"Velope! Tengok ke arah sini!" teriak salah seorang fotografer yang berada di tengah kerumunan fotografer lainnya.
"Velope! Senyum yang lebar, Velope!" seru fotografer lain dengan bersemangat.
Di tengah kerumunan yang terbelah dua, seorang gadis berparas rupawan, berdiri sembari melambaikan tangannya. Tak lupa juga dia melemparkan senyuman ke beberapa arah, juga memberikan pose terbaik yang bisa dia tunjukkan.
Ya, dialah Velope Pranaja, aktris tanah air yang namanya saat ini sedang melambung tinggi. Kecantikan dan keramahannya menarik semua orang, membuat pria maupun wanita tergila-gila padanya.
Selesai memberikan kesempatan pada para fotografer untuk mengambil foto dirinya, Velope mulai berjalan ke arah mobil hitam yang menunggunya. Namun, langkah kakinya berhenti ketika dia mendengar suara kasar sang bodyguard di belakangnya.
"Kamu tidak boleh mendekat! Pergilah!" teriak salah seorang bodyguard Velope kepada satu pria dengan wajah tampan yang menakjubkan. Di tangan pria tersebut, terdapat buket bunga mawar yang indah.
Velope mengernyitkan dahi, lalu masuk ke mobil. Bukan maksud hati menyia-nyiakan niat baik penggemarnya, terutama seorang pria tampan. Akan tetapi, pria tampan macam apa yang tak pernah Velope lihat? Selain itu, tak ada yang pernah tahu apa hadiah tersebut aman atau tidak.
Setelah beberapa saat, pintu mobil terbuka dan asisten Velope masuk ke mobil. Di luar dugaan, buket yang tadi Velope lihat, sekarang berada di hadapannya.
“Dari penggemarmu,” ucap sang asisten seraya duduk.
“Kamu terima?” tanya Velope. Matanya membesar, terkejut dengan kejadian yang langka ini. Biasanya, asistennya akan menolak segala hadiah yang tidak diberikan pada saat fans meeting.
Asisten Velope tersenyum tipis. “Dia tampan dan kelihatannya sangat menyukaimu. Jadi, kuterima saja!”
Wanita itu pun berkata pada supir, “Jalan sekarang, Pak!”
Velope memutar bola matanya dan memperhatikan buket bunga itu. Dia pun melihat sepucuk surat di tengah bunga-bunga mawar tersebut.
Tertulis di atas kertas berwarna merah muda itu ungkapan hati sang penggemar.
'Velope, aku adalah salah satu penggemar beratmu. Aku harap, aku bisa mengenalmu lebih dekat, tapi … kenapa kamu selalu mengacuhkanku? Kenapa kamu tidak pernah juga membalas sapaanku di media sosial?’
Membaca isi surat itu, mata Velope membelalak. Kemudian, dengan ekspresi kesal dan marah, dia merobek surat tersebut.
Tindakan Velope mengejutkan sang asisten. “Kenapa kamu merobeknya?!”
Dengan mata penuh marah, Velope memberikan buket bunga itu kembali pada asisten kecilnya sembari berkata, “Kalau kamu melihat pria itu lagi, jangan pernah menerima hadiah apa pun darinya!”
Gadis cantik itu melipat kedua tangan dan memasang wajah jijik. Dia bergumam, “Penggemar gila ...”
***
“Bukannya belajar bisnis yang rajin, kamu malah pergi menemui artis itu lagi, hah?!”
Di ruang tengah kediaman Atmaja, terlihat sosok Tuan Besar Atmaja memarahi putra semata wayangnya dengan garang. Sembari membanting tubuhnya ke sofa, Tuan Besar Atmaja menghela napas kasar.
“Leon, kamu sudah cukup dewasa untuk tahu apa tanggung jawabmu sebenarnya, mengurus perusahaan Papa! Bukannya malah mengejar gadis tidak jelas!”
Leon menghela napas, lalu membalas, “Pa, Leon baru pulang. Leon capek. Bisa kita nggak bahas ini dulu?”
Tuan Atmaja menghela napas pelan. Beliau mencoba mengontrol diri agar tidak tersulut emosi. Dia tetap membujuk Leon untuk belajar bisnis di perusahaan, bahkan sedikit memberikan ancaman jika masih mencuri waktu untuk menemui artis idolanya itu. Tuan Atmaja akan menyebarkan rumor yang bisa membuat karir sang artis berhenti.
“Baiklah, Leon. Sekali ini saja Papa turuti kemauanmu, tetapi tidak untuk lain kali.” Tuan Atmaja membiarkan Leon pergi ke kamarnya.
“Terima kasih, Papa.” Leon menyeringai tipis dan berjalan menuju kamarnya.
Leon merebahkan badannya di kasur miliknya. Dia memikirkan cara agar tidak ketahuan Tuan Atmaja ketika menemui Velope. Sedang termenung di atas kasur, tiba-tiba ada suara ketukan dari luar kamarnya.
“Tuan Muda, ada tamu untuk Anda di ruang tamu!” seru seorang pelayan dari balik pintu kamar Leon.
Leon menjawab dari dalam kamar bahwa dia akan segera keluar kamar dan turun ke ruang tamu untuk menemui seseorang yang berkunjung ke rumahnya.
“Hai, Leon. Lama tidak berjumpa. Bagaimana kabarmu?” tanya Henri yang berkunjung tanpa memberikan kabar sebelumnya. Henri adalah sahabat kecil Leon.
“Kabarku baik-baik saja. Henri, kebetulan sekali kau mengunjungiku,” balas Leon dengan senyuman merekah di wajahnya.
***
Sebagai sahabat yang sudah lama tidak bertemu, mereka sepakat untuk mengobrol di bar yang biasa mereka kunjungi. Mereka menaiki mobil. Pucuk dicinta ulam pun tiba, begitulah peribahasa yang mungkin bisa mewakili perasaan Leon. Ketika dia memikirkan cara agar tidak ketahuan saat menemui Velope, Henri datang seolah memberikan jawaban atas keinginannya.
“Cepat katakan apa yang ada di dalam hatimu, Leon! Sepertinya kau tampak bahagia saat aku berkunjung ke rumahmu,” pinta Henri kepada sahabatnya.
“HN Entertaiment itu perusahaanmu, 'kan? Tolonglah, aku ingin bekerja di perusahaanmu,” ucap Leon kepada Henri.
Henri mengerem mendadak mobilnya karena kaget. Seorang pewaris tunggal perusahaan perhiasan terbesar di ibukota, ingin bekerja di agensi kecil miliknya. Dia menatap sahabat sedari kecilnya itu dengan penuh tanda tanya.
“Apa kau sudah gila? Perusahan papamu lebih besar dari agensi milikku!”
“Tolonglah aku sekali ini saja, Henri! Hanya kamu yang bisa menolongku,” ucap Leon dengan wajah penuh harap.
Henri berpikir sejenak. Dia harus tahu dengan pasti untuk apa Leon ingin bekerja di agensi miliknya. Dia tahu, jika keluarga besar Atmaja selalu menentang keturunannya untuk terjun ke dunia entertaiment. Mereka berpikir, di balik mewahnya seorang selebriti, pasti menyimpan sisi gelap yang tidak terlihat oleh orang pada umumnya.
“Apakah kau sudah berpikir dengan matang ingin masuk ke industri hiburan?” tanya Henri meminta kepastian.
“Aku sudah yakin, Henri. Aku menyukai seorang aktris yang ada di agensimu,” Jawab Leon dengan jujur.
Leon paham sekali, pasti papanya tidak akan tinggal diam jika mengetahui hal ini. Selama ini, dia selalu menuruti semua perintah dan kemauan papanya, sehingga apa yang dia inginkan selalu terkubur, tidak pernah menjadi nyata. Sekali ini saja, dia ingin mengejar cinta sejatinya tanpa campur tangan papanya.
“Aku bisa menolongmu, tapi aku tidak bertanggung jawab jika papamu mengetahui ini,” ucap Henri pada Leon.
Leon mengucapkan terima kasih kepada Henri karena mau menolongnya. Dia berjanji akan bekerja dengan sungguh-sungguh. Dia tidak peduli jika sang papa akan bertindak di kemudian hari. Yang penting, dia sudah berusaha mengejar cinta yang terpendam di hatinya.
“Henri, aku tidak akan pernah melupakan jasamu.”
***
Tuan Atmaja melihat kamar putranya, tetapi anaknya tidak ada di kamar. Hal ini membuat Tuan Besar Atmaja murka. Baru saja memasuki rumah, Leon sudah pergi lagi. Beliau merasa, Leon sudah tidak dapat diatur lagi semenjak menyukai Velope.
“Di mana Leon? Kenapa tidak ada di kamarnya? Cari dia sampai ketemu!” perintah Tuan Besar Atmaja kepada salah satu pengawalnya.
Ketika Leon dan Henri asyik bercengkrama mengenai pekerjaan apa yang cocok untuk Leon, beberapa orang berpakaian serba hitam dengan tubuh tegak menghampirinya.“Tuan Muda, mohon jangan mempersulit kami! Tuan Besar meminta kami untuk menjemput Anda,” ucap salah satu bodyguard.“Katakan pada Papa, aku tidak mau pulang dengan paksaan,” jawab Leon dengan nada marah.Bodyguard itu tidak menghiraukan apa yang di katakan oleh Leon karena mereka diperintahkan langsung oleh Tuan Besar. Saat Leon melawan, mereka memukulnya hingga pingsan dan akan membawa pulang ke kediaman utama Tuan Besar Atmaja.Setelah beberapa puluh menit, mereka tiba di kediaman Tuan Besar Atmaja.“Tuan Besar, kami sudah membaringkan Tuan Muda di atas kasurnya.”“Kerja bagus! Kunci kamar anak itu karena besok putri temanku akan datang ke rumah,” ucap Tuan Besar Atmaja.Keesokan harinya, Leon terbangun. Dia s
Rencana licik tersusun rapi dipikiran Angie. Dia ingin Leon berhenti memikirkan Velope, seorang aktris yang merupakan rival asmaranya saat ini. Melihat Leon yang sangat dingin kepadanya saat ini, dia sudah tak sabar untuk melancarkan aksinya.“Leon, kau sungguh kejam.” Angie berpura-pura mengeluarkan air mata.“Yang namanya perasaan itu tidak dapat dipaksakan, Angie. Lebih baik, aku berterus terang padamu saat ini, daripada harus membuatmu terluka lebih dalam,” ucap Leon dengan santai.Hati Angie bergemuruh ingin meluapkan kekesalannya, tetapi dia harus menjaga image di depan orang yang dijodohkan dengannya itu. Angie berlari meninggalkan Leon, berharap akan dikejar dan minta maaf seperti yang ada di film-film. Namun, bayangan Angie salah Leon sama sekali tidak mengejarnya.“Di mana Leon? Kenapa hatinya tidak sedikit pun tergerak? Biasanya, aku selalu berhasil jika menggunakan trik ini.”Bruk!Ses
Leon kali ini tidak ingin menjadi boneka papanya. Untuk kekasih hati, harus dari pilihannya sendiri. Sudah cukup seluruh hidupnya diatur oleh orang tuanya, semua keinginannya harus terpendam karena tidak diizinkan oleh sang papa.“Hanya karena mencintai seorang wanita yang tidak jelas, kau menjadi seorang pembangkang!” seru Tuan Besar Alexander.“Papa, selama ini, aku sudah menjadi seorang anak penurut bagimu. Sekarang, saatnya aku menentukan pilihan hatiku sendiri,” jawab Leon dengan tegas.Percekcokan terjadi di antara keduanya. Leon ingin yang menjadi pendampingnya adalah pilihan hatinya sendiri, sedangkan Tuan Besar Atmaja ingin Leon mempunyai istri dari kalangan pengusaha yang sepadan dengan mereka, itu juga harus wanita yang dipilihnya.“Sudah cukup! Kalian ini, apa tidak capek berdebat terus?” tanya Nyonya Atmaja yang melerai keduanya.“Lihat! Anak kesayanganmu ini menjadi anak yang tidak berbakti se
Hanna masih sibuk membereskan barang milik Velope yang dibawa ke lokasi syuting hari ini. Sesaat, dia menghentikan gerakan dan menjawab pertanyaan bosnya, “Tuan Leon sudah mengonfirmasi kalau sebentar lagi akan menuju Kafe Magenta.”“Terima kasih, Hanna. setelah kau selesai merapikan barangku, kita berangkat.” Velope duduk di bangku untuk meluruskan kakinya.Sesaat kemudian, Hanna selesai merapikan barang bawaan Velope. Mereka berdua berangkat menuju Kafe Magenta untuk mengobrol santai bersama Leon. Di tempat lain, pada waktu yang sama, Leon sudah rapi ingin segera berjumpa dengan sang idola. Sedari tadi, dia mengganti pakaian yang akan dia gunakan untuk menemui Velope. Entah ini sudah yang ke berapa kali pakaian yang dia keluarkan dari lemari.“Kau mau ke mana, anakku?” tanya Nyonya Atmaja.“Mama, coba pilihkan! Warna kemeja mana yang bagus untukku?” Kedua tangan Leon menenteng kemeja beda warna.&ld
Preman bayaran yang Angie sewa itu menyetujui apa yang diperintahkan olehnya karena Angie berani membayar harga tinggi untuk satu pekerjaan yang telah disepakati kedua belah pihak.“Baik nona asalkan harga cocok kami akan segera membereskan wanita itu,” ucap ketua preman bayaran.“Aku tunggu kabar dari kalian, malam ini juga Velope harus kehilangan citra baiknya,” kata Angie dengan api cemburu yang membara di hatinya.Selesai menelepon preman bayaran Angie kembali berkumpul bersama teman-temannya. Di tempat lain dengan waktu yang sama Leon merasakan suatu firasat buruk yang akan terjadi, ia memikirkan cara agar bisa mengawasi Velope malam ini. Hatinya entah kenapa tidak bisa tenang, “Velope, bisakah malam ini aku menjagamu, maksudku …”“Kau mau melakukan apa padaku tuan?” tanya Velope sedikit ketakutan.“Maafkan aku Velope, aku tidak bermaksud seperti apa yang kau pikirkan,” jawab L
Angie menoleh ke arah seseorang yang membuatnya kaget. Entah dari mana datangnya wanita ini kenapa bisa mengenal Angie, "Siapa kau dan apa urusanmu denganku?""Masalah siapa aku tidak penting nona Angie, yang jelas musuh kita sama." jawab seorang yang sekarang telah duduk di hadapan Angie.Angie masih berpikir keras tentang apa yang dikatakan oleh wanita yang duduk dihadapannya ini, tiba-tba datang dan dia sendiri tidak mengenalnya bagaimana bisa mempunyai musuh yang sama?"Aku tidak mengenalmu, apa kau yakin kita mempunyai musuh yang sama?" tanya Angie."Nona Angie aku tidak akan sungkan memperkenalkan diri padamu, aku adalah model dari agensi HN entertaimen, semenjak kemunculan Velope dia selalu merampas kesempatan emasku menjadi yang terbaik, aku membencinya," jawab wanita itu.Angie mengangguk mengerti sekarang kenapa wanita dihadapannya ini mengaku mempunyai musuh yang sama dengannya ternyata persaingan kerja. Angie berpikir bisa memanfaatkan
Leon menghentikan mobilnya di pinggir jalan, ia memperingatkan Angie untuk tidak ikut campur urusan pribadinya karena memang diantara mereka tidak ada hubungan yang spesial. Tuan Atmaja boleh saja menjodohkan Angie dengan Leon tetapi untuk urusan hati tetap tidak bisa dipaksakan."Angie, aku minta jangan lancang mencampuri urusanku, apa kamu pikir aku tidak tahu kau menyewa preman bayaran untuk membuntuti Velope, jelaskan padamu apa maksud semua ini!" seru Leon dengan raut wajah yang sangat marah."A-aku tidak mengerti Leon, aku tidak kenal Velope!" jawab Angie terbata.Leon sama sekali tidak percaya dengan omongan Angie, ia terus mendesak agar Angie mengakui perbuatannya. Angie melakukan drama menangis agar Leon tidak terus menyudutkannya. Tidak mungkin Angie mengakui karena Leon bisa semakin membencinya."Jangan berbohong padaku dan hapus air mata buayamu itu, ingat Angie kau sudah melakukan kesalahan besar aku tidak suka wanita yang menggunakan kekuasa
Angie terus berakting dan Leon tetap saja tidak ada pergerakan seperti apa yang ia inginkan. dalam hatinya terus berharap Leon akan menunjukkan sikap yang dahulu selalu ia tunjukkan padanya."Angie jika kau pandai berakting seperti itu, kenapa tidak ikut casting kebetulan di perusahaan Henri sedang membuka lowongan casting untuk sinetron terbarunya?" tanya Leon setengah mengejek."Leon aku sangat sedih sungguhan," Jawab Angie.Bagai dihujani peluru hati Angie terasa sakit dan tercabik-cabik, Leon yang dulu pernah memberiakn kehanagtan untuknya kini telah berubah. seorang pria yang dahulu selalu ia kagumi karena kelembutannya kini berubah menjadi pria yang dingin dan kejam."Angie sudah aku bilang kau sudah melakukan dua kesalahan yang paling aku benci, jadi maaf aku tidak akan pernah bisa memaafkanmu," ucap Leon kemudian pergi meninggalkan Angie dan Henri.Angie memanggil Leon namun tidak diindahkan. Henri yang merasa kasihan menenangkan sahabatnya
Leon masih bercengkrama dalam teleponnya. Dalam waktu lima belas menit barulah ia mematikan telepon dan terlihat bahagia. Tepat pukul lima sore Leon meninggalkan kantor.Leon menegndarai mobilnya untuk menjemput Velope kesayangannya. Ia akan membawanya ke rumah keluarga Atmaja."Velope apa kau sudah siap bertemu dengan kedua orang tuaku?" tanya Leon."Aku sudah siap, walaupun nanti banyak pertanyaan yang tertuju padaku aku sungguh siap sekali," jawab Velope dengan wajah yang sumringah.Leon menggandeng Velope menuju ruang tamu, disana sudah ada orang tuanya nenek dan bibinya yang sungguh manja dan dicap benalu olehnya serta keluarga pamannya yang ia undang untuk memperkenalkan calon istri Leon."Selamat malam semuanya," sapa Leon."Selamat malam seluruh keluarga tuan besar Atmaja." sapa Velope sambil membungkukkan sedikit badannya.Telepon yang Leon angkat tadi dari orang tuanya. mereka mengundang Velope untuk makan malam dirumah. Sek
Semuanya baik-baik saja tidak ada yang memutuskan kontrak. Mereka hanya ingin lihat perkembangan kasus dulu barulah memberikan tindakan."Sejauh ini tidak ada, aku harap setelah konferensi pres semuanya akan baik-baik saja," jawab Meri."Bagus kalau begitu, ayo bekerja lagi," ajak Velope.Meri menemani Velope ke tempat kerja. Ini untuk berjaga-jaga kalau ada paparazi atau apapun itu yang mengganggu kerja Velope. Ia akan memasang badan untuk menjaqab karena ia tak ingin artisnya mendapatkan masalah lebih lanjut."Velope fokuslab bekerja, aku akan menunggu di sini," ucap Meri."Baik Meri terima kasih ya," balas Velope.Velope bekerja sedangkan Meri masih kontek dengan bosnya. Akhir-akhir ini Velope dan Leon memang sering bersama. Meri jadi kepikiran sesuatu kalau mereka memang menjalin kisah asmara. Tapi status mereka berbeda bagaimana mungkin bisa bersama."Leon apa kau mau memaafkan papamu?" tanya tuan Atmaja."Untuk apa aku te
Velope mendekati tuan Handoko dan putrinya ia membisikkan kalimat ke telinga tuan Handoko dengan lantang dan jelas. Kalau besok akan ada klarifikasi dan jumpa pres yang diadakan oleh Velope tentu saja tuan Handoko dan putrinya harus datang."Aku akan menjawab dalam konferesni pers besok pagi, kalian siap-siap saja datang ya," ucap Velope sambil mengibaskan rambutnya."Velope ayo kita pulang, aku tidak sudi lama-lama di sini," ucap Leon.Mereka pergi bergandengan tangan orang sampai melihat mereka dengan tatapan melongo Velope yang mereka kenal apakah memang orang yang seperti itu. Merebut tunangan orang dan menyiksa gadis tunangan pria tampan itu."Aku tidak menyangka Velope orang yang seperti itu tega merebut tunangan gadis lain bahkan memberikan trauma kepada tunangan pria tampan itu," bisik pwngunjung kafe."Aku juga tak mengira kalau idola kita seperti itu," balas pengunjung satunya.Keesokan harinya Meri sudah panas dan marah kepa
Leon mengiyakan apa yang ditanyakan oleh mamanya, ia berjanji akan datang ke tempat yang di tentukan oleh nyonya Atmaja saat ini Leon memang sudah selesai kerja tapi ada urusan yang harus ia selesaikan terlebih dahulu."Baik ma atur saja tempatnya hari ini apkaah bisa jam sembilan malam saja ketemunya, soalnya nanti pukul tujuh malam Leon baru kelar urusan," pinta Leon."Oke mama tentukan dulu tempat yang asyik untuk kita mengobrol biar lebih nyaman," ucap Nyonya Atmaja.Tuan besar Atmaja sedang menguping pembicaraan istri dan putranya. Beliau sedang ketar ketir takut Leon tidak mau memaafkannya. Saat nyonya Atmaja mematikan teleponnya ia segera mendekat dan bertanya, "Bagimana jawaban Leon?""Kita siapkan tempat untuk bertemu dengannya, kau juga jangan lupa untuk mengabari keluarga Handoko!" seru nyonya Atmaja.Tuan Atmaja segera memberitahu tuan Handoko dan putrinya untuk datang ke pertemuan yang diadakan oleh Tuan Atmaja dan istrinya malam
Nyonya Atmaja mengatakan pasti putranya mau memaafkan jika ia tulus meminta maaf dan tidak mengulangi lagi perbuatan yang membuatnya kesal atau tidak suka. Biarkan Leon menjalani apa yang sudah dia inginkan."Cukup untuk mendukung Leon menjadi apa yang dia inginkan dan juga kau tuus dalam meminta maaf," ucap nyonya Atmaja."Kalau begitu aku akan berangkat kerja dulu, nanti tolong temani aku untuk berbicara dengan anakmu," ucap tuan Atmaja.Nyonya Atmaja mengangguk tanda setuju dan tersenyum melihat tuan Atmaja yang bisa dinasehati olehnya. Beliau sangat senang dengan perubahan sikap suaminya yang keras kepala itu. Nyonya Atmaja melanjutkan pekerjaannya yang belum selesai.***"Tuan muda tamu kita sudah berada di ruang meeting," ucap Haris menyambut kedatangan Leon."Baik terima kasih." balas Leon yang segera masuk ke ruang meeting disusul oleh Haris dari belakang.Leon memimpin jalannya meeting kali ini. Kliennya yang hari ini ia temu
Nyonya Atmaja menasehati suaminya, sebagai kepala rumah tangga dan panutan seharusnya ia bisa menepati janjinya. Tidak mengingakri janji juga membuat perjanjian nikah sepihak dengan keluarga yang kurang jelas adat istiasatnya."Kau sudah membuatku kecewa Atmaja, aku akan keluar dari rumah ini dan meminta semua aset juga saham atas nama milikku!" gertak nyonya Atmaja."Apa yang ingin kau lakukan?" tanya Tuan Atmaja.Nyonya Atmaja hanya ingin memberikan nasehat kepada suaminya agar tidak semena-mena dan juga berbuat semaunya. Sudah membuat perjanjian dengan sang putra tapi dia mengingkari sungguh membuatnya kesal saja."Karena kau sudah tidak menganggapku ada disisimu lebih baik aku pergi, kau merencanakan perjodohan putraku tanpa melibatkan aku," balas nyonya Atmaja."Bukan seperti itu, kau memihak Velope gadis yang bekerja di entertaimen itu, aku kesal sekali jadinya," ucap Tuan Atmaja.Nyonya Atmaja menggebrak meja, Velope gadis yang baik b
Velope masih saja bingung ingin makan apa. Leon menggelengkan kepala karena perempuan itu sungguh rumit, tinggal makan saja mereka harus memikir sampai lama. Tinggal pilih saja makan apa tidak usah ribet kenapa para wanita itu selalu merepotkan diri sendiri pikir Leon sambil menyetir mobilnya."Apa kau sudah menemukan tempat makan malam yang enak Velope?" tanya Leon."Belum sayang, kamu tidak punya keinginan untuk makan apa ya?" jawab Velope.Leon menghela nafas agar tidak emosi karena lapar. Akhirnya ia hanya ingin makan mie isntan rebus pakai telur dan cabai di warung warmindo pinggir jalan. Velope ternyata menyetujuinya mereka memarkir mobil di pinggiran jalan dan masuk warmindo."Enak juga ya menikmati kesederhanaan seperti ini," ucap Velope."Sesekali kita juga harus menikmati makanan pinggir jalan seperti ini," sahut Leon.Aroma mie instan yang menggoda di tampah potongan cabai juga saus pedas membuat Velope dan Leon tampak tak sabar m
Henri ingin sampai tua nanti tetap bersahabat dengan Leon. Walau ia sudah menemukan istri dan memiliki anak. Mereka harus tetap bersahabat sampai tua nanti."berjanjilah padaku kita akan menjadi sahabat sampai tua nanti," ucap Henri."Tentu saja," jawab Leon singkat.Leon juga ingin sampai tua nanti masih tetap memiliki Henri di sampingnya. Meski Henri adalah anak bungsu tapi dia bisa menjadi seorang kakak bagi Leon. Mereka selalu bertukar pikiran apapun itu. Tentang perusahaan juga soal asmara."Ehem. Aku juga ingin hidup sampai tua denganmu," ucap Velope."Kau juga bagian hidupku, aku harap kau bisa sabar dengan hubungan kita yang masih rumit ini," balas Leon.Velope menagngguk kemudian melirik Henri yang tertawa karena melihat Velope cemburu padanya. Mereka sudah kenal sejak kecil dan hanya sahabat sepanjang usia."Kau tak perlu cemburu padaku Velope. Kami tidak mungkin akan menjalin kasih juga kan," ucap Henri sambil tertawa
Leon marah karena yang mengangkat telepon Velope adalah seorang lelaki entah siapa orang itu. Haris semakin ketakukan karena mungkin Leon akan marah sepanjang hari dna berdampak padanya. Haris membaca doa supya ini hanya salah paham."Kalau aku bilang aku adalah kekasih Velope kamu percaya tidak tuan Leon?" tanya seorang yang berada di seberang sana."Kau jangan main-main denganku, aku akan membunuhmu!" seru Leon.Henri tersenyum dan mengatakan bahwa Leon adalah orang yang bodoh. terlalu emosi sampai tidak bisa berpikir jernih, ia sampai lupa dengan suara sahabatnya sendiri yang sudah bersama bertahun-tahun. Cemburu mengalahkan segalanya. seharusnya Leon berpikir jernih sehingga bisa menebak suara siapa itu."Leon aku pikir kau adalah orang paling cerdas seindonesia raya, tapi ternyata cemburu mengalahkan segalanya," tegas Henri."Siapa kau sebenarnya kenapa mengenalku bahkan sampai menghinaku?" tanya Leon lagi.Sahabat Leon itu menertawakan