Wira mendekat, kedua polisi itu saling melirik memberikan isyarat. Tasya dengan lantang memberitahu pada kedua polisi tersebut tentang siapa yang datang.
“Pak, polisi! Silakan tangkap lelaki miskin yang songong itu, Pak! Dia yang sudah merusak mobil yang dihadiahkan kekasih saya hari itu!” ucap Tasya sambil menyeringai.
“J—Jangan!” pekik Rendi gemetar. Dia maju dan menepuk kedua pundak polisi yang memang temannya itu bergantian.
“K—kita s—salah orang! Ayo pergi!” ucapnya gemetar. Apalagi Wira menatapnya denga tajam.
Rinai menatap heran pada sosok lelaki yang sejak tadi diam itu. Bahkan tampak wajahnya pucat dan mimiknya ketakutan. Kedua polisi itu pun saling pandang, lalu menatap Rendi yang sejak awal ba
Kakak-kakak Syantiek, aku gak jadi ya update tiap jam 10. Soalnya suka kelewatan terus 😆😆😆 Maafkan aku, Gaess!
“Eh, apa maksudnya?” Wajah Rinai mulai bersemu. Dia pun bukan gadis bodoh yang tidak bisa merasakan perhatian Wira yang berlebih akhir-akhir ini.“Makanlah dulu … usai makan aku akan bicara sesuatu,” ucap Wira sambil menopang dagu dan menatap wajah manis itu yang tengah menyuap malu-malu.“Bicara saja sekarang, Bang!” Rinai menjadi gugup ditatap sedekat itu oleh Wira membuat rasa dalam dada seolah melompat-lompat tak karuan.Wira malah tersenyum, membuat Rinai semakin salah tingkah dibuatnya.“Nanti, nunggu kamu kelar makan dulu,” ucap Wira bersikukuh.“Ehmmm.” Akhirnya hanya it
Wajah Rendi memucat ketika memasuki ruangan tersebut. Tampak Wira duduk pada kursi goyang di ujung meja bundar yang tersedia. Wajahnya tampak dingin dengan rahang tegas dan tatapan bak mata elang.Di sebelah kanan Wira, duduk Satrio yang merupakan tangan kanannya. Sementara itu, di sebelah kirinya tampak Bu Ernia---Kepala HRD&GA Dhrama Grup yang sudah siap dengan setumpukkan berkas. Di samping Bu Ernia, duduk dengan wajah dingin dan mencekam Pak Handika---seorang lawyer yang selama ini membantu Dharma Grup dalam setiap pengambilan keputusan hukum.“Selamat pagi!” Rendi menyapa semuanya. Dadanya berdentum hebat. Keringat dingin terasa membasahi telapak tangannya.“Selamat pagi, Pak Rendi! Silakan duduk!” titah Bu Ernia mempersilakan Rendi yang kini bahk
Rinai berganti pakaian di ruang ganti. Dress maroon kali ini pilihannya. Dia mencoba mengepas pakaian itu dan benar-benar memang cocok di badannya. Rinai memutar-mutar tubuhnya di depan cermin besar yang ada di sana. Lalu merapikan rambutnya. Rinai bersiap keluar dari kamar ganti dan memberikan kejutan untuk Wira.Tirai tempatnya berganti pakaian dibukanya. Wira yang tengah menunduk memainkan gawai menoleh ke arahnya. Kedua netranya tak berkedip menatap seorang bidadari yang tengah berdiri dengan wajah bingung. Akan tetapi Wira segera menguasai dirinya. Dia mengalihkan pandangan pada setumpuk pakaian lainnya. Dengan gaun yang tampak cantik itu, wajah Rinai tampak semakin berseri meskipun tanpa make up.“Bang, bagus gak?” tanyanya polos.“Hmmm.” Hanya sebuah anggukan beserta deheman terlontar. Namu
Mami menatap foto yang tengah ramai di sosial media. Postingan netizen tentang putra semata wayangnya yang tengah menggandeng seorang gadis dengan pakaian lusuh. Posisi di mana saat Rinai hendak mengganti pakaian di sebuah toko di mall ternama itu menyebar cepat. Wajah Wira terlihat jelas, sedangkan Rinai hanya tampak samping itu pun wajahnya tertutup oleh beberapa helai rambut.Gawai mahal milik Mami ramai dibanjiri chat oleh para jejaring sosialitanya. Wanita dengan model pakaian yang anggun itu memijit pelipisnya. Hatinya sesak melihat beberapa komentar miring teman-teman sosialita. Bahkan ada yang langsung menawarkan putri mereka agar dipertemukan dengan Wira.Mami sengaja menunggu Wira yang memang belum pulang. Dirinya cukup kesal pada putra kesayangannya itu. Wira menolak dijodohkan dengan Angel yang sudah jelas bibit, bebet dan bobotnya. Angel juga cantic, seksi dan b
Wira merebahkan tubuhnya pada kasur berukuran king size di kamar luas miliknya. Setiap ucapan Mami membuatnya sakit kepala. Wanita itu begitu keras menentang gadis yang dia pilih, bahkan menolak bertemu meskipun Mami sama sekali belum mengenalnya. Sosok yang tampak dari postingan netizen di mana penampilan Rinai sangat kampungan, membuat Mami berprasangka jika gadis itu hanya akan memanfaatkan Wira karena tahu dia orang kaya.Wira pun teringat bagaimana Rinai merasa rendah diri ketika sudah mengetahui status dia yang sesungguhnya. Pada satu sisi Wira bangga, karena itu menunjukkan jika Rinai tidak silau harta. Namun di sisi lain dia khawatir, Rinai tidak akan mampu menaklukan Mami. Terlebih Mami pastinya akan membandingkan dengan Angel yang serba modis dan modern.Rinai dan Angel dua hal yang tidak bisa dibandingkan. Keduanya punya keunikan tersendiri. Angel bukan ti
“Hmmm, kamu tunggu saja. Saya seleksi sebentar. Soalnya sore ini mau ada acara makan malam spesial, jadi gak bisa lama-lama!” ucapnya. Mami teringat dengan janji pada Wira untuk bertemu dengan sosok calon perempuan yang akan dikenalkan padanya.“Baik, Mami!”Bu Hesti mengangguk. Mami menatap Rinai, Wati dan Cicih. Ditiliknya sosok itu bergantian lalu Mami mengajak mereka ke sebuah ruangan. Mami mengajukan pertanyaan-pertanyaan ringan untuk mengetahui kehidupan dari mereka bertiga. Selain itu juga Mami mengajukan pertanyaan tentang rencana masa depan.“Kalau aku, Nya! Aku pengen dadi wong sugih! Kaya raya, suami tampan dan masuk surga!” ucap Wati spontan.“Caranya?” Mami menatap Wati. Gadis yang suka berkelakar itu men
Wira Menggeleng tak percaya, rupanya sahabat karib dan sekaligus tangan kanannya itu tengah jatuh cinta. Dia mengambil sendok yang lainnya dan melanjutkan menghabiskan spageti yang sudah dimasak oleh Satrio.“Kira-kira gue bisa ketemu dia lagi kapan ya, Tan? Jangankan tempat tinggalnya, namanya saja Cuma denger samar doang ….” Satrio menatap kosong pada spageti miliknya. Selera makannya mendadak berkurang ketika dirinya teringat sosok Ririn. Perempuan unik yang membuatnya susah melupakan pesonanya.“Ck! Usaha, dong! Kalau lu emang jatuh cinta, carilah dia! Kayak gue sekarang, gue usaha cari calon istri gue!” Wira melengos meninggalkan Satrio yang wajahnya tampak galau. Dia menyimpan piring ke dapur dan membiarkannya di wastafel. Lalu dia melewati Satrio begitu saja dan menuju kamar milik sahabatnya. Wira merebahkan tubuhnya, telentang di atas k
Wira terbangun dengan enggan. Ketiadaan kabar dari orang-orang yang dimintanya mencari Rinai membuat moodnya berantakan. Namun minggu pagi seperti itu biasanya dia akan berolah raga di luar. Biasanya dia lari ke luar komplek perumahannya atau sekadar mengikuti lintasan yang dibuatnya mengelilingi kediamannya yang luas.Wira mengenakan kaos oblong yang membuat badannya yang atletis terlihat sempurna dan celana selutut membuatnya tampak begitu santai. Handuk kecil tersampir di bahunya. Baru saja kakinya hendak menuruni anak tangga, langkahnya terhenti, kedua netranya menyipit memperhatikan seorang gadis yang tengah mematung menatap foto keluarga ketika dirinya wisuda dulu. Hatinya berdebar anatara senang dan heran.“Rinai?” gumam Wira dalam dada. Dia bisa mengenali gadis dengan rambut kuncir ekor kuda itu. Wira menautkan kedua alisnya da
Dua minggu sudah berlalu, Abian berangkat ke rumah sakit ditemani Steven untuk mengambil hasil test DNA. Hatinya harap-harap cemas, Almeera yang cantik itu adalah darah dagingnya. Jika bukan, Abian hanya mengkhawatirkan nasib Almeera di masa depannya. Bagaimanapun seorang perempuan jika hamil di luar nikah, maka anaknya bernasab pada ibunya. Satu lembar amplop putih itu sudah diterima Abian. Dia melirik Steven yang turut menyaksikan isinya. Berulang kali, Steven meminta maaf karena dia baru tahu apa yang sebetulnya terjadi. Selama ini, Angel hanya bercerita pada Elissa---maminya. Sementara itu, Steven menganggap semuanya baik-baik saja. Bahkan ketika Angel memutuskan untuk tinggal di rumah mereka pun alasannya karena Abian sering pulang malam dan jadi kesepian. Dia percaya begitu saja. Keduanya duduk di lorong rumah sak
Abian yakin, Milalah yang mengompori Azizah untuk menikahkannya lagi. Abian sadar jika Mila iri pada Angel karena langsung hamil dan Azizah mengistimewakannya. Karena itu, dia kini ingin melihat reaksi perempuan itu, jika suaminya yang harus menikah.Seketika wajah Mila memucat. Dia lupa karena terlalu sibuk mengurusi ibu mertuanya agar membenci Angel, dia pun sama memiliki kekurangan. Usia pernikahannya dengan Abizar sudah cukup lama, tetapi cucu yang dinantikan keluarga belum juga ada. Dia lupa setiap ujian pernikahan itu berbeda, jika Abian diuji dengan kehamilan Angel yang terlalu cepat, maka dirinya pun sama yaitu diuji dengan menunggu buah hati yang tak kunjung datang.“Abian! Kamu gak pantas bicara seperti itu pada kakak iparmu, di depan tamu pula!” Azizah merasa tak enak. Dia melirik pada keluarga calon besannya yang kini tampak tak nyaman.&ld
“Nanti kamu paham!” bisik Satrio sambil menarik tubuh istrinya untuk berbaring di tempat tidur yang sama.Wajah Maila semakin memanas. Tubuhnya serasa melayang ketika Satrio mulai menyentuhnya. Dia memejamkan mata karena malu. Perasaan bercampur baur menjadi satu. Awalnya keduanya pun masih canggung melakukannya. Namun naluri akhirnya menuntunnya, tubuh Maila yang awalnya tegang karena gugup pun sudah semakin rilex. Perlahan penyatuan itu terjadi, meski sakit dan perih pada awalnya, tetapi perlahan membawanya membumbung menuju puncak surga dunia.Udara yang dingin karena AC tak lagi terasa, keringat membanjiri tubuh Satrio, begitupun Maila. Ada tetes air mata terjatuh pada sudut netra Maila ketika mereka usai melakukannya. Satrio mengecup pucuk kepala gadis yang sudah menyerahkan hidupnya padanya.“Kenapa nangis, May?”
“Saya hanya gak percaya diri, Pak! Saya hanya gadis yatim piatu yang miskin, tak berani bermimpi jadi istri Bapak!” tukas Maila lirih.Satrio mendekat. Tangannya mengambil dagu itu agar wajah Maila terangkat. Ditatapnya manik hitam yang selah terhipnotis itu dengan lekat. Entah magnet apa yang membuat wajahnya semakin mendekat, mendekat dan hampir tak menyisakkan jarak bersama gelayar hangat yang menjalar di dadanya.Satrio kembali menjauhkan wajahnya dari Maila setelah mereguk manis bibir yang gemetar itu. Wajah Maila merona dan memanas. Seluruh dunia rasanya berhenti ketika mereka melakukannya. Bahkan kaki Maila saja masih gemetar, ini sentuhan pertama yang di dapatnya dari seorang lelaki.“Aku tak pernah mempermasalahkan status sosial. Hanya saja aku mempermasalahkan ketidak konsistenan kamu
Satrio melirik ke arah Maila yang masih bengong. Dia berdiri lalu menarik tangan Maila menuju kamarnya. Maila setengah menolak, tetapi tak kuasa. Bingung juga harus berbuat apa, tiba-tiba dirinya kini tengah berduaan dengan atasan yang mendadak menjadi suaminya.Keduanya memasuki kamar yang cukup luas itu. Satrio menggiring Maila untuk duduk di tepi tempat tidur. Hati Maila berdentum, terlebih ketika Satrio memegang dagunya dan membuat wajahnya terangkat.“Ya Tuhaaan? Apakah hari ini kami akan melewati malam pertama?” batin Maila seraya debaran dalam dadanya bertalu tak karuan.Maila sudah memejamkan mata, akan tetapi Satrio melepas tangannya. Dia menjauh dan mengambil kotak P3K. Satrio kembali dan duduk di tepi ranjang berhadapan dengan Maila. Dia mengeluarkan alkohol dan kapas, lalu tangannya kembali mendekat ke wajah Maila yang masih terpejam.&nbs
“Mas, andai kamu gak ridho … maka ceraikan saja aku! Aku ikhlas, aku tak ingin membuat kamu dan keluargamu kecewa pada akhirnya! Aku akan menerimanya dengan lapang dada, Mas!” tukas Angel dengan suara parau karena tangisan.Menatap kedua netra Angel yang mengembun, sontak membuat Abian terkesiap. Dia sadar ada sosok rapuh di depannya yang butuh dikuatkan, tetapi pernyataan Angel yang diluar dugaan membuatnya shock. Bahkan kebahagiaan yang belakangan ini hadir karena dirinya akan mejadi ayah, gelar baru yang diidam-idamkannya.Abian hanya bergumam, tak terdengar jelas. Namun tangannya merengkuh Angel dan disandarkan pada dadanya. Dikecupnya pucuk kepala Angel. Ada hembusan napas berat terdengar.“Jangan bicara seperti itu, Sayang! Aku tak akan menceraikanmu! Sab
“Bos!”Satrio berdiri sambil mengusap keringat dingin di dahi. Wira menepuk bahunya lalu menoleh pada ketua wilayah tersebut. Wira memberikan kartu namanya dan memperkenalkan diri.“Saya Sultan Prawira Eka Dharma---pemilik Dharma Grup! Ini Bapak Satrio, tangan kanan saya! Jadi saya pastikan dia itu terdidik dan tak mungkin berbuat asusila! Mungkin dia hanya dijebak!” tukas Wira dengan tenang.“Saya Badri, Tuan! Koordinator wilayah di sini! Wah berkesan sekali bertemu langsung dengan Tuan Sultan! Namun, semua bukti sudah jelas, Tuan! Mereka ditemukan hampir tak berpakaian dan saksinya banyak! Tak mungkin kami melepaskan mereka begitu saja! Hukum di wilayah kami, jika menemukan pasangan yang seperti itu jika keduanya lajang maka akan ka
Keesokan harinya, Satrio terjaga karena sorot matahari sudah menembus celah gorden apartemennya. Dia terperanjat karena waktu sudah menunjukkan pukul tujuh pagi.“Ah, sial!” umpatnya dalam dada.Berantakan sudah rencananya untuk mengetahui siapa sebetulnya gadis itu. Apakah benar Maila atau orang yang hanya mirip saja dengannya.Satrio akhirnya harus rela menunda rasa penasarannya. Dia bergegas membersihkan diri lalu memakai pakaian kantor dan berangkat. Dia mengendarai mobilnya sambil merutuki diri sendiri, kenapa begitu kepo pada asal usul gadis yang tiba-tiba mencuri perhatiannya itu.“Kenapa gue ngurusin dia, ya?” batin Satrio sambil melajukan mobilnya. Dia mencoba mencari jawaban atas pertanyaannya, akan tetapi tak kunjung ditemukan. Dia tak memiliki alasan kenapa harus sekepo itu pada kehidupan Maila
“Ya, silakan mau pesan apa, Nyonya, Tuan?” Seorang gadis dengan pakaian press bodi muncul. Wajahnya penuh dengan polesan make up lengkap. Satrio menatap wajah yang rasanya taka sing itu. Kenapa gadis itu sangat mirip dengan Maila, tetapi bedanya gadis ini full make up dan tak memakai kerudung.“Maila?”Satrio bergumam dalam dada. Rasanya wajah itu bukan hanya mirip, akan tetapi benar memang wajah itu milik Maila. Dia kembali memindai wajah itu dengan seksama.Gadis tersebut tampak terkejut. Atau mungkin pikiran Satrio saja yang menebaknya seperti itu. Satrio yakin, tak mungkin dia akan menimbulkan ekspresi seperti itu jika memang dirinya tak mengenal Satrio.Sekretaris Mr Lee menyebutkan pesanannya. Gadis itu menunduk sambil mencatat. Dari raut wajahnya tampak ada kilat tak nyaman. Satrio diam, entah kenapa dia yakin jika gadis