang kita dapat semasa SMA. Ada banyak hal yang kita dapat. Kita mengerti artinya persahabatan, saling memahami antara teman sekelas, sebangku bahkan satu sekolah. Masa SMA digunakan sebagai ajang pencarian jati diri bahkan sering sekali hal yang dilarang justru membuat rasa penasaran yang menggebu-gebu hingga terkadang terdapat rasa penyesalan di kemudian hari. Semua itu kita dapat saat masa SMA. Masa di mana semua orang mengan

  • METAMORFOSAĀ Ā Ā MASA PUTIH ABU-ABU

    Dua minggu kemudian.Waktu liburan sekolah telah usai, kini semua anak-anak siswa SMA Nusa Bangsa kembali ke aktifitas seperti biasa. Menerima pelajaran dari Bapak/Ibu guru seperti biasanya. Namun, berbeda untuk anak-anak kelas 12 yang menerima jam tambahan hingga membuat pulang sedikit sore.Suasana kelas 12IPA1 kini sangatlah kondusif. Semua siswanya benar-benar tengah memperhatikan materi dengan begitu serius.Apalagi materi kali ini membahas ulang materi kelas sepuluh dan sebelas.Waktu terus berjalan hingga tak terasa sudah sore hari. Kini tiba saatnya kelas 12 mengakhiri jam tambahan pelajaran. Suara sorak-sorak siswa sangat menggema di setiap kelas ketika bel dibunyikan.“Horeee ... akhirnya balik juga, kepala udah mau botak begini,” seru Rendi yang mendapat pelototan dari Pak Kartono.Pak Kartono sendiri hanya bisa menghela napas lelah, ia memperhatikan anak didiknya yang sebentar lagi akan m

  • METAMORFOSAĀ Ā Ā PENERIMAAN RAPOR

    Dua minggu kemudian.Satu minggu sudah siswa SMA Nusa Bangsa melakukan ulangan semester, ditambah waktu seminggu untuk remidial bagi siswa yang belum memenuhi nilai KKM. Dan, tepat hari ini pula semua orangtua/wali murid menerima hasil rapor atas pembelajaran anaknya selama satu semester.“Udah lama nggak ketemu, Jeng Kaila,” sapa Marinka.“Iya Jeng, lama saya tidak ke butik.”Kini Marinka dan Kaila justru mengobrol sendiri tentang kehidupan orang dewasa. Marinka sedikit bercerita tentang butiknya yang sedikit sepi. Tak lupa juga Marinka memiliki keniatan ingin pindah ke kampung halamannya—Yogyakarta.“Terus nanti Lita gimana sekolahnya?”“Palingan nunggu Lita lulus dulu, kemudian saya ingin pindah saja.”“Memangnya suami—““Saya sudah bercerai. Dia lebih memilih wanita lain dibanding saya sama Lita,” tuturnya. Ta

  • METAMORFOSAĀ Ā Ā BERDAMAI

    Kurang lebih dua puluh menitan Shelka dan Matheo duduk di kafe setelah persoalan mereka selesai. Kini Shelka langsung berdiri untuk bersiap-siap keluar kafe.“Mau ke mana?”“Kakak aku udah sampai, dia nunggu depan.”“Suruh masuk aja dulu, minum.”“Katanya langsung pulang aja, gitu.”“Yaudah, aku bayar dulu. Kamu tunggu.”Matheo langsung menuju ke arah kasir untuk membayar lemon tea yang sudah dipesan barusan. Selesai membayar mereka berdua langsung menuju keluar kafe. Lebih tepatnya Matheo mengantar Shelka untuk bertemu kakaknya itu.Matheo merasa tak asing dengan mobil yang dituju oleh Shelka, ia merasa familiar dengan mobil itu. Baru saja otaknya berpikir mengingat mobil di depannya, sang pemilik mobil keluar yang membuat keduanya sama-sama terkejut.“Mamat.”“Mas Shaqu.”“Kalian

  • METAMORFOSAĀ Ā Ā BERAKHIR

    Jelita menoleh sambil tersenyum begitu canggung. Matanya menatap ke arah empat cowok yang tengah berjalan mendekat.“Lo ngapain di sini, Ta?” tanya Rizal.“Gue—““Nguping lo, ya,” tuding Rendi tepat sasaran.“Ih, jangan nuduh sembarangan lo, Ren,” sangkal Jelita cepat.“Ta, tumben naik ke rooftop? Ada perlu apa?” tanya Bagus begitu lembut.Matheo hanya diam memperhatikan makhluk ciptaan Tuhan yang paling indah itu dengan sudut bibir terangkat sebelah. Kalau dipikir-pikir melihat Jelita gugup seperti ini sangat begitu lucu. Apalagi bibirnya yang tipis manyun ke depan bikin pikiran nakal Matheo meronta.Jelita langsung menyingkir ke samping saat Rizal berjalan menuju ke arah pintu. Matanya membola sempurna ketika melihat Rizal dengan gampang membuka pintu. Mulutnya melongo tanpa disadarinya.“Kenapa, Ta?” tanya Bagus.

  • METAMORFOSAĀ Ā Ā ULANGAN SEMESTER

    Pagi ini sekolah Nusa Bangsa tengah mengadakan ulangan semester. Semua siswa pun tengah fokus mengerjakan soal-soal ulangan dengan khusyuk. Guru pengawas terus memperhatikan gerak-gerik siswa yang mencurigakan.“Wawan, sedang apa kamu nengok ke belakang?”“Emm, ini Bu mau pinjam tip-ex.”“Yang ketahuan mencontek akan Ibu keluarkan dari kelas, dan sudah pasti akan langsung remidial.”Semuanya langsung menunduk menatap soal ulangan. Semuanya benar-benar nggak berani menoleh ke arah kanan kiri. Nasib nilainya yang menjadi taruhan nanti. Mereka semua nggak mau remidial yang kadang bikin pusing.Waktu terus berjalan hingga suara bel terdengar begitu nyaring yang mempertandakan kalau waktu mengerjakan ulangan telah usai. Mereka disuruh istirahat selama sepuluh menit yang kemudian dilanjut untuk mengerjakan ulangan berikutnya.“Sumpah sih mikir matematika bikin kepala mau bot

  • METAMORFOSAĀ Ā Ā NASIHAT ORANGTUA

    Setelah mengantar Shelka pulang ke rumah. Kini Matheo sudah berada di ruang kerja daddynya. Matheo tengah duduk di sofa sambil ditatap kedua orangtuanya. Ada gurat kecewa di mata keduanya. Matheo benar-benar menyesal tidak mendengarkan nasihat daddynya untuk fokus sekolah semasa SMA.“Daddy kecewa sama kamu, Matheo.”“Maaf, Dad.”“Daddy nggak tahu harus bilang apa sama kamu. Daddy juga nggak bisa mencegah perasaan kamu untuk jatuh cinta dengan siapa karena Daddy juga dulu seperti itu. Nggak ada bayangan untuk mencintai Mommy kamu ini. Karena dia buka tipe wanita Daddy, tapi entah kenapa hati Daddy dibuat jatuhcinta sama dia.”Kaila yang mendengar sanjungan dari suaminya langsung tersenyum malu-malu layaknya seorang ABG sedang kasmaran.“Setelah ini apa yang ingin kamu lakukan? Besok bukannya sudah ulangan semester?”“Pertama mau menegaskan kepada Shel

  • METAMORFOSAĀ Ā Ā TAMPARAN KERAS

    Kini Matheo terdiam seribu bahasa di depan orangtuanya. Entah kenapa sekarang urusan menjadi sangat rumit. Padahal ia masih SMA bukan orang dewasa yang akan nikah.Matheo menoleh ke arah Shelka dan Jelita bergantian. Dapat Matheo lihat kalau keduanya sama-sama habis menangis. Matheo benar-benar bingung sekali saat ini.“Masih mau diam saja?”“Enggak, Dad.”“Ya sudah cepat jelaskan.”Matheo meremas kedua tangannya, ia mengepal kuat untuk mengumpulkan keberanian berbicara di depan daddynya itu. Matheo menoleh kembali menatap ke arah Shelka yang sangat terlihat begitu rapuh.“Aku pacaran sama Shelka, Dad,” ucapnya lirih.“Lalu?”“Tapi, aku nggak mencintai dia,” katanya sembari menunduk merasa bersalah.Kaila yang mendengar langsung tampak terkejut, Clarisa sendiri tersenyum senang karena merasa menang, Melviano sendiri ha

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status