Pesawat mendarat dengan sempurna. Masih seperti orang yang tidak bisa berjalan, aku diangkat lagi layaknya karung beras. Aku berusaha untuk meronta karena bukan orang cacat yang butuh dukungan.“Turunkan aku wahai Tuanku yang budiman, aku bukan orang cacat!” ejekku sambil mencoba menggapai bokong Edmund dalam posisi terbalik ini. jika dia bisa kurang ajar padaku, maka aku juga bisa melakukan hal yang sama.Ups! Dapat!Tidak bisa meremasnya dengan manja, akhirnya aku tampar bokong itu dengan sekali libas. Rupanya, bokong Edmund empuk juga. Dasar tuan sialan! Dia suka sekali menyisaksaku, bukankah lebih indah jika hidup saling berdamai?Tubuh Edmund tegak seketika. Dia berhenti melangkah. Aku tertawa menang dalam hati. Sepertinya dia shock jika aku bisa melawannya dan jadi gadis bodoh seperti yang dia tuduhkan. Pelan-pelan, Tuan! Suatu saat nanti kau akan menangis sujud di kakiku. Camkan itu!Barusan aku memukul bokongnya. Hahaha, kau hebat, Em!Tapi sayangnya kesenangan itu tak berlang
Edmund POV----Saat yang paling membahagiakan untuk manusia seperti aku ini adalah ketika Edmund junior lahir ke dunia dan hidup baik selama aku tidak berada di sisinya. Sulit untuk menjelaskan perasaan ini, menjadi seorang ayah. Itulah dengan segala cara aku lakukan agar menjerat kembali si gadis bodoh, ceroboh, dan takkan pernah ikut olimpiade. Tatapanku tak pernah beralih dari Elijah. Bahkan saat tertidur seperti ini pun, tidak ada bagian dari dirinya yang tidak diambil dari diriku.Tanpa cela.Selama ini, aku hanya melihat dia dari kejauhan dari orang-orang suruhan melihat perkembangan Elijah, dan dia tumbuh menjadi anak yang cerdas. Ibunya saja yang bodoh.Emerald melahirkan calon penerus yang nyaris tanpa kekurangan. Itu luar biasa! Gadis bodoh itu patut diberi apresiasi, walau dia itu sangat keras kepala membuatku begitu berhasrat membuangnya ke kandang buaya.Kerja bagus, Em!Mungkin sekarang aku bisa melunak padanya, karena semua penyamaran sudah terbongkar. Mungkin, kami
Punya banyak anak!Sepertinya, aku tidak kuat. Eh, eh. Tidak. Aku kuat kok. Aku tak bisa menolak proses cetak anak bersama Edmund, dia sangat perkasa walau sangat kejam seperti monster, aku curiga dia keturunan megalodon.“Aku harus mencuci kemejamu.” Cepat-cepat aku turun dari pangkuannya. Jangan sekarang deh, nanti aku ketagihan dan tidak bisa berhenti. Otak mesumku sedang dalam mode on sekarang.“Em,” panggil Edmund lembut. Aku hanya terdiam sambil menelan ludah berkali-kali, dia benar-benar bos kejam yang tidak tahu sama sekali dengan namaku dan juga tak peduli sekarang memanggil namaku? Apa ini tanda-tanda akhir bulan?Aku melarikan diri tanpa melihat ke belakang.Kurang-kurangi mengumpatinya. Aneh rasanya bila aku tergila-gila pada sentuhannya, tapi mengumpatinya setiap saat. Edmund yang membuatku suka mengumpat setiap saat, padahal aku anak yang manis, setidaknya di mata mommy dan daddy aku selalu jadi anak manis.Ah, tapi siapa suruh dia menyebalkan?Aku sedang mengucek bagia
Tubuhku seakan dibawa terbang ke langit ketujuh. Tidak ingat rasanya berapa kali kami melakukannya. Andai beruntung, kami mungkin akan mendapatkan adik untuk Elijah.“Em, berbalik. Aku masih belum ingin berhenti.”Gila! Dia ini manusia, bukan? Aku menganga, Edmund maniak gila. Bisa-bisa tak ada lagi lahar putih yang keluar tapi hanya angin, dan lututnya bisa copot.“Edmund. Kamu tidak khawatir?”“Tidak ada yang kukhawatirkan. Jangan cemaskan itu. Cepat berbalik dan tatap aku. Aku perlu menindihmu sekarang.” Fuck! Walau aku suka dengan semua sentuhan dan kenikmatan yang dia berikan. Otak mesum Emerlad tentu saja akan menerima semuanya dengan senang hati.Huft. Dia dan hasratnya yang menggila. Ini memang luar biasa. Meski mengeluh pun, aku tidak menolak karena aku juga menginginkannya dan tidak mempermaslaahkannya.Aku yang tertelungkup usai bercinta dua jam lalu, segera berbalik. Menyambut Edmund kembali dengan gaya bercintanya yang senang berubah-ubah.Aku suka!“Edmund, apa kamu suda
EdmundIni waktu yang tepat untuk menghubungi Emerald. Aku percaya diri bahwa saat ini, dia tengah mencariku ke sana kemari di seluruh penjuru rumah.“Edmund? Kamu di mana?” Suara menggemaskannya semakin imut saat sedang dalam mode panik. Aku menghela napas panjang, dasar gadis bodoh tak pernah ikut olimpiade!“Kemarilah sekarang," ucapku tanpa basa-basi.“Hah? Apa? Sejak kapan kamu pulang?”“Jangan banyak bertanya. Cepat ke sini. Kukirimkan lokasiku sekarang.”“Edmund—”Panggilan kuakhiri sepihak. Itu kulakukan agar tidak mendengar alasannya yang panjang bla bla bla. Kepalaku sakit mendengarnya. Kukirimkan lokasi terkini padanya. Berdiri sedikit gelisah sambil melihat keluar jendela.Kali ini ponselku bergetar. Dari para pengawal yang masih ada di rumah Emerald.“Tuan, Nona Emerld sudah pergi dengan terburu-buru dan menolak kami antarkan.”Sekali ceroboh, tetaplah ceroboh. Aku memintanya datang, bukan berarti dia harus bertindak terburu-buru seperti itu. Lagi-lagi aku menghela napas
Lima tahun itu lama bagi Emerald, tapi singkat untuk Edmund yang berulang kali merasa bahwa dirinya benar-benar menjadi seorang ayah, untuk kedua buah cintanya dengan Emerald.“Ruby!”Meski tidak bisa membedakan mana suara yang pantas untuk menegur putra atau putrinya, Edmund tahu bahwa putri kecilnya itu tidak peduli.Pria itu bahkan baru sadar, sejatinya, Ruby-lah yang menjiplak dirinya. Bukan lagi Elijah di lima tahun lalu.Entah karena terlalu lembek pada adiknya, Elikah jadi mudah ditindas oleh Ruby.“Apa yang kamu lakukan, hah?” Edmund masih bertanya, walau tahu bahwa Ruby baru saja memukul kepala abangnya dengan penggaris tiga puluh sentimeter.“Edde tidak lihat? Kupukul kepalanya karena dia bertanya padaku dengan suara keras.” Sangat tidak punya rasa takut sama sekali, Ruby menantang tatapan ayahnya. Edmund bahkan lupa menyuruh Ruby untuk minta maaf, karena mendengar suara lain yang memekik di pagi buta.Suara Emerald.“El, Ruby! Cepat keluar! Sarapan kalian siap dan sudah saat
Sepanjang perjalanan mengantar Elijah, Edmund diam tanpa kata. Otaknya berpikir keras bagaimana caranya, agar putri mereka, setidaknya, jadi gadis yang memang gadis.Ruby terlalu kasar. Terkadang arogan. Meski masih lima tahun, Edmund tidak ingin sikapnya diturunkan habis pada putrinya tanpa didikan yang lebih keras.“Edde, aku sudah sampai.”Mendadak Edmund menginjak rem. Terlewat beberapa puluh meter. Dia memundurkan mobilnya. Mengabaikan tatapan putra sulungnya yang diliputi kecemasan serta keheranan.“Edde sakit, ya?” Sebelum membuka pintu, Elijah bertanya. Tahu bahwa kepala ayahnya pasti sakit karena adiknya, Ruby.“Tidak. Edde baik-baik saja. Masuk lah. Kamu sudah hampir terlambat.”Karena raut keruh yang diperlihatkan Edmund sedikit menakutkan, Elijah segera turun tanpa bertanya lagi.Bahkan lambaian dan ucapan selamat tinggalnya diabaikan oleh Edmund.“Edde selalu kesal pada Ruby. Kenapa, ya? Padahal dia,‘kan masih kecil.”Edmund sebenarnya akan segera berangkat ke kantor, tap
Saat nyaris hampir jam makan malam, Emerald pulang diantar oleh Cain dan Sonia.Awalnya, Emerald menolak karena hanya ada Cain yang akan mengantarnya. Ternyata dengan mengertinya, Sonia ikut untuk mengantarkan Emerald dan Ruby sampai ke rumah.Tidak ada kecurigaan apa pun dari Emerald, ketika pasangan itu turun mengantarkannya dan Ruby sampai ke depan rumahnya.Alasannya, Lark ingin mengantarkan Ruby.Edmund yang baru terbangun dari tidurnya bersama Elijah, panik saat Ruby dan Emerald belum kembali padahal sudah hampir lewat jam makan malam. Dia memang sesuai dugaan. Tidak memeriksa ponselnya.Tepat ketika dia dan Elijah ingin masuk mobil dan membuka pintu garasi samping, mereka bertemu.Edmund pria yang cepat sekali paham akan situasi. Langsung mengerti bahwa pria yang akan bekerjasama dengannya itu adalah suami dari wanita yang pagi-pagi mencari Emerald ke rumah.Kedua wanita di depannya itu berteman. Rupanya.“Ruby?” Elijah yang selalu ramah pada adiknya itu berlari menghampiri Rub
“Tentu. Minta lah apa saja padaku.” Astrid terlihat sungguh hati saat membenarkan dirinya memang berniat mengabulkan apa pun yang diminta Mase padanya.“Kenapa semudah itu?”Astrid tertawa sambil mengecup hidung mancung dengan tulang tinggi milik Mase. “Karena aku menyukai keterbukaanmu.”“Soal apa?” Mase membalas dengan kecupan di tempat yang sama. Menatap Astrid yang senyumnya seperti punya arti.“Dirimu. Tujuanmu.”Mase tersenyum lebar dengan tangan yang menggerayangi Astrid di mana saja dia bisa. “Aku belum memberitahumu tujuanku yang sebenarnya.”“Oh, kamu punya?” Entah dari mana rasa kepercayaan itu muncul. Jelas sekali bahwa Astrid membiarkan dirinya terlena, bahkan tidak masalah jika tertipu.Mase mengangguk. “Ingin tahu apa tujuanku mendekatimu?”“Katakan.” Cepat, Astrid mendekat untuk masuk ke pelukan Mase.“Teman—ah, rekan kerjaku, dia pernah mengalami masalah serius dengan sepupumu, Josh Layton.” Mase memeriksa raut Astrid yang terlihat terkejut, tapi keterkejutan yang cum
Emerald terkejut melihat suaminya sudah ada di rumah bahkan sebelum sore.“Lho, sudah pulang, Ed?” Dia mendekat untuk mendapatkan pelukan, sekalian ciuman singkat.“Aku berencana memberdayakan pulang lebih awal setiap hari kerja.” Edmund hanya bercanda. Menunjukkan candaannya lewat gelitikan di leher istrinya.“Aku tidak akan percaya itu,” balas Emerald pura-pura merajuk.Cecilia rupanya muncul dihadapan mereka berdua dengan wajah bingung dan rambut berantakan, sambil beberapa jemarinya mengucek mata. Dia baru bangun dari tidur siangnya, sementara Elijah masih di tempat kursusnya dan Ruby ada di kamar. Main sendirian.Emerald spontan menjauhi Edmund dan menghentikan candaan mereka. Bertanya pelan pada Cecilia yang rencanakan akan dijemput oleh Anye sebelum jam makan malam.“Hai, Cecil. Mau Aunty bantu kamu untuk mandi? Sebentar lagi Aunty Anye akan menjemputmu.”Walau Cecilia suka berada di rumah Edmund karena bisa setiap saat melihat Elijah, tapi dia lebih merasa ada di rumah, jika b
Benar, ‘kan? Mase akhirnya tahu segalanya tentang Anye Truvan. Dia tahu. Benar-benar tahu sampai ke akar-akarnya. Bagaimana Anye kehilangan keperawanannya dengan terpaksa, di usia delapan belas tahun, karena seorang pria bajingan bernama Josh Layton yang ternyata adalah mantan kekasih Anye dan seorang anak pejabat derah setempat waktu itu.Anye jarang pulang ke desanya hanya karena menghindari pria berengsek itu. Dan saat ini, Josh Layton ada dalam daftar musuh perusahaannya Edmund Bryan. Itu bagus sekali.Mase akan senang untuk ‘mengerjai’ Josh bersama Edmund.***“Cecilia, apa sandwichnya tidak enak?” Emerald cemas karena melihat roti isi sayur, tuna dan beberapa bahan segar lain di dalamnya itu, tidak tersentuh. Cecilia cuma minum susu.Ditatap oleh semua anggota keluarga Edmund, membuat Cecilia menciut, meski tidak termasuk dengan Elijah. Sudah cukup lama sampai terakhir kali dia bergabung dengan keluarga ini.“Mungkin kamu mau sereal?” Edmund, entah angin musim apa yang membawany
“Aku takut, Uncle.” Cecilia memegangi ujung kemeja Mase, ketika melihat kedatangan Edmund yang bagai malaikat pencabut nyawa di matanya.Mengusap lembut puncak kepala gadis teramat kuat versi penilaian Mase itu, dia berkata. “Jangan khawatir. Aunty Em—maksud Uncle, emme-nya Elijah tidak bisa datang kemari, karena Ruby terluka.” Mase memperhatikan kepala mungil mendongak itu dengan senyum.“Ruby terluka?” Cecilia terkejut. Dia juga peduli terhadap Ruby, meski siapa pun tahu jika dia lebih menginginkan Elijah apa pun ceritanya.Mase mengiyakan dengan kepala mengangguk dan senyum mengembang. Perasaan tenang dan damai sebagai calon ayah. Ah, jika dipikirkan lagi, apa Adeya bersedia?“Sekarang, pulang lah bersama edde-nya Elijah, okay? Uncle akan menjemputmu nanti setelah aunty Anye sudah lebih baik.”Cecilia ragu untuk memberi isyarat kepala mengangguk, tapi dia melakukannya juga. Walau hanya seorang bocah, tapi dia seolah belajar dengan sendirinya untuk tidak banyak tingkah, apalagi meng
Mencium dengan sepenuh hati. Jawabannya sudah tentu. Membuat Dane bahagia. Janji dalam hatinya akan segera terlaksana.Adeya suka saat berciuman dengan Dane, karena gairahnya begitu tertantang. Jangan ingatkan dia tentang Mase Geofran, sebab pria itu pun luar biasa baginya.Bolehkah dia memiliki keduanya?Dane mengecup kening Adeya setelah bibir mereka terlepas. Wajah keduanya dipenuhi dengan binar-binar cinta dan hasrat membara.Adeya tidak kuasa menahan debar jantungnya yang lebih ribut dan menjadi tidak karuan.Apa begini rasanya terlibat sesuatu yang dilarang dengan milik orang lain? Kenapa ada perasaan takut sekaligus menyenangkan yang berperang di dalam dirinya?“Apa yang kamu takutkan, Adeya?” Dane mengukir senyum manis dan lembut, ketika menyadari bahwa Adeya meremas kemeja yang dikenakannya dengan erat. Seolah semua ketakutan tersimpan di sana. Ketakutan yang tidak mudah hilang. Dane menyadari hal itu, meski masih saja bertanya.“Ah, itu ... itu, Pak.” Adeya menunduk. Sungguh
Dane tidak menginap di rumah orang tuanya, tapi berkeliaran entah ke mana. Dia suka bersepeda. Meninggalkan mobilnya di taman kanak-kanak Rosamund dan membawa keluar sepedanya dengan perasaan nyaman.Bersih, tanpa rokok dan alkohol. Dane Madden pria seperti itu, tapi dia tidak bisa menjamin untuk perilakunya yang lain.Sambil mengayuh, hal pertama yang ingin diingatnya adalah wajah Adeya Brington saat pertama kali mereka bertemu. Penjaga sekolah yang merekomendasikan Adeya padanya. Karena tak enak hati pada penjaga sekolah yang dianggap seperti kakek sendiri, dia menerima Adeya tanpa pikir-pikir.Sembilan hari setelah mereka dikenalkan satu sama lain, penjaga sekolah meninggal dunia karena serangan jantung.Wajah Adeya waktu itu, masih sama seperti saat ini. Tidak ada perubahan yang berarti.Adeya seperti seorang wanita yang tidak peduli sekitar, kecuali pada siapa dia harus merasa peduli, maka dia akan jadi yang paling perhatian.Kenapa dia baru merasa marah ketika ada orang lain yan
“Sejak tadi, Astrid.”Bibir tipis berwarna nude milik Astrid spontan tertutup rapat. Sudah salah memperhitungkan keadaan, dia juga harus siap diceramahi habis-habisan oleh suaminya, nanti di rumah.“Pak Kepala Sekolah, sebenarnya—”“Kamu bisa pulang sekarang,” potong Dane sebelum dia semakin marah karena ucapan Astrid yang ditujukan untuk Adeya, malah menyakiti perasaannya. Memang rasanya aneh. Karena tadi, ketika rencananya dia hanya akan jadi pendengar saja di ruangan rahasianya, malah berujung dengan dirinya yang tidak tahan atas penghinaan istrinya terhadap Adeya.Adeya menganggap bahwa pertarungan harga diri sudah cukup. Dia tidak akan mungkin menang dari seorang nyonya besar yang berasal dari dua keluarga hebat.Keluarganya sendiri dan keluarga suaminya. Mortimer dan Madden. Dua keluarga setelah Edmund Bryan yang berkuasa. Mereka semua ada dijajaran teratas.Meski terinjak-injak sekali pun, dia hanya perlu diam dan menahan diri. Tidak apa. Tidak mengapa. Karena sejak kecil, dia
Sudah dipastikan, Edmund punya pilihan pada akhirnya.Mase Geofran yang akan menjadi wali dari Cecilia Ranvil. Edmund sudah membicarakan hal ini sebelumnya dengan Mase dan pria itu setuju, setelah diberi waktu berpikir selama beberapa hari.Bahkan Anye Truvan ikut diboyong ke rumah baru Mase, untuk menjaga Cecilia selama dua puluh empat jam penuh.Ya, rumah baru. Edmund memberikan tempat tinggal satu rute perjalanan dengan kantor. Sehingga Mase tidak perlu cemas, jika datang terlambat. Cukup lima menit berjalan kaki dan hanya semenit naik mobil.Mase mau menerimanya, karena Elijah. Bukan karena bocah itu tahu tentang keadaan Cecilia, tapi dia tahu bahwa Elijah sangat menyayangi Cecilia Ranvil. Bahkan putra sulung Edmund itu belum tahu menahu mengenai hal ini.Rencananya, akan ada pesta penyambutan rumah baru dan kepulangan Cecilia dari tempat tinggalnya dulu yang mirip seperti panti asuhan, meski tampaknya lebih cocok disebut sebagai rumah perawatan.(Siapkan pesta penyambutan yang me
“Kenapa harus Uncle?”“Karena Uncle mau melakukannya.” Mase kira lebih mudah menghadapi Ruby, daripada Edmund. Nyatanya, berbanding sangat terbalik. Bahkan Kelly Hadden yang begitu banyak maunya, masih sanggup dia hadapi.“Uncle tidak perlu melakukannya.” Ruby merengut. Kesal bukan main, tapi ditahannya. Belakangan, penguasaan dirinya terhadap emosi sudah jauh lebih baik.Jadi, jangan beri kesan tidak menyenangkan atau Mase Geofran di depannya itu akan mengadu yang tidak-tidak pada Edde-nya.“Benar juga. Ya, sudah. Biar Uncle beritahu Edde-mu bahwa kamu menolak.” Mase sengaja lambat-lambat.Ruby dengan langkah kecilnya mengejar, lalu memeluk kaki Mase yang panjang. “Uncle, ayo pergi bersamaku.”Dengan senyum penuh kemenangan, Mase mengangguk. “Ayo.”***Miss Adeya Brington jadi pengganti Kelly Hadden. Menjadi pemimpin lebih tepatnya, untuk menjalankan kegiatan sosial. Meneruskan kebaikan Kelly Hadden yang tertunda karena kematian misterius wanita itu.Mase menghampiri Miss Adeya yang