“A-aku akan kesana sekarang. Tolong tunggu aku.” Suara Claire berubah menjadi gemetar saat mendengar kabar dari kakaknya.Leonidas yang berada di sampingnya penasaran, apalagi Claire menangis bahkan menahan sesaknya.“Claire, are you okay?”Claire berusaha menahan air matanya yang terus mengalir, namun isakannya tak bisa disembunyikan. Dia mengangguk lemah, mencoba memberi tahu Leonidas bahwa dia baik-baik saja, tetapi jelas terlihat sebaliknya.Leonidas dengan cepat mendekat, meletakkan tangannya di telapak tangan Claire, memberi dukungan dengan cara yang dia bisa. "Claire, apa yang terjadi? Siapa yang meneleponmu?"Claire mengusap air matanya dengan punggung tangannya, berusaha keras untuk berbicara meskipun suaranya terdengar serak. "Kakek buyutku... dia meninggal, Leonidas. Aku harus pergi sekarang... keluargaku membutuhkan aku."Mendengar itu, Leonidas merasa simpati. Kematian seorang anggota keluarga, apalagi yang sangat dekat, selalu meninggalkan luka yang mendalam. Tanpa ragu,
Pemakaman tuan Abert telah selesai dilaksanakan, langit sore yang mulai mendung membuat semua orang meninggalkan pemakaman elite tersebut.Claire yang berjalan di samping Leonidas yang di dorong oleh supirnya hanya diam tak banyak bicara.“Apa kau ingin tinggal bersama keluargamu lebih dulu? Aku tak masalah jika kau ingin seperti itu.” Ucap Leonidas yang berusaha menyenangkan hati Claire.Claire yang mendengar itu langsung melihat Leonidas terkejut, “Kau tak masalah?” Tanyanya.Leonidas menggeleng, “Tapi sebagai suami mu aku akan ikut tinggal di sana, aku juga ingin lebih dekat dengan mertua ku.” Ucap Leonidas dengan senyumnya yang lembut.Claire tersenyum samar mendengar jawaban Leonidas. Dia tidak menyangka Leonidas akan setuju, apalagi bahkan menawarkan untuk tinggal bersama keluarganya. "Aku pikir kau tidak akan nyaman di sana," ucap Claire dengan nada lembut, sambil berjalan perlahan di sampingnya.Leonidas menggeleng dengan santai. "Aku tidak keberatan, Claire. Lagipula, aku ing
Makan malam pertama di kediaman Filbert, perasaan Claire menjadi canggung meskipun berada di rumah orang tuanya sendiri.Karena, semua orang fokus pada Leonidas. Mereka terus menerus menatap tajam Leonidas seolah dia adalah parasit yang tidak seharusnya disini.“Ayo kita makan, kenapa pada diam?” Tanya Lucia dengan lembut penuh keibuan, bahkan tak sedikitpun dia memandang Leonidas sebagai orang lain karena melihat putrinya sepertinya diperlakukan baik oleh suaminya.Mereka semua mengangguk dan Lucia menatap putrinya yang masih diam saja. “Tolong ambilkan Leonidas makanan yang biasa dia makan, Claire. Atau jika tidak ada makanan yang sesuai dengan seleranya aku akan meminta koki kita untuk segera membuatnya.” Ucap Lucia dengan penuh perhatian.Leonidas tersenyum melihat ibu mertuanya yang tampak lebih rasional dari pada anggota lainnya, “Terima kasih atas kemurahan hati anda, ibu.” Ucap Leoidas dengan lembut.“Claire terkadang suka memasakkan saya makanan yang biasa keluarga ini makan,
“Kau tadi bicara tentang apa bersama ayah?” Tanya Claire setelah melihat Leonidas kembali dari ruang kerja ayahnya dan kembali ke kamar,Leonidas tersenyum dan mendorong kursi rodanya untuk masuk lebih dalam, Claire pun langsung menutup pintu.“Ayah tidak mendesakmu kan? Aku khawatir karena ayah terkadang otoriter yang membuatku takut kau tak nyaman.” Lanjut Claire lagi karena belum mendapatkan jawaban yang pasti dari pria itu.Leonidas tersenyum lebih dalam saat mendengar kekhawatiran Claire.“Membahas pernikahan kita.” Ucap Leonidas dengan tenang.Claire terkejut, “Apa ayah mendesakmu untuk menceraikanku? Atau hal yang lain?”Leonidas mengangguk, “Salah satunya tapi ada hal lain yang juga.”Claire langsung penasaran, “Apa? Katakan padaku.”Suara tawa Leonidas terdengar yang membuat Claire bingung, “Apanya yang lucu?”Leonidas menahan tawanya dan menatap Claire dengan lembut. "Kau seperti kelinci yang penasaran dengan sesuatu, sangat imut dan menggemaskan.”Claire memutar matanya, me
Kicauan burung terdengar dan suara alarm pagi terdengar, Claire yang terlelap dalam tidurnya mulai membuka matanya.Tapi pemandangan pertama yang dia lihat adalah wajah tampan Leonidas yang saat ini masih tertidur sambil memeluknya.Claire terdiam sejenak, menatap Leonidas dalam diam seolah menilai ketampanan pria itu saat sedang menutup mata.Claire menahan napas, merasa jantungnya berdetak lebih cepat saat menyadari betapa dekatnya mereka berdua. Wajah Leonidas terlihat begitu tenang dalam tidurnya, berbeda dari sikapnya yang biasanya penuh perhitungan dan tegas. Dalam momen ini, Claire bisa melihat sisi Leonidas yang lebih lembut, sisi yang mungkin tak sering dia tunjukkan.Dia berpikir, bagaimana mereka bisa sampai pada titik ini—dimana mereka saling berbagi tempat tidur, dalam keheningan, tanpa tekanan atau paksaan. Apakah hubungan ini benar-benar hanya tentang kewajiban, atau ada sesuatu yang lebih? Claire tak bisa menepis perasaan aneh yang perlahan merayap dalam hatinya. Tanp
“Claire!” James yang melihat Claire langsung berdiri dan tersenyum.“Aku tadi mendapat kabar jika kau tinggal disini jadi mungkin kita… Ah ada kau juga ya ternyata.” Ucap James saat melihat Leonidas berada di belakang Claire.James, yang tampaknya tidak mengharapkan kehadiran Leonidas, tersenyum kaku. "Aku tidak menyangka kau ikut juga, Leonidas," ucap James dengan nada yang mencoba terdengar santai, namun jelas terlihat sedikit terganggu.Leonidas dengan tenang menatap James, senyum tipis terlukis di wajahnya. "Aku tidak ingin melewatkan kesempatan untuk melihat istriku dalam pertemuan penting," ucapnya, sedikit nada kepemilikan dalam suaranya.Claire hanya tersenyum mendengar percakapan mereka, hingga dia mengajak mereka berdua pergi ke taman.“Ayo kita minum teh disana. Agar suasananya sedikit sejuk.” Ucap Claire dengan lembut.Kedua pria itu mengangguk meskipun saling melirik dengan tajam.Di taman, suasananya memang sejuk terlebih pagi ini cukup cerah. Bunga yang di rawat oleh Lu
“Kau bisa Leo! Ayo coba jalan selangkah lagi.” Ucap Claire memberikan semangat saat Leonidas sudah bisa berdiri lebih lama dan bisa selangkah untuk berjalan.Leonidas tersenyum, berpura-pura berusaha untuk bertahan meskipun sebenarnya dia sudah bisa berjalan. Tapi melihat wajah semangat Claire membuat dia menuruti keinginan wanita itu hingga saat hampir sampai, dia berpura-pura jatuh dan membuat Claire jatuh bersamanya dengan dia di atasnya.Claire terkejut ketika tiba-tiba terjatuh bersama Leonidas, tapi sebelum dia bisa bereaksi lebih jauh, dia menyadari posisi mereka sekarang—Leonidas berada di atasnya, menatapnya dengan tatapan yang intens."Wah, maafkan aku, Claire. Sepertinya aku masih terlalu lemah," ucap Leonidas dengan nada menggoda, sambil menahan senyum.Claire mendengus pelan, setengah tertawa tapi juga merasa malu. "Kau sengaja, ya? Seharusnya aku tahu kau akan melakukan sesuatu seperti ini."Leonidas tertawa kecil. "Mungkin aku hanya ingin menghabiskan lebih banyak waktu
“Kau banyak diam hari ini, Claire. Apa kau mau tinggal di rumah ayah ibu lebih lama?” Tanya Leonidas dengan bingung. Karena melihat perubahan suasana yang terjadi pada Claire, sejak mereka masuk mobil dan pergi dari kediaman Filbert, Claire menjadi lebih pendiam.“T-tidak.” Ucap Claire dengan gugup.Leonidas menaikkan alisnya, “Apa kita mau mampir ke toko dessert kesukaanmu? Ayo kita lakukan agar mood mu kembali.” Ucap Leonidas dengan lembut.Claire tersenyum tipis, meskipun masih ada rasa canggung dalam dirinya. "Aku baik-baik saja, sungguh," jawabnya, meskipun suaranya terdengar sedikit tak yakin.Leonidas memperhatikan Claire dengan penuh perhatian. "Kau tak perlu memaksakan diri untuk terlihat baik-baik saja, Claire. Jika ada yang mengganggumu, kau bisa bilang padaku," ucapnya dengan lembut, suaranya penuh perhatian.Claire menggigit bibir bawahnya, dia tak mungkin bilang jika dia sekarang sedang gundah karena hubungan mereka semakin dekat.Tapi Claire berusaha untuk terlihat baik