Awan yang bisa dibilang paling peka terhadap suara diantara mereka berempat pun langsung tahu, dari mana arah suara itu berasal.
“Di sana!” kata Awan sambil mulai melangkah ke depan, ke arah sumber suara.
“Eh?” Rosie kaget melihat Awan yang sudah berlari.
Cantigi dan Jhagad juga sudah mulai bergerak mengikuti Awan. Sedang Rosie masih tertinggal di belakang.
“Ros, ayo!” ajak Cantigi.
“Kalian yakin akan menuju ke sana? Kalau itu suara manusia berkepala serigala lagi bagaimana?” tanya Rosie khawatir sambil ikut berlari, mengikuti Awan dari belakang.
“Entahlah, yang penting kita tidak terpisah saja!” ucap Cantigi mantap sambil berlari.
Sekitar 500 meter berlari, Awan berhenti. Jhagad, Cantigi dan Rosie pun juga sampai di tempat Awan berdiri. Sementara Awan dan Jhagad berkeliling ke sekitar, mencar
Mendengar teriakan Rosie, Cantigi langsung reflek melihat ke belakang. DEG!Jantungnya seketika terhenti, sejenak. Wajahnya pias tatkala melihat seorang pendaki dengan mulut berlumuran darah, menatap nanar ke arahnya. Gigi pendaki itu tampak menggertak, matanya putih, dengan satu titik hitam kecil ditengahnya. Benar, saat itu, satu Mahluk Haus Darah berada tepat didepan Cantigi. Setelah keluar dari benteng tua, pendaki yang berubah menjadi Mahluk Haus Darah bebas berkeliaran, mencari mangsa di hampir seluruh area Hutan Terlarang. Alhasil, hanya dalam satu malam saja, puluhan bahkan ratusan pendaki lain yang tersesat di Hutan Terlarang kini menjadi korbannya, berubah menjadi Mahluk Haus Darah juga. Mungkin, kalau dihitung, jumlahnya pasti sudah lebih dari 100 orang sekarang. "LARI GI!!!" teriak Rosie.Entah mungkin karena saking terkejutnya, Cantigi hanya berdiri saja, masih tidak percaya dengan apa yang dilihat oleh matanya. Teriakan R
Seperti tidak perlu melihat ke arah Rosie menunjuk. Jhagad, Cantigi dan Awan hanya diam, menatap ke depan. Seakan akan, masing masing mereka juga melihat hal yang sama seperti yang Rosie lihat. Mahluk Haus Darah lain berkeliaran, menampakkan diri di segala penjuru, di sekitar mereka. "Gad!" ucap Cantigi dan Awan bersamaan."Aku tahu! Kau masih sanggup, Wan?" kata Jhagad."Satu, dua, tidak empat," ucap Awan pelan sambil menghitung Mahluk Haus Darah yang terlihat di depannya."Oi, oi, yang benar saja? Sebanyak itu?" tanya Jhagad meragukan perhitungan Awan."Di depanku ada dua!" kata Cantigi."Sebelah sini ada tiga!" ucap Rosie takut takut."Sial, di sini juga bertambah, sekarang terlihat ada tiga!" umpat Jhagad pelan.Sementara itu, Mahluk Haus Darah ada disekitar mereka tampaknya belum melihat keberadaan mereka berempat. Mahluk Haus Darah itu hanya berjalan jalan tanpa arah yang jelas. "Sepertinya mer
"Tidak ada pilihan lain kurasa. Hah.. Kau siap, Wan?" tanya Jhagad sambil mengepalkan tinjunya, bersiap menyerang. "Kapan pun!" jawab Awan mantap."Yosh, sementara kami berdua mengurus satu mahluk itu, kalian lari duluan, oke?" perintah Jhagad kepada Cantigi dan Rosie sambil melihat ke arah kiri. Dalam hitungan detik mereka berempat memilih jalur kiri, di mana ada satu Mahluk Haus Darah sudah berlari menuju mereka. Jhagad langsung saja berlari menuju Mahluk Haus Darah di depannya. Diikuti oleh Awan, Cantigi dan Rosie di belakangnya.BUKKKSatu tinju Jhagad sudah berhasil menghantam pipi Mahluk Haus Darah, membuatnya terpental ke samping kiri. Awan pun tidak mau kalah, kali ini ia menendang tubuh Mahluk Haus Darah itu, membuatnya mundur ke belakang beberapa langkah. SREEEEET...Seperti tidak terima dengan perlakuan Awan dan Jhagad, Mahluk Haus Darah itu, menatap nanar kemudian berlari sambil mengerang, menuju ke arah J
"Sial, tidak sempat!" umpat Awan sambil tetap berlari menuju tempag Rosie."Ros!!!" teriak Cantigi parau. Wusshh..Para kawanan serigala itu melompat, seperti terbang dengan buasnya. Namun, tidak disangka, kawanan serigala itu tidak menerkam Rosie tapi justru menerkam sesuatu yang pada waktu bersamaan melompat dari arah kanan dan kiri Rosie. BUK.... AAAARGGHHSerigala serigala itu berbenturan dengan tubuh Mahluk Haus Darah yang datang menyerang dari arah yang tidak terduga. Entah kenapa, serigala itu bukannya menyerang Rosie tapi justru menyerang Mahluk Haus Darah. 'Eh?' gumam Awan, Cantigi dan Jhagad tidak percaya melihat kelakuan dari serigala serigala itu.Satu Mahluk Haus Darah dilawan oleh dua serigala sekaligus. Satu serigala menggigit kaki, satu lagi menggigit tangan Mahluk Haus Darah. Ada juga serigala yang melompat, menerjang ke arah tubuh dari Mahluk Haus Darah. Sesekali Mahluk Haus Darah terlempar
"Menyingkir kau, Aaaaaargh!" teriak Jhagad sambil mencoba menjauhkan Mahluk Haus Darah yang menimpa tubuhnya. Jhagad sedang berusaha keras agar bisa segera membantu Cantigi. Tapi sayang, kekuatan Mahluk Haus Darah itu sungguh diluar nalar manusia. Mereka sungguh tidak merasakan sakit sedikitpun. Mungkin di kepalanya hanya menyerang saja."Siaaaal!" umpat Jhagad tidak berdaya karena tidak bisa segera membantu Cantigi yang sedang dalam bahaya.Sementara itu, Cantigi masih berusaha dengan keras menjauhkan kepala Mahluk Haus Darah yang menggigit lehernya. "Ros, kau bantulah Cantigi!" kata Awan sambil terus meladeni Mahluk Haus Darah yang menyerangnya.Rosie pun mengangguk kemudian berlari. Awan sesekali melirik ke arahnya, sambil bergumam 'hati hati!'Rosie akhirnya sampai di tempat Cantigi berada. Ia memberanikan diri menarik jaket Mahluk Haus Darah yang menyerang Cantigi. Sekuat tenaga ia menarik, tapi tetap tidak bisa mengubah b
Jhagad yang menggendong Cantigi, bersama Rosie dan Awan terus berlari meninggalkan area yang dipenuhi serigala dan Mahluk Haus Darah tadi. Mencari tempat yang aman untuk dijadikan sebagai tempat persembunyian.Sesekali samar samar masih terdengar suara erangan Mahluk Haus Darah bersahutan dengan erangan Serigala. Tanda pertarungan sengit diantara mereka sepertinya masih berlanjut.Baru sepeluh menit lari, Jhagad yang ada di posisi paling depan berhenti. Rosie dan Awan pun berhenti juga.Lagi lagi mereka berempat melihat Mahluk Haus Darah sedang berajalan tanpa arah yang jelas dari kejauhan. Namun, meski agak jauh tapi posisinya sungguh tidak menguntungkan mereka berempat. Salah salah, Mahluk Haus Darah itu bisa melihat keberadaan mereka dan mulai mengejar. Tentu itu bukan hal yang menguntungkan mereka."Kalian bersembunyilah dulu dibalik pohon, biar aku pancing mahluk itu ke arah lain!" bisik Awan pelan sekali. "Caranya?" bisik Rosie pel
Jhagad, Rosie, Awan dan Tegar masih menatap ke arah Cantigi. Menunggu penjelasan darinya. Setelah menunggu beberapa menit, Cantigi pun mulai bicara."Aku juga tidak tahu," kata Cantigi pelan.Tidak ada seorang pun yang memberikan respon berupa kata kata. Baik Rosie, Awan, Jhagad maupun Tegar hanya menatapnya prihatin saja."Saat terhanyut di sungai waktu itu, aku merasa seperti kejadian itu tidak asing. Dan entah kenapa aku langsung saja berteriak. Seperti aku pernah mengalaminya sebelumnya," ucap Cantigi mulai menjelaskan yang ia rasakan.Rosie, Awan, Jhagad dan Tegar masih mendengarkan. Memilih tidak memberikan respon kata kata."Dan saat melihat darah berlumuran di tangan tadi, aku juga merasakan hal yang sama. Bedanya, saat melihat darah itu aku seperti teringat sesuatu, sekelebat saja, tidak terlalu jelas, tapi entah kenapa aku mulai berteriak lalu tanpa sadar sudah pingsan," Cantigi berhenti sebentar. Rosie, Awan dan Tegar
"Entahlah, tapi yang jelas aku harus istirahat sebentar. Stamina harus dikembalikan dulu. Bisakah kau berjaga sebentar?" tanya Jhagad sambil bersandar ke dinding gua, mengistirahatkan tubuh yang sedari tadi tidak henti hentinya dipaksa melawan Mahluk Haus Darah."Istirahatlah!" Tegar mempersilahkan, sambil duduk, di tengah tengah, memperhatikan ke luar, berjaga.Kondisi dalam gua itu cukup gelap. Semacam kaca hitam tidak tembus pandang yang bisa melihat keluar, namun dari luar tidak bisa melihat ke dalam. Jadi, tempat ini cukup aman menyembunyikan keberadaan mereka dari Mahluk Haus Darah yang mungkin berkeliaran di luar gua.Sementara itu, Awan diam diam memperhatikan Tegar. 'Bagaimana mungkin, bajunya masih cukup bersih. Jauh sekali dengan baju kami yang berlumuran darah?' gumam Awan dalam hati. "Kau juga boleh istirahat, Wan!" kata Tegar, seperti mengetahui bahwa Awan diam diam memperhatikannya.'Siapa sebenarnya orang ini?' sekali lag