PENJUAL REMPEYEK YANG DIHINA SAUDARA TIRINYA ITU DINIKAHI SULTAN
#MENIKAH DENGAN SULTAN (8)
“Awas saja, kamu pemulung sialan! Bersiaplah bersimpuh di kakiku untuk memint ampun! Aku akan menututmu! Kalau perlu segera menyeretmu ke kantor polisi biar kamu nangis darah sekalian!” gerutu Tasya sambil menunggu panggilannya terhubung.
Panggilan telepon terhubung. Suara berat seorang pria yang dirindukannya terdengar dari seberang sana.
“Hallo, Sayang! Ada apa?” Rendi menyapa kekasihnya. Bayangan liarnya langsung bermunculan ketika suara manja Tasya terdengar merajuk.
“Mas, mobil aku penyok,” ucap Tasya sambil mencebik manja.
“Kok, bisa?” Suara Rendi seolah tak percaya.
“Ada pemulung gila, Mas! Dia gebukin mobil aku! Kamu kapan bisa ke rumah? Aku pengen buat perhitungan sama itu pemulung gila!” Tasya berbicara menggebu-gebu.
“Besok malam saja kita ketemuan di hotel lagi, ya! Nanti aku bantu beresin semuanya! Kamu mau apakan pemulung itu tinggal pilih saja,” ucap Rendi dari seberang sana.
“Emhhh, besok malam di hotel yang kemarin, ya? Gak nginep ‘kan? Soalnya mama sama papa aku ada di rumah!” ucap Tasya takut-takut. Jika kedua orang tuanya tahu apa yang dilakukannya, maka habislah dia. Rendi terkekeh dari seberang sana.
“Sebentar saja, di kamar yang kemarin lagi nanti ku booking. Paling dua jam lah! Nanti aku anter pulang!” ucapnya menggoda Tasya.
“Hmmm, oke deh! Nanti aku ke sana! Tapi kamu janji, bantu aku jeblosin pemulung kampungan it uke penjara!” ucap Tasya pada akhirnya.
“Beres, Sayang! Semua demi kamu! Apapun akan kulakukan!” ucap Rendi sambil tertawa lebar. Akhirnya kesenangannya akan kembali terpuaskan. Dua jam bersama Tasya sudah terbayang-bayang adegan apa yang akan terjadi nanti di antara mereka berdua. Membuat hatinya berbunga-bunga.
Tasya menutup panggilan. Tisya yang tengah menyetir, menoleh.
“Kamu ngomongin apa sama Rendi, Sya? Kok bahas hotel-hotel segala! Jangan bilang kamu mau ditiduri si Rendi, ya, Sya! Bisa digantung sama Papa kalau dia tahu!” ucap Tisya sambil menatap tajam wajah adiknya.
Tisya memalingkan muka. Tatapan Tisya cukup membuatnya gugup.
“Mana adalah, Mbak! Aku sama Rendi cuma makan-makan doang, kok. Kan di hotel ada resto juga! Emang kamu mikirnya kami ngapain, dasar otak mesum!” ejek Tasya. Mencoba menutupi kegugupannya karena ternyata kakak perempuannya sudah mulai curiga.
“Ya, syukur kalau emang enggak! Soalnya kalau dipikir-pikir, aneh saja. Si Rendi ujug-ujug ngasih kamu mobil. Mana ada zaman sekarang barang semahal ini gratis.” Tisya berucap tanpa menatap ekspresi wajah Tasya yang sedikit pucat. Dia takut kakak perempuannya itu berbicara di depan Papa dan Mama mereka tentang kecurigaannya.
“Sudah! Sudah! Males banget bahas itu! Bilang aja Mbak Tisya sirik kan sama aku!” gerutu Tasya karena sudah merasa terpojok dan takut rahasianya terbongkar.
“Eh, kamu kok ngomongnya gitu, Sya! Mbak Cuma khawatir sama kamu! Ya syukur kalau kamu gak kenapa-kenapa!” ucap Tisya sambil melirik ke arah Tasya yang tampak merengut kesal.
Mobil yang mereka tumpangi terus melaju pulang. Tak banyak lagi percakapan di antara keduanya semenjak membahas hal yang membuat hati Tasya merasa tersinggung itu. Menurutnya Tisya terlalu ikut campur.
***
Pagi itu Rendi datang ke kantor dengan wajah sumringah. Bagaimana tidak, sepulang kerja dirinya akan kembali bergumul dengan Tasya. Gadis seksi yang membuatnya mabuk kepayang.
“Pagi Pak Rendi!” sapa seorang bagian admin dengan memasang wajah yang dimanis-maniskan. Rendi menatap Rika sekilas lalu mengangguk dan berjalan menuju ruangannya.
“Aa Rendi!” Rika yang merasa dicuekkan, akhirnya memanggilnya dengan panggilan mesra ketika mereka jalan di luar.
Rendi menghentikan langkah. Dia memutar tubuh dan menatap Rika dengan kesal. Rendi mendekat kembali pada Rika.
“Rika, ini kantor! Saya ini atasan kamu! Tolong jangan menyebut saya dengan panggilan itu, ngerti?” Rendi menatap wajah perempuan dengan make up lengkap itu. Mulai dari maskara yang membuat bulu matanya tampak lebat, lengkungan alis yang tergurat jelas, blush on yang membuat pipinya tampak memerah dan lipstick berwarna orange yang dulu merupakan warna kesukaannya.
“Habisnya, akhir-akhir ini kamu selalu nyuekkin aku kayak gitu! Malam minggu aja gak pernah ngajakin aku jalan!” ucapnya cemberut manja.
“Rika tolong ikut ke ruangan saya!” ucap Rendi dengan tetap menjaga wibawa. Dia melirik beberapa orang pegawai lainnya yang sudah berdatangan.
Rika mengekor lelaki dengan rambut cepak itu. Tampilan Rendi memang seperti binaragawan. Ditambah dengan postur tubuhnya yang menunjang. Tidak salah, kalau korbannya bukan hanya satu atau dua perempuan.
Rendi menutup pintu ruangannya yang terbuat dari kaca. Lalu menutup tirai yang menjuntai. Dia menatap lekat-lekat wajah Rika.
“Kamu kenapa, sih, Ay? Akhir-akhir ini ngambekan mulu?” Rendi menjawil dagu Rika.
Rika menepis tangan Rendi. Hatinya masih kesal dengan perubahan drastic lelaki yang sudah mengajaknya bermimpi untuk menjadi nyonya manager.
“Kamu kenapa berubah? Bahkan sekarang gak pernah lagi ngajak aku jalan! Dulu kamu selalu muji aku, katanya aku jago di atas ranjang. Pelayanan aku memusakan! Sekarang, bahkan kamu tak pernah lagi menyentuhku lagi! Jangan-jangan kamu sudah punya perempuan lain, ya?” Rika menatap lelaki itu tajam.
Rendi berdecak kesal. Rupanya Rika cukup berani juga melabraknya, bahkan sebelum dia melihatnya jika dirinya berhubungan dengan Tasya.
“Ay, please! Aku lagi banyak kerjaan! Aku sibuk. Meeting sana sini! Kamu sabar lah.” Rendi menatap Rika. Lalu dia tersenyum menyeringai.
“Atau kamu sudah kangen banget, ya? Mau sekarang? ” bisiknya di dekat telinga Rika. Wajah Rika sontak merona karena memang dirinya tengah merindukan belaian lelaki itu kembali seperti dulu. Namun, Rika tetap mempertahankan egonya. Saat ini dia sedang marah.
“Awas saja kalau kamu berani main perempuan lain! Aku gak akan malu menyebarkan video kita berdua ke muka umum! Aku sudah telanjur kehilangan segalanya juga karena kamu! Biar saja semua orang tahu kalau kamu sudah merenggut mahkotaku! Biar reputasi kita hancur bersama,” ucap Rika dengan Berani.
Sontak semua kalimatnya membuat wajah Rendi memucat. Bagaimanapun reputasinya akan hancur berantakan jika Rika benar-benar melakukan hal itu.
Ramein sama komen dan lope, ya! Tiap hari moga konsisten 2 - 3 bab di jam 10 pagi. Moga gak kelupaan 😅😅😅
PENJUAL REMPEYEK YANG DIHINA SAUDARA TIRINYA ITU DINIKAHI SULTAN#MENIKAH DENGAN SULTAN (9)Selamat Membaca!Rika berjalan keluar ruangannya dalam keadaan ngambek. Rendi menatap punggung perempuan berusia dua puluh tujuh tahun itu. Sementara itu, otaknya memutar cara agar bisa bisa mengendalikan Rika dan tidak merusak reputasinya. Namun dering telepon yang teronggok di mejanya mengalihkan perhatian. Rendi segera mengangkatnya dan menyapa seseorang dari seberang sana.“Selamat pagi, Pak Rendi!” sapa Haris---personnel General Affair.“Pagi!” Rendi menarik napas lalu membuangnya kasar.“Pak Rendi, berdasarkan informasi dari bagian lapangan, mobil operasional yang Pak Rendi pakai untuk meeting kemarin belum kembal
PENJUAL REMPEYEK YANG DIHINA SAUDARA TIRINYA ITU DINIKAHI SULTAN#MENIKAH DENGAN SULTAN (10)Selamat Membaca!Tanpa disangka, satu buah lemparan batu dari jauh mengenai dahi Dirman hingga berdarah. Lelaki itu menoleh ke samping, arah dari mana datangnya batu itu.“Hey, siapa kau! Berani mencari masalah dengan saya? Kau tidak tahu siapa saya, hah?” bentak Dirman pada dua orang lelaki berpakaian lusuh. Keduanya tampak berjalan cepat menghampiri Dirman.Rinai tak menyia-nyiakan kesempatan itu. Dia menarik tangan yang masih dipegang erat oleh Dirman. Karena tengah lengah akhirnya genggamannya terlepas. Kedua orang berpakaian lusuh itu mendekat.Bugh!Bugh!Pukula
[Mi, aku minta waktu paling sedikit satu bulan untuk membawanya bertemu denganmu. Malam ini aku tak bisa datang, kalian makan malam saja dengan keluargan Anggenila karena sudah telanjur janji/ Bilang saja, aku sedang di luar kota dan tidak bisa pulang.] Akhirnya pesan itulah yang Wira kirimkan pada Mami---perempuan yang begitu dihormatinya. Gawai Wira kembali bergetar, nomor Mami kembali muncul dan melakukakan panggilan. Wira dengan sigap mengangkatnya. Baginya Mami adalah perempuan yang layak dihormati. Wira tahu semua keputusannya adalah yang terbaik untuknya. “Wira! Oke, Mami berikan kamu waktu satu bulan untuk membawa gadis yang kamu rasa bisa mendampingimu. Namun, tolong hargai Mami. Malam ini datanglah meski sebentar, Mami tidak akan membahas apapun terkait masalah pertunangan. Ini akan menjadi makan malam biasa.” Mami berkata penuh penekanan. Wira tahu, Mami t
Dua orang berseragam polisi mendekat, lalu menatap Wira dan mengeluarkan surat penangkapan. “Berdasarkan laporan dari Ibu Tasya, kami harus menangkap Anda. Silakan jelaskan semuanya di kantor polisi!” ucap polisi tersebut sambil mengeluarkan borgol. Tanpa disangka, Rinai menghadang kedua polisi itu. Dia menatap kedua lelaki berseragam itu dengan penuh permohonan. “Bapak polisi yang terhormat, tolong dengarkan penjelasan saya! Saya menjadi saksi bagaimana kejadian itu terjadi sebetulnya! Bang Wira gak salah, Tasya dan Tisya yang duluan mencari masalah. Mereka membully saya, Bang Wira hanya berusaha menolong,” ucap Rinai. Dia berharap polisi itu bisa mengerti dan mendengarkannya. Kedua sudut bibir Wira tertarik sempurna. Ada rasa yang tak bisa diartikan ketik
Wira menatap sederet tulisan itu dengan seksama. Rasa khawatir mencuat. Bagaimanapun, dirinya tidak bisa menghubungi Rinai. Gadis itu tak memiliki alat komunikasi.[Tolong cari tahu keberadaan Rinai. Saya segera kembali.]Petugas polisi tersebut baru saja menyelesaikan panggilan teleponnya. Dia berjalan dengan mimic wajah sangat terkejut.“S—selamat siang P—Pak W—Wira!” ucapnya sedikit terbata. Begitu rupanya tatanan kehidupan di sini. Hanya orang-orang yang berharta yang dianggap.Wira menatap dingin.“Jadi bagaimana, Pak? Bisakan saya di antar kembali ke tempat yang tadi?” ucap Wira datar.“Bisa, Pak! Sangat bisa. M
Mobil mewah yang dikendarai Rinai berpapasan dengan mobil xenia second yang dikendarai oleh Tasya yang baru saja pulang dari kantor polisi. Mereka tadi mampir dulu ke minimarket untuk membeli kebutuhan bulanan, sehingga datang tidak berbarengan dengan mobil polisi yang mengantar Wira pulang.“Widihhh, Sya! Mobil siapa tuh, keren bingitsss! Rendi kali, Sya?” Tisya menatap mobil SUV super mewah yang berpapasan dengan mereka.“Masa, sih Mas Rendi? Tadi baru teleponan dia lagi sibuk katanya,” Tasya ikut menatap mobil mewah itu dari kaca spion miliknya.“Wah berarti ada bibit super tajir lainnya di kawasan kita, siapa tau jodoh Mbak, Sya!” Tisya tersenyum senang.&n
Rendi dan Tasya baru saja selesai melakukan hal terlarang itu lagi. Keduanya keluar dari kamar hotel bergandengan tangan. Sejak tadi Tasya meracau meminta agar pacarnya itu segera menangkap kembali pemulung menyebalkan itu ke dalam penjara.“Iya, Sayang! Nanti aku hubungi teman kenalan polisiku yang lain.”“Janji, ya!” rengek Tasya.“Iya, pasti,” jawab Rendi.“Makasih ya, Sayang! Hari ini kamu hebat banget. Oh iya, Ini mobil baru buat kamu!” ucap Rendi sambil menyodorkan kunci mobil pada kekasihnya.“Ini masih atas nama perusahaan Dharma Grup, Mas?” Tasya mendelik.Rendi menggeleng. Bagaimanapun semenjak k
Wira mendekat, kedua polisi itu saling melirik memberikan isyarat. Tasya dengan lantang memberitahu pada kedua polisi tersebut tentang siapa yang datang. “Pak, polisi! Silakan tangkap lelaki miskin yang songong itu, Pak! Dia yang sudah merusak mobil yang dihadiahkan kekasih saya hari itu!” ucap Tasya sambil menyeringai. “J—Jangan!” pekik Rendi gemetar. Dia maju dan menepuk kedua pundak polisi yang memang temannya itu bergantian. “K—kita s—salah orang! Ayo pergi!” ucapnya gemetar. Apalagi Wira menatapnya denga tajam. Rinai menatap heran pada sosok lelaki yang sejak tadi diam itu. Bahkan tampak wajahnya pucat dan mimiknya ketakutan. Kedua polisi itu pun saling pandang, lalu menatap Rendi yang sejak awal ba
Dua minggu sudah berlalu, Abian berangkat ke rumah sakit ditemani Steven untuk mengambil hasil test DNA. Hatinya harap-harap cemas, Almeera yang cantik itu adalah darah dagingnya. Jika bukan, Abian hanya mengkhawatirkan nasib Almeera di masa depannya. Bagaimanapun seorang perempuan jika hamil di luar nikah, maka anaknya bernasab pada ibunya. Satu lembar amplop putih itu sudah diterima Abian. Dia melirik Steven yang turut menyaksikan isinya. Berulang kali, Steven meminta maaf karena dia baru tahu apa yang sebetulnya terjadi. Selama ini, Angel hanya bercerita pada Elissa---maminya. Sementara itu, Steven menganggap semuanya baik-baik saja. Bahkan ketika Angel memutuskan untuk tinggal di rumah mereka pun alasannya karena Abian sering pulang malam dan jadi kesepian. Dia percaya begitu saja. Keduanya duduk di lorong rumah sak
Abian yakin, Milalah yang mengompori Azizah untuk menikahkannya lagi. Abian sadar jika Mila iri pada Angel karena langsung hamil dan Azizah mengistimewakannya. Karena itu, dia kini ingin melihat reaksi perempuan itu, jika suaminya yang harus menikah.Seketika wajah Mila memucat. Dia lupa karena terlalu sibuk mengurusi ibu mertuanya agar membenci Angel, dia pun sama memiliki kekurangan. Usia pernikahannya dengan Abizar sudah cukup lama, tetapi cucu yang dinantikan keluarga belum juga ada. Dia lupa setiap ujian pernikahan itu berbeda, jika Abian diuji dengan kehamilan Angel yang terlalu cepat, maka dirinya pun sama yaitu diuji dengan menunggu buah hati yang tak kunjung datang.“Abian! Kamu gak pantas bicara seperti itu pada kakak iparmu, di depan tamu pula!” Azizah merasa tak enak. Dia melirik pada keluarga calon besannya yang kini tampak tak nyaman.&ld
“Nanti kamu paham!” bisik Satrio sambil menarik tubuh istrinya untuk berbaring di tempat tidur yang sama.Wajah Maila semakin memanas. Tubuhnya serasa melayang ketika Satrio mulai menyentuhnya. Dia memejamkan mata karena malu. Perasaan bercampur baur menjadi satu. Awalnya keduanya pun masih canggung melakukannya. Namun naluri akhirnya menuntunnya, tubuh Maila yang awalnya tegang karena gugup pun sudah semakin rilex. Perlahan penyatuan itu terjadi, meski sakit dan perih pada awalnya, tetapi perlahan membawanya membumbung menuju puncak surga dunia.Udara yang dingin karena AC tak lagi terasa, keringat membanjiri tubuh Satrio, begitupun Maila. Ada tetes air mata terjatuh pada sudut netra Maila ketika mereka usai melakukannya. Satrio mengecup pucuk kepala gadis yang sudah menyerahkan hidupnya padanya.“Kenapa nangis, May?”
“Saya hanya gak percaya diri, Pak! Saya hanya gadis yatim piatu yang miskin, tak berani bermimpi jadi istri Bapak!” tukas Maila lirih.Satrio mendekat. Tangannya mengambil dagu itu agar wajah Maila terangkat. Ditatapnya manik hitam yang selah terhipnotis itu dengan lekat. Entah magnet apa yang membuat wajahnya semakin mendekat, mendekat dan hampir tak menyisakkan jarak bersama gelayar hangat yang menjalar di dadanya.Satrio kembali menjauhkan wajahnya dari Maila setelah mereguk manis bibir yang gemetar itu. Wajah Maila merona dan memanas. Seluruh dunia rasanya berhenti ketika mereka melakukannya. Bahkan kaki Maila saja masih gemetar, ini sentuhan pertama yang di dapatnya dari seorang lelaki.“Aku tak pernah mempermasalahkan status sosial. Hanya saja aku mempermasalahkan ketidak konsistenan kamu
Satrio melirik ke arah Maila yang masih bengong. Dia berdiri lalu menarik tangan Maila menuju kamarnya. Maila setengah menolak, tetapi tak kuasa. Bingung juga harus berbuat apa, tiba-tiba dirinya kini tengah berduaan dengan atasan yang mendadak menjadi suaminya.Keduanya memasuki kamar yang cukup luas itu. Satrio menggiring Maila untuk duduk di tepi tempat tidur. Hati Maila berdentum, terlebih ketika Satrio memegang dagunya dan membuat wajahnya terangkat.“Ya Tuhaaan? Apakah hari ini kami akan melewati malam pertama?” batin Maila seraya debaran dalam dadanya bertalu tak karuan.Maila sudah memejamkan mata, akan tetapi Satrio melepas tangannya. Dia menjauh dan mengambil kotak P3K. Satrio kembali dan duduk di tepi ranjang berhadapan dengan Maila. Dia mengeluarkan alkohol dan kapas, lalu tangannya kembali mendekat ke wajah Maila yang masih terpejam.&nbs
“Mas, andai kamu gak ridho … maka ceraikan saja aku! Aku ikhlas, aku tak ingin membuat kamu dan keluargamu kecewa pada akhirnya! Aku akan menerimanya dengan lapang dada, Mas!” tukas Angel dengan suara parau karena tangisan.Menatap kedua netra Angel yang mengembun, sontak membuat Abian terkesiap. Dia sadar ada sosok rapuh di depannya yang butuh dikuatkan, tetapi pernyataan Angel yang diluar dugaan membuatnya shock. Bahkan kebahagiaan yang belakangan ini hadir karena dirinya akan mejadi ayah, gelar baru yang diidam-idamkannya.Abian hanya bergumam, tak terdengar jelas. Namun tangannya merengkuh Angel dan disandarkan pada dadanya. Dikecupnya pucuk kepala Angel. Ada hembusan napas berat terdengar.“Jangan bicara seperti itu, Sayang! Aku tak akan menceraikanmu! Sab
“Bos!”Satrio berdiri sambil mengusap keringat dingin di dahi. Wira menepuk bahunya lalu menoleh pada ketua wilayah tersebut. Wira memberikan kartu namanya dan memperkenalkan diri.“Saya Sultan Prawira Eka Dharma---pemilik Dharma Grup! Ini Bapak Satrio, tangan kanan saya! Jadi saya pastikan dia itu terdidik dan tak mungkin berbuat asusila! Mungkin dia hanya dijebak!” tukas Wira dengan tenang.“Saya Badri, Tuan! Koordinator wilayah di sini! Wah berkesan sekali bertemu langsung dengan Tuan Sultan! Namun, semua bukti sudah jelas, Tuan! Mereka ditemukan hampir tak berpakaian dan saksinya banyak! Tak mungkin kami melepaskan mereka begitu saja! Hukum di wilayah kami, jika menemukan pasangan yang seperti itu jika keduanya lajang maka akan ka
Keesokan harinya, Satrio terjaga karena sorot matahari sudah menembus celah gorden apartemennya. Dia terperanjat karena waktu sudah menunjukkan pukul tujuh pagi.“Ah, sial!” umpatnya dalam dada.Berantakan sudah rencananya untuk mengetahui siapa sebetulnya gadis itu. Apakah benar Maila atau orang yang hanya mirip saja dengannya.Satrio akhirnya harus rela menunda rasa penasarannya. Dia bergegas membersihkan diri lalu memakai pakaian kantor dan berangkat. Dia mengendarai mobilnya sambil merutuki diri sendiri, kenapa begitu kepo pada asal usul gadis yang tiba-tiba mencuri perhatiannya itu.“Kenapa gue ngurusin dia, ya?” batin Satrio sambil melajukan mobilnya. Dia mencoba mencari jawaban atas pertanyaannya, akan tetapi tak kunjung ditemukan. Dia tak memiliki alasan kenapa harus sekepo itu pada kehidupan Maila
“Ya, silakan mau pesan apa, Nyonya, Tuan?” Seorang gadis dengan pakaian press bodi muncul. Wajahnya penuh dengan polesan make up lengkap. Satrio menatap wajah yang rasanya taka sing itu. Kenapa gadis itu sangat mirip dengan Maila, tetapi bedanya gadis ini full make up dan tak memakai kerudung.“Maila?”Satrio bergumam dalam dada. Rasanya wajah itu bukan hanya mirip, akan tetapi benar memang wajah itu milik Maila. Dia kembali memindai wajah itu dengan seksama.Gadis tersebut tampak terkejut. Atau mungkin pikiran Satrio saja yang menebaknya seperti itu. Satrio yakin, tak mungkin dia akan menimbulkan ekspresi seperti itu jika memang dirinya tak mengenal Satrio.Sekretaris Mr Lee menyebutkan pesanannya. Gadis itu menunduk sambil mencatat. Dari raut wajahnya tampak ada kilat tak nyaman. Satrio diam, entah kenapa dia yakin jika gadis