***
Seorang siswi SMA berseragam rapi dengan topi dikepalanya tengah berdiam diri diluar Gedung U. S.
Hanya bermodalkan ponsel lama dan dua lembar uang kertas gadis itu telah sampai dilokasi kekasihnya berada. Tak banyak yang tahu bagaimana Arin El Luis bisa sampai ketempat seramai ini ."Wow..Gedung ini sangat besar!! "
Kedua mata merahnya nampak berbinar ketika ia baru saja melihat bangunan super luas nan megah dihadapannya.
Beberapa mahasiswi yang lalu lalang di tepian jalan nampak mencurigai kedatangan siswi SMA yang sejak tadi bergumam sendirian.
"Astaga! Apakah ini tempat yang sering kali Arza bicarakan kepadaku? "ucapnya dengan decak kagum.
Arin mengangkat bahu lalu meletakkan kedua tangannya di pinggang kecilnya.
"Arza. Tempat ini sangat keren!! "
Dan tak lama seorang pria tua berseragam putih dengan kumis yang tebal berjalan mendekati Arin yang se
#selamat tinggal Anya Rani semoga kau tenang dialam sana.
Dengan kecepatan 80 km/jam, mobil keluaran baru bercorak hitam melaju dengan cukup kencang. Mungkin karena jalanan yang sedikit renggang dari biasanya pengemudi itu terus saja menaikkan kecepatan mobilnya tanpa memperdulikan keselamatan pengendara lain. "Yuta.. Hentikan ..Tolong hentikan Yuta! Kumohon! " teriak Arin sambil memengangi salah satu lengan kekasihnya dengan cukup kuat. (Namun pria itu tak merespons perkataan Arin yang sejak tadi duduk disebelahnya ) " Iya aku salah.. Aku memang bodoh tak menuruti perintahmu!! " "Tapi, bukankah kau sendirilah yang menyuruhku untuk datang kesana. Yuta!" bentaknya dengan keras. Seketika Yuta langsung menoleh ke wajah Arin yang sedang meringkuk ketakutan,sampai-sampai kedua matanya masih tak percaya dengan bualan bodoh yang baru saja dilontarkan dari bibir tipisnya.Beginikah cara siswi SMA untuk menutupi kesalahannya! Dengan kesal Yut
Sebelumnya :Remaja bertubuh kurus dengan kulit pucat berjalan masuk menuju kesebuah ruangan kosong tak berpenghuni,dengan perasaan murung dan cemas Ghali terus saja menatap lurus kearah bingkai foto yang tertata rapi diatas meja.Dengan ukuran 12,7 X 17,8 cm atau setara dengan 5,7 inchi. Hasil jepretan foto keluarga lima tahun yang lalu telah mengingatkan Ghali tentang sesosok wanita yang selalu menyayanginya."Ibu! " ucapnya.Ghali Hasun terus saja mendekap bingkai foto itu dengan bergelinang air mata, wajahnya yang memucat serta kelopak matan yang sembab telah memperlihatkan betapa depresinya remaja itu saat kehilangan ibunya....................................................................Ditahun 1995.Seorang desainer ternama Tara Hasun dikabarkan tewas gantung diri di ruang pribadinya.Menurut informasi yang beredar Ny. Tara sempat mengalami gangguan mental akibat perselingkuhan yang dilakukan oleh suaminya.
Rahasia yang belum sempat terungkap :Sebelum menikah dengan Miko El Luis.Mira Vena telah memiliki dua anak kembar dari hubungan asmaranya dengan sesosok pria misterius.Hingga sebuah kejadian tak terduga baru saja menimpa mereka berdua. Mira yang sangat takut dan khawatir akan keselamatan kedua buah hatinya memutuskan untuk kabur dan memilih meninggalkan lelaki itu sendirian.Dan karena kebaikan MAMA, seorang pria berambut hitam datang menolong wanita malang ini bahkan ia juga berencana untukuntuk merawat salah satu bayi laki-lakinya (Ghali) seperti anak kandungnya sendiri.Satu tahun kemudian Miko El Luis dan Mira Vena memutuskan untuk menikah, namun dalam pernikahan mereka sampai saat ini tidak dikaruniai seorang anak. Meski begitu, Miko sangat menyayangi anak tirinya (Arin El Luis) dan anak angkatnya (Arza El Luis).
Setelah peristiwa naas yang hampir merenggut nyawanya, kini perlahan-lahan kehidupan remaja berusia 15 tahun ini sedikit mengalami perubahan, apalagi sejak kedatangan Arin di kediamannya membuat Ghali tak merasa sendiri lagi.Bahkan ia merasa nyaman jika berada disamping gadis itu. Kemudian tanpa ragu Ghali memberikan sepotong kue coklat kearah Arin yang saat ini sedang membaca serial komik favoritnya.Gadis itu membulatkan kedua matanya dengan sedikit kebingungan. "Untukku?"Remaja itu terus tersenyum namun tak memberikan sedikit jawaban atas pertanyaan yang barusan Arin katakan kepadanya."Baiklah."Lalu ia mulai membuka mulutnya dan mulai mencicipi sedikit demi sedikit kue yang sengaja Ghali berikan khusus untuknya."Emm... Enak, terima kasih!" ucap Arin sambil terus mengunyah."B-benarkah?""Kau tak percaya!?"Kemudian Arin segera mengambil potongan kecil kue ,lalu memasukannya secara paksa kedalam mulut Gha
Pukul 20.00Didalam kamarGadis itu mulai merebahkan dirinya diatas ranjang yang cukup empuk sembari memikirkan kejadian memalukan saat pria asing berlari kearahnya dan memeluk tubuhnya dengan cukup hangat (begitu tenang dan nyaman)Dengan cukup gelisah disertai rasa penasaran, gadis itu mencoba mengingat-ingat kembali tentang masa lalunya. 'Mungkin saja ia bisa menemukan sedikit jawaban mengenai pria berambut mangkuk dengan tinggi sekitar 5,28 kaki itu.'"Aaah... Sial! Kenapa aku tidak bisa mengingatnya!?" Arin mengusap-usap rambut dan berulangkali memukul kepalanya.Sementara itu pria berambut pirang yang sedari tadi berada disampingnya, berusaha sekuat tenagal memegangi lengan Arin.Kini Arza yang cukup cemas mencoba memanggil-manggil nama gadis itu. "Arin! Arin! Sadarlah! "berteriak."Hah...!! "Dalam ingatan Arin: ada begitu banyak fragmen memori acak yang membuat kesadarannya mulai terganggu.
350 Tahun Sesudah Era BaruSonut, 14 Juli 235015.00. "Rupanya kamu disini, Ans! " "... " Menganggukkan kepala. "Apa kau tidak dengar waktu ayah panggil tadi? " ucap Mr. Johni. "Aku dengar! tapi buku ini sangat seru untuk kubaca.Ayah! " Mr. Johni Oreda seorang warga sipil yang mencoba memahami kondisi anak tunggalnya. Ans Oreda atau biasa dikenal dengan Ans adalah seorang anak remaja laki-laki yang genap berusia 16 tahun dan masih menginjak dibangku 2 SMA sedang menggemari hobi barunya. "Membaca memang sangat bagus untukmu Ans,tapi itu tak akan baik jika dilakukan secara berlebihan! " ucap Mr. Johni. Beberapa hari setelah pembongkaran gedung tua Ans dan ayahnya baru saja menemukan sebuah buku tua usang dengan beberapa lembar yang robek. Kini Ans putranya telah menjadi sesosok yang pendiam dan acuh kepada orang tua dan shabat dekatnya.
Kehidupan Sang Tokoh Utama. Sonut,14 September 2000 Pukul : 00.15 Di musim panas tahun kedua Sekolah Menengah Atas, namaku Arin El Luis atau biasa dikenal dengan nama Arin Simerah adalah seorang gadis yang tidak terlalu pintar, ceroboh dan sering menghabiskan waktunya hanya untuk tidur dikelas. Sampai-sampai ia harus mendapat peringkat terakhir di segala bidang mata pelajaran. Tidak.. Bukan berarti aku anak paling bodoh yang suka bermalas-malasan dalam belajar, hanya saja?! Plakkk.... Ibuku yang menderita gangguan mental sering kali memaksaku untuk menjadikannya sebagai kelinci percobaan ataupun sebuah samsak hidup saat tengah malam tiba. Sungguh, aku tak mengerti mengapa ibu begitu terobsesi dengan tubuh anaknya ini,bahkan diusiaku yang baru menginjak 15 tahun wanita itu terus saja memukulku tanpa henti. Aku ingat ketika beliau berusia 29 tahun ia sangat
"Arin,pipimu bengkak!" "Ah...Benarkah?" Dengan cepat aku segera menutupi beberapa luka lebam dengan telapak tanganku. Aku tak menyangka bahwa luka yang aku dapatkan semalam benar-benar fatal ,tak hanya pukulan dan tamparan yang aku terima namun tendangan keras dari kakinya membuat rahang kananku sedikit bergeser hingga menimbulkan warna keunguan. 'Fuh..Beruntung ayah datang menolongku' Kalau saja pria berjas hitam tak cepat menghentikan pertikaian kami ,mungkin saja dia akan melihat tubuh putrinya terbaring kaku didalam dipeti mati. "Ahh...Bukan apa-apa,,hanya gigitan serangga!"(sambil menyilangkan jari) Dengan bodohnya aku mengkambing hitamkan hewan yang tak berdosa hanya untuk mengecoh remaja ini. 'Bodoh Arin' gumamku.Bagaimana mungkin seekor nyamuk mampu memberikan luka besar diseluruh tubuhku kalau saja ada mungkin hewan-hewan ini telah bermutasi ribuan tahun dengan sempurna(misalnya : Giant Mo
Pukul 20.00Didalam kamarGadis itu mulai merebahkan dirinya diatas ranjang yang cukup empuk sembari memikirkan kejadian memalukan saat pria asing berlari kearahnya dan memeluk tubuhnya dengan cukup hangat (begitu tenang dan nyaman)Dengan cukup gelisah disertai rasa penasaran, gadis itu mencoba mengingat-ingat kembali tentang masa lalunya. 'Mungkin saja ia bisa menemukan sedikit jawaban mengenai pria berambut mangkuk dengan tinggi sekitar 5,28 kaki itu.'"Aaah... Sial! Kenapa aku tidak bisa mengingatnya!?" Arin mengusap-usap rambut dan berulangkali memukul kepalanya.Sementara itu pria berambut pirang yang sedari tadi berada disampingnya, berusaha sekuat tenagal memegangi lengan Arin.Kini Arza yang cukup cemas mencoba memanggil-manggil nama gadis itu. "Arin! Arin! Sadarlah! "berteriak."Hah...!! "Dalam ingatan Arin: ada begitu banyak fragmen memori acak yang membuat kesadarannya mulai terganggu.
Setelah peristiwa naas yang hampir merenggut nyawanya, kini perlahan-lahan kehidupan remaja berusia 15 tahun ini sedikit mengalami perubahan, apalagi sejak kedatangan Arin di kediamannya membuat Ghali tak merasa sendiri lagi.Bahkan ia merasa nyaman jika berada disamping gadis itu. Kemudian tanpa ragu Ghali memberikan sepotong kue coklat kearah Arin yang saat ini sedang membaca serial komik favoritnya.Gadis itu membulatkan kedua matanya dengan sedikit kebingungan. "Untukku?"Remaja itu terus tersenyum namun tak memberikan sedikit jawaban atas pertanyaan yang barusan Arin katakan kepadanya."Baiklah."Lalu ia mulai membuka mulutnya dan mulai mencicipi sedikit demi sedikit kue yang sengaja Ghali berikan khusus untuknya."Emm... Enak, terima kasih!" ucap Arin sambil terus mengunyah."B-benarkah?""Kau tak percaya!?"Kemudian Arin segera mengambil potongan kecil kue ,lalu memasukannya secara paksa kedalam mulut Gha
Rahasia yang belum sempat terungkap :Sebelum menikah dengan Miko El Luis.Mira Vena telah memiliki dua anak kembar dari hubungan asmaranya dengan sesosok pria misterius.Hingga sebuah kejadian tak terduga baru saja menimpa mereka berdua. Mira yang sangat takut dan khawatir akan keselamatan kedua buah hatinya memutuskan untuk kabur dan memilih meninggalkan lelaki itu sendirian.Dan karena kebaikan MAMA, seorang pria berambut hitam datang menolong wanita malang ini bahkan ia juga berencana untukuntuk merawat salah satu bayi laki-lakinya (Ghali) seperti anak kandungnya sendiri.Satu tahun kemudian Miko El Luis dan Mira Vena memutuskan untuk menikah, namun dalam pernikahan mereka sampai saat ini tidak dikaruniai seorang anak. Meski begitu, Miko sangat menyayangi anak tirinya (Arin El Luis) dan anak angkatnya (Arza El Luis).
Sebelumnya :Remaja bertubuh kurus dengan kulit pucat berjalan masuk menuju kesebuah ruangan kosong tak berpenghuni,dengan perasaan murung dan cemas Ghali terus saja menatap lurus kearah bingkai foto yang tertata rapi diatas meja.Dengan ukuran 12,7 X 17,8 cm atau setara dengan 5,7 inchi. Hasil jepretan foto keluarga lima tahun yang lalu telah mengingatkan Ghali tentang sesosok wanita yang selalu menyayanginya."Ibu! " ucapnya.Ghali Hasun terus saja mendekap bingkai foto itu dengan bergelinang air mata, wajahnya yang memucat serta kelopak matan yang sembab telah memperlihatkan betapa depresinya remaja itu saat kehilangan ibunya....................................................................Ditahun 1995.Seorang desainer ternama Tara Hasun dikabarkan tewas gantung diri di ruang pribadinya.Menurut informasi yang beredar Ny. Tara sempat mengalami gangguan mental akibat perselingkuhan yang dilakukan oleh suaminya.
Dengan kecepatan 80 km/jam, mobil keluaran baru bercorak hitam melaju dengan cukup kencang. Mungkin karena jalanan yang sedikit renggang dari biasanya pengemudi itu terus saja menaikkan kecepatan mobilnya tanpa memperdulikan keselamatan pengendara lain. "Yuta.. Hentikan ..Tolong hentikan Yuta! Kumohon! " teriak Arin sambil memengangi salah satu lengan kekasihnya dengan cukup kuat. (Namun pria itu tak merespons perkataan Arin yang sejak tadi duduk disebelahnya ) " Iya aku salah.. Aku memang bodoh tak menuruti perintahmu!! " "Tapi, bukankah kau sendirilah yang menyuruhku untuk datang kesana. Yuta!" bentaknya dengan keras. Seketika Yuta langsung menoleh ke wajah Arin yang sedang meringkuk ketakutan,sampai-sampai kedua matanya masih tak percaya dengan bualan bodoh yang baru saja dilontarkan dari bibir tipisnya.Beginikah cara siswi SMA untuk menutupi kesalahannya! Dengan kesal Yut
*** Seorang siswi SMA berseragam rapi dengan topi dikepalanya tengah berdiam diri diluar Gedung U. S.Hanya bermodalkan ponsel lama dan dua lembar uang kertas gadis itu telah sampai dilokasi kekasihnya berada. Tak banyak yang tahu bagaimana Arin El Luis bisa sampai ketempat seramai ini . "Wow..Gedung ini sangat besar!! " Kedua mata merahnya nampak berbinar ketika ia baru saja melihat bangunan super luas nan megah dihadapannya. Beberapa mahasiswi yang lalu lalang di tepian jalan nampak mencurigai kedatangan siswi SMA yang sejak tadi bergumam sendirian. "Astaga! Apakah ini tempat yang sering kali Arza bicarakan kepadaku? "ucapnya dengan decak kagum. Arin mengangkat bahu lalu meletakkan kedua tangannya di pinggang kecilnya. "Arza. Tempat ini sangat keren!! " Dan tak lama seorang pria tua berseragam putih dengan kumis yang tebal berjalan mendekati Arin yang se
Universitas Sonut. 15 September 2000 Pukul 15.05Kota Sonut" Huh, menyebalkan! "Dengan wajah murung Yuta terus saja memukul-mukul bangku yang ia tempati lalu bibirnya terus bergumam dengan harapan ia bisa meluapkan emosinya."Dasar... " Ucap Yuta sekali lagi.Dafal Aknots pria berkacamata dengan jaket hitam yang sedang duduk disebelahnya,nampak serius memperhatikan tingkah konyol temannya."Oi. Yuta! Sepertinya tekanan darahmu terus meningkat , apa bibi Desi sengaja menuangkan banyak garam disarapanmu?"Yuta menatap Dafal dengan cukup tajam. Lalu mengatakan kalimat kasar kearahnya "Brengsek! ""Hahaha... Sepertinya kau ini tidak bisa diajak bercanda!!""Baiklah! Apakah sang tuan put
Pukul 22.30Gedung U.S Gelap, sunyi dan sepi suasana hiruk pikuk terus membayang-bayangi seisi bangunan yang kini tak berpenghuni Universitas Sonut (U. S). Suara canda gurau dan beberapa langkah kaki dipagi dan siang hari kini nampak tak terdengar kembali setelah kemunculan awan gelap yang menandakan hari sudah malam. Hembusan angin yang berkeliaran kesana-kemari sesekali mengikuti pergerakan pemuda berhoodie hitam yang berjalan lurus menuju lantai atas. Tak ada orang ataupun makhluk lain yang bisa mencegah tekatnya yang sangat kuat. Bahkan bayangan hitam yang sejak tadi mengikuti pria itu berusaha mencoba mencegahnya namun gagal. Sekerumunan hewan nokturnal yang sedang mencari makan dikejutkan dengan kemunculan manusia yang berjalan lurus melewati kawanannya. 'Apa yang dia lakukan dimalam seperti ini!' seekor cicak menatap dari arah berlawanan. [ "Kau ingin An
Seketika Jimmi berteriak keras "Akkkhh..Kenapa? Kenapa?" dua telapak tangan yang seharusnya dia gunakan untuk mematahkan tulang dan sel jaringan, tiba-tiba saja tak bisa ia gunakan lagi bahkan untuk mencekik leher Lusi sepertinya mustahil untuk dilakukan. Air matanya mulai menetes membasahi dikedua pipinya."Kenapa aku tidak bisa melakukannya? Sial kau MAMA! Kenapa kau menghukumku seperti ini!" keluh Jimmi sambil mengacungkan jari telunjuknya ke atas. Tubuhnya yang kuat dan tinggi seketika lumpuh tak berdaya bahkan tidak bisa lagi menopang keseimbangannya. Dan dalam hitungan detik Jimmi jatuh tertelungkup di mengenai ubin lantai yang rusak dan berdebu. Lusi yang melihatnya merasa kasihan dengan ketidakberdayaan yang dialaminya, gadis itu segera menghampiri senior yang malang itu dan mengusap bahunya yang lebar. Jimmi berkata "Dia menghancurkan hidupku! " sambil mengarahkan tatapannya ke wajah Lusi. "Kalau saja aku tidak membantunya