Share

BAB 5

Penulis: Nadianad
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-11 22:14:51

BAB 5 – Jeratan Tak Terelakkan

Liora berdiri di tengah aula perjamuan, telapak tangannya masih berada dalam genggaman Elgard. Udara di ruangan itu terasa berat, penuh dengan tatapan para bangsawan yang mengamati mereka dengan berbagai ekspresi—penasaran, iri, dan bahkan ada yang menunjukkan tanda-tanda ketidaksenangan.

Ia dapat merasakan jantungnya berdegup lebih cepat, tetapi wajahnya tetap tanpa ekspresi.

"Aku bukan pion mereka."

Jika mereka ingin mempermainkannya dalam politik istana, maka ia harus memastikan dirinya bukan sekadar alat yang bisa digunakan dan dibuang.

Elgard menatapnya dengan intens, seolah menantikan reaksi darinya. Namun, Liora tidak memberikan apa pun. Ia membiarkan keheningan di antara mereka menggantung, menolak untuk memberikan kepuasan pada pangeran kejam itu.

Namun, keheningan mereka akhirnya terputus ketika seorang bangsawan tua dengan janggut panjang dan mantel biru keemasan melangkah mendekat.

"Yang Mulia Pangeran Elgard," katanya dengan nada penuh sopan santun. "Benarkah kabar yang beredar bahwa gadis ini adalah selir resmi Anda?"

Beberapa orang lain di sekeliling mereka mulai berbisik, mencoba mendengar jawaban dari bibir sang pangeran.

Elgard tersenyum tipis, sebuah senyum yang lebih terasa seperti peringatan daripada keramahan. "Kau pikir aku membawa seseorang ke perjamuan ini tanpa alasan?"

Bangsawan tua itu menatap Liora, matanya penuh perhitungan. "Dia… tidak berasal dari keluarga bangsawan. Apakah tidak terlalu berisiko untuk mengangkat seseorang tanpa latar belakang yang jelas?"

Liora tahu apa yang dimaksud pria itu. Seorang selir biasanya berasal dari keluarga terpandang atau setidaknya memiliki koneksi kuat dengan politik kerajaan. Namun, dirinya hanyalah seorang gadis biasa—setidaknya di mata mereka.

Elgard tidak menunjukkan tanda-tanda tersinggung. Sebaliknya, ia menatap bangsawan itu dengan mata tajamnya.

"Justru itulah yang membuatnya menarik," katanya tenang. "Dia bukan orang yang mudah dipermainkan oleh keluarga mana pun di istana ini."

Liora menahan napas.

Kata-kata Elgard terdengar seolah ia melindunginya, tetapi Liora tahu lebih baik daripada mempercayai pria itu.

Perjamuan terus berlanjut, tetapi Liora dapat merasakan tatapan menusuk dari beberapa selir lain yang berdiri di sudut aula. Tatapan penuh kebencian, kecemburuan, dan kewaspadaan.

Mereka melihatnya sebagai ancaman.

Dan mungkin mereka benar.

---

Malam yang Mencekam

Setelah perjamuan usai, Liora dikawal kembali ke kamarnya. Namun, begitu ia melangkah melewati lorong panjang, seorang wanita dengan gaun hijau zamrud tiba-tiba menghalangi jalannya.

"Selamat malam, Nona Liora," kata wanita itu dengan senyum tipis.

Liora mengenalnya. Lady Helena—salah satu selir favorit Elgard sebelum dirinya.

"Aku tidak punya waktu untuk percakapan sia-sia," kata Liora dingin.

Helena terkekeh pelan. "Percakapan ini tidak sia-sia, sayang." Ia mendekat, suaranya hampir berbisik. "Aku hanya ingin mengingatkanmu bahwa posisi selir pangeran bukan sesuatu yang bisa kau nikmati begitu saja. Banyak yang menginginkannya. Dan banyak yang rela melakukan apa saja untuk menyingkirkan penghalang."

Liora menatapnya tanpa takut. "Apakah itu ancaman?"

Helena tersenyum. "Bukan ancaman. Hanya peringatan."

Ia melangkah pergi dengan anggun, meninggalkan aroma parfum mawar yang menusuk.

Liora mengepalkan tangannya.

"Aku sudah tahu istana ini penuh dengan racun."

Dan sekarang, ia harus memutuskan bagaimana cara bertahan hidup di dalamnya.

---

Kembali ke Dalam Jeratnya

Malam itu, Liora duduk di tepi ranjangnya, pikirannya masih dipenuhi kata-kata Lady Helena.

Namun, ia tidak punya waktu untuk merenung lebih lama ketika pintu kamarnya terbuka dengan suara berderit.

Liora menoleh dengan cepat.

Di ambang pintu berdiri Pangeran Elgard, mengenakan jubah hitam panjang dengan rambut peraknya yang sedikit berantakan. Matanya menatap lurus ke arahnya dengan ekspresi yang sulit dibaca.

Liora berdiri, berusaha menyembunyikan kegelisahannya. "Apa yang kau inginkan?"

Elgard tidak langsung menjawab. Ia melangkah masuk, menutup pintu di belakangnya, lalu berjalan perlahan ke arahnya.

"Aku ingin tahu," katanya akhirnya. "Apa kau menikmati malam ini?"

Liora mencibir. "Kau tahu aku tidak menginginkan ini."

Elgard menatapnya dalam diam sejenak, lalu tiba-tiba tertawa pelan. "Benar. Tapi kau tetap melakukannya dengan sangat baik. Kau membuat mereka semua percaya bahwa kau adalah seseorang yang layak diperhitungkan."

Liora mengepalkan tangannya. "Aku bukan boneka yang bisa kau pamerkan di depan istana, Elgard."

Elgard mengulurkan tangan, mengangkat dagunya dengan ujung jarinya. "Kau salah, Liora. Kau bukan boneka. Kau adalah bagian dari permainan ini. Dan semakin cepat kau menerima itu, semakin mudah bagimu untuk bertahan hidup."

Liora menatapnya tajam, tetapi tidak menyingkirkan tangannya.

Ia tahu bahwa melawan Elgard secara langsung bukanlah pilihan yang cerdas. Tidak malam ini.

"Apa sebenarnya yang kau inginkan dariku?" tanyanya akhirnya.

Elgard menatapnya lama sebelum akhirnya menjawab. "Kau ingin balas dendam, bukan?"

Liora terdiam.

"Aku bisa memberimu kesempatan itu," lanjutnya. "Tapi kau harus tahu bahwa balas dendam selalu memiliki harga."

Liora menarik napas dalam. Ia tidak ingin mempercayai Elgard. Tetapi di saat yang sama, ia tahu bahwa pria itu bukan sekadar monster kejam ia juga seseorang yang memahami bagaimana permainan ini bekerja lebih baik dari siapa pun.

"Jadi, apa yang kau tawarkan?" tanyanya pelan.

Elgard tersenyum, tetapi kali ini senyumannya dingin. "Kesempatan untuk membalas dendam dengan cara yang tidak akan membuatmu mati sia-sia."

Liora menatapnya, jantungnya berdebar.

Mungkin ini awal dari sesuatu yang berbahaya.

Tapi ia tidak akan mundur.

Tidak sekarang.

Bab terkait

  • MENJADI SELIR SANG PANGERAN KEJAM   BAB 6

    BAB 6 – Perangkap dalam BayanganMalam terasa lebih panjang dari biasanya. Liora duduk di ranjangnya, pikirannya dipenuhi kata-kata Elgard."Kesempatan untuk membalas dendam dengan cara yang tidak akan membuatmu mati sia-sia."Apakah ia benar-benar harus percaya pada pria itu?Tiba-tiba, suara langkah kaki di lorong membuatnya tersadar. Langkah yang berat dan teratur, seolah milik seseorang yang tak terburu-buru, tetapi juga tak ingin terlihat mencurigakan.Liora meraih belati kecil yang ia sembunyikan di bawah bantal—satu-satunya alat perlindungan yang ia miliki. Napasnya tertahan ketika pintu kayu itu terbuka perlahan.Seorang pelayan pria masuk, membawa nampan dengan sebuah teko dan cangkir porselen."Yang Mulia Pangeran Elgard mengirimkan teh untuk Anda," katanya dengan suara datar.Liora tetap diam, matanya mengawasi setiap gerak-geriknya.Pelayan itu berjalan ke meja kecil di dekat tempat tidurnya, menuangkan teh ke dalam cangkir, lalu menunduk hormat. "Silakan diminum sebelum t

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-11
  • MENJADI SELIR SANG PANGERAN KEJAM   JERAT DI ANTARA KEKUASAAN

    BAB 8 – Jerat di Antara KekuasaanMalam itu, angin dingin berembus melewati jendela kamarnya. Liora duduk di tepi ranjang, matanya menatap kosong ke arah bulan yang menggantung di langit.Pengenalan resminya sebagai selir Pangeran Elgard telah mengguncang istana. Bukan hanya para selir lain yang kini melihatnya sebagai ancaman, tetapi juga para bangsawan yang menyadari bahwa keberadaannya bisa mengubah keseimbangan kekuasaan.Dan kemudian, ada Pangeran Mike.Pria itu telah menawarkan kebebasan, tetapi dengan harga yang terlalu mahal—pengkhianatan terhadap Elgard.Namun, apakah ia benar-benar berpihak pada Elgard?Liora mengepalkan tangannya. Tidak. Ia tidak berada di sisi siapa pun.Ia hanya berada di pihaknya sendiri.---Bayangan di Lorong IstanaLiora bangkit dari tempat tidurnya, mengambil jubah tipis, lalu membuka pintu kamarnya dengan hati-hati.Ia tidak bisa tidur malam ini

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-12
  • MENJADI SELIR SANG PANGERAN KEJAM   KEBENARAN YANG TERSEMBUNYI

    Angin malam berembus kencang saat Liora berdiri di balkon kamarnya, memandangi istana yang tampak begitu tenang dari luar. Namun, ia tahu, di dalam tembok megah itu, perang diam-diam sedang berlangsung.Pangeran Elgard dan Pangeran Mike.Dua pria yang sama-sama haus kekuasaan, tetapi dengan cara yang berbeda.Dan sekarang, ia berada di tengah-tengahnya.Ancaman Mike masih terngiang di kepalanya. Jika ia tidak berpihak pada pria itu, ia mungkin tidak akan bertahan lama di istana ini. Tetapi berpihak pada Elgard juga bukan pilihan yang lebih baik.Liora menghela napas panjang.Ia tidak ingin terjebak di antara mereka.Ia harus mencari jalan keluar.---Sebuah Undangan yang BerbahayaPagi itu, seorang pelayan mengetuk pintu kamarnya dengan wajah tegang."Ada pesan untuk Anda, Nona Liora," katanya sambil menyerahkan gulungan kertas kecil yang disegel dengan lilin merah.

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-12
  • MENJADI SELIR SANG PANGERAN KEJAM   DEKAT DENGAN BAHAYA

    Kematian Bangsawan Ravier mengguncang seluruh istana.Semua orang berbicara tentangnya.Namun, tidak ada yang berani mengajukan pertanyaan secara terbuka.Karena mereka tahu—terlalu banyak bicara di tempat ini hanya akan membawa kematian lebih cepat.Liora mengamati para bangsawan yang berbisik di sudut-sudut ruangan saat ia berjalan menyusuri aula. Beberapa dari mereka menatapnya dengan penuh rasa ingin tahu, sementara yang lain tampak menilai.Ia bisa merasakan sorotan tajam Pangeran Mike dari kejauhan, tetapi ia pura-pura tidak melihatnya.Yang lebih mengejutkan, Pangeran Elgard belum memberikan pernyataan apa pun tentang kematian Ravier.Seolah ia sengaja membiarkan semua orang tenggelam dalam ketakutan mereka sendiri.---Pertemuan yang Tak TerdugaHari itu berlalu dengan ketegangan yang semakin memuncak.Menjelang senja, seorang pelayan datang ke kamarnya, membawa pesan dari

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-12
  • MENJADI SELIR SANG PANGERAN KEJAM   BAB 10

    BAB 10 – Di Antara Dinding yang SamaHari pertama Liora tinggal di ruang pribadi Elgard terasa seperti siksaan.Ia masih belum terbiasa dengan keberadaan pria itu yang selalu ada di sekitarnya memandangnya dengan tatapan penuh teka-teki, seolah sedang mengamatinya.Ruangannya lebih luas daripada kamar selir pada umumnya. Dindingnya di hiasi dengan lukisan-lukisan peperangan, dan ada rak buku besar di satu sisi. Tempat tidurnya lebar dan mewah, tetapi Liora lebih memilih tidur di sofa yang terletak di dekat jendela.Tentu saja, Elgard hanya tertawa melihat keengganannya itu."Kenapa? Takut aku akan melakukan sesuatu?" godanya malam itu saat melihat Liora bersiap untuk tidur di sofa.Liora menatapnya dengan tajam. "Aku hanya tidak ingin berbagi tempat tidur denganmu."Elgard hanya mengangkat bahu. "Terserah."Meski begitu, ia tidak pernah benar-benar meninggalkan Liora sendirian.---Pagi ya

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-13
  • MENJADI SELIR SANG PANGERAN KEJAM   BAB 11

    BAB 11 – Perasaan yang Tak DiinginkanHari-hari berlalu tanpa Liora sadari.Sejak tinggal di ruangan yang sama dengan Elgard, segalanya berubah perlahan.Awalnya, ia mengira pria itu akan terus menyiksanya dengan kata-kata sinis atau mempermainkannya seperti boneka. Tapi kenyataannya, Elgard tidak pernah melakukan hal itu.Ia tetap dingin dan mendominasi, tapi di balik tatapannya, Liora mulai melihat sesuatu yang berbeda sesuatu yang tidak bisa ia pahami.Dan yang lebih berbahaya dari itu… ia mulai terbiasa dengan keberadaannya.---Kedekatan yang Tak TerdugaSuatu pagi, Liora terbangun lebih awal dari biasanya.Saat ia membuka mata, ia menyadari bahwa Elgard masih tertidur di tempat tidurnya.Itu pemandangan yang langka. Biasanya, pria itu bangun sebelum matahari terbit.Untuk sesaat, Liora hanya menatapnya.Elgard terlihat berbeda saat tidur lebih tenang, lebih manusiaw

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-13
  • MENJADI SELIR SANG PANGERAN KEJAM   JARAK YANG SEMAKIN MEMUDAR

    BAB 13 – Jarak yang Semakin MemudarLiora duduk di tepi jendela, menatap hujan yang turun perlahan di luar istana. Udara dingin merambat masuk melalui celah jendela, membuatnya merapatkan selimut di bahunya.Pikirannya masih dipenuhi kata-kata Elgard semalam."Apa kau pernah berpikir bahwa mungkin kita tidak harus menjadi musuh?"Liora menghela napas.Jawabannya jelas. Tidak.Tapi kenapa ia masih memikirkannya?---Percakapan yang MenggangguElgard memasuki ruangan dengan langkah santai. Ia sudah berganti pakaian dengan jubah hitam yang selalu membuat auranya semakin gelap dan menekan.Liora berpura-pura tidak memperhatikannya, tetapi Elgard berhenti tepat di belakangnya."Kenapa kau melamun pagi-pagi begini?" tanyanya.Liora menoleh dengan tatapan tajam. "Sejak kapan kau peduli dengan apa yang kupikirkan?"Elgard menyeringai. "Sejak kau mulai tampak seperti seseorang yang kebingungan."Liora mendengus dan beranjak dari tempat duduknya, hendak pergi, tapi Elgard tiba-tiba menarik perg

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-14
  • MENJADI SELIR SANG PANGERAN KEJAM   BAB 12

    BAB 12 – Jarak yang Semakin MemudarLiora duduk di tepi jendela, menatap hujan yang turun perlahan di luar istana. Udara dingin merambat masuk melalui celah jendela, membuatnya merapatkan selimut di bahunya.Pikirannya masih dipenuhi kata-kata Elgard semalam."Apa kau pernah berpikir bahwa mungkin kita tidak harus menjadi musuh?"Liora menghela napas.Jawabannya jelas. Tidak.Tapi kenapa ia masih memikirkannya?---Percakapan yang MenggangguElgard memasuki ruangan dengan langkah santai. Ia sudah berganti pakaian dengan jubah hitam yang selalu membuat auranya semakin gelap dan menekan.Liora berpura-pura tidak memperhatikannya, tetapi Elgard berhenti tepat di belakangnya."Kenapa kau melamun pagi-pagi begini?" tanyanya.Liora menoleh dengan tatapan tajam. "Sejak kapan kau peduli dengan apa yang kupikirkan?"Elgard menyeringai. "Sejak kau mulai tampak seperti seseorang yang kebingungan."Liora mendengus dan beranjak dari tempat duduknya, hendak pergi, tapi Elgard tiba-tiba menarik perg

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-15

Bab terbaru

  • MENJADI SELIR SANG PANGERAN KEJAM   BAB 16

    BAB 16 – Pengkhianatan di Balik BayanganLiora tidak bisa mengabaikan firasat buruk yang menggelayuti hatinya.Sejak pagi, istana terasa lebih mencekam. Bisikan-bisikan di koridor semakin banyak, para pelayan terlihat lebih waspada, dan beberapa prajurit tampak gelisah saat berjaga.Sesuatu sedang terjadi.Dan Liora tahu, cepat atau lambat, badai itu akan menghantamnya.Di ruangannya, Elgard berdiri dengan ekspresi tegang. Di hadapannya, seorang pengawal berlutut, menyampaikan laporan."Pangeran, kita menemukan seseorang yang mencoba menyelinap ke dalam bagian istana yang seharusnya terlarang."Elgard menyipitkan mata. "Siapa?"Pengawal itu ragu sejenak sebelum akhirnya menjawab, "Seorang selir… dan dia membawa surat dari pihak luar."Jantung Liora mencelos.Selir?Apa mungkin salah satu dari mereka adalah pengkhianat?Elgard mengangguk pelan, lalu melirik Liora. "Aku ingin ka

  • MENJADI SELIR SANG PANGERAN KEJAM   BAB 15

    BAB 15 – Kebenaran yang Menyakitkan Liora tidak bisa tidur malam itu. Bukan karena udara yang dingin atau nyala lilin yang meredup di sudut ruangan. Melainkan karena kata-kata Elgard yang terus terngiang di kepalanya. "Aku tidak ingin membunuhmu." Apa artinya itu? Selama ini, ia selalu berpikir bahwa hubungannya dengan Elgard adalah permainan kekuasaan. Ia hanyalah selir yang tidak diinginkan, boneka yang terperangkap dalam istana kejam ini. Tapi semakin lama ia berada di sisi Elgard, semakin banyak hal yang tidak bisa ia pahami. Perlakuan Elgard padanya terlalu kontradiktif—kadang ia terasa seperti musuh, kadang terasa seperti sesuatu yang lebih dari sekadar penguasa dan selir. Dan itu yang membuat segalanya semakin berbahaya. Liora tidak boleh jatuh ke dalam jebakan ini. Karena pada akhirnya, Elgard tetaplah musuhnya. --- Pagi yang Mencekam Saat fajar menyingsing, ketegangan sudah menggantung di udara. Kabar tentang pergerakan Pangeran Mike semakin santer terdengar.

  • MENJADI SELIR SANG PANGERAN KEJAM   BAB 14

    BAB 14 – Dinding yang Mulai RetakMalam itu terasa begitu panjang bagi Liora.Elgard belum kembali sejak peristiwa penyusupan di istana, dan meskipun ia mencoba mengabaikan kekhawatirannya, pikirannya terus berputar.Ia tidak seharusnya peduli.Ia tidak seharusnya merasa seperti ini.Namun, setiap suara di luar pintu membuatnya tersentak, berharap melihat sosok Elgard masuk dengan selamat.Ketika akhirnya pintu terbuka dan Elgard melangkah masuk, Liora langsung bangkit dari duduknya.Tapi sebelum kata-kata keluar dari bibirnya, ia melihat noda darah di lengan dan dadanya."Kau terluka?" tanyanya cepat, tanpa berpikir.Elgard mengangkat alis, tampak terkejut dengan reaksinya. "Ini bukan darahku."Liora menelan ludah. "Apa yang terjadi?"Elgard berjalan melewati ruangan dan menjatuhkan diri di kursi, tampak kelelahan. "Penyusupnya tertangkap. Tapi ini bukan hanya percobaan pembunuhan biasa, Liora."Liora mendekat, duduk di hadapannya. "Apa maksudmu?"Elgard menatapnya dengan serius. "Or

  • MENJADI SELIR SANG PANGERAN KEJAM   BAB 13

    BAB 13 – Di Antara Kebencian dan KetertarikanLiora merasa jantungnya belum kembali ke ritme normal sejak pertemuan semalam. Tatapan Elgard, suaranya yang dalam, dan kata-katanya yang menggema di benaknya masih terus menghantuinya."Bahwa kau tidak akan bisa lari dariku."Ia ingin menyangkalnya.Ia ingin percaya bahwa semua ini hanya permainan kekuasaan Elgard—hanya cara lain untuk mengendalikannya.Tapi setiap kali ia mengingat bagaimana Elgard menatapnya malam itu, ada sesuatu yang aneh yang merayapi hatinya. Sesuatu yang membuatnya semakin gelisah.Ia duduk di tepi tempat tidur, memandangi jendela besar yang memperlihatkan langit mendung. Angin bertiup pelan, membawa udara sejuk ke dalam ruangan.Pintu kamar terbuka tanpa peringatan.Elgard masuk dengan santai, seolah-olah ini adalah kamarnya sendiri.Liora mendengus. "Kau tidak bisa mengetuk dulu?"Elgard tersenyum kecil. "Kenapa? Kau sedang melakukan sesuatu yang tidak ingin kulihat?"Liora memutar bola matanya. "Aku ingin sendir

  • MENJADI SELIR SANG PANGERAN KEJAM   BAB 12

    BAB 12 – Jarak yang Semakin MemudarLiora duduk di tepi jendela, menatap hujan yang turun perlahan di luar istana. Udara dingin merambat masuk melalui celah jendela, membuatnya merapatkan selimut di bahunya.Pikirannya masih dipenuhi kata-kata Elgard semalam."Apa kau pernah berpikir bahwa mungkin kita tidak harus menjadi musuh?"Liora menghela napas.Jawabannya jelas. Tidak.Tapi kenapa ia masih memikirkannya?---Percakapan yang MenggangguElgard memasuki ruangan dengan langkah santai. Ia sudah berganti pakaian dengan jubah hitam yang selalu membuat auranya semakin gelap dan menekan.Liora berpura-pura tidak memperhatikannya, tetapi Elgard berhenti tepat di belakangnya."Kenapa kau melamun pagi-pagi begini?" tanyanya.Liora menoleh dengan tatapan tajam. "Sejak kapan kau peduli dengan apa yang kupikirkan?"Elgard menyeringai. "Sejak kau mulai tampak seperti seseorang yang kebingungan."Liora mendengus dan beranjak dari tempat duduknya, hendak pergi, tapi Elgard tiba-tiba menarik perg

  • MENJADI SELIR SANG PANGERAN KEJAM   JARAK YANG SEMAKIN MEMUDAR

    BAB 13 – Jarak yang Semakin MemudarLiora duduk di tepi jendela, menatap hujan yang turun perlahan di luar istana. Udara dingin merambat masuk melalui celah jendela, membuatnya merapatkan selimut di bahunya.Pikirannya masih dipenuhi kata-kata Elgard semalam."Apa kau pernah berpikir bahwa mungkin kita tidak harus menjadi musuh?"Liora menghela napas.Jawabannya jelas. Tidak.Tapi kenapa ia masih memikirkannya?---Percakapan yang MenggangguElgard memasuki ruangan dengan langkah santai. Ia sudah berganti pakaian dengan jubah hitam yang selalu membuat auranya semakin gelap dan menekan.Liora berpura-pura tidak memperhatikannya, tetapi Elgard berhenti tepat di belakangnya."Kenapa kau melamun pagi-pagi begini?" tanyanya.Liora menoleh dengan tatapan tajam. "Sejak kapan kau peduli dengan apa yang kupikirkan?"Elgard menyeringai. "Sejak kau mulai tampak seperti seseorang yang kebingungan."Liora mendengus dan beranjak dari tempat duduknya, hendak pergi, tapi Elgard tiba-tiba menarik perg

  • MENJADI SELIR SANG PANGERAN KEJAM   BAB 11

    BAB 11 – Perasaan yang Tak DiinginkanHari-hari berlalu tanpa Liora sadari.Sejak tinggal di ruangan yang sama dengan Elgard, segalanya berubah perlahan.Awalnya, ia mengira pria itu akan terus menyiksanya dengan kata-kata sinis atau mempermainkannya seperti boneka. Tapi kenyataannya, Elgard tidak pernah melakukan hal itu.Ia tetap dingin dan mendominasi, tapi di balik tatapannya, Liora mulai melihat sesuatu yang berbeda sesuatu yang tidak bisa ia pahami.Dan yang lebih berbahaya dari itu… ia mulai terbiasa dengan keberadaannya.---Kedekatan yang Tak TerdugaSuatu pagi, Liora terbangun lebih awal dari biasanya.Saat ia membuka mata, ia menyadari bahwa Elgard masih tertidur di tempat tidurnya.Itu pemandangan yang langka. Biasanya, pria itu bangun sebelum matahari terbit.Untuk sesaat, Liora hanya menatapnya.Elgard terlihat berbeda saat tidur lebih tenang, lebih manusiaw

  • MENJADI SELIR SANG PANGERAN KEJAM   BAB 10

    BAB 10 – Di Antara Dinding yang SamaHari pertama Liora tinggal di ruang pribadi Elgard terasa seperti siksaan.Ia masih belum terbiasa dengan keberadaan pria itu yang selalu ada di sekitarnya memandangnya dengan tatapan penuh teka-teki, seolah sedang mengamatinya.Ruangannya lebih luas daripada kamar selir pada umumnya. Dindingnya di hiasi dengan lukisan-lukisan peperangan, dan ada rak buku besar di satu sisi. Tempat tidurnya lebar dan mewah, tetapi Liora lebih memilih tidur di sofa yang terletak di dekat jendela.Tentu saja, Elgard hanya tertawa melihat keengganannya itu."Kenapa? Takut aku akan melakukan sesuatu?" godanya malam itu saat melihat Liora bersiap untuk tidur di sofa.Liora menatapnya dengan tajam. "Aku hanya tidak ingin berbagi tempat tidur denganmu."Elgard hanya mengangkat bahu. "Terserah."Meski begitu, ia tidak pernah benar-benar meninggalkan Liora sendirian.---Pagi ya

  • MENJADI SELIR SANG PANGERAN KEJAM   DEKAT DENGAN BAHAYA

    Kematian Bangsawan Ravier mengguncang seluruh istana.Semua orang berbicara tentangnya.Namun, tidak ada yang berani mengajukan pertanyaan secara terbuka.Karena mereka tahu—terlalu banyak bicara di tempat ini hanya akan membawa kematian lebih cepat.Liora mengamati para bangsawan yang berbisik di sudut-sudut ruangan saat ia berjalan menyusuri aula. Beberapa dari mereka menatapnya dengan penuh rasa ingin tahu, sementara yang lain tampak menilai.Ia bisa merasakan sorotan tajam Pangeran Mike dari kejauhan, tetapi ia pura-pura tidak melihatnya.Yang lebih mengejutkan, Pangeran Elgard belum memberikan pernyataan apa pun tentang kematian Ravier.Seolah ia sengaja membiarkan semua orang tenggelam dalam ketakutan mereka sendiri.---Pertemuan yang Tak TerdugaHari itu berlalu dengan ketegangan yang semakin memuncak.Menjelang senja, seorang pelayan datang ke kamarnya, membawa pesan dari

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status