Beranda / Romansa / MENIKAHI MANTAN SUAMI / BAB 83. Mengusut Masalah Satu per Satu

Share

BAB 83. Mengusut Masalah Satu per Satu

Penulis: naftalenee
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
"Lo gila, ya?!" bentak Alex setelah mendengar keseluruhan cerita Sakha.

Satu jam yang lalu, Sakha muncul di depan pintu apartemen Alex dengan wajah kusut. Si tuan rumah semakin kebingungan saat Sakha berkata akan menginap selama beberapa malam. Sakha tak punya pilihan selain menceritakan pertengkarannya dengan Tabitha.

"Untuk sementara, ini yang terbaik buat kami," balas Sakha datar meski hatinya mengatakan hal lain.

"Yang terbaik my ass!" umpat Alex kesal. "Gue udah peringatin lo soal ini kan? Tabitha pasti mikir yang enggak-enggak begitu tahu lo sibuk ke sana kemari bantuin Ranis kabur dari Riley."

Sakha mengembuskan napas kencang. "Tabitha nggak tahu kalau kita berdua juga baru tahu soal Riley KDRT kalau bukan gara-gara kita nggak sengaja lihat Ranis dipukulin si berengsek itu di jalan. Dia sama sekali nggak mau dengar penjelasan gue."

"Kalau lo bisa lebih sabar ngadepin Tabitha yang lagi emosi, gue yakin Tabitha bisa mengerti. Dan lo nggak harus sampai kabur ke tempat gue," c
naftalenee

Tuh kan... Sakha nggak selingkuh, kan???? Hadehhhh

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • MENIKAHI MANTAN SUAMI   BAB 84. Waktu yang Salah?

    "Sialan!" umpat Tabitha marah. Tabitha baru saja membuka bungkus pembalut dengan setengah emosi hingga isinya berceceran di lantai kamar mandi yang kering. Tanpa membereskan kekacauan yang dibuatnya, Tabitha hanya mengambil satu di antara bungkus-bungkus pembalut yang tercecer di lantai itu dan memasangnya di celana dalam. Emosinya kacau sejak semalam. Kepalanya berdenyut pusing karena terlalu banyak menangis. Diperparah dengan rasa sakit yang melilit perut tengah malam tadi. Tabitha sama sekali tidak bisa tidur nyenyak. Menghela napas panjang, Tabitha melepas handuk yang melilit tubuhnya lalu mengenakan bra dan celana dalamnya dengan malas-malasan. Ia sudah mandi dengan air dingin, tetapi badannya tetap lemas. Beban pikirannya-lah yang memengaruhi. Tabitha tidak berharap langsung hamil, tetapi melihat bercak merah mengotori celana dalamnya saat ia buang air kecil begitu bangun tidur subuh tadi, rasanya menyakitkan. Ia seolah kembali diingatkan pada usahanya selama bertahun-tahun un

  • MENIKAHI MANTAN SUAMI   BAB 85. Belum Selesai

    Tabitha lupa kapan terakhir kali ia merasa canggung hanya untuk bertatapan dengan Sakha yang muncul di kamar inapnya satu jam kemudian. Pertengkaran semalam-lah yang menjadi penyebabnya. Tabitha merasa bodoh ketika mengingat aroma kebenciannya kepada Sakha semalam dan hari ini, mendadak benci itu lenyap tergantikan dengan perasaan rindu ingin direngkuh. "Kenapa, Bee?" Teguran itu membuat Tabitha berdeham gugup. "Kita... harus gimana sekarang?" Sakha mengernyit. Merasa aneh mendengar pertanyaan itu. Namun, ia tetap menanggapi dengan serius. "Mempersiapkan diri menjadi orang tua yang baik, itu yang paling penting." Sakha mendekat untuk merapikan selimut yang menutupi tubuh bagian bawah Tabitha. "Aku udah kabarin Mama sama Ibu juga soal keadaan kamu. Mereka akan datang besok." "Makasih. Maaf jadi ngerepotin kamu," balas Tabitha kaku. Kekehan meluncur dari bibir Sakha. "Kamu kenapa canggung gitu sih, Bee?" Pertanyaan yang terdengar mengejek itu membuat Tabitha melengos. "We had a big

  • MENIKAHI MANTAN SUAMI   BAB 86. I Wanna Eat You

    "Kalian bicara apa aja tadi?" Tabitha tak bisa menahan diri untuk bertanya saat Sakha masuk ke rumah setengah jam kemudian. Wanita itu menghadang langkah sang suami yang menggumam mau ke kamar mandi untuk buang air kecil. Sakha tidak langsung menjawab. Laki-laki itu malah memandangi sang istri dari ujung kepala hingga ujung kaki, membuat wanita itu menggerutu kesal. "Jangan kabur, ya!" ancam Tabitha memelototi sang suami. "Aku jarang lihat kamu pakai daster. You look so sexy and pretty, I love it!" puji Sakha dengan sepenuh hati. Itu bukan jenis gombalan baru untuk mengalihkan perhatian Tabitha yang langsung mengulik soal pembicaraannya dengan Riley tadi. Sakha sungguh-sungguh dengan ucapannya itu. "Orang cantik mau dandan pakai baju apa aja juga pasti tetap cantik, Kha," celetuk Tabitha disertai tawa. Di rumah, Tabitha memang terbiasa mengenakan celana pendek dan kaus oblong tipis untuk tidur. Wanita itu punya beberapa lembar daster yang tersimpan rapi di lemari dan nyaris tidak

  • MENIKAHI MANTAN SUAMI   BAB 87. Ayah

    "Seriously ini kita nggak jadi kangen-kangenan?!" Sakha mengerang frustrasi. Laki-laki itu sudah melepas seluruh pakaiannya dan hanya menyisakan boxer yang menutupi tubuh bagian bawahnya. Namun, kegiatan menyenangkannya bersama Tabitha harus terhenti karena sang istri mendadak mual-mual ketika mereka berdua sudah siap ke menu utama. Tabitha yang hanya tinggal mengenakan celana dalam dan bra pun cepat-cepat ke kamar mandi untuk memuntahkan isi perut. Meninggalkan Sakha merana di atas tempat tidur. Saat keluar dari kamar mandi, Tabitha menutupi tubuhnya dengan jubah mandi. Wanita itu sudah tidak tampak ingin melanjutkan apa yang tertunda karena janin di perutnya protes. "Aneh, tadi aku biasa aja kamu peluk-peluk," ucap Tabitha yang merasa bersalah karena gagal menyenangkan sang suami. Wanita itu berdiri menyandar di smaping pintu kamar mandi, enggan mendekat ke tempat tidur di mana sang suami duduk lesu. "Kayaknya untuk sementara kita nggak bisa tidur di ranjang yang sama, deh," cetu

  • MENIKAHI MANTAN SUAMI   BAB 88. Tekad

    Meski sudah dipulangkan dari rumah sakit, Tabitha masih harus bed rest selama beberapa hari sehingga ia terpaksa membulatkan cutinya sampai lima hari karena Sakha rewel sekali. Tabitha sebenarnya sudah merasa sangat sehat. Entah karena istirahat total dan multivitamin yang diresepkan dokter kandungannya atau karena hubungannya dengan Sakha berangsur-angsur membaik. Mungkin berkat keduanya. Namun, mau bagaimanapun juga, ia mengerti bahwa kekhawatiran Sakha cukup beralasan. Tabitha menjadi lebih penurut kepada sang suami karena sadar bahwa membawa nyawa lain di perutnya adalah tanggung jawab yang sangat besar. Ia tidak ingin menjadi egois dan membuat bayi di perutnya stres. "Bee, anakku nggak pengen apa-apa?" tanya Sakha lewat telepon. "Coba pertanyaannya diganti 'Sayang, kamu nggak pengen apa-apa?' gitu," balas Tabitha dengan tatapan mata tertuju pada televisi yang menyala. Tangan kirinya memegang telepon yang menempel di telinga. Tangan kanannya sibuk mencomot makanan ringan dari top

  • MENIKAHI MANTAN SUAMI   BAB 89. Perkara Rumah Tangga

    Keinginan Tabitha untuk merenovasi beberapa ruangan di rumahnya disetujui Sakha tanpa banyak protes. Suaminya itu memberikan dukungan sepenuhnya karena berpikir bahwa mereka juga butuh suasana baru yang lebih segar dan memanjakan mata. Rupanya, Sakha mengenal designer interior yang contact person-nya sudah Tabitha simpan tadi--dari hasil menyelam di internet. Banyak klien yang juga merekomendasikan kenalan Sakha ini. Tabitha pun tak langsung iya-iya saja saat Sakha langsung menghubungi designer interior itu lalu mengatur janji temu di rumah, sekaligus berdiskusi untuk proses renovasi itu. Beruntungnya Tabitha, designer interior kenalan Sakha itu sedang cukup senggang minggu itu. Dua hari kemudian Tabitha sudah bertemu dengan seorang wanita berusia pertengahan tiga puluhan bernama Shanty yang deskripsi tentang pekerjaan dan track record-nya sesuai dengan apa yang dikatakan orang-orang. Tabitha langsung merasa cocok dengan designer interior itu. Di pertemuan pertama, Tabitha sudah me

  • MENIKAHI MANTAN SUAMI   BAB 90. (Tak Ada) Hari Tenang

    "Sayang, masih belum boleh jenguk Ranis ya?" tanya Tabitha di suatu pagi setelah sarapan. Wanita itu duduk santai di ruang makan sembari menyeruput jus mangga segar. Ia menemani Sakha yang sedang melakukan tugas wajibnya setelah makan, yaitu mencuci piring. Tabitha tidak pernah memaksa, tetapi sejak ia hamil suaminya menjadi lebih rajin mengerjakan urusan rumah tangga. "Aku belum nanya Alex, sih. Kalau udah dibolehin, kamu mau ke sana?" Sakha membalas seraya mengeringkan tangan. Pekerjaannya selesai dengan rapi. Laki-laki itu tampak puas meski hanya mencuci piring. Setelah berdiskusi--berkaitan dengan kehamilan Tabitha, mereka memang akhirnya mempunyai asisten rumah tangga untuk membantu meringankan pekerjaan rumah yang sudah bekerja selama lima hari, tetapi saat akhir pekan sengaja diliburkan atas permintaan Tabitha yang tetap mau mengurus rumah. Asisten rumah tangga yang dipekerjakan pasangan suami istri itu hanya bertugas untuk memasak, mencuci piring meski tidak sering, menyetr

  • MENIKAHI MANTAN SUAMI   BAB 91. Nyaris

    "Ranis kenapa?" tanya Tabitha. Ada khawatir yang pekat dalam suaranya. Namun, selain itu juga ada kemarahan. Ia takut kondisi Ranis memburuk lagi, tetapi juga sebal membayangkan suaminya tampak ingin ikut terlibat dalam masalah atau entah apa pun itu yang sedang terjadi pada wanita itu. Sungguh, Tabitha tidak ingin egois dan mengekang sang suami agar terus berada di sisinya. Namun, jika sudah berurusan dengan Ranis, entah mengapa Tabitha tidak bisa biasa-biasa saja. Memang, sudah jelas bahwa Sakha dan Ranis tidak punya hubungan romansa seperti yang ditakutinya sejak dulu. Hanya saja, keterlibatan Sakha dalam hidup Ranis, seperti yang sudah-sudah, membuat rumah tangganya sendiri menjadi kacau balau. Tabitha tidak ingin mengulang masa-masa berat itu, yang bahkan belum lama terlewat. "Dia... menyakiti dirinya sendiri lagi? Atau apa?" Lagi-lagi, Tabitha yang kembali bersuara karena Sakha belum mengucapkan apa-apa setelah tadi mengonfirmasi kalau Albert menyampaikan pesan dari Alex tenta

Bab terbaru

  • MENIKAHI MANTAN SUAMI   BAB 104. Bukan Akhir (TAMAT)

    [Yunani 2026] Tabitha terbangun dari tidurnya karena mendengar suara debur ombak yang menyapa telinga. Ketika kedua matanya telah sepenuhnya terbuka, wanita itu langsung dihadapkan pada pemandangan indah yang membuat senyum manisnya terukir. Yaitu punggung liat suaminya yang tak terbalut sehelai kain menjadi yang pertama Tabitha lihat. Laki-laki itu berdiri membelakanginya, dengan kedua tangan bersandar di pagar balkon kamar. Senyumnya melebar kala sang suami menyadari kalau ia telah bangun dan sosok itu berbalik untuk menatapnya. "Selamat pagi, Istriku." Sapaan itu membuat wajah Tabitha memerah. Gara-gara panggilan yang terdengar manis itu juga kemarin Tabitha berakhir telanjang di atas tempat tidur sesaat setelah mereka tiba di kamar dengan pemandangan menakjubkan itu. Mereka bergumul di atas ranjang hingga tengah malam, sama-sama banjir peluh dan kelelahan, tetapi banjir kenikmatan. Tanpa sempat menikmati pemandangan yang disuguhkan salah satu pulau di Yunani yang menjadi dest

  • MENIKAHI MANTAN SUAMI   BAB 103. Setelah Kalila Lahir

    Pada pernikahan pertamanya dengan Sakha, banyak tangis yang diam-diam Tabitha pendam setiap kali wanita itu kembali mendapatkan tamu bulanan. Pada saat memasuki tahun kedua pernikahan, Tabitha masih belum terlalu mempermasalahkannya. Ia masih bisa berpikir positif dan menganggap bahwa ia belum siap menjadi ibu. Bahwa ia masih diberi waktu oleh Tuhan untuk menyiapkan mental. Tabitha memilih menikmati hari demi harinya bersama Sakha. Merajut cinta yang terus bertumbuh seiring berjalannya waktu.Tabitha baru mulai khawatir saat tahun ketiga, sudah mulai ikut promil, tetapi malam-malam penuh cintanya bersama Sakha tak juga menghadirkan bayi di dalam perutnya. Terlebih mengetahui Sakha yang sudah sangat mengharapkan kehadiran anak, Tabitha jadi gundah gulana.Hati Tabitha remuk setiap kali Sakha mengecup perutnya dan membisikkan doa agar usahanya membuahkan hasil, tetapi esok harinya Tabitha mendapati bercak merah di celana dalamnya. Dan yang lebih menyakitkan adalah ketika Tabitha sudah t

  • MENIKAHI MANTAN SUAMI   BAB 102. Menjadi Ayah

    Rachel Kalila Ramadhani."Halo, anak Ayah."Sakha memandangi bayi mungil yang masih merah dari balik kaca dengan mata yang berkaca-kaca. Sudah sejak berpuluh-puluh menit ia berdiri di sana. Ia sangat bahagia karena akhirnya bisa menyambut buah cintanya bersama Tabitha, tetapi juga teramat patah hati karena tidak bisa langsung merengkuh anak gadisnya yang masih harus mendapatkan beberapa penanganan medis khusus.Karena sudah harus lahir beberapa minggu sebelum HPL, berat badannya saat ini hanya 2,4 kilogram. Laju pernapasannya masih belum teratur sehingga harus dibantu alat pernapasan yang terpasang di hidungnya. Istrinya saat ini sedang beristirahat di kamar inap setelah operasi caesar yang harus dilaluinya karena kondisi medis darurat.Tadi, saat harus mendengar berita itu disampaikan oleh dokter dan istrinya menangis karena mengkhawatirkan kondisi bayinya, Sakha nyaris ikut meneteskan air mata. Ia benar-benar tidak tega melihat sang istri yang menahan sakit di perut sekaligus terte

  • MENIKAHI MANTAN SUAMI   BAB 101. Manusia Berencana, Tuhan yang Menentukan

    "Lho, Bee? Kok belum ganti baju?" Sakha mengernyit bingung melihat istrinya belum selesai bersiap-siap. Istrinya masih mengenakan jubah mandi seperti satu jam yang lalu. Bedanya, wajahnya sekarang sudah full make-up. Menambah kesan cantik yang memikat Sakha meski hanya melihat wajah istrinya dari samping. "Aku bingung mau pakai baju apa," gumam Tabitha. Masih betah memandangi deretan gaun di dalam lemari yang pintunya telah terbuka lebar-lebar. "Semalam bukannya udah kamu siapin sama baju aku sekalian, Bee?" Tidak hanya itu. Sebenarnya sudah sejak jauh-jauh hari Tabitha membeli gaun--yang serasi dengan batik yang dikenakan Sakha sekarang--untuk dipakai saat resepsi pernikahan Haga dan Meg. Sakha mendekat kepada istrinya dan ikut melongok ke dalam lemari lalu meraih gaun berwarna salem yang langsung terlihat di matanya. "Pakai ini, kan?" Tabitha merengut saat melihat ke arah suaminya. "Aku kelihatan makin gendut kalau pakai ini. Mau pakai yang lain tapi bingung. Semua baju yang

  • MENIKAHI MANTAN SUAMI   BAB 100. It's Okay to not be Okay

    Mata Tabitha mulai berkaca-kaca karena tidak bisa menahan rasa haru yang mengisi dadanya karena dua nama yang sarat makna indah yang sudah disiapkan oleh suaminya itu. Saat menyinggung soal nama anak tadi dan mendengar fakta kalau suaminya telah menyiapkan dua nama untuk calon anak mereka, Tabitha sama sekali tidak berekspektasi tinggi. Tetapi begitu mendengar Sakha mengucapkan dua nama itu dengan tatapan penuh cinta, bahkan sampai menjelaskan arti namanya masing-masing, Tabitha langsung tahu bahwa Sakha telah mempersiapkannya dengan sungguh-sungguh. Tidak asal mencomot nama dari internet karena tampak bagus dipadu-padankan. Dan hal itu membuat Tabitha semakin tak bisa menahan air matanya. "Bee, kok nangis? Kamu nggak suka, ya?" Sakha mendadak panik. Tampak rasa khawatir yang pekat membayangi wajahnya. Ia langsung mencerocos panjang lebar. "Aku nggak akan maksa kamu pakai nama itu kalau nama yang aku siapin nggak sesuai harapan kamu kok. Maaf, Bee. Udah ya? Jangan nangis lagi. Kala

  • MENIKAHI MANTAN SUAMI   BAB 99. Hari-hari Biasa yang Luar Biasa

    "Kalian kenapa lebay banget, sih? Gue nggak papa kali!" keluh Albert yang sama sekali tidak terlihat baik-baik saja, seperti yang diucapkannya barusan.Laki-laki itu masih telungkup di atas tempat tidur, hanya mengenakan celana pendek dan singlet. Aroma tidak sedap karena sisa-sisa alkohol memenuhi kamarnya yang terang benderang karena cahaya dari lampu."Lo nggak inget semalem nelepon gue sampai nyaris dua jam? Kuping gue sampai panas denger lo ngomong sambil kumur-kumur!" cibir Ranis seraya membuka gorden dan jendela.Sementara Tabitha menyingkirkan pakaian-pakaian kotor milik Albert yang bertebaran di lantai. Memasukkannya ke dalam keranjang kotor yang ada di dekat pintu kamar mandi.Bukannya merasa bersalah, Albert malah cengengesan. "Masa, sih?""Lo bikin gue kurang tidur gara-gara nungguin Sakha nggak balik-balik tau nggak!" omel Tabitha menimpali keluhan Ranis yang diganggu malam-malam oleh curhatan Albert di telepon. "Kenapa jadi gue yang salah? Sakha yang inisiatif nemenin g

  • MENIKAHI MANTAN SUAMI   BAB 98. Pagi yang Biasa

    Tabitha sudah berniat memanjangkan durasi marahnya kepada Sakha, tetapi kemarahannya dengan ajaib menguap saat ia bangun pagi. Menatap wajah sang suami yang masih lelap dalam tidur damainya membuat senyum wanita itu terkembang lebar. Tidak adanya bau alkohol atau bau rokok yang tersisa seperti saat semalam laki-laki itu pulang semakin melebarkan senyum di wajahnya. "Ganteng banget sih laki gue," gumam wanita itu setelah mengecup pipi Sakha yang agak kasar karena jambang ttipisnya yang sudah mulai tumbuh. Sakha tidak terganggu sama sekali dengan tindakan Tabitha barusan, membuat Tabitha gemas lalu mencubit hidung mancung suaminya pelan. Dan detik kemudian wanita hamil itu tertawa kecil karena tingkah lakunya sendiri. Belakangan ini, Tabitha punya lebih banyak alasan untuk bersyukur setiap menemukan sosok Sakha ada di sampingnya ketika membuka mata. Dari mulai hal-hal sederhana seperti bisa menyantap sarapan bersama, berangkat ke kantor diantar sang suami sembari mengobrolkan agenda h

  • MENIKAHI MANTAN SUAMI   BAB 97. Marah

    Wajah merah padam Tabitha menjadi pemandangan pertama saat Sakha muncul di rumah pada pukul sebelas malam. "Sayang, kok belum tidur?" Sakha tetap memangkas jarak meski sang istri menunjukkan gelagat tidak ingin berdekatan dengannya, yang telat pulang ke rumah itu. Sebenarnya, ekspresi Tabitha tidak tampak menakutkan. Pipi gembil yang semakin menonjol karena rambut pendeknya dan perut buncitnya yang terbalut daster selutut itu membuat wanita itu malah tampak manis dan memesona. Namun, tentu saja Sakha tidak akan mengucapkannya terang-terangan di saat sang istri sedang marah. Itu cari mati namanya. "Bee—" "Nggak usah pegang-pegang!" Tabitha berkacak pinggang. Dasternya terangkat naik dan kedua sisi daster di pinggangnya sedikit tertarik oleh kedua tangan, semakin menunjukkan perut bulatnya yang berisi calon bayi mereka. Sakha batal merengkuh sang istri dalam pelukan. "Aku beliin kamu sate Padang. Tadi kamu katanya pengen—" "Kamu pikir aku bakal nggak marah lagi cuma dengan sogokan

  • MENIKAHI MANTAN SUAMI   BAB 96. Steamy Night (18+)

    "Kenapa, Sayang?" Sakha menolehkan kepala, menatap sang istri yang baru saja menyuarakan pertanyaan setelah lima belas menit perjalanan pulang dari restoran. "Kenapa?" Dan ia malah mengulang pertanyaan itu. Tabitha mengendikkan bahu. "Kamu kelihatan nggak fokus gitu. Ada yang mengganggu kamu soal hubungan Haga sama Meggie?" "It's not like that," balas Sakha. Ia mendesah kecil. "Rasanya aneh aja memikirkan bagaimana takdir bekerja." Tawa ringan Tabitha memenuhi mobil. "It's kinda surprising, right?" Sakha mengangguk setuju. Menilik pada kisah cintanya dengan Tabitha, yang sempat runtuh dan terpisah. Lalu, suatu waktu, mereka dipertemukan oleh takdir di saat keduanya sudah berusaha keras untuk bangkit di jalan masing-masing. Hingga di satu titik mereka dipersatukan kembali dalam keadaan yang utuh dan saling melengkapi. Sakha tidak akan pernah bisa berhenti takjub pada bagaimana semesta mengejutkannya. "More than that, aku beneran syok lihat Haga ternyata bisa sebucin itu," gumam T

DMCA.com Protection Status