Mu Tian Rui, menundukan kepalanya memberi hormat kepada Kakek Liu. Meski gadis desa namun Tuan Mu mendidik Mu Tian Rui dengan etika sopan santun yang ketat.
"Gadis ini terlihat polos dan sopan," pikir Kakek Liu.
"Apa kau sedang menangkap ikan?" tanya Kakek Liu.
"Ya, aku akan memasaknya untuk menu makan siang," jawab Rui.
"Siapa namamu?" tanya Kakek Liu.
"Mu Tian Rui?" Jawabnya.
"Ikan itu terlihat sangat segar, bolehkah aku juga mencicipinya!" pinta Kakek Liu.
Demi menghormati yang lebih tua, Rui tidak berani menolak, meski jika Kakek Liu ikut makan siang dengan mereka itu artinya tidak ada lauk untuk makan malam.
"Dengan senang hati, aku Mu Tian Rui mengundang Tuan Besar untuk makan siang di rumahku," jawab sopan Rui.
Kakek Liu memperhatikan etika sopan santun Rui, meski gadis desa namun sikap dan tutur kata kepada yang lebih tua sangat baik.
Kakek Liu memandang kepada Asisten Chen, agar tidak mengikutinya. Asisten Chen puh mengangguk.
"Tunggulah di kediaman Nyonya Song!" Perintah Kakek Liu.
"Baik Tuan," jawab Asisten Chen.
Rui berjalan agak dibelakang Kakek Liu, menjaga jika seandainya Kakek Liu jatuh, maka dia akan segera menangkapnya. Kakek Liu menyadari hal ini lalu mencoba mengujinya dengan berpura-pura akan terjatuh.
Rui dengan cepat melempar semua benda yang dia pegang di tangannya, lalu segera menangkap Kakek Liu.
"Tuan besar, apa baik-baik saja?" tanya Rui.
"Ya aku baik-baik saja," jawab Kakek Liu dengan tersenyum senang.
Sesampainya di rumah, Rui dengan segera membukakan pintu gerbang kayu rumahnya. Rumah Rui berarsitektur rumah tua jaman kuno Tiongkok dengan ukiran kayu yang kental. Meski tidak besar dan rumah tua namum Rui merawatnya dengan baik karena bagi Rui ini seperti melestarikan sebuah budaya.
Kakek Liu sangat menyukai rumah tua Rui ini. Ini seperti kembali ke jaman-jaman kerajaan. Begitu indah dan menenangkan.
"Silahkan masuk Tuan," ujar Rui.
"Ayah, hari ini kita kedatangan tamu istimewa," ujar Rui yang melihat Ayahnya tengah menunggu di depan pintu rumah mereka.
"Ah sungguh suatu kehormatan kami bisa menjamu Tuan Besar," ujar Tuan Mu dengan hati senang.
Sudah sangat-sangat lama tidak ada yang bertamu ke rumah mereka, terkecuali Nyonya dan Tuan Gu yang kerap datang membawakan beras untuk mereka.
"Tuan Besar silahkan masuk, aku akan segera memasak untuk makan siang," ujar Rui.
Kakek Liu pun masuk den melihat diatas meja ada xiangqi, catur tiongkok yang sarat dengan strategi.
Bentuk bidak-bidaknya sederhana. Kayu bulat besar dengan aksara Mandarin. Warna bidaknya serupa. Yang membedakan adalah warna huruf yang terukir di atasnya, hitam dan merah.
"Apakah kau bermain Xiangqi?" tanya Kakek Liu.
"Ya putriku terkadang menemani ku bermain," jawab Tuan Mu.
"Ini sungguh langka, jaman kini sedikit sekali yang berminat pada permainan catur ini," pikir Kakek Liu.
"Apa kau mengetahui tentang sejarah catur ini?" tanya Kakek Liu menguji.
Rui membawa teh yang baru saja diseduhnya dan mendengar pertanyaan Kakek Liu lalu segera saja menjawabnya.
"Penciptanya adalah jenderal dari pasukan Han, Han Xin," jawab Rui.
Kakek Liu tersenyum mendengar jawaban Rui, "Lalu apalagi yang kau ketahui?" tanya Kakek Liu.
"Meski agak sombong, menurut para petinggi dan pasukan saat itu, dia adalah orang cerdas. Terutama dalam strategi perang. Han Xin dikenal mahir dalam perang gerilya," jawan Rui.
"Xiangqi awalnya dibuat menjadi hiburan bagi para tentara ketika sedang menganggur. Namun, karena mengandalkan otak, secara tidak langsung permainan itu membuat tentaranya semakin terlatih dalam menjalankan strategi. Secara tak langsung, xiangqi menjadi alat untuk menyusun strategi perang, "Jelas Rui.
"Dulunya xiangqi ini hanya ada di kalangan tentara dan orang elite. Tapi, kemudian menyebar ke masyarakat luas,” Rui menambahkan penjelasannya.
"Gadis pintar," jawab Kakek Liu.
"Maukah bermain denganku, Tuan Mu?" tanya Kakek Liu.
"Tentu tuan dengan senang hati," jawab Tuan Mu.
Permainan mereka terhenti ketika Rui memanggil mereka untuk makan siang. Rui memhuat makanan tradisional berupa ikan kuah acar. Hidangan berkuah ini berisi ikan dengan sayur sawi asin. Ikan diiris dengan tipis dan di lengkapi dengan irisan cabai merah. Rasanya seperti sup ikan, asam, pedas, gurih.
Kakek Liu terlihat Antusias dengan menu makanan yang Rui masak meski hanya nasi dan satu lauk.
Kakek Liu merasa puas dengan karamah tamahan Rui dan ayahnya, padahal mereka tidak mengetahui siapa sebenarnya dirinya, namun mereka sudah menjamunya dengan sangat baik. Bagi Kakek Liu nilai-nilai kesopanan dan ketulusan seperti ini sungguh sangat langka dimiliki oleh orang-orang jaman kini.
"Tuan aku akan mengantarkan Tuan kembali," ujar Rui.
"Ya itu akan menjadi sangat baik, jawab Kakek Liu dengan senang hati.
Rui menuntun Kakek Liu menuju ke rumah Tante Song. Rui tentu saja mengenali rumah tante Song. Asisten Chen yang melihat Tuan Besarnya telah datang segera menghampiri.
"Tuan, mereka telah menunggu Tuan sedari siang tadi," ujar asisten Chen.
"Itu sudah tidak diperlukan lagi, aku sudah menemukan orangnya," jawab Kakek Liu.
Asisten Chen melihat kearah Rui, "bukankah ini gadis tombak di sungai tadi," pikir asisten Chen.
Kakek Liu mengajak Rui masuk, semua melihat ke arah Rui yang berjalan bersama Kakek Liu masuk ke ruang tamu Tante Song.
Sementara asisten Chen mengatakan kepada Tante Song, bahwa Tuannya sudah menemukan calon menantu untuk keluarga Liu dan memintanya agar para gadis yang hadir disini untuk pulang ke rumah mereka.
Setelah Tante Song memulangkan para gadis yang telah lulus seleksi, Tante Song menuju ruang tamu menemui Kakek Liu.
"Tuan Liu," sapa Tante Song.
Tante Song melihat ke arah Rui, "gadis ini …" gumam Tante Song.
"Tuan aku dengar, Tuan Liu sudah membuat keputusan," ujar Tante Song.
"Ya aku memilih gadis ini," ujar Kakek Liu.
Rui masih belum memahami situasinya. Tante Song memandangi Rui, "bagaimana gadis ini mengenal Tuan Besar Liu," pikir Tante Song.
"Tuan! gadis ini bahkan tidak ikut dalam seleksi," ujar Tante Song.
"Aku sendiri yang menyeleksinya dan dia lulus seleksi," jawab Kakek Liu.
Tante Song "…"
Rui "…"
Kakek Liu berdiri, "Gadis pintar, sampai bertemu lagi nanti," ujar Kakek Liu dan bergegas pergi meninggalkan kediaman Tante Song.
Rui memandangi Tante Song dengan kebingungan, "Ini …. sebenarnya ada apa?" tanya Rui.
"Kau …" Tante Song sedikit meragu.
"Kau baru saja terpilih menjadi menantu keluarga Liu," jawab Tante Song.
Rui sungguh terkejut, hanya membawa seorang Kakek asing ke kediamanmya lalu tiba-tiba dirinya telah dipilih menjadi seorang menantu.
"Tapi …" ujar Rui masih dalam kelimbungan.
"Bersiaplah, keluarga Liu akan datang melamarmu nanti," ujar Tante Song.
Rui "…"
Rui berjalan pulang dengan masih penuh kelimbungan, "Menantu .... menikah," pikir Rui."Lalu bagaimana dengan ayah," pikir Rui lagi."Tidak aku tak ingin menikah," gumam Rui dalam hati.Rui memasuki rumah dengan hati lemas gundah. Tuan Mu memperhatikan ada sesuatu yang aneh."Ada apa ?" tanya Tuan Mu.Dengan tiba-tiba saja Rui memeluk Ayahnya, "hei ada apa ?" tanya lembut Tuan Mu."Aku sangat menyayangi Ayah," jawab Rui."Ya, ya Ayah tahu. Kau adalah putri kesayangan Ayah dan satu-satunya Harta Ayah," jawab Tuan Mu.Sementara itu di London, Zyan nampak tidak perduli dengan pengaturan pernikahannya.
Nyonya Gu yang mendengarnya merasa tak senang hati, lalu melabrak para gadis yang sedang membicaraka Rui miliknya."Hei kalian ini para gadis, menggosipkan orang seenaknya saja!" Ucap Nyonya Gu dengan marah."Hei Nyonya, apa yang kami ucapkan benar lho. Gadis miskin seperti Rui jika bukan karena memakai sihir lalu bagaimana bisa mendapatkan Tuan Muda Liu," jawab salah satu dari mereka."Kau …" pekik Nyonya Gu seraya ingin memukul gadis itu namun ditahan oleh Tuan Gu.Mereka pasti akan mati berdiri, jika saja tahu Mu Tian Rui hampir menolak lamaran itu, jika bukan karena tadi Nyonya membujuknya bisa jadi Mu Tian Rui menolak lamaran Keluarga Liu."Jika kalian bercermin dengan cermin dewa maka yang terlihat pasti bukan wa
Kakek Liu benar-benar ingin segera menimang cucu, Kakek Liu meminta kepala pelayan untuk memastikan baju-baju tidur untuk Rui semua baju tidur yang berpotongan seksi.Rui masuk ke kamar mandi di kamar mereka, lalu mulai membuka sendiri baju pengantin Tradisional yang berwarna merah itu.Rui menatapi dirinya di kaca, sungguh yang dia lihat hanyalah seorang pengantin yang tidak memiliki senyum indah bahagia karena baru saja menikah.Rui keluar dengan memakai kimono handuk untuk menutupi tubuhnya, Rui membuka lemari pakaian mereka, dan hanya melihat deretan baju tidur yang seksi.Rui terperanjat melihatnya, "ini …. tidak mungkin aku memakai baju yang kekurangan bahan seperti ini," pikir Rui.Rui menggigit bibirnya lalu melirik
Zyan melarang Rui, untuk tidak pergi kesungai lagi karena tak tahan membaca komentar-komentar netizen pria yang sangat memuji Rui karena cantik dengan kulit seputih salju. Kakek Liu meminta Rui menginap beberapa hari di rumah utama. Keseharian Rui di lalui dengan begitu natural seperti sudah bertahun-tahun lamanya mengenal Kakek Liu. Bahkan Zyan cucu kandungnya sendiri tidak sedekat ini. Rui memasak untuk Kakek Liu, Rui menemani Kakek Liu bermain catur. Bagi Kakek Liu orang yang pandai bermain catur adalah orang yang pandai berstartegi, paham kapan harus diam dan kapan harus menyerang. Ketika sedang bermain catur Kakek Liu memberi nasehat kepada Rui. "Pandai-pandailah menjaga diri," nasehat Kakek Liu. "Akan ada lebih bany
Rui pun pergi bersama Shi Jin, sementara Asisten Fu membawa Bibi Ye ke kediaman Zyan.Setelah mengantar Bibi Ye, Asisten Fu kembali keLiu Corporation dan melaporkan kepada Zyan bahwa Nyonya Muda memilih tinggal bersama siswi-siswi di penginapan mereka tanpa Bibi Ye.Zyan yang mendengarnya hanya diam dingin. Zyan berdiri mengambil jasnya, "Biarkan saja," ujarnya dan bergegas pergimeeting.Malam hari, sesampainya di Mansion. Zyan sudah mencium bau harum masakan Bibi Ye, "Tuan Muda!" sapa Bibi Ye."Makan malam sudah siap," ujar Bibi Ye."Emm …" jawab Zyan.Zyan menarik kursinya dan memulai makan malamnya sendiri di meja makannya yang besar itu.
Zyan menatapi kedua mata Rui yang nampak polos tersebut. Satu tahun menikah ini kali pertama mereka sedekat ini."Emm ..." gumam desah Rui lagi.Rui mensusutkan tubuhnya kepelukan Zyan, mau tak mau Zyan merasakan halus kulit istri yang sedang memelukinya ini."Tuan Muda Liu, apa kau benar-benar tidak menginginkanku?" tanya manja Rui."Jika enggan menikah, mengapa kau bersedia menikahiku dan mengambil kebebasanku," ujar Rui lagi."Apa kau ingin bebas?" tanya Zyan seraya menapuk dagu Rui, agar menatapnya. Rui mengelus lembut pipi Zyan dengan jarinya."Ya aku ingin bebas seperti dulu, mandi di sungai, bebas mengejar kupu-kupu, mencoba dedaunan yang bisa kujadikan makanan meski terkadang terac
Zyan mengetuk-ngetukan jarinya dimeja mahoni solidnya, "aku ingin dia tidak bisa berkuliah di universitas mananapun di tiongkok!" perintah Zyan kepada asisten Fu.Ingin mencoreng Rui, bagi Zyan itu sama saja ingin mengusik keluarga Liu.Ini sudah termasuk hukuman sekaligus pengampunan yang Zyan berikan. Hanya sekedar mendapatkan hukuman tidak bisa berkuliah di universitas manapun.Emilly terbujuk rayuan Qi Shan, karena dibutakan oleh kecemburuannya tehadap Rui yang terlihat dekat dengan Shijin. Emilly berpikir bahwa Qi Shan akan melindunginya jika terjadi sesuatu, namun tak disangka Qi Shan malah menghianatinya.Di rumah keluarga Ye, terang saja mereka marah karena kebodohan Emilly yang berani-berani menyinggung Keluarga Liu. Keluarga Ye memutuskan mengirim Emilly ke luar negri,
Rui membuka kotak coklat tersebut, lalu mengambil satu bungkus dan membukakannya untuk Tuan Mu. Rui menyuapi Tuan Mu."Enak tidak?" tanya Rui.Tuan Mu mengangguk dan tersenyum, Bibi Ye menperhatikan gerak-gerik ayah dan anak, dan semakin mengerti mengapa Kakek Liu memilihnya menjadi menantu ahli waris utama keluarga Liu."Ayah!" panggil Rui."Kakek mengijinkan aku menginap tiga hari disini," ujar Rui sambil memeluki Ayahnya itu."Ya, ya Ayah sangat senang kau ada di sini," ujar Tuan Mu.Tak berapa lama Tuan dan Nyonya Gu datang untuk melihat Rui. Rui segera saja berhambur kepelukan Nyonya Gu."Aiyooo …" ujar Nyonya Gu.
Su Lin dan Helen langsung saja menemani kesayangan mereka itu, menghibur dan menguatkannya agar tidak terkena baby blues, suatu sindrom yang megarah kepada rasa rendah diri yang bisa ibu hamil alami.Baby blues syndrome adalah perasaan sedih yang dialami banyak wanita di masa-masa awal setelah melahirkan.seperti merasa gundah dan sedih yang berlebihan. Kondisi ini menyebabkan Bunda menjadi mudah marah, sedih, menangis, dan kelelahan tanpa penyebab jelasKondisi ini cenderung muncul pada hari ke-2 atau ke-3 pascapersalinan. Umumnya, baby blues akan berlangsung selama beberapa hari dan paling lama hingga dua minggu. Zyan pun berencana membuat ruang Nicu sendiri di rumahnya, karena memikirkan perasaan istrinya itu.Zyan tidak ingin nanti ketika Rui sudah bisa kembali pulang ke rumah tapi harus sebentar-sebentar ke rumah sakit untuk mejenguk bayi mereka.pada akhirnya dia pun membuartkan satu ruangan lengkap sama persis seperti ruang Nicu, dan memperkerjakan dokter anak terbaik dan peraw
Fu He dan Fu Chen saling menatap, berbicara melalui binar mata mereka, berbicara dengan bahasa yang hanya di mengerti oleh mereka berdua. Mereka mengangguk pelan, memahami jika saat ini mereka harus membuat kesempatan untuk melarikan diri secepat mungkin.jika saat pelatuk ditarik, hampir tidak mungkin untuk menghidari tembakan. Peluru terlalu cepat untuk dihindari manusia. Namun, ada cara untuk melepaskan diri dari situasi seperti itu. Dengan cara memecah perhatian si penembak.Fu He dan Fu Chen menilai jika mereka memiliki kesempatan itu, kesempatan untuk melarikan diri yang cukup baik. Memunggungi si penembak membuat mereka akan lebih mudah untuk diserang. Jadi mereka berlari dengan pola zig-zag. ketika mereka melarikan diri seperti ini makah langkah ini membuat mereka lebih sulit untuk tertembak.Fu He memberi tanda kepada Fu Chen, lalu dia melihat sebuah Alat pemadam kebakaran api ringan, APAR ini bisa bertahan hingga tiga tahun jika disimpan di tempat yang kering. Jadi sungguh sa
Fuchen telah menunggu di lobi Liu Corporation, begitu Fu He meminta bantuannya dia langsung saja meninggalkan kampusnya dan melesat ke sini dengan cepat. Ini adalah kakak rasa ayah kandung. Baginya Fu He adalah sosok pengganti Ayah yang terbaik.Fu He telah merawat Fuchen dengan telaten semenjak dia masih bayi, karena inilah mereka berdua sangat dekat. Begitu melihat kakak sepupunya itu keluar dari lift langsung saja dia menghampirinya, "Jadi Kak, siapa yang harus aku pukul untukmu?" tanya Fuchen."Simpan saja tenagamu," ujar Fu He."Ada hal-hal yang hanya bisa diselesaikan dengan ini," ujar Fu He seraya menunjuk kepalanya."he he he ," ujar Fuchen terkekeh."Jika tidak apa-apa, maka jangan bertindak gegabah!" ujar Fu He."Siap Kak!" jawab Fuchen sekaligus memberi hormat.Fu He berjalan seraya tersenyum samar. Mereka pun melajukan mobil mereka menuju tempat yang disepekati untuk bertemu dengan Reinhart. Tempat yang di pilih oleh Reinhart adalah sebuah komplek mewah yang sudah beru
Setelah kejadian intim diantara keduanya, maka sudah tidak ada kecanggungan lagi di antara mereka. Fu He dan Helen sudah bisa saling terbuka antara satu sama lainnya. Mereka berdua makan malam dengan romantisnya meski dengan tempat yang keromantisannya hanya sekadarnya saja. Namun, jika kau sedang jatuh cinta maka semua akan nampak terlihat indah di pandangan mata. Setelah makan malam, mereka sedikit bersantai. Fu He duduk di sofa. Sementara helen merebahkan diri dan meletakan kepalanya di kedua paha Fu he, "jadi apakah semua baik-baik saja?" tanya Helen sembari memainkan jari jemari tangan assiten Fu. "Tenang saja, semua akan baik-baik saja," jawab Fu He. "Jika begitu maka aku bisa tenang," ujar Helen melega. Di kediaman Liu, nampak Rui. sedang berlatih pernapasan, dia ingin agar bisa melahirkan secara normal. Karena itulah dia mengikuti kelas prenatal atau dikenal juga sebagai kelas antenatal adalah kelas yang diikuti oleh calon orang tua sebelum melahirkan. Melalui kelas-kelas
Karena keadaan ini, maka Zyan mengurangi pekerjaan Fu He, agar dia dapat segera kembali pulang, di sana telah di tempatkan penjaga untuknya. Sementara itu, Fu He sendiri enggan berlama-lama di rumah, karena terbiasa menghabiskan waktu diluar, berkativitas. ketika di minta diam di rumah, maka itu seperti mengalami kehidupan di jaman purbakala. Fu He berkali-kali berpindah-pindah duduk dari satu sofa ke sofa yang lain. Memainkan ponselnya, sebuah game menyusun balok-balok, "Haisssh," gumamnya sembri telungkup ketika sudah merasa bosan. Ponselnya berdering, tertera nama Helen di layar ponselnya, "Halo," jawab senang Fu He. "Aku di lobi bawah, bisakah kau menjemputku!" pinta Helen. "Di bawah ... ah iya ... tunggu aku ... akan segera turun," jawab Fu He bersemangat. Di bawah nampak Helen datang sambil membawa kotak bekal makanan, Fu He langsung saja menghampiri dan menggambil kotak makan itu dari tangan Helen, "Apa ini untukku?" "Iya,
Setelah agak lama mengobrol, maka Feng Chen pun pamit untuk pulang, "Beristirahatlah, esok aku akan menjemputmu.""Kau berhati-hatilah," ujar Su Lin.Feng Chen mencium kening Su Lin, lalu melangkahkan kaki panjangnya meninggalkan kediaman Liu. Su Lin kembali masuk ke kamar. Melihat jika Rui dan Helen sepertinya sedang serius membicarakan sesuatu, "Kalian sedang membicarakan apa?""Ah ini ... aku sedang memberitahu Hellen tentang kejadian sebenarnya," jawab Rui."Kejadian tentang Ellina dan Fu He," jelas Rui lagi."Ada apa ... ceritakan lagi kepadaku!" pinta Su Lin.Rui pun menceritakan sama persis seperti yang Zayn katakan kepada dirinya tadi, Su Lin mengangguk-angguk tanda memahami isi cerita Rui, lalu Su Lin berkata "Itu bukan salah Fu He, takdir langit tidak ada yang bisa mengubah,""Itu bukan salah Fu He," ujar Su Lin sekali lagi."Dan kau harus berhati-hati dengan Reinhart ... aku lihat dia ada niat tidak baik
90.Dalam mobil, nampak Helen terlihat limbung, Su Lin melajukan mobil dengan sedikit lebih santai. Sementara Rui, mencoba menghibur Helen dengan menepuk-nepuk lembut tangan Helen. Merek pun tiba di rumah utama keluarga Liu.Rui memandangi Helen, lalu mencoba membujuknya, "Malam ini menginap di sini saja ya!"Rui menoleh kepada Su Lin, dan memberi tanda agar membantunya untuk membujuk Helen juga. Su Lin langsung menggandeng tangan Helen, "Ya kita sudah lama lho! Tidak bergosip," tukas Su Lin membantu Rui."Hiish kalian …" jawab Helen sambil memaksakam senyumannya."Ya,ya baiklah," akhirnya Helen pun bersedia menginap."Bagus sekali!" jawab Rui senang.
Di rumah utama keluarga Ou, nampak Reinhart sedang menghancurkan segala macam pajangan yang ada di rumah itu, tidak terima dengan keputusan tuan besar Ou, tiba-tiba saja Reinhart merasa jika asisten Fu ini seperti sebuah parasit yang mengganggunya, merasa jika asisten Fu selalu ingin memiliki apa yang dia inginkan dan selalu saja merebutnya."Tidak! untuk kali ini aku akan benaran menghabisimu," ancam Reinhart.Sementara itu, di Liu Corporaton nampak Zyan dan asisten Fu tengah berdiskusi serius tentang hal ini, "itu bukanlah bagian yang kecil, pikirkanlah baik-baik!" nasehat Zyan kepada asisten Fu.Malam ini akan ada perjamuan makan malam acara amal, Rui datang ke Liu Corporation. Sederet gaun malam khusus wanita hamil pun telah tersusun rapi. Asisten Fu keluar dari ruangan kerja Zyan ke
Assisten Fu, memutuskan untuk menjaga jarak dulu dengan Helen. Memberikan waktu untuk diri mereka sendiri dulu. Asisten Fu benar-benar berhasil mengembalikan kefokusannya, kejadian di malam itu ketika Helen mengantarnya pulang ketika mabuk. Sudah cukup untuk menjadi pil penyemangat bagi asisten Fu. Sementara itu, melihat ketidakbersamaan Helen dan Asisten Fu, maka Reinhart benar-benar mengambil kesempatan dengan terus mendekati Helen. Sementara Helen yang masih dalam limbung, merasa tak enak untuk menolak. Dan pula dirinya benar-benar butuh pengalihan pikiran."Majukan pertemuan hari ini lebih awal!" perintah Liu.Hari ini Zyan akan menemui seseorang. namun kali ini Asisten Fu tidak mengetahui apa yang sedang di kerjakan oleh Direktur Liu. Kali ini Asisten Fu hanya menjadwalkan pertemuan-pertemuan saja. Namun, tidak pernah diminta untuk mengurus berkas-berkas tentang pertemuan ini. Dan di setiap pertemuan maka Zyan akan meminta asisten Fu menunggu dil