Leon kali ini tidak ingin menjadi boneka papanya. Untuk kekasih hati, harus dari pilihannya sendiri. Sudah cukup seluruh hidupnya diatur oleh orang tuanya, semua keinginannya harus terpendam karena tidak diizinkan oleh sang papa.
“Hanya karena mencintai seorang wanita yang tidak jelas, kau menjadi seorang pembangkang!” seru Tuan Besar Alexander.
“Papa, selama ini, aku sudah menjadi seorang anak penurut bagimu. Sekarang, saatnya aku menentukan pilihan hatiku sendiri,” jawab Leon dengan tegas.
Percekcokan terjadi di antara keduanya. Leon ingin yang menjadi pendampingnya adalah pilihan hatinya sendiri, sedangkan Tuan Besar Atmaja ingin Leon mempunyai istri dari kalangan pengusaha yang sepadan dengan mereka, itu juga harus wanita yang dipilihnya.
“Sudah cukup! Kalian ini, apa tidak capek berdebat terus?” tanya Nyonya Atmaja yang melerai keduanya.
“Lihat! Anak kesayanganmu ini menjadi anak yang tidak berbakti sekarang!” bentak Tuan Besar Atmaja.
Nyonya Atmaja mendinginkan suasana dengan cara mengajak keduanya berdiskusi di ruang baca sambil minum teh. Beliau tahu, suaminya ini sangat keras, sedangkan putranya menginginkan kebebasan berpendapat dan memilih sendiri pasangan yang dia inginkan. Kemudian, Nyonya Atmaja harus mendamaikan mereka semua agar tidak lagi terjadi keributan di antara keduanya.
“Suamiku, putramu sudah besar sekarang. Wajar jika dia menaruh hati pada lawan jenisnya. Kau tahu masalah hati itu tidak bisa dipaksakan. Bukankah kau sendiri juga dahulu seperti itu?” tanya Nyonya Atmaja.
“Ta-tapi, istriku … yang disukai Leon adalah seorang aktris!” jawab Tuan Besar Atmaja.
“Lalu, kenapa jika seorang aktris? Apakah ada masa lalu dengan seseorang yang bekerja sebagai publik figure?” tanya Nyonya Atmaja.
Tuan Atmaja mengangguk sejenak. Kenapa beliau melarang anaknya terjun ke dunia hiburan adalah karena masa lalunya yang kelam. Beliau pernah berpacaran dengan seorang aktris yang di depan layar kaca terkenal dengan sikapnya yang anggun. Gosip miring pun tidak pernah dia dapatkan, bahkan menyabet begitu banyak penghargaan.
“Papa sendiri pernah berpacaran dengan aktris, lalu kenapa sekarang melarangku mendekati Velope?” tanya Leon sedikit geram.
“Dengarkan dulu! Papa, 'kan, belum selesai bercerita,” jawab Tuan Besar Atmaja.
Tuan Atmaja melanjutkan ceritanya. Kala itu, pukul tujuh malam adalah janji untuk bertemu dengan sang kekasih hati. Tak disangka, gadis pujaan hatinya yang tidak pernah mendapat skandal apa pun di televisi, terlihat mesra dengan seorang sugar daddy di sebuah bar. Beliau melihat dengan mata dan kepalanya sendiri, bagaimana gadis itu merayu lelaki lain dan mengatakan tidak bisa menemaninya lebih lama karena harus menemui sang kekasih.
Saat itulah hatinya hancur dan bersumpah anak keturunannya tidak boleh ada yang terjun ke dunia hiburan atau memiliki hubungan dengan seseorang yang bekerja di dalamnya. Karena yang ditampilkan di layar kaca itu semuanya palsu.
“Tapi, kau tidak bisa menyamakan gadis yang disukai oleh anakmu seperti gadis yang kau idolakan pada masa itu suamiku,” ucap Nyonya Atmaja.
“Apa yang diperlihatkan di layar kaca tidak seperti yang kalian lihat. Mereka hanya menjaga citra mereka saja!” tegas Tuan Atmaja.
“Bagaimana jika kita menyelidiki asal usul Velope, gadis yang disukai oleh putra kita?” tanya Nyonya Atmaja kepada suaminya.
Sebuah ide yang bagus. Akan tetapi, Tuan Besar Atmaja masih saja tidak setuju jika Leon terus berhubungan dengan gadis yang sangat popular di layar kaca itu apalagi sampai menjadi menantunya. Bayang-bayang masa lalu masih menghantuinya. Beliau tidak ingin putranya terjebak dalam hubungan yang tidak sehat.
“Tidak, aku sudah yakin ada seorang penyokong di belakangnya dan aku juga meragukan kesuciannya!” tegas Tuan Atmaja.
“Sudahlah, lanjutkan diskusi ini besok pagi saja. Hari sudah malam. Ayo, kita istriahat dulu!” ajak Nyonya Atmaja.
Leon menurut dan segera masuk ke kamarnya, sedangkan Tuan Besar Atmaja dan istrinya masih mengobrol di ruang baca. Perihal putranya, Nyonya Atmaja menyarankan untuk memberikan waktu kepada Leon untuk mencoba berpacaran dengan wanita yang dipilihnya, sebelum benar-benar menikah dengan wanita pilihan orang tuanya.
“Aku setuju dengan usulmu, tapi aku tetap tidak ingin Leon terlanjur mencintai wanita itu, sehingga kehilangan akal dan nekat meninggalkan keluarga ini,” ucap Tuan Atmaja.
“Kau sungguh keras kepala, suamiku. Lebih baik, aku tidur daripada naik tekanan darahku gara-gara berdebat denganmu.” Nyonya Atmaja meninggalkan suaminya dan masuk ke kamar.
***
Keesokan harinya, Leon seperti biasa membuka media sosial dan melihat aktivitas yang dibagikan oleh Velope di beranda media sosial miliknya. Pagi ini, dia akan melakukan syuting di daerah Menteng. Leon sungguh antusias ingin melihat langsung prosesi syuting aktris idolanya.
Tring!
Sebuah pesan singkat masuk ke ponselnya.
[Tuan penolong, bisakah hari ini datang ke Kafe Magenta, pukul empat sore? Sesuai janji, Velope mengajak Anda minum teh sebagai ucapan terima kasih. Tolong, dibalas, ya!]
[Aku akan datang,] balas Leon.
Hati Leon berbunga-bunga hari ini. Bagaimana tidak, dia akan pergi minum teh dan pergi kencan dengan aktris idolanya. Leon berdoa, semoga hari ini papanya tidak membuat ulah, sehingga dia bisa pergi dengan tenang.
***
“Bagaimana, Hanna? Apakah dia sudah merespons pesan singkat yang kau kirimkan?” tanya Velope yang sedang di-make-up.
“Tuan Leon merespons sangat cepat. Sepertinya, dia sangat menyukaimu,” jawab Asisten Hanna.
Pria tampan mana yang tidak menyukai Velope, seorang gadis yang kariernya sedang cemerlang di dunia hiburan saat ini. Selain prestasi seperti penghargaan aktris terbaik, pundi-pundi kekayaan yang dia kumpulkan dari hasil bekerja di dunia hiburan, sudah tak terhitung jumlahnya. Velope merupakan seorang istri idaman bagi kaum adam masa kini.
“Jangan bicara sembarangan, Hanna! Banyak pria yang bilang menyukaiku, belum tentu mereka sungguhan memberikan cintanya,” ucap Velope kepada asistennya.
“Velope, jangan mengobrol lagi! Sebentar lagi, giliranmu untuk syuting!” seru seorang sutradara.
Velope meminta maaf karena dia tidak memperhatikan waktu. Setelah mendapat teguran, Velope langsung menuju tempat syuting. Aktingnya sangat memukau, sangat menghayati ketika berakting di depan sorotan kamera. Banyak orang memuji kepiawaiannya dalam berperan.
“Cut! Bagus, Velope! Aktingmu luar biasa. Aku senang jika bekerja sama denganmu, tidak butuh waktu lama dalam bekerja,” puji seorang sutradara.
“Terima kasih, Pak Sutradara. Semua ini, berkat arahan Anda,” jawab Velope merendah.
Akhirnya, syuting Velope hari ini selesai. Dia tak lupa dengan janjinya menraktrir minum teh kepada Leon, si penggemar gila yang menolongnya pada saat yang tepat waktu itu. Dia segera berganti pakaian biasa, menghapus make-up-nya, berdandan senatural mungkin supaya tidak mencolok sama sekali.
“Hanna, apakah Leon sudah mengonfirmasi lagi jika jadi datang ke Kafe Magenta sesuai janji tadi siang?” tanya Velope yang sudah siap untuk bertemu Leon.
Hanna masih sibuk membereskan barang milik Velope yang dibawa ke lokasi syuting hari ini. Sesaat, dia menghentikan gerakan dan menjawab pertanyaan bosnya, “Tuan Leon sudah mengonfirmasi kalau sebentar lagi akan menuju Kafe Magenta.”“Terima kasih, Hanna. setelah kau selesai merapikan barangku, kita berangkat.” Velope duduk di bangku untuk meluruskan kakinya.Sesaat kemudian, Hanna selesai merapikan barang bawaan Velope. Mereka berdua berangkat menuju Kafe Magenta untuk mengobrol santai bersama Leon. Di tempat lain, pada waktu yang sama, Leon sudah rapi ingin segera berjumpa dengan sang idola. Sedari tadi, dia mengganti pakaian yang akan dia gunakan untuk menemui Velope. Entah ini sudah yang ke berapa kali pakaian yang dia keluarkan dari lemari.“Kau mau ke mana, anakku?” tanya Nyonya Atmaja.“Mama, coba pilihkan! Warna kemeja mana yang bagus untukku?” Kedua tangan Leon menenteng kemeja beda warna.&ld
Preman bayaran yang Angie sewa itu menyetujui apa yang diperintahkan olehnya karena Angie berani membayar harga tinggi untuk satu pekerjaan yang telah disepakati kedua belah pihak.“Baik nona asalkan harga cocok kami akan segera membereskan wanita itu,” ucap ketua preman bayaran.“Aku tunggu kabar dari kalian, malam ini juga Velope harus kehilangan citra baiknya,” kata Angie dengan api cemburu yang membara di hatinya.Selesai menelepon preman bayaran Angie kembali berkumpul bersama teman-temannya. Di tempat lain dengan waktu yang sama Leon merasakan suatu firasat buruk yang akan terjadi, ia memikirkan cara agar bisa mengawasi Velope malam ini. Hatinya entah kenapa tidak bisa tenang, “Velope, bisakah malam ini aku menjagamu, maksudku …”“Kau mau melakukan apa padaku tuan?” tanya Velope sedikit ketakutan.“Maafkan aku Velope, aku tidak bermaksud seperti apa yang kau pikirkan,” jawab L
Angie menoleh ke arah seseorang yang membuatnya kaget. Entah dari mana datangnya wanita ini kenapa bisa mengenal Angie, "Siapa kau dan apa urusanmu denganku?""Masalah siapa aku tidak penting nona Angie, yang jelas musuh kita sama." jawab seorang yang sekarang telah duduk di hadapan Angie.Angie masih berpikir keras tentang apa yang dikatakan oleh wanita yang duduk dihadapannya ini, tiba-tba datang dan dia sendiri tidak mengenalnya bagaimana bisa mempunyai musuh yang sama?"Aku tidak mengenalmu, apa kau yakin kita mempunyai musuh yang sama?" tanya Angie."Nona Angie aku tidak akan sungkan memperkenalkan diri padamu, aku adalah model dari agensi HN entertaimen, semenjak kemunculan Velope dia selalu merampas kesempatan emasku menjadi yang terbaik, aku membencinya," jawab wanita itu.Angie mengangguk mengerti sekarang kenapa wanita dihadapannya ini mengaku mempunyai musuh yang sama dengannya ternyata persaingan kerja. Angie berpikir bisa memanfaatkan
Leon menghentikan mobilnya di pinggir jalan, ia memperingatkan Angie untuk tidak ikut campur urusan pribadinya karena memang diantara mereka tidak ada hubungan yang spesial. Tuan Atmaja boleh saja menjodohkan Angie dengan Leon tetapi untuk urusan hati tetap tidak bisa dipaksakan."Angie, aku minta jangan lancang mencampuri urusanku, apa kamu pikir aku tidak tahu kau menyewa preman bayaran untuk membuntuti Velope, jelaskan padamu apa maksud semua ini!" seru Leon dengan raut wajah yang sangat marah."A-aku tidak mengerti Leon, aku tidak kenal Velope!" jawab Angie terbata.Leon sama sekali tidak percaya dengan omongan Angie, ia terus mendesak agar Angie mengakui perbuatannya. Angie melakukan drama menangis agar Leon tidak terus menyudutkannya. Tidak mungkin Angie mengakui karena Leon bisa semakin membencinya."Jangan berbohong padaku dan hapus air mata buayamu itu, ingat Angie kau sudah melakukan kesalahan besar aku tidak suka wanita yang menggunakan kekuasa
Angie terus berakting dan Leon tetap saja tidak ada pergerakan seperti apa yang ia inginkan. dalam hatinya terus berharap Leon akan menunjukkan sikap yang dahulu selalu ia tunjukkan padanya."Angie jika kau pandai berakting seperti itu, kenapa tidak ikut casting kebetulan di perusahaan Henri sedang membuka lowongan casting untuk sinetron terbarunya?" tanya Leon setengah mengejek."Leon aku sangat sedih sungguhan," Jawab Angie.Bagai dihujani peluru hati Angie terasa sakit dan tercabik-cabik, Leon yang dulu pernah memberiakn kehanagtan untuknya kini telah berubah. seorang pria yang dahulu selalu ia kagumi karena kelembutannya kini berubah menjadi pria yang dingin dan kejam."Angie sudah aku bilang kau sudah melakukan dua kesalahan yang paling aku benci, jadi maaf aku tidak akan pernah bisa memaafkanmu," ucap Leon kemudian pergi meninggalkan Angie dan Henri.Angie memanggil Leon namun tidak diindahkan. Henri yang merasa kasihan menenangkan sahabatnya
Tuan Atmaja menggebrak mejanya, Leon semakin tidak bisa diatur. Jika Leon merasa tidak memiliki ikatan hubungan dengan Angie, maka ia harus segera menggelar pesta tunangan untuk keduanya."Ada apa lagi suamiku, biarkan Leon bersenang-senang dulu dia masih terlalu muda untuk memikul tanggung jawab yang besar," ucap nyonya Atmaja."Aku tidak mau dia semakin dalam jatuh cinta dengan artis itu, aku akan segera menggelar pesta tunangan untuk Angie dan Leon," ucap Tuan Armaja.Jika Nyonya Atmaja membantah keinginan suaminya sekarang akan terjadi keributan malam ini. Nyonya Atmaja memmilih mengajak suaminya untuk segera istirahat dengan alasan tidak baik untuk kesehatan jika tidur terlalu larut malam. Jika sudah membaik suasana hatinya mungkin akan mudah diajak untuk mengobrol.***Pagi hari di meja makan kediaman tuan besar Atmaja dan keluarganya menikmati sarapan dengan suasana hening."Mama, papa, hari ini Leon ada urusan, jadi akan pergi sampai
Seorang wanita cantik duduk santai sambil minum kopi di sudut ruangan. Tidak ada satu pasang matapun yang tidak memperhatikannya, Leon berandai-andai dia masih memiliki banyak uang di tangannya. Sudah pasti Leon akan membayar tagihan yang dipesan wanita cantik tersebut."Henri aku tak bisa mendekatinya sekarang, karena aku pria yang miskin sekarang," ucap Leon sembari menghela nafasnya."Mulai hari ini kau harus bekerja keras untuk meraihnya, aku yakin kau mampu." Henri menepuk pundak sahabatnya.Leon harus berusaha keras untuk mendapatkan hati Velope seorang artis yang diidolakannya, Saat ini selain berjuanga mendapatkan hati Velope dia juga harus bertahan untuk hidup. Leon bukan lagi menjadi keluarga Atmaja saat ini, ia memutuskan untuk pergi dari rumah demi mendapatkan hidup yang nyaman."Henri semakin melihatnya hatiku semakin sakit, saat ini aku dan dia bagai langit dan bumi," ucap Leon dengan lirih."Kau akan menjadi orang yang berguna walau
Velope mambaca isi pesan yang diterimanya, sebuah isi pesan yang sangat manis ditujukan untuknya. Wanita cantik itu hatinya sungguh dingin ia menganggap pesan dari seorang lelaki yang memberinya bunga mawar hanya untuk mengujinya.[Nona Velope, aku akan memberimu bunga mawar setiap hari jika kau mau] tulis Leon di pesan singkatnya untuk Velope.[Terima kasih tuan Leon, lebih baiik kau simpan saja uangmu untuk hal yang lebih penting, aku tidak butuh bunga tapi butuh uang] balas Velope.Velope berdecik kesal ternyata Leon hanya bermain-main saja kepadanya. Sama seperti pria lainnya yang hanya terobsesi dengan kecantikan dan populernya Velope. Dia berharap suatu hari nanti akan bertemu dengan seorang kekasih hati yang biasa saja tapi sangat bertanggung jawab.***"Leon kenapa kau tampak kesal sekali?" tanya Henri."Aku mengirim pesan ke Velope, tapi jawabannya membuatku kesal," jawab Leon.Henri terkekeh mendengar cerita Leon barusan, sa
Leon masih bercengkrama dalam teleponnya. Dalam waktu lima belas menit barulah ia mematikan telepon dan terlihat bahagia. Tepat pukul lima sore Leon meninggalkan kantor.Leon menegndarai mobilnya untuk menjemput Velope kesayangannya. Ia akan membawanya ke rumah keluarga Atmaja."Velope apa kau sudah siap bertemu dengan kedua orang tuaku?" tanya Leon."Aku sudah siap, walaupun nanti banyak pertanyaan yang tertuju padaku aku sungguh siap sekali," jawab Velope dengan wajah yang sumringah.Leon menggandeng Velope menuju ruang tamu, disana sudah ada orang tuanya nenek dan bibinya yang sungguh manja dan dicap benalu olehnya serta keluarga pamannya yang ia undang untuk memperkenalkan calon istri Leon."Selamat malam semuanya," sapa Leon."Selamat malam seluruh keluarga tuan besar Atmaja." sapa Velope sambil membungkukkan sedikit badannya.Telepon yang Leon angkat tadi dari orang tuanya. mereka mengundang Velope untuk makan malam dirumah. Sek
Semuanya baik-baik saja tidak ada yang memutuskan kontrak. Mereka hanya ingin lihat perkembangan kasus dulu barulah memberikan tindakan."Sejauh ini tidak ada, aku harap setelah konferensi pres semuanya akan baik-baik saja," jawab Meri."Bagus kalau begitu, ayo bekerja lagi," ajak Velope.Meri menemani Velope ke tempat kerja. Ini untuk berjaga-jaga kalau ada paparazi atau apapun itu yang mengganggu kerja Velope. Ia akan memasang badan untuk menjaqab karena ia tak ingin artisnya mendapatkan masalah lebih lanjut."Velope fokuslab bekerja, aku akan menunggu di sini," ucap Meri."Baik Meri terima kasih ya," balas Velope.Velope bekerja sedangkan Meri masih kontek dengan bosnya. Akhir-akhir ini Velope dan Leon memang sering bersama. Meri jadi kepikiran sesuatu kalau mereka memang menjalin kisah asmara. Tapi status mereka berbeda bagaimana mungkin bisa bersama."Leon apa kau mau memaafkan papamu?" tanya tuan Atmaja."Untuk apa aku te
Velope mendekati tuan Handoko dan putrinya ia membisikkan kalimat ke telinga tuan Handoko dengan lantang dan jelas. Kalau besok akan ada klarifikasi dan jumpa pres yang diadakan oleh Velope tentu saja tuan Handoko dan putrinya harus datang."Aku akan menjawab dalam konferesni pers besok pagi, kalian siap-siap saja datang ya," ucap Velope sambil mengibaskan rambutnya."Velope ayo kita pulang, aku tidak sudi lama-lama di sini," ucap Leon.Mereka pergi bergandengan tangan orang sampai melihat mereka dengan tatapan melongo Velope yang mereka kenal apakah memang orang yang seperti itu. Merebut tunangan orang dan menyiksa gadis tunangan pria tampan itu."Aku tidak menyangka Velope orang yang seperti itu tega merebut tunangan gadis lain bahkan memberikan trauma kepada tunangan pria tampan itu," bisik pwngunjung kafe."Aku juga tak mengira kalau idola kita seperti itu," balas pengunjung satunya.Keesokan harinya Meri sudah panas dan marah kepa
Leon mengiyakan apa yang ditanyakan oleh mamanya, ia berjanji akan datang ke tempat yang di tentukan oleh nyonya Atmaja saat ini Leon memang sudah selesai kerja tapi ada urusan yang harus ia selesaikan terlebih dahulu."Baik ma atur saja tempatnya hari ini apkaah bisa jam sembilan malam saja ketemunya, soalnya nanti pukul tujuh malam Leon baru kelar urusan," pinta Leon."Oke mama tentukan dulu tempat yang asyik untuk kita mengobrol biar lebih nyaman," ucap Nyonya Atmaja.Tuan besar Atmaja sedang menguping pembicaraan istri dan putranya. Beliau sedang ketar ketir takut Leon tidak mau memaafkannya. Saat nyonya Atmaja mematikan teleponnya ia segera mendekat dan bertanya, "Bagimana jawaban Leon?""Kita siapkan tempat untuk bertemu dengannya, kau juga jangan lupa untuk mengabari keluarga Handoko!" seru nyonya Atmaja.Tuan Atmaja segera memberitahu tuan Handoko dan putrinya untuk datang ke pertemuan yang diadakan oleh Tuan Atmaja dan istrinya malam
Nyonya Atmaja mengatakan pasti putranya mau memaafkan jika ia tulus meminta maaf dan tidak mengulangi lagi perbuatan yang membuatnya kesal atau tidak suka. Biarkan Leon menjalani apa yang sudah dia inginkan."Cukup untuk mendukung Leon menjadi apa yang dia inginkan dan juga kau tuus dalam meminta maaf," ucap nyonya Atmaja."Kalau begitu aku akan berangkat kerja dulu, nanti tolong temani aku untuk berbicara dengan anakmu," ucap tuan Atmaja.Nyonya Atmaja mengangguk tanda setuju dan tersenyum melihat tuan Atmaja yang bisa dinasehati olehnya. Beliau sangat senang dengan perubahan sikap suaminya yang keras kepala itu. Nyonya Atmaja melanjutkan pekerjaannya yang belum selesai.***"Tuan muda tamu kita sudah berada di ruang meeting," ucap Haris menyambut kedatangan Leon."Baik terima kasih." balas Leon yang segera masuk ke ruang meeting disusul oleh Haris dari belakang.Leon memimpin jalannya meeting kali ini. Kliennya yang hari ini ia temu
Nyonya Atmaja menasehati suaminya, sebagai kepala rumah tangga dan panutan seharusnya ia bisa menepati janjinya. Tidak mengingakri janji juga membuat perjanjian nikah sepihak dengan keluarga yang kurang jelas adat istiasatnya."Kau sudah membuatku kecewa Atmaja, aku akan keluar dari rumah ini dan meminta semua aset juga saham atas nama milikku!" gertak nyonya Atmaja."Apa yang ingin kau lakukan?" tanya Tuan Atmaja.Nyonya Atmaja hanya ingin memberikan nasehat kepada suaminya agar tidak semena-mena dan juga berbuat semaunya. Sudah membuat perjanjian dengan sang putra tapi dia mengingkari sungguh membuatnya kesal saja."Karena kau sudah tidak menganggapku ada disisimu lebih baik aku pergi, kau merencanakan perjodohan putraku tanpa melibatkan aku," balas nyonya Atmaja."Bukan seperti itu, kau memihak Velope gadis yang bekerja di entertaimen itu, aku kesal sekali jadinya," ucap Tuan Atmaja.Nyonya Atmaja menggebrak meja, Velope gadis yang baik b
Velope masih saja bingung ingin makan apa. Leon menggelengkan kepala karena perempuan itu sungguh rumit, tinggal makan saja mereka harus memikir sampai lama. Tinggal pilih saja makan apa tidak usah ribet kenapa para wanita itu selalu merepotkan diri sendiri pikir Leon sambil menyetir mobilnya."Apa kau sudah menemukan tempat makan malam yang enak Velope?" tanya Leon."Belum sayang, kamu tidak punya keinginan untuk makan apa ya?" jawab Velope.Leon menghela nafas agar tidak emosi karena lapar. Akhirnya ia hanya ingin makan mie isntan rebus pakai telur dan cabai di warung warmindo pinggir jalan. Velope ternyata menyetujuinya mereka memarkir mobil di pinggiran jalan dan masuk warmindo."Enak juga ya menikmati kesederhanaan seperti ini," ucap Velope."Sesekali kita juga harus menikmati makanan pinggir jalan seperti ini," sahut Leon.Aroma mie instan yang menggoda di tampah potongan cabai juga saus pedas membuat Velope dan Leon tampak tak sabar m
Henri ingin sampai tua nanti tetap bersahabat dengan Leon. Walau ia sudah menemukan istri dan memiliki anak. Mereka harus tetap bersahabat sampai tua nanti."berjanjilah padaku kita akan menjadi sahabat sampai tua nanti," ucap Henri."Tentu saja," jawab Leon singkat.Leon juga ingin sampai tua nanti masih tetap memiliki Henri di sampingnya. Meski Henri adalah anak bungsu tapi dia bisa menjadi seorang kakak bagi Leon. Mereka selalu bertukar pikiran apapun itu. Tentang perusahaan juga soal asmara."Ehem. Aku juga ingin hidup sampai tua denganmu," ucap Velope."Kau juga bagian hidupku, aku harap kau bisa sabar dengan hubungan kita yang masih rumit ini," balas Leon.Velope menagngguk kemudian melirik Henri yang tertawa karena melihat Velope cemburu padanya. Mereka sudah kenal sejak kecil dan hanya sahabat sepanjang usia."Kau tak perlu cemburu padaku Velope. Kami tidak mungkin akan menjalin kasih juga kan," ucap Henri sambil tertawa
Leon marah karena yang mengangkat telepon Velope adalah seorang lelaki entah siapa orang itu. Haris semakin ketakukan karena mungkin Leon akan marah sepanjang hari dna berdampak padanya. Haris membaca doa supya ini hanya salah paham."Kalau aku bilang aku adalah kekasih Velope kamu percaya tidak tuan Leon?" tanya seorang yang berada di seberang sana."Kau jangan main-main denganku, aku akan membunuhmu!" seru Leon.Henri tersenyum dan mengatakan bahwa Leon adalah orang yang bodoh. terlalu emosi sampai tidak bisa berpikir jernih, ia sampai lupa dengan suara sahabatnya sendiri yang sudah bersama bertahun-tahun. Cemburu mengalahkan segalanya. seharusnya Leon berpikir jernih sehingga bisa menebak suara siapa itu."Leon aku pikir kau adalah orang paling cerdas seindonesia raya, tapi ternyata cemburu mengalahkan segalanya," tegas Henri."Siapa kau sebenarnya kenapa mengenalku bahkan sampai menghinaku?" tanya Leon lagi.Sahabat Leon itu menertawakan