Sepanjang perjalanan mengantar Elijah, Edmund diam tanpa kata. Otaknya berpikir keras bagaimana caranya, agar putri mereka, setidaknya, jadi gadis yang memang gadis.Ruby terlalu kasar. Terkadang arogan. Meski masih lima tahun, Edmund tidak ingin sikapnya diturunkan habis pada putrinya tanpa didikan yang lebih keras.“Edde, aku sudah sampai.”Mendadak Edmund menginjak rem. Terlewat beberapa puluh meter. Dia memundurkan mobilnya. Mengabaikan tatapan putra sulungnya yang diliputi kecemasan serta keheranan.“Edde sakit, ya?” Sebelum membuka pintu, Elijah bertanya. Tahu bahwa kepala ayahnya pasti sakit karena adiknya, Ruby.“Tidak. Edde baik-baik saja. Masuk lah. Kamu sudah hampir terlambat.”Karena raut keruh yang diperlihatkan Edmund sedikit menakutkan, Elijah segera turun tanpa bertanya lagi.Bahkan lambaian dan ucapan selamat tinggalnya diabaikan oleh Edmund.“Edde selalu kesal pada Ruby. Kenapa, ya? Padahal dia,‘kan masih kecil.”Edmund sebenarnya akan segera berangkat ke kantor, tap
Saat nyaris hampir jam makan malam, Emerald pulang diantar oleh Cain dan Sonia.Awalnya, Emerald menolak karena hanya ada Cain yang akan mengantarnya. Ternyata dengan mengertinya, Sonia ikut untuk mengantarkan Emerald dan Ruby sampai ke rumah.Tidak ada kecurigaan apa pun dari Emerald, ketika pasangan itu turun mengantarkannya dan Ruby sampai ke depan rumahnya.Alasannya, Lark ingin mengantarkan Ruby.Edmund yang baru terbangun dari tidurnya bersama Elijah, panik saat Ruby dan Emerald belum kembali padahal sudah hampir lewat jam makan malam. Dia memang sesuai dugaan. Tidak memeriksa ponselnya.Tepat ketika dia dan Elijah ingin masuk mobil dan membuka pintu garasi samping, mereka bertemu.Edmund pria yang cepat sekali paham akan situasi. Langsung mengerti bahwa pria yang akan bekerjasama dengannya itu adalah suami dari wanita yang pagi-pagi mencari Emerald ke rumah.Kedua wanita di depannya itu berteman. Rupanya.“Ruby?” Elijah yang selalu ramah pada adiknya itu berlari menghampiri Rub
Emerald tersenyum. Terserah apa yang mau dikatakan Sonia mengenai hal itu, dia akan mengiyakannya saja.“Ya, begitu lah kira-kira.”Sonia tertawa. “Wah, wah ... ternyata sesederhana itu, meski tampak penuh misteri di antara kalian.”Emerald semakin tidak suka, bukan lagi tidak nyaman, ketika Sonia coba semakin memprovokasinya.“Sebaiknya, kita bawa ini ke depan dan mulai menghabiskannya sambil membicarakan hal lain yang terdengar lebih menyenangkan.” Emerald mulai menunjukkan keengganannya, meski tidak kentara.Saat mereka sudah kembali ke ruang tamu, Lark sudah ada di antara para suami. Bahkan Ruby juga.Kedua bocah itu bermain di sofa kosong yang tersisa.“Lho? Ruby? Kenapa sudah bangun?” Emerald keheranan. Biasanya, Ruby tidak pernah terbangun saat sudah tertidur di malam hari. Jarang sekali terjadi, kecuali jika dibangunkan.“Aku teringat Lark. Bermimpi sedang bermain. Lalu terbangun dan Lark ada di kamar Elijah.” Kecerian Ruby begitu alami. Menunjukkan kegembiraannya berteman den
“Edmund Bryan,” tegas Emerald. Menekan suaranya dan lengan suaminya yang masih tegak di sisi ranjang mereka. Dia ingin Edmund berhenti bicara buruk seperti itu.Edmund melepas penekanan di lengannya dengan helaan napas kecewa. Banyak penyebab yang membuatnya emosi hari ini. Terutama Ruby.Ruby memeluk Emerald dengan erat, meski terasa bergetar. Bocah itu akhirnya mencapai kata ‘lelah’ dan tertidur dengan sendirinya.Emerald menyelimuti, meninabobokan sejenak, mengecup kening dan akhirnya turun dari ranjang. Setelah mengamati dan memastikan bahwa putrinya benar-benar terlelap, dia keluar kamar. Menemui Edmund.Pria itu ada di ruang kerjanya. Duduk di kursi putar kebanggaannya, sambil bersandar punggung dan kepala. Kedua matanya terpejam.Emerald mendekat. Berjinjit dengan sangat hati-hati, lalu berdiri di dekat kepala Edmund. Perlahan, dia mengusap kening dan mengecup lembut di sana.“Ruby sudah tidur?” Dengan mata yang masih terpejam, Edmund bertanya. Tangannya meraba dan mendapatkan
“Elijah Bryan!” Emerald membentak. Membuat Elijah tersentak. Kismis jadi berjatuhan ke meja. Tidak lagi ada dipinggiran piring.Antara sedih dan sakit hati, Emerald menggeleng agar tidak marah.Jangan marah.Jangan marah.Elijah wajar bertanya karena sikap Ruby yang seperti itu.“El, kamu dan Ruby dilahirkan dari rahim yang sama. Milik Emme. Apa sekarang kamu mengerti?”Elijah melihat Emerald menunjuk dan mengusap perutnya. Menandakan bahwa kedua anaknya pernah ada di sana bersama dengannya.Kepala Elijah mengangguk pelan. Walau tidak sepenuhnya bisa menerima, setidaknya, Elijah mengerti maksud dari ucapan Emerald.“Ada pelajaran apa hari ini?” Emerald melirik lorong. Belum ada tanda-tanda Edmund dan Ruby akan kembali ke ruang makan.“Oh, eh itu ...” Elijah segera memeriksa tasnya, “Matematika, olahraga, menggambar dan sejarah.”“Buka buka matematikamu ...” Emerald ingat bahwa dia tidak akan mampu di bidang itu, tapi ini pasti perhitungan dasar untuk anak delapan tahun, “oke. Coba tan
“Hai, Ed.” Sonia menyambut senang. Gerakan tubuhnya seakan ingin melempar tubuh ke arah Edmund, lalu menempelkan pipi satu sama lain.“Tetap di situ.” Edmund mengacungkan telunjuknya. Mata menyipit dan kening mengerut.Matilda Geofran ingin terbahak, tapi menahan diri. Apa Edmund sadar bahwa Sonia itu istri Cain Mackenzie yang akan berperan penting untuk perusahaannya?Sepertinya sadar. Tapi, dasar Edmund Bryan, dia pasti tidak peduli siapa pun itu jika tidak dinasihati. Diberitahu bahwa wanita itu bisa memberi pengaruh buruk terhadap keberlangsungan kerjasama di antara mereka.“Bisa kita bicara?” Sonia masih ramah. Melirik Matilda seolah wanita itu pengganggu untuk mereka.Dan dasar Matilda, selama belum diusir oleh Edmund, dia akan tegak berdiri di tempatnya.“Ya, bicara lah.” Edmund tetap di tempat. Berdiri tegak dengan kedua tangan berada di saku celana kerjanya.Sonia masih tersenyum, sampai giginya terasa kering. Bersabar menghadapi Edmund adalah kunci dari segalanya. Bukannya b
“Aku bisa melaporkan tindakanmu ini dengan tuduhan perbuatan tidak menyenangkan, karena terus menguntitku.” Seperti biasa, kebuasan Edmund tidak terdengar ramah. Dia serius. Sangat.Sonia tersenyum tanpa memunculkan barisan giginya yang seputih susu. “Aku rela masuk penjara demi dirimu.”Edmund merinding, meski tidak memperlihatkan bagaimana hal itu membuatnya merasa cemas.Andai Emerald mendengar perkataan siluman ini bicara seperti itu pada suaminya, apa dia akan tetap diam, lalu tutup mata? Atau bahkan tetap membiarkan mereka menjadi teman baik sepanjang Lark dan Ruby bersekolah di sekolah yang sama?“Cepat katakan ada apa?” desak Edmund belum melihat tanda-tanda Elijah akan keluar dari gerbang, jadi dia menunggu Sonia sampai wanita itu menyelesaikan apa maunya, atau dia yang akan menyeret Cain ke sini agar datang menjemput istrinya yang seperti lintah.“Aku tertarik padamu. Terus terang kukatakan.”Edmund mendengus. “Blak-blakan sekali, ya?”“Karena untuk mendapatkanmu ke depannya
Caesar Mackenzie sangat suka hidup sehat. Tidak heran dia mecintai kehidupan yang teratur dengan segala makanan sehat sebagai pendamping.Olahraga malah tidak pernah absen sehari pun.Bersepeda.Salah satu olahraga yang jadi kegemaran Mackenzie setiap hari. Dia sengaja mengayuh sepeda dari rumahnya ke lapangan luas berjarak hampir tiga kilometer itu, setiap pagi.Apalagi sejak perusahaan sudah diambil alih kepemimpinan oleh putra keduanya, Cain Mackenzie, dia jadi lebih banyak memiliki waktu untuk dirinya sendiri.Usia tua tidak menjadi penghalang baginya. Istrinya, Susan Mackenzie, hari ini tidak ikut bersepeda bersama dengannya. Walau tidak bisa ikut setiap hari, Susan akan menemani Caesar setiap dua atau tiga kali dalam seminggu.Pagi ini, saat tiba di lapangan berumput hijau dengan banyak orang-orang yang juga bersepeda sama seperti dirinya, Caesar melihat seorang pria tampan yang tidak asing, tapi dia lupa itu siapa. Sedang membagi-bagikan jus kale pada setiap pengunjung yang ada
“Tentu. Minta lah apa saja padaku.” Astrid terlihat sungguh hati saat membenarkan dirinya memang berniat mengabulkan apa pun yang diminta Mase padanya.“Kenapa semudah itu?”Astrid tertawa sambil mengecup hidung mancung dengan tulang tinggi milik Mase. “Karena aku menyukai keterbukaanmu.”“Soal apa?” Mase membalas dengan kecupan di tempat yang sama. Menatap Astrid yang senyumnya seperti punya arti.“Dirimu. Tujuanmu.”Mase tersenyum lebar dengan tangan yang menggerayangi Astrid di mana saja dia bisa. “Aku belum memberitahumu tujuanku yang sebenarnya.”“Oh, kamu punya?” Entah dari mana rasa kepercayaan itu muncul. Jelas sekali bahwa Astrid membiarkan dirinya terlena, bahkan tidak masalah jika tertipu.Mase mengangguk. “Ingin tahu apa tujuanku mendekatimu?”“Katakan.” Cepat, Astrid mendekat untuk masuk ke pelukan Mase.“Teman—ah, rekan kerjaku, dia pernah mengalami masalah serius dengan sepupumu, Josh Layton.” Mase memeriksa raut Astrid yang terlihat terkejut, tapi keterkejutan yang cum
Emerald terkejut melihat suaminya sudah ada di rumah bahkan sebelum sore.“Lho, sudah pulang, Ed?” Dia mendekat untuk mendapatkan pelukan, sekalian ciuman singkat.“Aku berencana memberdayakan pulang lebih awal setiap hari kerja.” Edmund hanya bercanda. Menunjukkan candaannya lewat gelitikan di leher istrinya.“Aku tidak akan percaya itu,” balas Emerald pura-pura merajuk.Cecilia rupanya muncul dihadapan mereka berdua dengan wajah bingung dan rambut berantakan, sambil beberapa jemarinya mengucek mata. Dia baru bangun dari tidur siangnya, sementara Elijah masih di tempat kursusnya dan Ruby ada di kamar. Main sendirian.Emerald spontan menjauhi Edmund dan menghentikan candaan mereka. Bertanya pelan pada Cecilia yang rencanakan akan dijemput oleh Anye sebelum jam makan malam.“Hai, Cecil. Mau Aunty bantu kamu untuk mandi? Sebentar lagi Aunty Anye akan menjemputmu.”Walau Cecilia suka berada di rumah Edmund karena bisa setiap saat melihat Elijah, tapi dia lebih merasa ada di rumah, jika b
Benar, ‘kan? Mase akhirnya tahu segalanya tentang Anye Truvan. Dia tahu. Benar-benar tahu sampai ke akar-akarnya. Bagaimana Anye kehilangan keperawanannya dengan terpaksa, di usia delapan belas tahun, karena seorang pria bajingan bernama Josh Layton yang ternyata adalah mantan kekasih Anye dan seorang anak pejabat derah setempat waktu itu.Anye jarang pulang ke desanya hanya karena menghindari pria berengsek itu. Dan saat ini, Josh Layton ada dalam daftar musuh perusahaannya Edmund Bryan. Itu bagus sekali.Mase akan senang untuk ‘mengerjai’ Josh bersama Edmund.***“Cecilia, apa sandwichnya tidak enak?” Emerald cemas karena melihat roti isi sayur, tuna dan beberapa bahan segar lain di dalamnya itu, tidak tersentuh. Cecilia cuma minum susu.Ditatap oleh semua anggota keluarga Edmund, membuat Cecilia menciut, meski tidak termasuk dengan Elijah. Sudah cukup lama sampai terakhir kali dia bergabung dengan keluarga ini.“Mungkin kamu mau sereal?” Edmund, entah angin musim apa yang membawany
“Aku takut, Uncle.” Cecilia memegangi ujung kemeja Mase, ketika melihat kedatangan Edmund yang bagai malaikat pencabut nyawa di matanya.Mengusap lembut puncak kepala gadis teramat kuat versi penilaian Mase itu, dia berkata. “Jangan khawatir. Aunty Em—maksud Uncle, emme-nya Elijah tidak bisa datang kemari, karena Ruby terluka.” Mase memperhatikan kepala mungil mendongak itu dengan senyum.“Ruby terluka?” Cecilia terkejut. Dia juga peduli terhadap Ruby, meski siapa pun tahu jika dia lebih menginginkan Elijah apa pun ceritanya.Mase mengiyakan dengan kepala mengangguk dan senyum mengembang. Perasaan tenang dan damai sebagai calon ayah. Ah, jika dipikirkan lagi, apa Adeya bersedia?“Sekarang, pulang lah bersama edde-nya Elijah, okay? Uncle akan menjemputmu nanti setelah aunty Anye sudah lebih baik.”Cecilia ragu untuk memberi isyarat kepala mengangguk, tapi dia melakukannya juga. Walau hanya seorang bocah, tapi dia seolah belajar dengan sendirinya untuk tidak banyak tingkah, apalagi meng
Mencium dengan sepenuh hati. Jawabannya sudah tentu. Membuat Dane bahagia. Janji dalam hatinya akan segera terlaksana.Adeya suka saat berciuman dengan Dane, karena gairahnya begitu tertantang. Jangan ingatkan dia tentang Mase Geofran, sebab pria itu pun luar biasa baginya.Bolehkah dia memiliki keduanya?Dane mengecup kening Adeya setelah bibir mereka terlepas. Wajah keduanya dipenuhi dengan binar-binar cinta dan hasrat membara.Adeya tidak kuasa menahan debar jantungnya yang lebih ribut dan menjadi tidak karuan.Apa begini rasanya terlibat sesuatu yang dilarang dengan milik orang lain? Kenapa ada perasaan takut sekaligus menyenangkan yang berperang di dalam dirinya?“Apa yang kamu takutkan, Adeya?” Dane mengukir senyum manis dan lembut, ketika menyadari bahwa Adeya meremas kemeja yang dikenakannya dengan erat. Seolah semua ketakutan tersimpan di sana. Ketakutan yang tidak mudah hilang. Dane menyadari hal itu, meski masih saja bertanya.“Ah, itu ... itu, Pak.” Adeya menunduk. Sungguh
Dane tidak menginap di rumah orang tuanya, tapi berkeliaran entah ke mana. Dia suka bersepeda. Meninggalkan mobilnya di taman kanak-kanak Rosamund dan membawa keluar sepedanya dengan perasaan nyaman.Bersih, tanpa rokok dan alkohol. Dane Madden pria seperti itu, tapi dia tidak bisa menjamin untuk perilakunya yang lain.Sambil mengayuh, hal pertama yang ingin diingatnya adalah wajah Adeya Brington saat pertama kali mereka bertemu. Penjaga sekolah yang merekomendasikan Adeya padanya. Karena tak enak hati pada penjaga sekolah yang dianggap seperti kakek sendiri, dia menerima Adeya tanpa pikir-pikir.Sembilan hari setelah mereka dikenalkan satu sama lain, penjaga sekolah meninggal dunia karena serangan jantung.Wajah Adeya waktu itu, masih sama seperti saat ini. Tidak ada perubahan yang berarti.Adeya seperti seorang wanita yang tidak peduli sekitar, kecuali pada siapa dia harus merasa peduli, maka dia akan jadi yang paling perhatian.Kenapa dia baru merasa marah ketika ada orang lain yan
“Sejak tadi, Astrid.”Bibir tipis berwarna nude milik Astrid spontan tertutup rapat. Sudah salah memperhitungkan keadaan, dia juga harus siap diceramahi habis-habisan oleh suaminya, nanti di rumah.“Pak Kepala Sekolah, sebenarnya—”“Kamu bisa pulang sekarang,” potong Dane sebelum dia semakin marah karena ucapan Astrid yang ditujukan untuk Adeya, malah menyakiti perasaannya. Memang rasanya aneh. Karena tadi, ketika rencananya dia hanya akan jadi pendengar saja di ruangan rahasianya, malah berujung dengan dirinya yang tidak tahan atas penghinaan istrinya terhadap Adeya.Adeya menganggap bahwa pertarungan harga diri sudah cukup. Dia tidak akan mungkin menang dari seorang nyonya besar yang berasal dari dua keluarga hebat.Keluarganya sendiri dan keluarga suaminya. Mortimer dan Madden. Dua keluarga setelah Edmund Bryan yang berkuasa. Mereka semua ada dijajaran teratas.Meski terinjak-injak sekali pun, dia hanya perlu diam dan menahan diri. Tidak apa. Tidak mengapa. Karena sejak kecil, dia
Sudah dipastikan, Edmund punya pilihan pada akhirnya.Mase Geofran yang akan menjadi wali dari Cecilia Ranvil. Edmund sudah membicarakan hal ini sebelumnya dengan Mase dan pria itu setuju, setelah diberi waktu berpikir selama beberapa hari.Bahkan Anye Truvan ikut diboyong ke rumah baru Mase, untuk menjaga Cecilia selama dua puluh empat jam penuh.Ya, rumah baru. Edmund memberikan tempat tinggal satu rute perjalanan dengan kantor. Sehingga Mase tidak perlu cemas, jika datang terlambat. Cukup lima menit berjalan kaki dan hanya semenit naik mobil.Mase mau menerimanya, karena Elijah. Bukan karena bocah itu tahu tentang keadaan Cecilia, tapi dia tahu bahwa Elijah sangat menyayangi Cecilia Ranvil. Bahkan putra sulung Edmund itu belum tahu menahu mengenai hal ini.Rencananya, akan ada pesta penyambutan rumah baru dan kepulangan Cecilia dari tempat tinggalnya dulu yang mirip seperti panti asuhan, meski tampaknya lebih cocok disebut sebagai rumah perawatan.(Siapkan pesta penyambutan yang me
“Kenapa harus Uncle?”“Karena Uncle mau melakukannya.” Mase kira lebih mudah menghadapi Ruby, daripada Edmund. Nyatanya, berbanding sangat terbalik. Bahkan Kelly Hadden yang begitu banyak maunya, masih sanggup dia hadapi.“Uncle tidak perlu melakukannya.” Ruby merengut. Kesal bukan main, tapi ditahannya. Belakangan, penguasaan dirinya terhadap emosi sudah jauh lebih baik.Jadi, jangan beri kesan tidak menyenangkan atau Mase Geofran di depannya itu akan mengadu yang tidak-tidak pada Edde-nya.“Benar juga. Ya, sudah. Biar Uncle beritahu Edde-mu bahwa kamu menolak.” Mase sengaja lambat-lambat.Ruby dengan langkah kecilnya mengejar, lalu memeluk kaki Mase yang panjang. “Uncle, ayo pergi bersamaku.”Dengan senyum penuh kemenangan, Mase mengangguk. “Ayo.”***Miss Adeya Brington jadi pengganti Kelly Hadden. Menjadi pemimpin lebih tepatnya, untuk menjalankan kegiatan sosial. Meneruskan kebaikan Kelly Hadden yang tertunda karena kematian misterius wanita itu.Mase menghampiri Miss Adeya yang