“Hmmm, kamu tunggu saja. Saya seleksi sebentar. Soalnya sore ini mau ada acara makan malam spesial, jadi gak bisa lama-lama!” ucapnya. Mami teringat dengan janji pada Wira untuk bertemu dengan sosok calon perempuan yang akan dikenalkan padanya.
“Baik, Mami!”
Bu Hesti mengangguk. Mami menatap Rinai, Wati dan Cicih. Ditiliknya sosok itu bergantian lalu Mami mengajak mereka ke sebuah ruangan. Mami mengajukan pertanyaan-pertanyaan ringan untuk mengetahui kehidupan dari mereka bertiga. Selain itu juga Mami mengajukan pertanyaan tentang rencana masa depan.
“Kalau aku, Nya! Aku pengen dadi wong sugih! Kaya raya, suami tampan dan masuk surga!” ucap Wati spontan.
“Caranya?” Mami menatap Wati. Gadis yang suka berkelakar itu men
Wira Menggeleng tak percaya, rupanya sahabat karib dan sekaligus tangan kanannya itu tengah jatuh cinta. Dia mengambil sendok yang lainnya dan melanjutkan menghabiskan spageti yang sudah dimasak oleh Satrio.“Kira-kira gue bisa ketemu dia lagi kapan ya, Tan? Jangankan tempat tinggalnya, namanya saja Cuma denger samar doang ….” Satrio menatap kosong pada spageti miliknya. Selera makannya mendadak berkurang ketika dirinya teringat sosok Ririn. Perempuan unik yang membuatnya susah melupakan pesonanya.“Ck! Usaha, dong! Kalau lu emang jatuh cinta, carilah dia! Kayak gue sekarang, gue usaha cari calon istri gue!” Wira melengos meninggalkan Satrio yang wajahnya tampak galau. Dia menyimpan piring ke dapur dan membiarkannya di wastafel. Lalu dia melewati Satrio begitu saja dan menuju kamar milik sahabatnya. Wira merebahkan tubuhnya, telentang di atas k
Wira terbangun dengan enggan. Ketiadaan kabar dari orang-orang yang dimintanya mencari Rinai membuat moodnya berantakan. Namun minggu pagi seperti itu biasanya dia akan berolah raga di luar. Biasanya dia lari ke luar komplek perumahannya atau sekadar mengikuti lintasan yang dibuatnya mengelilingi kediamannya yang luas.Wira mengenakan kaos oblong yang membuat badannya yang atletis terlihat sempurna dan celana selutut membuatnya tampak begitu santai. Handuk kecil tersampir di bahunya. Baru saja kakinya hendak menuruni anak tangga, langkahnya terhenti, kedua netranya menyipit memperhatikan seorang gadis yang tengah mematung menatap foto keluarga ketika dirinya wisuda dulu. Hatinya berdebar anatara senang dan heran.“Rinai?” gumam Wira dalam dada. Dia bisa mengenali gadis dengan rambut kuncir ekor kuda itu. Wira menautkan kedua alisnya da
Rinai yang terburu-buru berangkat bersama Pak Mahmud---sopir Mami dan Papi sudah tiba di supermarket. Bi Siti hanya mengantarnya sampai teras dan memberinya catatan belanja yang tertinggal, awalnya masih mau mengantar akan tetapi dia mendapatkan telepon dari Wira untuk mengerjakan tugas lain. Karenanya, mulai hari itu, Rinai sudah dilepas sendirian. Toh, masih ditemani oleh Pak Mahmud juga jadi tak mungkin hilang. Di rumah Wira memang ada dua sopir pribadi. Pak Imam---khusus untuk mengemudikan mobil Wira. Sementara itu, Pak Mahmud adalah sopir kepercayaan Mami dan Papi sejak lama. Dia yang biasa mengantar para ART belanja.Rinai sudah tiba di supermarket dan langsung mencari barang-barang yang dimaksud. Dia dibekali sebuah kartu debit oleh Bi Siti dan sudah diberi nomor pin. Kartu debit itu memang khusus digunakan untuk belanja bulanan. Mami mengisinya secara berkala dari rekening miliknya.
“Ingat! Jangan coba lagi melarikan diri dariku! Aku ini dekat, bukan jauh seperti apa yang ada dalam pikiranmu,” ucap Wira sambil tersenyum. Rinai hanya mengangguk. Sekilas sudut matanya menatap Wira, lalu menoleh dan berjalan tergesa. Pikirannya kalut karena kartu debit yang diberikan Bi Siti kini terblokir akibat ulahnya.Rinai berjalan tergesa menuju ke luar supermarket. Dia masih tak habis pikir dengan perjalanan nasib yang begitu cepat membawa Wira kembali padanya.Pikiran yang sedang kosong membuatnya tidak fokus, hingga sebuah tubrukkan kembali terjadi. Seorang lelaki berjalan tergesa masuk ke supermarket itu juga. Salah satu plastik belanjaan Rinai terlepas, isinya berhamburan. Beberapa menggelinding ke arah lintasan mobil dan terinjak mobil yang sedang melaju.“Upsss … Maaf!”
Tasya cukup terkejut mendengar ucapan Lala. Dia tak menjawab melainkan berjalan cepat menuju ke depan gedung di mana acara dilaksanakan.“Mas Rendi!”Tasya memekik sambil berjalan cepat. Highheel lima belas senti membuat dirinya tak bisa berlari, padahal hatinya sudah ingin segera tiba di mana Rendi sedang berhadapan dengan dua orang polisi.“Maaf, Sya!”Hanya itu ucapan dari mulut Rendi. Pak Harsuadi, Ibu Kamelia, Tisya dan Hengki turut menghampiri Tasya yang mematung mendengar kata maaf dari calon tunangannya itu.“Mas, kamu mau ke mana? Kenapa ada polisi segala, Mas?”Tasya gemetar, menatap Rendi yang tangannya sudah terborgol. Lelaki itu hanya m
"Rahasia apa?”Suara seraknya terdengar menggemaskan.“Tapi aku mau nagih janji kamu dulu! Kamu akan menjadi perempuan tangguhku! Kita akan menghadapi apapun yang ada di depan nanti bersama-sama!”Rinai terdiam sesaat. Wira pun menunggu. Tak berapa lama helaan napas terdengar.“Bang, aku gak yakin … asal kamu tahu, karena ketidak yakinan itulah akhirnya aku memilih pergi. Eh, malah ketemu lagi …,” ucapnya terdengar sedih. Aku menghela napas panjang.“Apakah ada lelaki lain di hatimu?” tanya Wira dengan hati ketar-ketir.“Bukan itu. Hanya saja aku merasa tak pantas untukmu … usai semua urusan kita te
Rinai hanya menyipitkan mata dan tak ingin lebih banyak terlibat dengan calon menantu Nyonya yang ternyata gayanya bak artis ibu kota. Dia langsung keluar di antar supir.Sementara itu, Angel sudah tiba di depan kamar Wira. Dia mendorong begitu saja pintu kamar itu tanpa diketuk. Ketika tiba di dalam, rupanya Wira baru saja selesai mandi dan masih memakai handuk yang dililitkan pada pinggang. Angel sontak menelan Saliva melihat dada bidang yang sandarabel itu. Dia mendekat, akan tetapi Wira menatap murka.“Siapa yang mengijinkanmu masuk? Pergi dari kamarku, sekarang!”Wira menatap kesal pada Angel yang masuk ke dalam kamar secara tiba-tiba. Gadis itu malah tersipu dan menutup daun pintu. Dia seolah terhipnotis dengan pemandangan mengagumkan yang ada di depannya. Wira menggeleng kepala, dia berjalan mendekat d
“Ririn! Es kelapanya tambah dua lagi, ya!” teriak Mami pada gadis yang tengah mengantri di penjual es kelapa yang tak jauh dari sana. Sontak Satrio menoleh ke arah mata Mami memandang, karena nama itu begitu familiar di telinganya. Kedua netranya berbinar. Satrio menepuk bahu Wira sambil berucap.“Tan, kalau jodoh gak kemana memang! Rupanya cewek yang gue taksir itu asisten Mami lu!”Kedua netra Wira mengikuti arah tatapan Satrio. Bersamaan dengan itu Rinai tengah menoleh ke arahnya karena teriakan Mami tadi. Keduanya bersitatap sejenak, lalu Rinai kembali membuang muka. Wajah Wira sedikit menegang, bagaimanapun dia masih menyembunyikan siapa dirinya yang sesungguhnya dari Rinai. Seketika otaknya berputar mencari cara, bagaimana menjelaskan padanya tanpa membuat Mami curiga.“Hey, Tan! Lu kenapa b
Dua minggu sudah berlalu, Abian berangkat ke rumah sakit ditemani Steven untuk mengambil hasil test DNA. Hatinya harap-harap cemas, Almeera yang cantik itu adalah darah dagingnya. Jika bukan, Abian hanya mengkhawatirkan nasib Almeera di masa depannya. Bagaimanapun seorang perempuan jika hamil di luar nikah, maka anaknya bernasab pada ibunya. Satu lembar amplop putih itu sudah diterima Abian. Dia melirik Steven yang turut menyaksikan isinya. Berulang kali, Steven meminta maaf karena dia baru tahu apa yang sebetulnya terjadi. Selama ini, Angel hanya bercerita pada Elissa---maminya. Sementara itu, Steven menganggap semuanya baik-baik saja. Bahkan ketika Angel memutuskan untuk tinggal di rumah mereka pun alasannya karena Abian sering pulang malam dan jadi kesepian. Dia percaya begitu saja. Keduanya duduk di lorong rumah sak
Abian yakin, Milalah yang mengompori Azizah untuk menikahkannya lagi. Abian sadar jika Mila iri pada Angel karena langsung hamil dan Azizah mengistimewakannya. Karena itu, dia kini ingin melihat reaksi perempuan itu, jika suaminya yang harus menikah.Seketika wajah Mila memucat. Dia lupa karena terlalu sibuk mengurusi ibu mertuanya agar membenci Angel, dia pun sama memiliki kekurangan. Usia pernikahannya dengan Abizar sudah cukup lama, tetapi cucu yang dinantikan keluarga belum juga ada. Dia lupa setiap ujian pernikahan itu berbeda, jika Abian diuji dengan kehamilan Angel yang terlalu cepat, maka dirinya pun sama yaitu diuji dengan menunggu buah hati yang tak kunjung datang.“Abian! Kamu gak pantas bicara seperti itu pada kakak iparmu, di depan tamu pula!” Azizah merasa tak enak. Dia melirik pada keluarga calon besannya yang kini tampak tak nyaman.&ld
“Nanti kamu paham!” bisik Satrio sambil menarik tubuh istrinya untuk berbaring di tempat tidur yang sama.Wajah Maila semakin memanas. Tubuhnya serasa melayang ketika Satrio mulai menyentuhnya. Dia memejamkan mata karena malu. Perasaan bercampur baur menjadi satu. Awalnya keduanya pun masih canggung melakukannya. Namun naluri akhirnya menuntunnya, tubuh Maila yang awalnya tegang karena gugup pun sudah semakin rilex. Perlahan penyatuan itu terjadi, meski sakit dan perih pada awalnya, tetapi perlahan membawanya membumbung menuju puncak surga dunia.Udara yang dingin karena AC tak lagi terasa, keringat membanjiri tubuh Satrio, begitupun Maila. Ada tetes air mata terjatuh pada sudut netra Maila ketika mereka usai melakukannya. Satrio mengecup pucuk kepala gadis yang sudah menyerahkan hidupnya padanya.“Kenapa nangis, May?”
“Saya hanya gak percaya diri, Pak! Saya hanya gadis yatim piatu yang miskin, tak berani bermimpi jadi istri Bapak!” tukas Maila lirih.Satrio mendekat. Tangannya mengambil dagu itu agar wajah Maila terangkat. Ditatapnya manik hitam yang selah terhipnotis itu dengan lekat. Entah magnet apa yang membuat wajahnya semakin mendekat, mendekat dan hampir tak menyisakkan jarak bersama gelayar hangat yang menjalar di dadanya.Satrio kembali menjauhkan wajahnya dari Maila setelah mereguk manis bibir yang gemetar itu. Wajah Maila merona dan memanas. Seluruh dunia rasanya berhenti ketika mereka melakukannya. Bahkan kaki Maila saja masih gemetar, ini sentuhan pertama yang di dapatnya dari seorang lelaki.“Aku tak pernah mempermasalahkan status sosial. Hanya saja aku mempermasalahkan ketidak konsistenan kamu
Satrio melirik ke arah Maila yang masih bengong. Dia berdiri lalu menarik tangan Maila menuju kamarnya. Maila setengah menolak, tetapi tak kuasa. Bingung juga harus berbuat apa, tiba-tiba dirinya kini tengah berduaan dengan atasan yang mendadak menjadi suaminya.Keduanya memasuki kamar yang cukup luas itu. Satrio menggiring Maila untuk duduk di tepi tempat tidur. Hati Maila berdentum, terlebih ketika Satrio memegang dagunya dan membuat wajahnya terangkat.“Ya Tuhaaan? Apakah hari ini kami akan melewati malam pertama?” batin Maila seraya debaran dalam dadanya bertalu tak karuan.Maila sudah memejamkan mata, akan tetapi Satrio melepas tangannya. Dia menjauh dan mengambil kotak P3K. Satrio kembali dan duduk di tepi ranjang berhadapan dengan Maila. Dia mengeluarkan alkohol dan kapas, lalu tangannya kembali mendekat ke wajah Maila yang masih terpejam.&nbs
“Mas, andai kamu gak ridho … maka ceraikan saja aku! Aku ikhlas, aku tak ingin membuat kamu dan keluargamu kecewa pada akhirnya! Aku akan menerimanya dengan lapang dada, Mas!” tukas Angel dengan suara parau karena tangisan.Menatap kedua netra Angel yang mengembun, sontak membuat Abian terkesiap. Dia sadar ada sosok rapuh di depannya yang butuh dikuatkan, tetapi pernyataan Angel yang diluar dugaan membuatnya shock. Bahkan kebahagiaan yang belakangan ini hadir karena dirinya akan mejadi ayah, gelar baru yang diidam-idamkannya.Abian hanya bergumam, tak terdengar jelas. Namun tangannya merengkuh Angel dan disandarkan pada dadanya. Dikecupnya pucuk kepala Angel. Ada hembusan napas berat terdengar.“Jangan bicara seperti itu, Sayang! Aku tak akan menceraikanmu! Sab
“Bos!”Satrio berdiri sambil mengusap keringat dingin di dahi. Wira menepuk bahunya lalu menoleh pada ketua wilayah tersebut. Wira memberikan kartu namanya dan memperkenalkan diri.“Saya Sultan Prawira Eka Dharma---pemilik Dharma Grup! Ini Bapak Satrio, tangan kanan saya! Jadi saya pastikan dia itu terdidik dan tak mungkin berbuat asusila! Mungkin dia hanya dijebak!” tukas Wira dengan tenang.“Saya Badri, Tuan! Koordinator wilayah di sini! Wah berkesan sekali bertemu langsung dengan Tuan Sultan! Namun, semua bukti sudah jelas, Tuan! Mereka ditemukan hampir tak berpakaian dan saksinya banyak! Tak mungkin kami melepaskan mereka begitu saja! Hukum di wilayah kami, jika menemukan pasangan yang seperti itu jika keduanya lajang maka akan ka
Keesokan harinya, Satrio terjaga karena sorot matahari sudah menembus celah gorden apartemennya. Dia terperanjat karena waktu sudah menunjukkan pukul tujuh pagi.“Ah, sial!” umpatnya dalam dada.Berantakan sudah rencananya untuk mengetahui siapa sebetulnya gadis itu. Apakah benar Maila atau orang yang hanya mirip saja dengannya.Satrio akhirnya harus rela menunda rasa penasarannya. Dia bergegas membersihkan diri lalu memakai pakaian kantor dan berangkat. Dia mengendarai mobilnya sambil merutuki diri sendiri, kenapa begitu kepo pada asal usul gadis yang tiba-tiba mencuri perhatiannya itu.“Kenapa gue ngurusin dia, ya?” batin Satrio sambil melajukan mobilnya. Dia mencoba mencari jawaban atas pertanyaannya, akan tetapi tak kunjung ditemukan. Dia tak memiliki alasan kenapa harus sekepo itu pada kehidupan Maila
“Ya, silakan mau pesan apa, Nyonya, Tuan?” Seorang gadis dengan pakaian press bodi muncul. Wajahnya penuh dengan polesan make up lengkap. Satrio menatap wajah yang rasanya taka sing itu. Kenapa gadis itu sangat mirip dengan Maila, tetapi bedanya gadis ini full make up dan tak memakai kerudung.“Maila?”Satrio bergumam dalam dada. Rasanya wajah itu bukan hanya mirip, akan tetapi benar memang wajah itu milik Maila. Dia kembali memindai wajah itu dengan seksama.Gadis tersebut tampak terkejut. Atau mungkin pikiran Satrio saja yang menebaknya seperti itu. Satrio yakin, tak mungkin dia akan menimbulkan ekspresi seperti itu jika memang dirinya tak mengenal Satrio.Sekretaris Mr Lee menyebutkan pesanannya. Gadis itu menunduk sambil mencatat. Dari raut wajahnya tampak ada kilat tak nyaman. Satrio diam, entah kenapa dia yakin jika gadis