Lavendra tampak tidak ingin menyerahkan suaminya begitu saja kepada para wanita yang tergila-gila hanya karena hartanya.Mereka padahal sebelumnya sangat berani dan bahkan terang-terangan menyerang Lavendra. Tapi, sekarang? Jangankan untuk berbicara dengan mulut mereka sendiri. Mengatakan saja mengenai apa yang mereka rasa saja tidak bisa.Mungkin karena backing mereka, Lora, sudah tidak ada, jadi mereka kalau macam-macam yang tidak bisa mendapatkan pembelaan dari siapa-siapa. Tapi, Lavendra ingin melihat, sejauh mana orang-orang ini bisa bertahan dengan keangkuhan mereka tersebut.“Jadi, bagaimana? Mau ditanyakan langsung ke orangnya?” Lavendra menanyakan.Mereka bertiga tampak berkeringat dingin melihat bagaimana Lavendra dengan percaya diri menghadapi mereka yang ada di depannya tersebut. Dasar para wanita pemuja suami orang.Dengan seringai sombong dan juga rasa percaya diri yang dia atas rata-rata, Lavendra menunjukkan bahwa memang dirinya sekarang ini sebagi orang yang dominan t
Rosa akhirnya ikut dengan Lavendra menuju ke kantin. Meski sebenarnya terasa aneh, Lavendra tidak curiga sama sekali. Ini adalah kali pertama ada rekcan kerjanya yang mau mengajaknya makan siang di kantin karyawan. Setelah mereka mengambil makanan, akhirnya mereka duduk.Beberapa kali Lavendra sadar bahwa Rosa berkali-kali melihat ke lain arah seperti sedang mencari sesuatu. Ditambah lagi, dia seperti dengan jelas sedang mencari mangsanya pada kala tersebut.Makin diperhatikan dan juga makin lama jelas kelihatan gerak-geriknya. Lavendra jadi terus menerka dalam hati siapa sekiranya yang hendak dicari.“Kamu sedang naksir seseorang?” celetuk Lavendra.“Apa?” Rosa langsung melihat ke arah dari Lavendra yang ada di depannya tersebut.“Ya. Kamu seperti sedang mencari seseorang. Apa mungkin orang yang kamu suka ada di satu perusahaan?” Lavendra melanjutkan.Rosa tampak terdiam sejenak mendengar apa yang dikatakan oleh Lavendra tersebut. Mungkin saja terkaan dari Lavendra ini benar, makanya
Tatapan menusuk dari Daza memang bisa membuat seseorang sampai tidak bisa berkutik sama sekali. Lavendra tidak ada niat untuk membantu sama sekali. Karena kalimat tersebut jeluar dari mulut Rosa sendiri, jadi dia tanggung akibatnya.Daza berjalan mendekat ke arahnya, dan tidak melepas tatapan sangarnya terhadap Rosa yang telah berkata sesuatu yang buruk mengenai Daza sendiri.“Jelaskan dengan jelas, apa maksudmu berkata bahwa aku masih punya simpanan!” gertak Daza.Rosa benar-benar langsung ciut di depan mereka berdua. Dia kehilangan wajahnya sendiri setelah berusaha membuat Lavendra curiga terhadap sang suami. Dia salah memilih lawan yang dia kira bisa dengan mudahnya ia buat jatuh dan tidak berdaya sama sekali. Padahal, dia sedang mendalami jurangnya sendiri.Dalam keadaan begini, keringat dingin sudah membasahi wajah Rosa yang dimana mereka berada di tempat yang amat sejuk sekali. Dia pasti panik bukan kepalang karena memang niat awalnya itu mau menjelekkan Daza.Ditunggu dan terus
Daza yang sudah sangat sabar menahan emosi dan menghadapi perilaku Rosa yang tidka tahu diri tersebut sudah tidak bisa ditahan lagi. Ia merasa tidak terima saat Rosa mulai tak menghargai Lavendra.Rosa yang ada di dalam mobil mendengar teriakan dari Daza bukannya buru-buru keluar dan meminta maaf, malah diam di dalam sana dengan wajah sok tidak mengerti kenapa dia menerima teriakan tersebut.“Lh- Lho, kenapa kalian kejam sekali mengusirku? Apa kalian tidak kasihan kepadak-““CUKUP!” Daza merasa muak. Sampai-sampai ia harus membuang napas untuk mengendalikan diri sebelum mengamuk pada wanita tidak tahu diri tersebut.Langsung tutup mulut Rosa di detik itu juga.“Aku sudah muak dengan bagaimana kamu mencoba untuk menumpang dengan kami! Tapi, perilakumu sangat kurang ajar! Kalau kamu merasa kamu hanya ikut menumpang, posisikan dirimu! Atau jangan ikut sama sekali!” perintah Daza.Meski sudah berbicara panjang demikian pun bukannya membuat Rosa langsung turun dan menuju kebalakang. Setida
Lavendra masih tetap membuatkan sarapan untuk Daza, namun tidak dengan bekalnya. Badannya masih teras sangat amat lelah dan tidak nyaman selama beberapa saat setiap kali dia berdiri. Mungkin dia masih mengalam pegal yang tidak baik.“Ada apa?” Daza mendadak bertanya saat mereka sedang makan.“Oh, tidak, aku tidak apa,” Refleks dirinya menjawab.Daza tampak khawatir meski dirinya sudah memberikan jawaban dengan cara demikian kepadanya. Daza mengamati lama-lama wajah dari Lavendra yang sangat jelas menunjukkan ekspresi tidak nyamannya tersebut.“Apa ada yang tidak nyaman? Jangan ditahan,” beritahu dari Daza yang benar-benar sudah langsung menyadari.Mendengarnya membuat Lavendra hanya bisa tertawa kecil. sepertinya memang ekspresinya menunjukkan dengan sangat jelas rasa tidak nyamannya tersebut. Makanya Daza bisa langsung tahu.“Haha, mungkin aku salah tidur. Punggungku terasa pegal sekali,” beritahu dari Lavendra.“Kamu mau libur saja hari ini? Aku bisa memberikanmu izin,” Daza meminta
“Benar?” Daza segera memastikan apa yang dirinya katakan tersebut.Dianggukkannya kepalanya dengan pelan, namun yakin untuk membuat Daza percaya akan yang dia katakan tadinya.Daza pun kembali hanya bisa berpasrah saja setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Lavendra. Dia sepertinya memang sudah tidak melawan sama sekali, makanya sekarang dia jadi sedikit merasa tidak nyaman sama sekali.“Kalau begitu apa kamu bisa menahan diri dulu sementara?” tanya Daza kepadanya.Tentu saja mendengarnya membuat Lavendra sedikit kaget, dia langsung melihat ke arah Daza dan menanyakan maksud dari pertanyaannya tersebut.“Maksudnya?”“Iya, aku harus meeting dengan klien penting yang tidak bisa diganggu sama sekali. Aku takut selama meeting nanti kamu malah kenapa-napa,” jawab Daza.Lavendra langsung paham. “Tenang, aku bahkan bisa menahannya sampai sore, hehe,” jawabnya seraya sedikit cenge
Lavendra tidak mau kalah begitu saja. Wanita ini mencari masalah dengan terang-terangan kepada dirinya, jadi dirinya sudah tidak akan mundur lagi.“Kenapa? Kamu suka perkelahian, kan?” Lavendra bertanya dengan emosi yang sudah meluap.Buru-buru Rosa bangun dari jatuhnya meski mejanya sudah tidak tahu berada di posisi seperti apa lagi. Belum lagi komputernya langsung tidak berbentuk secara mendadak karena terjatuh dengan sangat berat sekali.“Kamu!” Dia lebih dulu meninggikan suara ketimbang langsung bangun dari jatuhnya tersebut.Kelihatan jelas bahwa Rosa sangat kelelahan dan juga tampak jelas dia merasa kesakitan karena serangan dari Lavendra yang sangat jelas menyerangnya tersebut.“Bisa-bisanya…, Lavendra yang jadi istri Daza sekasar ini? haha, kasihan sekali Daza,” ucapnya.Ternyata dia tidak berhenti sama sekali meski sudah dipukul oleh Lavendra. Dia masih mencoba mencari masalah kepada Lavendra ini dengan lebih memancing emosi dari Lavendra.“Kenapa? Kamu tidak suka? Tidak sena
Langsung kaget Rosa mendengar ucapan dari Daza yang menyebut nama salah satu mantan yang merupakan pria terakhir yang dimana dia adalah orang yang paling sempurna yang dulu dirinya kenal dengan sangat baik.Seketika Rosa menggigit ujung bibirnya setelah mendengar Daza menyambat nama seseorang yang bagi diri Rosa dulu sangat lah penting.Lavendra yang ada di sebelah Daza menyiku pelan pinggang Daza, “Siapa Gio?” tanya Lavendra sambil mengerutkan dahi setelah suaminya menoleh kepadanya, dengan suara yang sangat pelan sekali.“Mantan pacarnya. Aku berteman dengannya, jadi aku tahu,” jawab Daza.Lavendra hanya bisa menganggukkan kepala mendengarnya. Ternyata jangkauan pergaulan Daza sampai ke sana. Luar biasa. Atau harusnya Lavendra memuji Rosa karena mengenal salah satu teman Daza yang pastinya bukan orang sembarangan juga?Rosa tampak gemetar selama beberapa saat. Bola matanya tidak henti-hentinya menunjukkan kepanikan mendalam, dan mencoba melihat ke segala arah karena merasa tidak ta
Daza menyetujui untuk datang ke sekolah anak-anak mereka pastinya. Esok harinya, mereka melihat ramai sekali orang tua yang datang. Sampai-sampai Daza dan Lavendra merasa kebingungan dengan ada apa sebenarnya di sini.Sempat dirinya bertanya kepada orang tua lainnya mengenai acara apa saja yang akan dijalankan hari ini, namun, para orang tua malah memberikan alasan yang berbeda-beda, seolah mereka diminta datang bagaimana pun caranya.Duduk di aula sekolahan anak mereka, terlihat panggung megah dengan hiasan berwarna yang menyegarkan bagaimana pandangan mereka pada saat itu. Dan itu membuat Lavendra jadi menerka apa yang mungkin tengah dilakukan di sini.Tak lama. JREGHHHH. Sebuah banner yang ada di atas panggung terbuka dengan lebar, dengan jelas dirinya melihat sebuah tulisan yang membuatnya tersentuh.‘Mom and Dad, Thanks for coming, and this is your proud child.’Seketika, dari setiap kelas secara bergantian menampilkan sebuah lagu dan juga secara bergantian memberikan persembahan
Kabar dari Diana yang tengah hamil tersebut tentu saja makin membuat keluarga Daza dan juga Lavendra jadi makin erat. Karena keberadaan dari mereka adalah sebuah kebahagiaan tersendiri yang tidak dimiliki oleh banyak orang pastinya.Akhirnya keluarga Daza memilih melakukan liburan keluarga secara besar-besaran berkat kabar tersebut. Sekarang sudah bukan dua lagi keluarga yang ikut dalam liburan tersebut, melainkan tiga.Sebuah pulau disewa selama seminggu penuh, sambil membawa chef ternama dan juga pastinya juga pengasuh serta art, membuat acara jadi makin ramai sekali.Upah mereka jelas saja dinaikkan lebih dari 2 kali lipat. Anggap saja bonus karena mereka jadi harus bekerja ekstra di tempat yang bukan menjadi pekerjaan mereka sekarang ini.“Ternyata setelah menikah jadi sesenang ini ya!” Diana begitu antusias selama perjalanan karena semua yang dia minta selalu ia dapatkan.“Haha, selama kamu menikah dengan orang yang tepat, tentu saja, apa yang kamu inginkan pun pastinya akan kamu
“Sudah, jangan diambil hati, kalau sudah saatnya kamu bertemu jodoh, sudah pastinya kamu akan menikah pada waktunya,” ujar dari Lavendra.Diana hanya menghela napas kecil sebelumnya. Ia pasti sudah merasakan berat perasaan yang dia miliki dan juga pasti ia sendiri paham kenapa bisa sampai seperti ini.“Oh, ini,” Diana mendadak menyodorkan sebuah kertas kepadanya.Lavendra menerima dan melihatnya terlebih dahulu. Namun, ia begitu kaget saat melihat apa yang tertera di depannya. Dengan mata terbelalak yang tidak percaya sekaligus merasa begitu syok melihatnya, Lavendra segera bertanya kepada Diana mengenai apa maksudnya.“Kamu akan menikah?!”Daza baru pulang mendengarnya sama kagetnya dengan bagaimana Lavendra memberikan reaksi pada dirinya tersebut. Daza segera menghampiri mereka dan merebut dengan mendadak kertas yang dipegang Lavendra.Sebuah undangan diberikan kepada mereka berdua secara tiba-tiba sekali. Daza yang dari awal melihat ke arah sana, berpindah melihat ke arah Diana yan
Setelah melakukan usg pada kehamilan Lavendra, Daza beserta dirinya tidak tahu harus merespon bagaimana lagi. Mereka mendapatkan anak kembar lagi untuk kedua kalinya.Pikiran Lavendra langsung kosong seketika saat memikirkannya. Anak kembar yang sekarang sajas udah cukup membuat mereka pusing, apalagi kalau ada 4 orang anak nantinya. Bisa-bisa mereka berdua tidak waras lagi.Mereka pergi dahulu ke rumah kedua orang tua Daza. Sepertinya hal ini perlu sedikit dibicarakan kepada mereka untuk bisa mendapatkan solusi yang terbaik, dan pastinya baik bagi mereka berdua juga nantinya.“Ma…, menurut mama, aku harus bagaimana?” Daza langsung memulai obrolan bahkan sebelum ia menjelaskan kenapa mereka berdua sekarang ini datang kemari.“Maksudny? Soal menitip si kembar? Mama tidak masalah. Diana dan kakek sangat senang melihat mereka berdua. Papa juga terima kalau semisal kalian mau menitip si kembar lebih lama,” ucap mama.Menoleh ke arah ruang tamu, melihat kedua anak mereka yang memang begitu
Mendengarnya tentu saja membuat Lavendra sedikit kesal mendengarnya. Daza mengatakan hal barusan seolah-olah semua bisa diselesaikan dengan mudah.Ia langsung menoyor kepala suaminya yang jelas saja sudah berangan tinggi ingin menambah anak lagi.“Enteng sekali bilangnya. Kamu tidak lihat kalau aku rasanya sudah mau setengah mati bertahan?!” kesal Lavendra.“Hahah, tidak Honey,” Daza kemudian memeluknya sebagai alih menghibur, “aku hanya berpikir saja,” sambungnya.“Kamu pikir mudah merawat anak? Dua saja kamu sudah kewalahan,” Lavendra masih merasa kesal mendengarnya.Bagaimana tidak, apa yang dikatakan Daza itu seperti meremehkan bagaimana selama ini Lavendra berjuang dari awal kehamilan sampai akhirnya melahirkan. Apalagi, Lavendra masih merasa sedikit trauma setelah melahirkan.Bukan saat mengenjan, melainkan setelah jahitannya selesai. Ia sampai tidak berani buang air besar selama seminggu karena takut akan merobek jahitannya tersebut. Makanya dia sangat bersyukur sudah melewati
Lavendra benar-benar merasa hidupnya berada di ujung tanduk. Meski Daza daritadi menyemangati dalam diamnya, Lavendra tahu bahwa Daza begitu khawatir sekali. Sementara itu, tim medis juga berusaha mengarahkan dengan benar kepada Lavendra.Meski begitu, Lavendra merasa benar-benar tidak bisa bertahan lebih lama. Namun, demi anaknya, ia melawan dan berusaha sekeras yang ia bisa pastinya.“OEKKHHH.”Anak pertamanya keluar.“Bagus Bu, sekarang tinggal satunya lagi.”Lavendra harus mengenjan sekali lagi. Dan itu tidak memakan waktu yang lama seperti yang pertama. Ia merasa lemas sampai-sampai dirinya benar-benar menyandar di atas tempat tidur tempat melahirkannya.Daza yang melihatnya merasa terharu, ia mendekati Lavendra dengan mengecup kening Lavendra, dan mengelus kepalanya. Bisa dirasakan dengan jelas air mata yang mengalir di wajahnya tersebut, dan itu membuat Lavendra merasa begitu tersentuh sekali.“Terima kasih, Honey. Kamu sudah berjuang keras,” ucapnya.Setelahnya Lavendra tidak
Yap, Daza dan Lavendra memang tidak melakukan perjalanan jauh untuk bisa mengabari. karena usia kandungan yang masih awal, mereka masih belum boleh berpejalanan terlalu jauh. Jadi, kabarnya hanya datang melalui panggilan video saja.Dan betapa mengejutkannya, saat Lavendra mengatakan apa jenis kelamin dari kedua anak mereka. Keluarga Lavendra begitu senang sampai-sampai mereka mengucapkan syukur yang begitu hebat.“Kita benar-benar beruntung, memiliki keluarga yang bisa mengerti keadaan kita,” ucap dari Lavendra.Daza menggelengkan kepalanya, “Justru kamu yang beruntung, diberikan hidup yang sangat luar biasa,” Daza memuji.Lavendra yang merasa malu sedikit memukul pelan tangan Daza setelah mendengarnya. Wajahnya jadi memerah karena mendengar Daza berkata begitu kepadanya.“Apa sih. Ini kan karena kamu juga,” ucap Lavendra.Sekali lagi, Daza menggelengkan kepala tidak membenarkan apa yang dikatakan oleh dirinya tersebut. “Kalau aku dulu tidak sadar akan keberadaanmu, mana mungkin aku
Peresmian bukanya kafe Lavendra bukan sembarangan. Berkat tim yang mengatur promosi benar-benar melakukan tugasnya dengan baik, Lavendra mendapatkan lebih dari 200 pelanggan pertama yang tengah menunggu.Angkanya memang tidak terlau besar sekali, namun, bagi dia yang baru pertama kali melakukannya, ini sudah cukup besar dan pastinya sudah membuatnya merasa begitu senang sekali. Keluarganya begitu menyambut dirinya, bahkan mereka sepertinya begitu menyayangi dirinya kali ini.Berbagai rentetan acara mulai dimulai. Banyak orang yang sangat bersemangat melihat bagaimana acara di mulai. Karena adanya promo yang bisa dibilang lumayan bagi mereka yang memenangkan permainan.Hingga tiba lah sampai dimana peresemian kafe Lavendra tiba.“Waktu yang ditunggu-tunggu telah tiba, mari kita resmikan, Luvvy Café secara perdana hari ini dibuka!!!”Lavendra memotong pita yang membatasi di depan dari pintu masuk kafenya tersebut. Banyak orang yang bertepuk tangan menyambut dan memberikan sambutan yang
Lavendra mulai mengurangi rasa perhatian atas permintaan orang tua Daza. Mereka meminta begini supaya bisa membuat Daza sadar bahwa bukan hanya dia yang perlu diperhatikan. Dan benar saja, cara itu bekerja dengan baik.Lavendra memilih sibuk dengan memberikan resep kepada para calon pekerjanya nanti. Tentu saja ini dia lakukan bukan tanpa alasan juga. Ia harus segera membuka kafenya untuk mencari kesibukan lainnya.Di satu waktu, Lavendra sedang membandingkan merek coklat yang nantinya ia akan pakai sebagai pasokan supaya menjaga kualitas atas dessert yang akan dia buat nantinya. Tidak perlu waktu lama, tetapi ia harus menguji beberapa.“Honey,” Daza yang menontonnya daritadi akhirnya memanggil.“Ya?” Lavendra langsung menjawab.“Bisa kita bicara sebentar?” ajaknya.Melihat raut wajah beserta bagaimana tatapannya, Lavendra tahu, bahwa Daza aka berbicara sangat serius kepadanya. Akhirnya ia memasukkan dahulu coklat yang sudah ia keluarkan ke dalam pendingin dahulu.Daza mengajaknya ber