Beranda / Romansa / MENOLAK UNTUK RUJUK / Surat Gugatan Cerai

Share

Surat Gugatan Cerai

Penulis: Puspita
last update Terakhir Diperbarui: 2021-10-30 08:31:51

Aku tertawa setelah melihat semua video yang telah dikirim oleh wanita sun-dal itu.

Menertawakan kebodohan yang selama ini kujalani. Aku telah tertipu dengan sikap manis Mas Anwar. Sungguh ib-lis tetaplah ib-lis, tak kan pernah berubah menjadi malaikat.

Bagaimana pun aku berusaha untuk membantunya pulih, tak akan pernah berhasil kalau dia sendiri masih berhubungan dengan partnernya. Sungguh aku benar-benar merasa bodoh!

Lama diri ini merenung, memikirkan nasib diri ini. Apa salahku, Tuhan? Ibu selalu bilang kalau aku adalah anak yang manis juga baik dan kata Bapak tak ada anak yang patuh selain aku. Lalu apa salahku, Tuhan? 

Aku sudah tak bisa membendungnya lagi, tetes demi tetes butiran bening ini mulai membasahi pipi, kubiarkan saja. Biarlah, biarlah beban ini ikut luntur bersama dengan air mata. Semua rasa ini berkecamuk dalam dada, terasa sesak sehingga sulit untuk bernafas. Terbuat dari apa hati lelaki yang telah menghalalkanku itu? Sehingga dia

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Veronika Tandi Angga
wanita yg pintar......bagus sekali cara membls ke suami yg semena mena......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • MENOLAK UNTUK RUJUK   Jebakan Anwar yang Menjijikkan

    Waktu berjalan sangat lambat, itulah yang sedang kurasakan saat ini, hanya bisa mondar-mandir dalam rumah dengan rasa cemas menunggu kedatangan Mas Anwar.Menebak-nebak, kira-kira apa dan bagaimana sikapnya nanti ketika sampai di rumah, setelah dia menerima surat gugatan cerai itu.Senja sudah berlalu, digantikan oleh malam. Namun, lelaki yang pernah menghalalkan diriku itu masih belum juga datang. 'Kemana Mas Anwar' itulah yang saat ini memenuhi pikiranku, karena lelaki yang akan menjadi mantan itu belum juga nampak batang hidungnya.Bintang pun sudah terlelap di ranjangnya, balita itu kelihatan nampak tertidur pulas. Sementara aku masih saja terus mondar-mandir tak jelas, bahkan hampir stress memikirkannya.Aku bergegas keluar kamar saat terdengar pintu depan dibuka, baru saja diri ini melangkah sampai di ambang pintu, tiba-tiba ada yang membekap mulutku. Spontan aku berontak, menendang dan meronta agar bisa terlepas. Namun, us

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-03
  • MENOLAK UNTUK RUJUK   Pov Anwar

    Emosi seketika memenuhi hati ini, setelah aku menerima surat dari kantor pengadilan, surat yang tak pernah sedikitpun melintas di dalam pikiran. Bagaimana bisa dan kenapa tiba-tiba Rina mengajukan gugatan cerai."Hah!" Aku melempar semua benda yang ada di mejaku untuk menyalurkan amarah.Aku masih tak habis pikir dengan semua ini. Bukankah sikapku sudah berubah, tak lagi menyakitinya. Bahkan aku hampir bisa menguasai emosi saat berhubungan badan dengannya, tapi apa ini?!Kulempar surat gugatan itu, tepat ketika Lisa masuk ke ruangan ini. Wanita kesayanganku itu mengambil kertas yang berserakan di lantai, menyusunnya kemudian mulai membaca."Kabulkan saja, Dear, tapi berikan dia pelajaran dulu," katanya sambil mengedipkan sebelah matanya.Lisa berjalan mendekati, kedua tangannya merangkul leherku. "Aku ada ide," katanya lagi sambil membisikkan sesuatu di telinga ini.Aku tersenyum mendengar idenya, tanpa menunggu lagi kuraih pinggang ra

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-03
  • MENOLAK UNTUK RUJUK   Chat untuk keluarga mantan

    Aku menangis tergugu di depan rumah orang tuaku sendiri, masih berlutut di tempat yang sama, ketika aku datang tadi.Aku mendongak saat mendengar pintu rumah terbuka, ada sedikit rasa senang di hati ini, hampir saja bibir ini tersenyum. Namun, sesuatu yang tak terduga terjadi, seluruh tubuhku basah, karena tersiram oleh air yang dibawa oleh bapak."Cepat pergi dari rumahku! Jangan kamu kotori halaman rumah ini dengan dosa-dosa yang melekat di tubuhmu!" Bapak mengusirku lagi anak kandungnya sendiri. Lelaki cinta pertamaku itu benar-benar telah termakan oleh kebohongan mas Anwar.Diriku seperti orang yang benar-benar hina, seolah tubuh ini adalah barang yang sangat najis, sehingga bapak, orang yang telah mengukir jiwa ragaku tega memperlakukan hal seperti itu."Pergi!" Kali ini bapak berteriak sambil melempar ember padaku. Sakit akibat terkena lemparan ember tak sebanding dengan sakit hati yang kurasakan.Tetangga sekitar sudah banyak yang keluar rum

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-04
  • MENOLAK UNTUK RUJUK   Kedatangan Mantan Mertua

    Sudah hampir setahun aku berada di kota kecil ini dan selama itu pula masih terus belajar menata hati dan hidupku, sungguh suatu keberuntungan bisa tinggal di lingkungan yang dikelilingi dengan orang-orang baik.Karena kedekatan diantara kami, para warga meminta agar aku membantu mengajar di sebuah taman kanak-kanak yang ada di kampung ini, karena mereka masih kekurangan tenaga pengajar dan dengan senang hati aku menerima tawaran itu. Sementara siang sampai sore hari aku menerima jasa les untuk anak sekolah dasar. Syukurlah mereka dan para orang tua merasa puas dengan hasil didikan dariku.Sedikit demi sedikit aku juga mulai belajar lagi tentang agama. Hal yang terlupakan selama berumah tangga dengan Mas Anwar. Adalah Pak Imron dan Bu Dewi pasangan suami-istri yang sangat berjasa dalam hidupku. Mereka lah yang selalu menuntun den

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-25
  • MENOLAK UNTUK RUJUK   Monalisa

    "Kita harus secepatnya menikah, Lis. Kalau kamu tidak mau, aku akan mencari wanita lain," katanya seusai kami melakukan aktivitas yang sangat menggairahkan. Kembali Anwar mengungkit tentang pernikahan, sebuah pembahasan yang selalu membuatku jengah.Saat ini lelaki itu sedang duduk di sofa, sepertinya dia sangat kelelahan setelah menuntaskan hasratnya. Aku yang sedang berdiri di depan meja pantry, hanya menatapnya sendu. Dia lelakiku, pujaan hatiku, kini telah dilanda dilema karena tuntutan untuk segera menikah oleh orang tuanya."Kenapa harus menikah sih, Dear? Bukankah begini lebih asyik? Kita bisa saling mencintai tanpa harus terikat satu sama lain," ujarku sambil mendekatinya, memberikan segelas jus jeruk."Papa dan Mama, mereka selalu mendesak agar aku lekas menikah, Lisa. Usiaku sudah 30 tahun, jadi ... kamu mau kan menikah denganku?" tanyanya sekaligus sebuah permintaan yang sangat sulit untuk terkabulkan. Dia mener

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-25
  • MENOLAK UNTUK RUJUK   Sebuah Siasat

    Setelah cukup lama berbincang, Papa Haris dan Mama Ana akhirnya berpamitan. Mereka berjanji akan sering-sering datang ke sini untuk menengok Bintang. Sebenarnya mereka sangat berat jika harus berpisah dengan cucunya ini. Namun, mereka tidak mau egois, Mama Ana paham kalau Bintang lebih membutuhkanku, ibunya.Mereka juga menawarkan agar Mbak Sari—baby sitter—yang selama ini mengasuh Bintang, untuk tinggal di sini. Namun, dengan sopan aku menolaknya."Semua akan baik-baik saja, Ma. InsyaAllah aku bisa merawat Bintang dengan baik. Terima kasih atas segala perhatianmu." Mama Ana menatapku kemudian tersenyum lembut sambil mengangguk."Aku percaya padamu, Rin. Seharusnya dari dulu kami melakukan ini, maaf," ucapnya. Aku pun hanya tersenyum menanggapi ucapanya.Sebelum mereka beranjak keluar rumah, Mama Ana memberikan sebuah amplop yang cukup tebal padaku, kembali dengan sopan aku menolaknya.

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-27
  • MENOLAK UNTUK RUJUK   Dia Kembali

    Ayo! Lekas padamkan apinya!" Teriakan itu terdengar diantara riuh suara orang-orang yang ada di sini, mereka bersorak kegirangan menyaksikan si jago merah yang sedang mengamuk membakar apa saja yang disentuhnya."Padamkan apinya!" Kembali suara itu terdengar. Seorang lelaki berhasil menembus kerumunan, samar-samar terlihat dia tengah membawa ember dan menyiramkan air pada api yang berkobar semakin besar.Beberapa warga yang menyaksikan lelaki itu tergerak ikut membantu. Mereka berlarian berhamburan mencari apa saja untuk mengambil air.Aku tidak begitu jelas melihat siapa lelaki itu, pandangan ini kabur tertutup oleh air mata. Seseorang telah memapah diri ini, hanya bisa pasrah kerena tubuh terasa lemas tak berdaya.Dengan tertatih aku terus melangkah sambil mendekap Bintangku, meninggalkan rumah yang ebtah bagaimana bentuknya. Dengan tegas aku menolak saat seseorang mencoba membatu dengan mengambil alih B

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-27
  • MENOLAK UNTUK RUJUK   Bertemu dengan Anwar

    "Mungkin dia kangen denganku, Rin." Tanpa melihatnya, aku bahkan bisa tahu siapa pemilik suara itu. Seketika emosi menguasai hati ini. Berkali-kali aku mengucapkan istighfar, agar bisa mengendalikan diri. Jangan sampai aku kehilangan kendali, melupakan tentang sopan santun kepada orang lain.Aku masih menggendong Bintangku, tanpa sadar diri ini begitu erat mendekapnya, hingga balita itu meronta karena merasa kurang nyaman."Bagaimana pun juga aku adalah papanya, jadi wajar kalau dia merindukanku. Jadi berikan juniorku padaku." Dengan percaya diri lelaki itu menyebut dirinya papa. Aku sungguh tak bisa menahan lagi, ingin sekali melakukan apa yang seharusnya kulakukan sejak dulu.Lelaki yang pernah menjadi suamiku itu memegangi pipinya yang berwarna merah dan bergambar dengan lima jari sempurna, dia sedikit menggeram setelah tamparan yang cukup keras sudah kuhadiakan untuknya. Pemilik pipi itu nam

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-15

Bab terbaru

  • MENOLAK UNTUK RUJUK   Ending

    Hari ini jadwalnya Khoir terapi, kubawa dia pergi ke tempat di mana dulu Bintang berobat. Sudah hampir setahun suamiku ini menjalani terapi di sini, Alhamdulillah hasilnya cukup memuaskan. Sedikit demi sedikit dia sudah bisa berjalan tanpa menggunakan struk.Saat kami sampai, ada sebuah mobilsedang terparkir di depan rumah dan kami sudah tahu siapa pemiliknya."Malas aku kalau Papa Anwar ke sini." Bintang mengeluh karena melihat siapa yang datang."Bintang gak boleh begitu, sama orang tua harus sopan ya, Nak," kata Khoir."Tapi, Yah. Bintang gak suka, dia suka ganggu Bunda," sahutnya sewot."Mangkanya tugas kamu untuk menjaga, Bunda." Khoir menjawab sambil mengelus rambut ikal Bintang.Khoir menatapku sekilas, entah apa yang dipikirkannya. Sepertinya ada sorot kekecewaan di matanya.Bintang lebih dulu turun dan langsung menghampiri papanya. Ba

  • MENOLAK UNTUK RUJUK   Selalu ada cobaan

    "Mas, kenapa ada begitu banyak polisi di depan rumah?" tanyaku keheranan."Aku juga gak tahu, Dek. Semoga saja tidak terjadi sesuatu. Selama kita tidak merasa melakukan kesalahan, kamu gak usah khawatir, ya," sahutnya menenangkanku.Meskipun Khoir sudah memenangkan diri ini. Namun, masih saja ada perasaan takut, mengingat semua yang pernah kualami dulu.Aku bisa bernapas lega, setelah Khoir berbasa-basi, ternyata para polisi itu sedang menyelidiki kasus pencurian dan yang menjadi tersangka adalah putra tetanggaku. Astaghfirullah ...Lekas aku memohon perlindungan pada Yang Maha Berkehendak, semoga Allah menghendaki anak-anakku dengan akhlak yang terpuji."Ya Allah.. Berikan kebaikan yang banyak pada anak-anakku, jagalah mereka dan jangan kau celakakan mereka. Karuniakanlah kami ketaatan mereka..” Aamiin.Kejadian yang menimpa anak tetangga membuatku sedikit khawatir

  • MENOLAK UNTUK RUJUK   Duka Adam dan Hawa 2(maafkan kami)

    Hari masih pagi bahkan butiran embun masih bergelayut manja di kelopak bunga mawar. Setelah berkutat di dapur, aku sudah bersiap dengan sekeranjang pakaian kotor. Jangan ditanya di mana Khoir, ah suamiku itu sedang melantukan Kalamullah. Ada rasa damai jika aku mendengar suara merdunya saat membacanya."Sin, kubantu, Dek." Lelakiku ini sudah ada di sampingku. Alhamdulillah semoga panjang umur, baru saja diomongin udah muncul aja orangnya, tak ayal membuatku tersenyum."Loh, kok malah senyam-senyum ada apa sih?" tanyanya sok curiga, kembali aku tersenyum."Oh iya, Mas. Nanti jadi sowan ke Pak Kyai?" Aku balik bertanya sambil memasukkan pakaian kotor ke dalam mesin cuci."Gak bisa nanti, Dek. Tadi aku coba menghubungi beliau, tapi nomernya gak aktif. Akhirnya kuhubungi Kak Mujib, dia bilang kalau Pak Kyai sedang berada di luar kota," katanya menjelaskan.

  • MENOLAK UNTUK RUJUK   Duka Adam dan Hawa

    "Dek!" Khoir masuk disusul oleh Hawa, bersamaan dengan Bintang yang menangis keluar dari kamar.Kami saling menatap, Khoir seolah meminta penjelasan padaku dan aku bingung bagaimana harus mengatakannya.*****Ketiga bocah itu duduk di bangku belakang kemudi, seolah mengerti kalau semua sedang tidak baik-baik saja, mereka semua bungkam termasuk Bintang. Balita yang biasanya riang itu ikut diam melihat saudara sepupunya yang juga bungkam.Begitu juga dengan kami yang sibuk dengan pikiran masing-masing.Menanyakan kepada Sang Maha Kuasa mengapa semua ini terjadi? Seolah diri ini adalah hamba yang tak beriman, karena masih meragukan takdirNya.Sesekali aku mengusap air mata yang menetes setiap kali berkedip. Tak bisa membayangkan bagaimana kehidupan mereka setelah semuanya ini. Sesekali Khoir menggenggam jemariku,

  • MENOLAK UNTUK RUJUK   Akhirnya

    Setelah papa Haris dibawa ke rumah sakit. Khoir segera memesan mobil online, kami akan pulang ke rumahku berserta Adam dan Hawa.Kedua kakak beradik ini memaksa papinya supaya mengizinkan mereka ikut bersama kami. Mas Sanusi menolak, dia mengatakan kalau habis dari rumah sakit, dia janji akan langsung mengantar mereka pulang. Namun, kedua bocah itu tetap kekeuh ingin ikut pulang bersamaku."Gak pa-pa, Mas. Biar mereka ikut kami. Nanti mas jemput mereka dari sana." kataku mencoba memberikan jalan tengah karena mereka terus saja berdebat."Ya udah kalau gitu. Maaf ya, Rin, jadi ngrepotin kamu dan Khoir."Setelah berucap mas Sanusi menghampiri kedua anaknya "Adam, Hawa kalian jangan nakal ya," pesannya pada putra dan putrinya.Keduanya mengangguk serentak."Ok, Papi ke rumah sakit dulu." Mas Sanusi memandang kami sebentar sambil tersenyum kemudian beranjak masuk ke mobil dan pelan-pelan

  • MENOLAK UNTUK RUJUK   Keluarga mantan kembali mengusik

    "Kak Irul! Kak! Ada seseorang yang ingin bertemu dengan Mbak Rina," seru Nisa di balik pintu kamar."Iya sebentar, Nisa," jawab Khoir.Lelakiku ini kembali menatapku "Siapa malam-malam gini mau menemuimu, Dek?" tanya Khoir yang masih mengurungku dalam pelukannya."Ya, mana aku tahu! Mangkanya lepas," sahutku sambil berusaha mengurai pelukannya."Boleh, tapi ada syaratnya," godanya sambil mengedipkan sebelah matanya."Apa'an sih?" tanyaku ketus. Khoir tidak menjawab pertanyaanku, tangannya meraih sesuatu yang ada di belakangku, lalu memakaikan sesuatu di kepalaku."MasyaAllah ... cantiknya istriku," puji Khoir setelah dia merapikan jilbab instan yang sekarang telah menutupi rambutku.Aku tersipu malu, Astaghfirullah ... apa yang aku pikirkan tadi? Ish! Malu malu malu. Aku tersenyum sendiri karena sempat berfikir yang iya-iya.Bintang menyon

  • MENOLAK UNTUK RUJUK   Aku cemburu

    Setelah kami selesai melaksanakan kewajiban pada Sang Pencipta, aku langsung membersihkan rumah. Menyapu membereskan mainan Bintang dan menyiapkan masakan untuk makan malam."Assalamualaikum." Mendengar ada yang mengucapkan salam, aku pun bergegas keluar. Sedangkan Khoir dan Bintang sedang bersepeda sore, putar-putar kampung, Bintang sangat menyukainya.Dari dalam rumah kulihat ada seorang perempuan sedang berdiri di pinggir pintu."Wa'alaykumussalam." Aku menjawab ketika sudah berada dekatnya. Seorang wanita berwajah manis memakai jilbab ungu, menggunakan rok panjang bermotif bunga dipadukan dengan kaos lengan panjang berwarna hitam sedang tersenyum manis padaku."Kak Irulnya ada, Mbak?" tanyanya sopan setelah kami sudah berhadapan."Gak ada, Dek. Ada perlu apa ya? Mungkin, nanti bisa kusampaikan." Aku menawarkan diri sebagai perantara pesannya."Mbak ini siapanya Kak Iru

  • MENOLAK UNTUK RUJUK   Sabar Khoir

    Kemarin malam adalah tahlil terakhir untuk almarhumah bu Dewi. Itu berarti usia pernikahanku dengan Khoir juga sudah berjalan selama tujuh hari. Selama itu pula antara aku dan Khoir belum pernah melakukan hal-hal yang biasa dilakukan oleh sepasang suami istri. Jangankan tidur bersama, bahkan ngobrol mesra pun kami masih segan, jadi berbicara hanya seperlunya saja.Aku juga tak pernah tahu di mana dan kapan Khoir pergi tidur, yang pasti dia tidak sekamar denganku. Kami akan bertemu di pagi hari ketika Khoir pulang dari masjid usai salat Subuh dan aku sedang membuat sarapan di dapur, selalu seperti itu selama tujuh hari ini.Berbeda dengan Bintang, balitaku itu cepat sekali akrab dengan Khoir. Bahkan aku sering mendengar Khoir mengajaknya berbicara dan mengajari Bintang untuk memanggilnya dengan sebutan ayah.Entah kenapa, kali ini Khoir agak lama berada di masjid. Sampai aku selesai m

  • MENOLAK UNTUK RUJUK   Menikah diantara duka

    "innalilahi wa Inna ilaihi Raji'un ... Bu Dewi." Suara parau terdengar di antara isak tangis. Para ibu-ibu kemudian menyibukkan diri, melakukan tugas masing-masing, seperti sudah terkomando mereka melakukan pekerjaan tanpa diperintah. Di perkampungan rasa persaudaraan masih terasa kental. Jika ada salah satu warga berduka, mereka akan segera membantu walaupun hanya sekedar tenaga."Innalilahi wa Inna ilaihi Raji'un." Khoir berucap sambil mengusap wajah ibunya, lelaki itu sekuat tenaga menahan air matanya, terlihat dari ranghangnya yang mengeras dengan bibir yang mengatup rapat.kemudian dia membetulkan letak tangan ibunya dengan posisi sedekap. Semua orang berduka, kecuali mereka para manusia-manusia berhati ib**s yang membuat keonaran di sini tadi. Hanya diam menyaksikan tanpa kelihatan berduka.Semua orang sibuk, mereka cepat tanggap mengurus jenazah almarhumah bu Dewi. Sebagian warga ada yang pergi

DMCA.com Protection Status