Biasanya kalau abis adem ayem gini, ujung-ujungnya bakal ada badai yang menanti dan bikin porak-poranda. Iya, nggak sih? Kan masalah Ranis-Riley belum kelar juga tuh. Nggak mungkin Riley langsung gencatan senjataššš Lanjut yang manis-manis atau ketemu Haga/Ranis aja biar ada tegang-tegangnya dikit????ššš *author kangen Haga* ps. aku masih belum terlalu sehat, jadi mohon maaf ya kalau misal update-nya jadi bolong-bolong lagi. tapi aku tetap usahain update lebih sering sampai cerita ini tamat, kokšš» jangan bosen dulu yaaš
Keinginan Tabitha untuk merenovasi beberapa ruangan di rumahnya disetujui Sakha tanpa banyak protes. Suaminya itu memberikan dukungan sepenuhnya karena berpikir bahwa mereka juga butuh suasana baru yang lebih segar dan memanjakan mata. Rupanya, Sakha mengenal designer interior yang contact person-nya sudah Tabitha simpan tadi--dari hasil menyelam di internet. Banyak klien yang juga merekomendasikan kenalan Sakha ini. Tabitha pun tak langsung iya-iya saja saat Sakha langsung menghubungi designer interior itu lalu mengatur janji temu di rumah, sekaligus berdiskusi untuk proses renovasi itu. Beruntungnya Tabitha, designer interior kenalan Sakha itu sedang cukup senggang minggu itu. Dua hari kemudian Tabitha sudah bertemu dengan seorang wanita berusia pertengahan tiga puluhan bernama Shanty yang deskripsi tentang pekerjaan dan track record-nya sesuai dengan apa yang dikatakan orang-orang. Tabitha langsung merasa cocok dengan designer interior itu. Di pertemuan pertama, Tabitha sudah me
"Sayang, masih belum boleh jenguk Ranis ya?" tanya Tabitha di suatu pagi setelah sarapan. Wanita itu duduk santai di ruang makan sembari menyeruput jus mangga segar. Ia menemani Sakha yang sedang melakukan tugas wajibnya setelah makan, yaitu mencuci piring. Tabitha tidak pernah memaksa, tetapi sejak ia hamil suaminya menjadi lebih rajin mengerjakan urusan rumah tangga. "Aku belum nanya Alex, sih. Kalau udah dibolehin, kamu mau ke sana?" Sakha membalas seraya mengeringkan tangan. Pekerjaannya selesai dengan rapi. Laki-laki itu tampak puas meski hanya mencuci piring. Setelah berdiskusi--berkaitan dengan kehamilan Tabitha, mereka memang akhirnya mempunyai asisten rumah tangga untuk membantu meringankan pekerjaan rumah yang sudah bekerja selama lima hari, tetapi saat akhir pekan sengaja diliburkan atas permintaan Tabitha yang tetap mau mengurus rumah. Asisten rumah tangga yang dipekerjakan pasangan suami istri itu hanya bertugas untuk memasak, mencuci piring meski tidak sering, menyetr
"Ranis kenapa?" tanya Tabitha. Ada khawatir yang pekat dalam suaranya. Namun, selain itu juga ada kemarahan. Ia takut kondisi Ranis memburuk lagi, tetapi juga sebal membayangkan suaminya tampak ingin ikut terlibat dalam masalah atau entah apa pun itu yang sedang terjadi pada wanita itu. Sungguh, Tabitha tidak ingin egois dan mengekang sang suami agar terus berada di sisinya. Namun, jika sudah berurusan dengan Ranis, entah mengapa Tabitha tidak bisa biasa-biasa saja. Memang, sudah jelas bahwa Sakha dan Ranis tidak punya hubungan romansa seperti yang ditakutinya sejak dulu. Hanya saja, keterlibatan Sakha dalam hidup Ranis, seperti yang sudah-sudah, membuat rumah tangganya sendiri menjadi kacau balau. Tabitha tidak ingin mengulang masa-masa berat itu, yang bahkan belum lama terlewat. "Dia... menyakiti dirinya sendiri lagi? Atau apa?" Lagi-lagi, Tabitha yang kembali bersuara karena Sakha belum mengucapkan apa-apa setelah tadi mengonfirmasi kalau Albert menyampaikan pesan dari Alex tenta
"Kesempatan kedua. Aku percaya setiap orang berhak mendapatkan itu." Tatapan Sakha menerawang, kembali terbayang momen beberapa bulan lalu. "Waktu kamu kecelakaan dan aku ikut ambulans nemenin kamu, aku tahu kalau saat itu Tuhan sedang menawarkan kesempatan kepadaku untuk mendekati kamu lagi. Aku nggak tau kenapa bisa begitu, tapi aku yakin aja. Makanya aku bersikeras untuk menemani kamu di rumah sakit bagaimanapun caranya." Tabitha mendengus kecil. Tidak heran saat itu Sakha berdedikasi sekali untuk menjaga dirinya di rumah sakit selama berhari-hari. Selain karena mengkhawatirkan Tabitha dan ingin memastikan wanita itu mendapatkan perawatan yang tepat, Sakha rupanya punya rencana terselubung. "Sejujurnya aku khawatir dengan reaksi penolakan kamu." Helaan napas laki-laki itu menggelitik punggung tangan Tabitha yang masih digenggamnya. "Karena aku tahu kesempatan yang diberikan Tuhan itu hasilnya bergantung pada bagaimana aku memanfaatkan momen-momen penting bersama kamu. Hasilnya cum
Mengapa? 'Mengapa Ranis memberikan kesempatan kedua kepada laki-laki bejat seperti Riley?' Tabitha tidak bisa tidur nyenyak karena memikirkan hal itu semalaman. Ia sudah mencoba mengerti akan keputusan yang diambil oleh Ranis, namun ternyata tetap berat untuk rela. Apa yang diperbuat Riley kepada Ranis selama mereka terikat pernikahan tidak bisa dimaklumi begitu saja. Bukankah tidak adil jika Riley terbebas dengan mudah setelah membuat Ranis masuk rumah sakit, kehilangan janin, bahkan sampai melakukan percobaan bunuh diri? Beban yang memberati pikirannya itu membawa Tabitha ke rumah sakit tempat Ranis dirawat. Berdasarkan info dari Albert yang dihubungi wanita itu dua jam yang lalu, Ranis sudah boleh dijenguk. Tiba di ruang rawat Ranis nyatanya tidak membuat Tabitha mampu menyuarakan ketidaksetujuannya akan pilihan wanita itu. Tabitha sadar, bahwa ia tidak berhak untuk ikut campur setelah bersikap bitchy terhadap Ranis sejak wanita itu kembali ke Indonesia. Ia mulai mengerti apa ya
"Surprise!" Sakha terlonjak kaget karena suara nyaring yang begitu familier menyapa gendang telinganya. Sosok wanita blasteran yang duduk manis di sofa, di ruang kerja Pramudya, itu membuat Sakha spontan mendekat. Kekagetannya berubah menjadi senyum lebar. "Is this really you, Meggie?" Sakha tampak senang melihat rekan kerja yang ia kenal dalam proyek terakhirnya itu. Meggie. Rekan kerja Sakha yang juga dikenal oleh Pramudya. Yang sempat Pramudya 'promosikan' agar Sakha mau mendekati wanita itu dan move on dari Tabitha. "Hi, Brother! Miss me, huh?" Meggie tersenyum dan mengedipkan sebelah mata. "No hugging, Meg! Bukan muhrim." Sakha lebih dulu mengangkat kedua tangan di depan dada saat Meggie berdiri dan nyaris menghambur memeluknya. Meggie mengerutkan kening. Mencibir Sakha yang bersikap sok suci. "Jangan diejek begitu, Meg," Pramudya yang duduk di kursi kerjanya itu ikut nimbrung. "Belum lama ini Sakha menikah lagi dengan mantan istrinya. Satu-satunya wanita yang boleh meme
Tabitha sama sekali tidak terpikir akan mendapatkan kejutan gila itu ketika mengiyakan ajakan Sakha, untuk makan malam bersama teman satu tim kerjanya dulu yang datang dari London. Tabitha sudah diberitahu lebih dulu oleh Sakha bahwa Meggie, teman Sakha itu akan datang bersama calon suaminya untuk membagikan kabar bahagiaāmelepas masa lajang dalam waktu dekat. Yang ternyata, sosok itu bukanlah orang asing lagi bagi Tabitha. Begitu pula untuk Sakha, yang memiliki ingatan tidak bagus akan sosok calon suami Meggie itu. 'Haga Ardhara. Bagaimana laki-laki itu bisa ada di hadapannya sekarang, dengan menyandang status calon suami orang?' Bukan. Bukan berarti Tabitha merasakan kecemburuan karena teman yang seringkali datang saat dirinya membutuhkan ruang untuk kabur dari Sakha itu ternyata telah mempunyai pasangan. Tabitha hanya heran, karena tidak pernah melihat Haga bersikap seperti laki-laki yang sedang jatuh cinta saat bersamanya. "Jadi, ini yang dimaksud Pram kalau lo bakal kaget liha
"Kenapa, Sayang?" Sakha menolehkan kepala, menatap sang istri yang baru saja menyuarakan pertanyaan setelah lima belas menit perjalanan pulang dari restoran. "Kenapa?" Dan ia malah mengulang pertanyaan itu. Tabitha mengendikkan bahu. "Kamu kelihatan nggak fokus gitu. Ada yang mengganggu kamu soal hubungan Haga sama Meggie?" "It's not like that," balas Sakha. Ia mendesah kecil. "Rasanya aneh aja memikirkan bagaimana takdir bekerja." Tawa ringan Tabitha memenuhi mobil. "It's kinda surprising, right?" Sakha mengangguk setuju. Menilik pada kisah cintanya dengan Tabitha, yang sempat runtuh dan terpisah. Lalu, suatu waktu, mereka dipertemukan oleh takdir di saat keduanya sudah berusaha keras untuk bangkit di jalan masing-masing. Hingga di satu titik mereka dipersatukan kembali dalam keadaan yang utuh dan saling melengkapi. Sakha tidak akan pernah bisa berhenti takjub pada bagaimana semesta mengejutkannya. "More than that, aku beneran syok lihat Haga ternyata bisa sebucin itu," gumam T