Hari ini adalah kepulangan Lucia dari rumah sakit, Dariel dan tuan Kaizer tengah disibukkan untuk mempersiapkan kedatangan Lucia di mansion.Tuan Kaizer memilih untuk tetap berada di mansion sedangkan Dariel yang akan mengantarkannya ke mansion.“Aku ingin semuanya harus rapi dan menyambut nona kalian dengan sangat hangat.” Ucap tuan Kaizer dengan serius pada pelayannya.Semua pelayan mengangguk patuh mendengar ucapan tuan Kaizer.“Baik tuan.”Tuan Kaizer mengangguk puas mendengarnya.Disisi lain, Dariel tengah membereskan semua perlengkapan Lucia ke dalam tas yang selama ini dia gunakan ketika di rumah sakit.“Biar aku saja, kau sudah cukup lelah menjaga ku sepanjang hari.” Ucap Lucia ingin mengambil alih apa yang sedang dikerjakan oleh Dariel,.Dariel tersenyum dan menolak lembut. "Tidak, sayang. Aku ingin melakukannya untukmu. Kau hanya perlu bersantai dan biarkan aku yang mengurus semuanya."Lucia mengangguk, walaupun dia merasa bersyukur atas perhatian Dariel, dia juga ingin memb
Hari hari berjalan seperti biasanya, tak ada spesial. Hanya sikap Lucia yang semakin hangat dan menerima Dariel disisinya.Mereka sekarang layaknya pasangan yang sedang jatuh cinta, selalu kemanapun berdua.Seperti sekarang, hanya untuk membeli beerapa perawatan kulit yang habis di mansion Dariel rela meninggalkan rapatnya dengan karyawannya untuk menemani kekasih hatinya.“Apa tak apa kau meninggalkan rapat mu?”“Aku hanya menunda, atau melalui panggilan video sudah cukup karena hanya rapat rutin mingguan saja yang untuk mengevaluasi pekerja.” Ucap Dariel dengan lembut dan terus menggandeng tangan Lucia memasuki sebuah toko dengan brand cukup terkenal dengan produk perawatan kulit terbaik mereka.Lucia tersenyum dan merasa sangat bahagia melihat dedikasi Dariel dalam hubungan mereka. "Aku sangat beruntung memilikimu, Dariel. Kau sangat perhatian padaku. Tapi jangan lakukan hal ini lagi, nanti kau dinilai oleh karyawan mu sendiri sebagai orang yang tidak berkompeten dan profesional"D
“Kalian habis dari mana?” Tanya tuan Kaizer dengan lembut pada Lucia yang baru sampai mansion dengan diantar oleh Dariel.“Hanya berbelanja beberapa kebutuhan, aku membelikan makanan kesukaan ayah.” Ucap Lucia sambil menenteng kantong berisi makanan kesukaan tuan Kaizer.Tuan Kaizer tersenyum senang mendengar jawaban Lucia. "Terima kasih, Lucia. Kau selalu begitu perhatian."“Ayo masuk, jangan berada diluar.” Lanjut tuan Kaizer pada mereka.“Maaf ayah, aku harus kembali ke kantor.” Ucap Dariel dengan sopan pada ayah Lucia tersebut.Tuan Kaizer mengangguk mengerti. "Tentu, Dariel. Terima kasih atas perhatianmu pada Lucia. Semoga pekerjaanmu berjalan lancar."Dariel tersenyum dan mengangguk. "Terima kasih, ayah. Aku akan berangkat sekarang. Selamat makan malam, Lucia. Aku akan segera kembali."Lucia mengangguk sambil tersenyum. "Terima kasih, Dariel. Hati-hati dijalan."Dengan itu, Dariel meninggalkan mansion menuju kantor untuk menyelesaikan pekerjaannya. Tuan Kaizer dan Lucia kemudian
Sesuai dengan perjanjian, Lucia mendatangi cafe dimana dia dan Ellard mengatur pertemuan mereka sore ini.Saat dia tiba di cafe itu, terlihat Ellard belum sampai disana.Lucia tiba di cafe beberapa menit lebih awal dan memilih duduk di sudut yang nyaman. Dia merasa gugup dan cemas tentang pertemuan ini. Melihat kembali masa lalu dengan Ellard membuatnya merasa campuran perasaan.Dia memesan secangkir teh herbal dan menunggu sambil memandangi pemandangan sungai yang indah dari jendela. Waktu berlalu dan Ellard masih belum muncul. Dia mulai merasa agak resah karena menunggu.Setelah menunggu hampir setengah jam, Ellard akhirnya muncul di pintu cafe. Mereka bertatapan sejenak sebelum Ellard mendekati meja tempat Lucia duduk.Ellard tersenyum tipis. "Halo, Lucia. Maaf aku terlambat."Lucia merespon dengan sopan. "Tidak masalah. Mari kita bicara."Ellard mengangguk meskipun dalam hatinya gugup, “Lucia, sebenarnya- aku ingin meminta maaf padamu. Karena keteledoranku kau menjadi korban penem
“Dariel Filbert.” Gumam Clara dengan senyum miringnya.Saat ini dia tengah berada di meja kerja di kamarnya, setelah membayar mahal seseorang untuk mencari tahu tentang pria yang bersama Lucia, Clara menjadi tertarik untuk mengetahui tentang pria tersebut.“Dia cukup bagus, sesuai seleraku.” Ucapnya dengan niat jahat yang terselubung.Tak sia-sia dia membayar puluhan juta hanya untuk informasi ini, karena jika dia berhasil dia akan mendapatkan hal yang lebih besar dari biaya yang dia keluarkan sekarang.Clara terus merencanakan cara-cara untuk mendekati Dariel dan merusak hubungannya dengan Lucia. Ia memiliki ambisi besar untuk mendapatkan posisi yang diinginkannya dalam perusahaan keluarganya, dan kini Dariel tampaknya menjadi sasaran utamanya. Clara telah mengikuti jejaknya sejak lama, dan kini tampaknya dia siap untuk mengambil tindakan yang lebih drastis.Dengan informasi yang dia peroleh, Clara mulai merencanakan pertemuan tak terduga dengan Dariel. Dia ingin memastikan bahwa dia
Tender besar telah didapatkan oleh Fedrick, setelah bertemu dengan klien tadi moodnya langsung meningkat tinggi.“Apa anda langsung kembali ke kantor, tuan?” Tanya sekretaris Fedrick.“Tidak, masih ada waktu untuk menjemput Bela, kau kembali saja ke kantor.” Ucap Fedrick yang langsung mendapat anggukan oleh sang sekretaris.Fedrick merasa sangat bersemangat untuk menemui Bela dan membantunya memilih gaun untuk pernikahan mereka. Dia tahu bahwa proses memilih gaun bisa menjadi waktu yang sangat lama, tetapi dia bersedia untuk bersabar dan memberikan dukungannya. Sebagai calon suami yang peduli, Fedrick ingin memastikan bahwa semuanya berjalan lancar dan memuaskan untuk Bela. Dengan semangat yang tinggi, dia menuju ke tempat penjemputan untuk bertemu dengan tunangannya.Setelah tiba di tempat penjemputan, Fedrick menunggu dengan sabar sambil tersenyum. Dia mengingat momen-momen indah yang telah mereka bagikan bersama Bela, dan dia tak sabar untuk menghabiskan sisa hidupnya bersama wanit
Salah seorang wanita yang lebih senior dari wanita muda lainnya tampak ingin menghampiri Lucia, dengan membawa tas brandednya yang dia gantungnya di tangannya tampak ada rasa kesombongan yang tercipta.“Oh ini anaknya paman Kaizer, ternyata aku terlalu berekspektasi tinggi.” Ucapnya dengan lembut tapi sangat menusuk.Lucia tersenyum tipis, “Senang bertemu dengan saudara Celin, aku meminta maaf karena tidak memenuhi ekspektasimu.”Celin tampak terkejut saat Lucia ternyata mengenali namanya, padahal mereka belum saling kenal sekarang. Wanita itu berpikir jika Lucia telah mempersiapkan semuanya sebelum datang.Hal itu membuatnya tersenyum lebih dalam, “Bukan salahmu, tapi kau terlalu buru-buru untuk dijadikan pewaris perusahaan paman Kaizer. Karena sepertinya kau belum mampu.” Ucapnya dengan tenang.Lucia tetap menjaga sikap tenangnya meskipun komentar Celin terasa menusuk. "Aku memahami bahwa ekspektasi tinggi diletakkan pada diriku, dan aku akan berusaha sebaik mungkin untuk memenuhi m
Pagi ini tak seperti biasanya, tubuhnya yang sudah benar-benar pulih harus di latih kembali untuk mendapatkan kebugaran fisiknya.Pagi ini dia bersama Dariel yang sudah rela jauh-jauh datang sejak subuh tadi melakukan lari santai mengelilingi kompleks perumahan.“Ternyata masih banyak ya orang-orang yang berolahraga di pagi hari.” Ucap Lucia pada Dariel saat mereka sedang berjalan karena Lucia sudah merasa engap jika harus terus berlari sehingga mereka melakukan pendinginan lebih awal.Dariel mengangguk setuju. "Ya, semakin banyak orang yang menyadari pentingnya menjaga kesehatan fisik, terutama dengan gaya hidup yang cenderung kurang bergerak seperti bekerja di kantor. Pagi hari adalah waktu yang tepat untuk berolahraga sebelum sibuk dengan rutinitas harian."Mereka berdua melanjutkan jalan-jalan santai setelah lari, menikmati udara segar pagi dan berbincang-bincang tentang berbagai hal. Bagi mereka, momen seperti ini sangat berharga dan menjadi waktu yang mereka nikmati bersama.Mer
Kabar kehamilan kedua Lucia disambut dengan penuh suka cita oleh semua orang.Bahkah saat mendengar ibunya mengandun seorang adik, Ethan tampak sangat senang dan berharap adiknya perempuan agar bisa dia jaga dan sayangi sepenuhnya.“Kapan adik akan muncul, bu?” Tanya Ethan dengan begitu antusias.“Adikmu akan lahir ketika kandungan ibu sudah mencapai sembilan bulan.” Jelas Lucia dengan penuh kelembutan pada putranya.“Lalu sekarang sudah berapa bulan? Aku sungguh tak sabar ingin menggendong adik.” Ucap Ethan dengan semangat.“Ini kemungkinan memasuki minggu ke lima, jadi kau harus bersabar. Okey?” Ucap Lucia sambil mengecup kening istrinya dengan penuh kasih sayang.Ethan begitu bersemangat menunggu kehadiran adiknya yang diinginkannya. Setiap hari, ia terus menanyakan kapan adiknya akan lahir, dan kegembiraan serta antusiasme dalam suaranya tak terbendung."Minggu ke lima? Artinya adik akan datang dalam tujuh bulanan lagi, benar?" tanya Ethan dengan riang, matanya berbinar-binar."Ya
“Ceritakan pada kami, sebenarnya apa yang terjadi?” Tanya Dariel dengan serius pada Vinn.Sebagai orang yang mengenal Vinn cukup lama, Dariel terkejut ketika Vinn sudah memiliki putri sebesar putranya bahkan Vinn belum menikah.Namun, Vinn terlihat menunduk seperti penuh penyesalan. “ A-amira adalah kekasih saya, kami memang berencana ingin melangsungkan hubungan yang lebih serius, namun saat ibu angkatku mengetahuinya, dia tak setuju dengan Amaria karena menganggap Amaria hanya konsultan hukum junior yang tak terpandang. Anda tahu bagaimana ibu angkat saya tuan dan saya tidak mungkin melawan wanita yang telah merawat saya.” Dariel yang mendengar itu mendesah, “Lalu kenapa kau terlihat begitu menyesal? Bukankah hari ini adalah bagian dari pilihanmu?” Ucap Dariel dengan tenang.“S-saya saya tidak tahu jika Amaria waktu itu mengandung, jika aku tahu dia mengandung tentu aku akan berusaha keras mempertahankannya.”Lucia yang mendengar itu merasa tampak kecewa, “Aku sebagai wanita kecewa
Obrolan Lucia dengan ibu Cila, yang bernama Amira tersebut berlangsung cukup akrab, ternyata mereka memiliki hobby yang sama.“Aku melihat kartu nama mu, pekerjaanmu sebagai konsultan hukum. Apa itu benar?” Tanya Lucia dengan ramah."Mendengar tentang pekerjaanmu sebagai konsultan hukum membuatku tertarik, Amira. Aku sendiri bukan konsultan hukum, tetapi aku memiliki minat yang besar terhadap hukum dan berbagai topik terkait. Aku sangat menghargai profesi seperti yang kamu lakukan," ucap Lucia dengan penuh antusiasme.Amira mengangguk, terlihat senang menemukan seseorang yang bisa diajak berbicara tentang minatnya. "Sama-sama, Lucia. Memang menarik memiliki kesamaan minat seperti ini. Apakah kamu sering membaca atau mempelajari topik hukum secara mendalam?""Ya, aku suka membaca dan memperluas pengetahuan saya tentang hukum akhir-akhir ini, meskipun tidak bekerja di bidang tersebut. Aku percaya pengetahuan hukum sangat berguna dalam berbagai aspek kehidupan," jelas Lucia sambil tersen
“Terima kasih, om, tante, Ethan. Karena membantuku.” Ucap Cila dengan wajah polosnya. Baru kali ini dia dibantu saat dirinya dibully, selama ini semua orang seolah tutup mata bahkan ibunya sendiri tidak mampu melindunginya karena yang membullynya adalah orang-orang yang memiliki kekuasaan yang tinggi.Dariel yang melihat gadis kecil itu tampak tersenyum, “Bukan apa-apa, sweety. Dimana orang tua mu? Apakah kau akan dijemput?” Tanya Dariel dengan lembut.Cila mengangguk, “Ibuku akan menjemput saat istirahat nanti, dia masih bekerja jadi tak bisa menjemput tepat waktu. Tapi aku tak apa, om. Aku akan menunggunya seperti biasa.” Ucap Cila dengan tenang.Lucia yang melihat keberanian di mata gadis itu langsung terenyuh, anak sekecil ini sudah bisa memahami keadaan orang tuanya. Apalagi
“Aduh! Kenapa kamu mendorong Cila!” Teriak anak kecil dengan berani pada segerombolan anak kecil yang seusianya. “Hei, kau anak yang tak punya ayah itu kan? Kenapa kau bisa sekolah disini. Inikan sekolah bermain elite.” Tanya anak laki-aki tersebut pada gadis kecil bernama Cila. “Memang jika tak punya ayah aku tak bisa bersekolah, ha? sini kalau berani jangan mainnya keroyokan dong.” Ucapnya tanpa rasa takut sekalipun. anak-anak laki-laki itu langsung menjambak rambut anak gadis itu dengan keras dan merundungnya dengan tawa yang cukup keras. Ethan, dia yang sedang menunggu ibunya menjemputnya merasa terganggu dengan perundungan tersebut. Dengan berani dia langsung menolong gadis kecil itu yang tampak ingin menangis namun ditahan agar lawannya tak semakin menyiksanya. Situasi itu membuat Ethan merasa tidak enak hati. Dengan langkah mantap, dia mendekati anak-anak yang sedang merundung Cila. Meskipun merasa agak takut, dia bertekad untuk membantu. "Diam kalian!" teriak Ethan deng
Tahun pertama Ethan memasuki waktu sekolahnya, saat usia tiga tahun ini Lucia memutuskan untuk mendaftar ke sekolah bermain agar Ethan bisa bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya.Ethan yang baru pertama kali ikut kelas ini hanya memegang tangan ibunya dengan erat, Lucia yang melihat itu tersenyum. “Jangan takut, mereka adalah temanmu semua. Ayo bergabunglah dengan mereka.” Ucapnya dengan lembut pada putranya tersebut.Saat melihat Ethan yang agak ragu-ragu di hari pertamanya di sekolah bermain, Lucia mencoba memberikan dukungan dan semangat padanya. Dia meraih tangan kecil Ethan dengan lembut, merasa getaran kecil dari kecemasan yang dipancarkan anaknya."Kamu akan memiliki waktu yang menyenangkan di sini, nak. Mereka semua adalah temanmu yang baru," ucap Lucia dengan lembut sambil tersenyum menghi
Sesuai dengan janji Dariel, saat ini dia mengajak istri dan anaknya untuk pergi ke pantai bersama. Ethan terlihat sangat senang dan bermain dengan pasir dipinggir pantai bersama Lucia.Suasana di pantai begitu menyenangkan. Dariel dan Lucia duduk di pinggir pantai sambil menikmati keindahan laut yang bergerombolkan ombaknya. Mereka tersenyum melihat Ethan yang riang bermain-main dengan pasir. Dariel berusaha membuat istri dan anaknya merasa bahagia di tempat yang indah ini."Ethan benar-benar senang di sini," ujar Dariel sambil tersenyum melihat putranya."Iya, pantai memang salah satu tempat favoritnya," kata Lucia sambil mengelus kepala Ethan yang sedang asyik membangun benteng pasir."Kau juga terlihat senang di sini," ucap Dariel sambil menatap istrinya dengan penuh kehangatan.Lucia tersenyum. "Benar, udara pantainya begitu menyegarkan. Terima kasih sudah membawa kami ke sini."Mereka melanjutkan hari mereka dengan bermain air, menjelajahi pantai, dan menikmati waktu bersama. Dar
“Kau membaca apa sayang?” Tanya Dariel yang setelah mandi langsung menghampiri istrinya meskipun dia masih menggunakan handuk kimono di badannya.Lucia yang melihat suaminya tersenyum tipis, “Aku sedang membaca novel saja, aku sedang jenuh saat ini.” Ucap Lucia dengan lembut.Dariel duduk di pinggiran kursi dengan menatap buku novel yang dibaca istrinya, “Malam pertama dengan sang CEO.” Gumam Dariel dengan menaikkan alisnya, “Kau membaca novel seperti ini Lucia?” Tanya Dariel terkekeh lalu mengambil buku novel yang dibaca istrinya.“Oh apa kau ingin gaya baru dalam hubungan kita Lucia?” Tanya Dariel menggoda Lucia.“Tidak.” Elak Lucia yang berusaha merebut kembali novel yang dipegang oleh suaminya dengan malu.Dariel terus menggoda Lucia hingga Lucia tersandung dan terjatuh ke ranjang dengan menarik Dariel hingga tubuh Dariel menindih Lucia.“Apa ini juga tertulis di novel ini sayang? Apakah kau ingin menggodaku saat hari masih belum petang?” Bisik Dariel yang menggetarkan hati Lucia.
Kehidupan keluarga Dariel semakin hari semakin bahagia, terlebih Lucia saat ini tengah menikmati momen santai bersama putranya yang saat ini sudah pintar berlari dan mereka menikmati hari ini di taman belakang rumahnya..“Nyonya, nona Clara datang lagi.” Ucap pelayan Lucia padanya.Lucia yang mendengarnya tersenyum, “Bawa dia kemari.” Ucap Lucia dengan tenang.Meskipun dahulu ada rasa kekhawatiran terhadap Clara, namun saat ini Lucia dan Clara sudah berteman semenjak hari itu dia datang ke mansionnya.“Lucia, bagaimana kabarmu?” Tanyanya dengan ramah.Lucia tersenyum dan mengangguk, “Aku sangat baik, bagaimana dengan kuliahmu? Ku dengar kau melanjutkan kuliah S2.”Terkadang, kehidupan bisa memberikan kesempatan kedua yang menakjubkan. Seperti yang dirasakan Lucia saat ini, di mana pertemuan dengan Clara yang awalnya penuh ketegangan, kini berubah menjadi obrolan santai dan hangat di taman belakang rumahnya.“Aku baik-baik saja. Iya, aku lanjut S2 sekarang. Belum terlalu sulit, tapi cu